Anda di halaman 1dari 6

TAKDIR DALAM ISLAM

Rita Disnasari
A. PENDAHULUAN
Pembuatan suatu karya alam dengan upaya pembuatan oleh maha
sempurna ialah Tuhan semesta alam. Rencana serta tujuan yang telah
direncanakan, setelah itu menimbulkan macam- macam perbandingan sudut
pandang. Dengan begitu, pemikiran yang menyebut kalau alam yang dengan
seketika terdapat sebab suatu insiden bukanlah bisa menandingi pemikiran yang
menyebut kalau alam semesta merupakan karya Tuhan, sesuatu pemikiran yang
hendak terus terdapat serta dipegang oleh warga yang mempercayainya. Proses
pembuatan karya Tuhan berbentuk bumi raya dicoba dalam 6 masa, di mana
waktu tersebut disebutkan. Dilanjutkan proses penciptaan 7 langit dalam 2
masa. Allah kembali menegaskan kekuasaannya pada surah Al- Dzariat ayat 47,
kalau Dia yang membangun langit dengan kekuasaannya, dengan masa yang
sudah Allah mengadakan serta wujud dengan kehendak serta kuasanya inilah,
hingga sebetulnya alam semesta ini terjalin serta tercipta bukan secara seketika.
Alam semesta ini selalu mengembang serta melaksanakan update,
dengan metode yang natural pula. Semacam gunung yang menghasilkan lahar
panas, sehingga lahar tadi hendak membagikan dampak positif salah satunya
kepada tanah yang hendak jadi lebih produktif. Tuhan memiliki watak maha
kebijaksanaan pasti menghasilkan hasil manusia yang bisa memikirkan dan
menguasai rasa optimisme serta dengan penuh tujuan. Sehingga berbeda dengan
pemikiran oleh segelintir manusia yang cuma memandang bahwa alam semesta
terbentuk oleh suatu kejadian- kejadian yang secara nalar implisit serta eksplisit
tidak bisa diterima hendak menimbulkan perilaku serta benak yang tidak benar
apalagi cenderung jadi pesimis. Banyak hikmah yang bisa diambil dari
penciptaan alam semesta ini dengan memandang elemen alam yang terdapat di
bumi saja, manusia bisa mengambil hikmah serta pelajaran yang besar. Angin,
api, tanah serta air bila pemanfaatan ini dilaksanakan serta dicoba secara terus
menerus, tanpa menganggu alam bumi raya ini. Sehingga pada tahapan
pelaksanaanya manusia jadi pemimpin (khalifah), serta bumi ataupun alam
semesta merupakan pendidik kehidupan dengan seluruh keadaanya. Dalam
kutipan diatas, menarangkan bahwasanya bumi maupun alam semesta bisa
dijadikan selaku guru. Bukan berarti guru dalam artian sesungguhnya, tetapi
guru dalam artian implisit yang di mana dengan itu kita bisa memandang
proses, baik yang telah terjalin, ataupun lagi terjalin serta apalagi yang hendak
terjalin di bumi maupun di alam semesta ini jadi landasan kita dalam mencari
sesuatu ilmu serta kebenaran. Di mana kebenaran serta ilmu tadi hendak kita
kembalikan kepada syarat serta kehendak Allah SWT ialah takdir.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang ialah pedoman hidup serta bawah
tiap langkah hidup manusia. Al- Qur’an mengendalikan seluruh wujud ikatan
manusia, baik dengan Rabbnya, sesamanya, ataupun dengan lingkungannya.
Yang maksudnya, Al- Qur’an mangatur tatanan kehidupan manusia demi
kebahagiaan hidup di dunia serta di akhirat. Tatanan kehidupan manusia tidak
luput dari kedudukan ide yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Tuhan
menganugerahkan berbentuk ide kepada manusia mempunyai iktikad serta
tujuan yang istimewa. Anugerah ide ialah karunia kenikmatan yang tiada tara
serta mempunyai kemampuan khasiat yang istimewa pula. Dengan ide itu
manuisa jadi makhluk yang istimewa dibandingkan dengan makhluk ciptaan
Allah yang lain. Dengan ide manuisa bisa berfikir serta bernalar, berkeinginan,
serta berkemauan. Seakan manusia bisa melaksanakan apa saja serta bisa
memastikan opsi cocok kehendaknya.
Manusia diciptakan dengan sebaik- baik wujud penciptaan. Allah
menciptakan pendengaran, penglihatan serta jantung hati manusia untuk
menolong manusia tersebut bertahan hidup. Tetapi, perihal terutama yang wajib
dikenal oleh manusia merupakan apa yang ada dalam qadha serta qadar yang
sudah ditetapkan Allah. Pada rukun iman pula mengatakan bahwa qadha serta
qadar tercantum perihal yang wajib di imani. Yakin kepada qadha serta qadar
merupakan mempercayai kalau seluruh yang berlaku merupakan syarat Allah
semat. Takdir ialah syarat Allah SWT atas apa yang terjalin di alam ini. Apa
yang terjalin saat ini, esok serta seterusnya telah didetetapkan jauh saat sebelum
Allah menghasilkan alam ini.
Secara alamiah, dasarnya manusia mempunyai takdir yang tidak bisa
diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain. Kecuali
mengikuti hukum alam. Misalnya , manusia ditakdirkan oleh Allah tidak
memiliki sayap seperti burung yang bisa terbang dilangit lepas, demikian juga
manusia tidak mampu menyimpan makanan seperti unta yang bisa bertahan
berhari hari, dan lain lain. Akan tetapi manusia di takdirkan memiliki akal
pemikiran yang kreatif dan anggota tubuh yang dilatih terampil. Manusia bisa
meniru apa yang dilakukan oleh burung yaitu dengan membuat pesawat
terbang. Dan dapat menyimpan makanan seperti unta dengan membuat alat
penyimpanan makanan agar makanan bisa bertahan berhari hari. Dari sinilah
dapat terlihat bahwa takdir yang Allah berikan kepada manusia sangatlah luar
biasa.
Takdir ialah salah satu kepercayaan yang banyak memperoleh atensi
ulama baik dahulu ataupun saat ini. Bermacam kesimpulan yang mereka tarik
dari ajaran takdir antara lain kalau Islam itu mengarahkan falsafah maksudnya
menyerah kepada apa yang mengenai manusia, menyerah kepada kondisi yang
dirasakan tanpa berupaya buat mengelak dari bahaya serta kondisi, serta tidak
bisa mengelak dari nasib kurang baik sebab seluruh usaha serta ikhtiar tidak
terdapat manfaatnya. Perihal jadi permasalahan esensial untuk manusia
merupakan gimana manusia wajib berupaya, berperan cocok dengan kehendak-
Nya. Sukses ataupun tidaknya usaha, aksi tersebut di mari berlaku kehendak
Allah. Dalam usaha itu manusia diberi Allah kebebasan. Jadi kebebasan itu
pemberian dari Allah pula. Apabila kehendak Allah dengan kehendak manusia
selaku pemberian Allah tersebut diharmonisasikan ataupun dengan kata lain,
apabila kehendak manusia itu di atur dengan kehendak Allah, hingga hendak
berjalan kehidupan manusia dengan selamat.
Dengan demikian, penulis tertarik buat mengangkut perkara takdir
dalam Islam buat dianalisa lebih lanjut, dalam al- Qur’ an ada ayat- ayat yang
menarangkan tentang konsep takdir terhadap seluruh ciptaan- Nya,
sebagaimana yang dipaparkan di atas, yang bisa dijadikan dalil sekalian bahan
kajian buat menarangkan apakah takdir ialah syarat absolut Tuhan, ataupun
bergantung atas kehendak manusia, ataupun malah perpaduan antara keduanya.
Tema takdir yang ialah perkara yang senantiasa jadi pembicaraan hangat,
bersamaan dengan kehidupan manusia yang tidak sempat lepas dari ketentuan-
ketentuan yang manusia yakini selaku takdirnya.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Dalam lisan al- Arab, kata alQadr serta al- Taqdir memiliki makna yang
sama ialah syarat Allah, kedua kata ini kerap digunakan dalam arti yang sama
ialah syarat Allah. Seperti itu sebabnya rukun iman yang ke 6 ialah iman
kepada al- qadr dalam hadis tentang rukun iman kerap diungkapkan iman
kepada takdir sekalipun lafaznya tertulis.
Takdir bagi sebutan, bisa dimaksud selaku sesuatu peraturan tertentu
yang sudah terbuat oleh Allah Swt., baik aspek struktural ataupun aspek
fungsionalnya, buat undang- undang universal ataupun kepastian- kepastian
yang berhubungan di dalamnya, antara karena serta akibat( causaliteit).
Sehingga segala ciptaan ini sanggup ataupun bisa berhubungan antara yang satu
dengan yang lain, yang setelah itu melahirkan kualitas- kualitas ataupun
kejadian- kejadian tertentu. Umat Islam menguasai takdir selaku bagian dari ciri
kekuasaan Tuhan yang wajib diimani sebagaimana diketahui dalam Rukun
Iman. Uraian tentang takdir cuma bisa dipelajari dari data Tuhan, ialah data
Allah lewat Alquran serta hadis. Secara keilmuan umat Islam dengan simpel
sudah mengartikan takdir selaku seluruh suatu yang telah terjalin.
Dari sebagian ayat al- Quran, bisa ditelusuri definisi takdir, baik secara
etimologi ataupun terminologi. Mengutip Meter. Quraish Shihab dalam
Pengetahuan Al- Qur’ an: Tafsir Maudhu’ i Atas Pelbagai Perkara Umat, kata
takdir( takdir) terambil dari kata qaddara berasal dari pangkal kata qadara yang
antara lain berarti mengukur, berikan kandungan, ataupun dimensi, sehingga
bila kita mengatakan,“ Allah sudah menakdirkan demikian,” hingga itu berarti
Allah sudah berikan kandungan/ dimensi/ batasan tertentu dalam diri, watak,
ataupun keahlian optimal makhluk- Nya.
Buat lebih memperdalam lagi uraian tentang takdir, berikut ini penulis
paparkan sebagian penafsiran takdir bagi ulama.

a. Menurut Al-Jurjaniy

Al- Qadr merupakan keterkaitan kehendak Tuhan dengan seluruh


kondisi baik itu permasalahan waktu, keadaan era tertentu.

b. Menurut Ibn Manzhur

Al- Qadr merupakan keterkaitan kehendak Tuhan dengan seluruh


kondisi baik itu permasalahan waktu, keadaan era tertentu. Qadha serta qadar
adalah muwaffiq( memiliki penafsiran sama) dikatakan Tuhanlah yang
memastikan( serta dapat pula berarti) apabila sesuatu itu sesuai dengan
suatu( maksudnya hendak terjalin cocok dengan kadar ketentuannya).

c. Menurut Abu Hanifah


Qadar ialah penentuan suatu dengan martabatnya yang hendak diperoleh
berupa kebaikan dan kejahatan, manfaat dan mudharat yang meliputi masing-
masing ruang dan waktu, tercantum penentuan, ganjaran dan hukuman

Dari sebagian definisi di atas, terdapat 2 komentar yang dapat kita ambil.

Awal, kalau takdir merupakan suatu syarat yang telah ditakdirkan Allah
semenjak azali berlaku untuk seluruh makhluk ciptaan- Nya. Tercantum apa
yang hendak didapat serta tidak hendak dapat dirubah berbentuk kebaikan,
kejahatan, pahala serta siksaan. Kedua, uraian tentang takdir lebih menuju
kepada terdapatnya usaha manusia buat melakukan suatu perbuatan yang
menjadikannya karena akibat berlakunya takdir itu. Uraian takdir pada tipe awal
tidak salah, sebab terdapat hal- hal dalam hidup di luar keahlian serta nalar
manusia buat menolak serta melaksanakannya, cuma saja bila uraian ini yang
diterapkan, hingga orang Islam hendak mempunyai mental serta semangat yang
tidak mendesak kreativitas, hendak melahirkan perilaku fatalistik, yang mana
perilaku semacam ini hendak menyerahkan seluruh suatu kepada nasib yang
hendak terjalin tanpa terdapat usaha untuk membetulkan ataupun
mengubahnya. Orang Islam tidak hendak hadapi kemajuan apalagi penyusutan
sebab tidak terdapat kreativitas yang diciptakan. Uraian dari penafsiran yang
kedua hendak mendesak lahirnya kreativitas, perilaku serta sikap dinamis,
sebab terbentuknya takdir itu terpaut dengan aktivitas yang cocok dengan
ketentuannya, mengupayakan sesuatu yang sesuai dengan ketentuan yang
hendak terjalin jadi peluang manusia buat kreatif memastikan metode yang
sesuai dalam menanggulangi permasalahan.

Takdir ialah salah satu rukun iman yang harus kita yakini. Tidak hanya
percaya, namun pula menguasai takdir dengan benar sehingga keimanan kita
menggapai kesempurnaan. Dalam suatu hadist dipaparkan kalau seorang tidak
dikatakan beriman saat sebelum beriman kepada takdir dengan benar.

“Tidak beriman seseoran hingga dia beriman kepada qadar baik dan
buruk nya dari Allah dan yakin bahwa yang menimpanya tidak akan luput
darinya serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya. (H.R Al-Tarmizi
dan Ahmad)“

2. Qadha dan Qadar


Dalam terminology islam, diketahui 2 sebutan buat menarangkan
tentang takdir ialah Qadha serta Qadar. Terdapat perbandingan komentar
digolongan ulama menimpa definisi keduanya. Qadar bagi bahasa berarti
hukum, ciptaan, kepastian serta uraian. Sebaliknya maknanya merupakan
menutuskan, memisahkan, memastikan suatu serta menuntaskan. Dengan kata
lain arti Qadar merupakan mencipta. Sebaliknya arti Qadha merupakan puncak
seluruh suatu. Secara Sebutan Qadha merupakan syarat Allah yang berlaku
untuk seluruh makhluk cocok ilmu Allah. Ibn Hajar berkata kalau Qadar sebagi
ketetuan yang bertabiat merata serta universal semenjak era azali, sebaliknya
Qadha merupakan bagian perincian syarat tersebut.
Dari penafsiran tersebut, hingga qadar ialah takdir yang masih bisa
diganti oleh manusia dengan metode berikhtiar dengan serius, berdoa, serta
tawakal. Sebaliknya qada ialah suatu ketetapan dari Allah SWT yang tidak bisa
diganti. Contoh takdir yang tidak bisa diganti( qadar) ialah, kelahiran seorang,
tipe kelamin, penampilan raga serta kematian. Sedangkan itu, sebagian contoh
qadha ialah, seorang yang kesusahan menguasai pelajaran di sekolah berupaya
belajar dengan aktif supaya mendapatkan nilai yang bagus, orang yang
menderita penyakit tertentu berobat serta menempuh style hidup sehat supaya
sembuh serta seorang yang miskin berupaya mendapatkan pekerjaan ataupun
membuat sesuatu usaha sampai jadi orang yang berkecukupan.
Dari 2 pembagian takdir, secara zhahir nampak berbeda. Namun, pada
prinsipnya memiliki kesamaan. Paling utama tentang takdir manusia, takdir
manusia bukan sekedar kehendak dari Allah. Namun, memiliki ikatan sebab-
akibat ataupun karena akibat, komentar ini dikuatkan oleh Ahmad Sanusi yang
menarangkan tentang pemberian ide kepada manusia. ide yang diberikan
kepada manusia itu ialah hak individu dalam penggunaannya. Serta
pertanggung jawabannya pula secara perorangan.

Anda mungkin juga menyukai