Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Tak hentinya ucap syukur kepada Allah SWT

yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah

“Takdir ” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan mempunyai

banyak kekurangan, untuk itu kami mohon  agar para pembaca dapat memberikan kritik

dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan oleh kita semua,

banyak kekurangannya kami mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                    Panyabungan, 23 Oktober 2022

                                                                                                Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beriman kepada takdir adalah satu dari pokok-pokok keyakinan yang
ditanamkan dalam hati setiap muslimin. Rasulullah SAW menyebut iman kepada
takdir sebagai bagian dari rukun iman yang ke-enam.
Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk di dalamnya manusia
sendiri. Selanjutnya Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang
bersifat mutlak. Disini timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia sebagai
ciptaan Tuhan, bergantung pada kehendak mutlak Tuhan dalam menentukan
perjalanan hidupnya? Apakah Tuhan memberi kebebasan kepada manusia
dalam mengatur hidupnya ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak
dan kekuasaan mutlak Tuhan. Dan bagaimana konsep yang benar mengenai
takdir agar mampu meningkatkan kualitas SDM. Hal inilah yang akan dibahas
pada makalah yang berjudul “Takdir dalam peningkatan SDM”.
Karena pemahaman konsep takdir itu berkaitan erat dan dapat
membentuk sikap hidup manusia tehadap alam semesta yang dapat
mempengaruhi atau mewarnai etos kerja dalam hidupnya. Oleh karena itu
konsep takdir dapat mendorong untuk menjadi khaira ummah dan
meningkatkan kualitas SDM.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peengertian takdir ?
2. Apa saja macam-macam takdir ?
3. Apa saja tingkatan takdir?
4. Bagaimana konsep takdir dalam peningkatan SDM ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian takdir.
2. Mengetahui macam-macam takdir.
3. Mengetahui tingkatan takdir.
4. Mengetahui konsep takdir dalam peningkatan SDM.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Takdir dipercayai sebagai bagian dari iman yang harus diyakini
keberadaannya oleh setiap muslim. Takdir yang dimaksud disini adalah ketentuan
Allah SWT sejak dahulu kala atas segala sesuatu yang pasti akan terjadi sesuai
dengan ilmu dan kehendak-Nya.1
Takdir menurut arti bahasa maksudnya memiliki makna-makna tersembunyi,
‫( الحكم‬hukum), ‫( القضاء‬ketetapan), ‫(الظاقلة‬kekuatan, daya, potensi), ‫المقيا س‬ )ukuran(,
‫ ) التحد يد‬batasan atau ketentuan( yang ada pada sesuatu. Setiap unsur terkecil di alam
semesta memiliki hukum atau takdirnya masing-masing yang telah ditetapkan oleh
Allah secara rinci dan detail yang berarti juga memiliki hukum, potensi, sifat dan
karakteristiknya masing-masing.2
     
Sesungguhnya segala sesuatu kami ciptakan serba berukuan (al Qamar 54:49)
Takdir menurut istilah ialah peraturan yang dibuat Tuhan untuk yang segala
maujud di alam semesta, yang merupakan undang-undang umum atau kepastian-
kepastian yang berkaitan di dalamnya antara sebab dengan musababnya atau antara
sebab dan akibatnya.
Takdir bukanlah paksaan dari Allah sebab semua manusia dapat menentukan
pilihan baik dan buruk untuk dirinya sendiri kalau mau. 3
Jika dikaitkan dengan Qadha’ dan Qadar Allah yang sesuai dengan rukun
iman yang ke-enam ialah iman kepada Qadha’ ialah kepastian, dan Qadar ialah
ketentuan. Keduanya ditetapkan oleh Allah SWT untuk seluruh makhluk-Nya.
Sedangkan maksudnya beriman kepada Qadha’ dan Qadar, artinya setiap manusia
(muslim dan muslimat) wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh
bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak sengaja telah ditetapkan olah
Allah SWT. Sejak zaman azali, ketentuan itu telah ditulis didalam Lauh Mahfuzh
(papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua yang akan terjadi sedang atau sudah terjadi

1
Muhammad Chirzin, Konsep Dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1997, Hlm 105-106
2
Musthofa,dkk, Tauhid. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005, Hlm 56
3
Muhammad Chirzin, Konsep Dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1997, Hlm 105-106

4
di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh Allah SWT, jauh sebelum hal itu sendiri
terjadi.4

B. Macam-macam Takdir
Takdir dibagi menjadi dua hal yang saling berlawanan, yakni takdir yang tetap
(mubram, hatami dan musayyar) dan takdir yang berubah (ghairu mubram atau
mu’allaq, dan mukhayyar). Hal ini mengandaikan adanya sesuatu yang ada di dunia
ini yang tidak bisa berubah di satu sisi tetapi di sisi lain ada sesuatu yang dapat
berubah. Padahal segala sesuatu yang ada di dunia ini saling pengaruh mempengaruhi
dan akan hancur, ini berarti segala sesuatu itu bisa berubah dan akan selalu berubah
hingga sampai pada kehancurannya.5
Takdir beberapa macam, semuanya termasuk kandungan dari tulisan takdir
umum dan semuanya kembali kepada ilmu Allah SWT yang mutlak serta mencakup
segala sesuatu.
a. Takdir Azali
Meliputi segala hal dimana sebelum terciptanya langit dan bumi, ketika
Allah menciptakan al-qalam dan memerintahkannya menulis segala apa yang ada
sampai hari kiamat (QS. Al Hadid : 22).
b. Takdir ‘Umuri
Takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya,
rizkinya, perbuatannya, kebahagiaan dan kesengsaraan.
c. Takdir Sanawi (tahunan)
Takdir yang dicatat pada malam lailatul qadar setiap tahun. Para mufassir
menyebutkan bahwa pada malam itu ditulislah semua apa yang akan terjadi pada
satu tahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki, ajal, untuk memilah kejadian
dan peristiwa dalam satu tahun, yang kesemuanya telah dicatat dalam lauhul
mahfudz (QS Adh Dukhan : 4-5).6

C. Tingkatan-tingkatan Takdir
Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu
Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati. Takdir akan berpihak terhadap

4
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1996, hlm 132
5
Musthofa,dkk, Tauhid. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005, Hlm 44
6
Tim Ahli Ilmu Tauhid, Kitab Tauhid, (Jakarta: Darul Haq, 2008), hal171.

5
orang-orang yang mau berusaha semata-mata karena Allah. Dalam berusaha manusia
mempunyai empat tingkatan yang wajib diimani, yaitu :
1. Al-Ilmu
Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang
telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak satupun luput dari
ilmu Allah SWT. Allah SWT berfirman:
            
 
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(Al-
Hasyr:59:22)

2. Al-Kitabah
Allah SWT yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di
Lauh Mahfuzh, dan tulisan itu tetap ada sampai hari Kiamat. Apa yang telah
terjadi di masa yang lalu, dan apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang sudah dituliskan oleh Allah SWT di Lauh
Mafuzh. Allah SWT berfirman:
              
    
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam
sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi
Allah.(Al-Hajj 22:70)
3. Al-Masyiah
Allah SWT mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang ada di
langit dan bumi. Tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali kehendak-Nya. Apa-
apa yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT pasti tidak akan terjadi. Di dalam Al-
Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan masyiatullah yang mutlak.
Artinya kalau Allah menghendaki sesuatu tidak ada yang bisa menghalangi
kehendak-Nya itu. Begitu juga sebaliknya, kehendak siapapun tidak akan terjadi
kalau tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman:
           

6
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Al-Insan
76:30)
4. Al-Khalq
Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai
penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya
dijelaskan :
ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ‫ق فَا ْعبُ ِد هَّللا َ ُم ْخلِصا ً لَّهُ ال ِّدين‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‫ِإنَّا َأن َز ْلنَا ِإلَ ْي‬
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar : 2

Iman kepada Taqdir mencakup keempat tingkatan diatas. Artinya segala


perbuatan, perkataan termasuk segala hal yang tidak dilakukan manusia diketahui,
dituliskan, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah SWT.7

D. Konsep takdir dalam peningkatan SDM.


Sumber daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai
tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya
berfungsi maksimal bagipencapaian tujuan organisasi (lembaga).
Disamping itu, manusia adalah makhluk Tuhan yang kompleks dan unik serta
diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak berdiri sendiri yaitu tubuh
(fisik/jasmani) sebagai unsur materi, dan jiwa yang bersifat non materi.8

Ada dua dimensi pemahaman tentang takdir yaitu :


a. Dimensi Ketuhanan
Yaitu sekumpulan informasi yang hanya diperoleh melalui ayat-ayat
dalam Al-Qur’an yang berisikan makna bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan
segala sesuatu termasuk takdir.
b. Dimensi Kemanusiaan
Sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menginformasikan bahwa
Allah memerintahkan kepada manusia untuk berusaha degan sungguh-sungguh
untuk mencapai cita-citanya.9

7
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI UMY, 1995, Hlm 178-181
8
http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/1-pengertian-sdm.pdf
9
Sangkot Sirait, Tauhid Dan Pembelajarannya.Yogyakarta :FITK UIN Sunan Kalijaga. 2013, Hlm 93

7
Dari satu sisi manusia adalah makhluk musayyar sama seperti benda,
tanaman-tanaman dan hewan; artinya tidak mempunyai kebebasan untuk menerima
dan menolak. Semuanya telah dibentuk dan ditentukan. Dari sisi lain manusia adalah
makhluk mukhayyar, artinya memiliki kebebasan untuk menerima dan menolak.
Hal-hal yang manusia tidak memiliki ikhtiar misalnya tentang kelahirannya
didunia sebagai laki-laki atau perempuan, gerak-gerik reflek organ tubuhnya, warna
kulitnya, ukuran tubuhnya tinggi atau pendek, kematiannya, dan lain-lain sebagiannya
yang manusia sama sekali tidak punya hak menerima dan menolak. Untuk hal-hal
seperti itu Allah SWT sama sekali tidak pernah meminta pertanggungjawaban.
Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa untuk hal-hal yang ikhtiayari
sifatnya, seseorang tidak bisa menjadikan taqdir sebagai alasan untuk menghindar dari
tanggung jawab.10
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan
dirinya. Terkait dengaan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah
ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusa tidak tahu apa yang sebenanya akan terjai.
Kemampuan berpikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan,
proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun, setelah diusahakan realisasinya
tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah
terjadi.
Oleh sebab itu, sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam
menjalani hidup di dunia ini, manusia diperintah oleh Allah untuk berusaha dan
berdo’a untuk merubahnya. Jika usahanya berhasil, manusia dilarang untuk menepuk
dada sebagai hasil karya sendiri, bahkan ketika usahanya dianggap gagal dan manusia
itu bersedih dan menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga
menganggap hal itu sebagai kesombongan.
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (tidak tahu akan takdirnya) maka
diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan
hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia
diberikan pegangan hidup.11 Pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan
Al Hadits untuk ditaati.

10
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI UMY, 1995, Hlm 183-185
11
Sangkot Sirait, Tauhid Dan Pembelajarannya.Yogyakarta :FITK UIN Sunan Kalijaga.2013. Hlm 93

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Takdir yang dimaksud disini adalah ketentuan Allah SWT sejak dahulu kala
atas segala sesuatu yang pasti akan terjadi sesuai dengan ilmu dan kehendak-
Nya.
2. Macam-macam takdir :
a. Takdir Azali
b. Takdir ‘Umuri
c. Takdir Sanawi (tahuan)
3. Tingkatan-tingkatan Takdir
a. Al-Ilmu
b. Al-Kitabah
c. Al-Msyiah
d. Al-Khalq
4. Manusia diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah dalam menjalani
hidupnya.

B. SARAN

Kepada pembaca supaya memahami dengan mendalam materi yang telah


disampaikan agar dapat mengimplementasikan konsep peningkatan SDM pada
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chirzin, Muhammad .1997. Konsep Dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra

Pustaka.

http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/1-pengertian-sdm.pdf / diakses

pada selasa, 2 desember 2014 pukul 22.30

Ilyas, Yunahar.1995. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY

Musthofa, dkk, 2005. Tauhid. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Sirait, Sangkot. 2013. Tauhid Dan Pembelajarannya.Yogyakarta :FITK UIN Sunan

Kalijaga.

Tim Ahli Ilmu Tauhid, 2008. Kitab Tauhid. Jakarta: Darul Haq.

Zainuddin. 1996. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta : PT Rineka Cipta.

10

Anda mungkin juga menyukai