Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

Pendahuluan

Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang
sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga
rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi
adalah kehendak dan kuasa Allah SWT.Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering
menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang
telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan
terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata
frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-
ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang
ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih,
dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.

A. Latar Belakang

Qadha dan Qadar adalah dua hal yang secara bahasa berbeda, namun merupakan satu kesatuan
kuasa Allah yang tak dipisahkan. Hal ini disebabkan keduanya merupakan ketentuan atau keputusan dan
wilayah otonomi kekuasaan Allah yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.
Allah mempunyai hak untuk menciptakan dan memerintah apa yang dikehendakinya. Segala sesuatu
pun telah ditetapkan oleh Allah sebelum ia menciptakan makhluqnya. Ia juga mengatur dan menetapkan
empat perkara pada makhluknya, seperti rizqi, ajal, amalaannya dan celaka atau bahagia, sekali-kali tidak
ada pilihan bagi mereka. Dalam kenyataan hidup yang kita lihat, setiap hari di masyarakat ada berbagai
macam warna kehidupan, ada orang yang hidupnya beruntung namun ada pula yang nasibnya serba
kekurangan. Itu semua telah menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu menurut kadar
ukurannya.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang inti kandungannya mengacu untuk menyakini akan ketentuan
dan ketetapan Allah swt. Dalam makalah ini semua contohnya ada golongan makiyah dan juga ada
golongan madaniyah. Dan sebagai seorang mukmin kita harus menyakini bahwa segala apa yang terjadi
di alam semesta ini telah direncakan oleh penciptanya.

Qada dan Qadar


1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Qada dan Qadhar?


2. Bagaimana hubungan Qadha dan Qadar?
3. Apakah macam-macam Qada dan Qadar?
4. Apakah makna Iman kepada Qada dan Qadar?
5. Apakah Fungsi iman kepada Qada dan Qadar?
6. Apakah hikmah yang di dapat jika kita beriman kepada Qada dan Qadar?
7. Bagaimanakah penyakit dalam konteks Qada dan Qadar?
8. Apakah pengertian Penyakit?
9. Apa saja jenis-jenis penyakit?
10. Bagaimana perkembangan teori perkembangan penyakit?
11. Bagaimana isi dalil yang membahas tentang penyakit dan qada dan qadar?
12. Apakah hikmah dari penyakit yang Allah berikan kepada kita?

C. Metode Penulisan : Metode Berita

D. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk mengetahui pengertian qada dan qadar.
3. Untuk mengetahui hubungan qada dan qadar.
4. Untuk mengetahui macam-macam Qada dan Qadar.
5. Untuk mengetahui makna Iman kepada qada dan Qadar.
6. Untuk mengetahui fungsi iman kepada Qada dan Qadar.
7. Untuk mengetahui hikmah yang di dapat jika kita beriman kepada qada dan qadar.
8. Untuk mengetahui penyakit dalam konteks Qada dan Qadar.
9. Untuk mengetahui pengertian penyakit.
10. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit.
11. Untuk mengetahui teori perkembangan penyakit.
12. UUntuk mengetahui dalil tentang penyakit dan Qada dan Qadar.
13. Untuk mengetahui hikmah yang didapat ketika kita diberikan penyakit oleh Allah SWT.

Qada dan Qadar


1
BAB 2
Pembahasan

A. Pengertian Qada dan Qadar

Qadha’ menurut bahasa ialah Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna) nya
adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyelesaikannya.
Maknanya adalah mencipta. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah
sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk.
Sedangkan Qadar menurut bahasa yaitu Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya
huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih
yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu.
Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan
aqduruhu dari at-taqdiir.”
Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, menurut istilah
ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu
dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan,
dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan
para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali.
Para Ulama berbeda pandangan dalam memberikan arti kata Qada’ dan qadar, sebagian ulama
mengartikan sama, dan sebagian ulama yang lain memberikan arti yang berbeda.
Pandangan yang membedakan antara Qada dan Qadar, mendefinisikan Qadar dengan “Ilmu Allah
SWT. Tentang apa yang akan terjadi pada makhluk di masa mendatang.” Sedangkan Qada’ adalah “Segala
sesuatu yang Allah SWT. Wujudkan (Adakan atau berlakukan) sesuai dengan ilmu dan kehendaknya.”
Sebagian ulama yang lain justru menerapkan definisi diatas secara terbalik, yakni Qada dan Qadar
ditukar.
Pendapat yang menyamakan Qada dan Qadar memberikan definisi “Aturan baku yang
diberlakukan oleh Allah Swt. Terhadap alam ini, undang-undang yang bersifat umum, dan hukum-hukum
yang mengikat sebab dan akibat.” Pengertian itu diilhami oleh beberapa ayat Al-Qur’an, seperti Firman
Allah Swt. Dalam Q.S Ar-Ra’d/13:8 yang berbunyi :

Qada dan Qadar


1
       
      
 
Artinya :
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. ” (Q.S Ar-Ra’d/13:8)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Qada’ menurut bahasa berarti “Menentukan
atau memutuskan”, sedangkan menurut istilah artinya “Segala ketentuan Allah Swt. Sejak zaman Azali”.
Adapun pengertian Qadar menurut bahasa adalah “Memberi kadar, aturan, atau ketentuan”. Sedangkan
menurut istilah berarti ketetapan Allah Swt. Terhadap seluruh makhluknya tentang segala sesuatu”.
Firman Allah Swt. :

     


       
     
Artinya :
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada
sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (Q.S Al-Furqaan/25:2)

Iman kepada Qada dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt.
Telah menentukan segala sesuatu bagi makhluknya. Menurut Yasin, iman kepada Qada dan Qadar adalah
“Mengimani adanya ilmu AllahSwt. Yang qadiim dan mengimani adanya kehendak Allah Swt. Yang
berlaku serta kekuasaannya yang menyeluruh”.
Setiap muslim wajib mengimani Qada dan Qadar Allah Swt., yang baik ataupun yang buruk.
Firman Allah Swt. :

       


         
  
Artinya :
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit

Qada dan Qadar


1
dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi Allah.” (Q.S Al-Hajj/22:70)

       


        
     
Artinya :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.” (Q.S Al- Hadiid/57:22)

Iman kepada Qada dan Qadar meliputi empat prinsip, sebagai berikut :
1. Iman kepada ilmu Allah Swt. Yang Qadiim (Tidak berpermulaan), dan dia mengetahui perbuatan manusia
sebelum mereka melakukannya.
2. Iman bahwa semua Qadar Allah Swt. Telah tertulis di Lauh Mahfuzh
3. Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. Yang berlaku dan kekuasaan-nya yang bersifat menyeluruh.
4. Iman bahwa Allah Swt. Adalah zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. Adalah sang pencipta dan yang
lain adalah makhluk

B. Dalil Tentang Qada dan Qadar

Dalil yang menunjukkan rukun yang agung dari rukun-rukun iman ini ialah Al-Qur-an, As-
Sunnah dan Akal.
1. Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an

 Al- Ahzab /33 :38

        


         
     
“Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya.

Qada dan Qadar


1
(Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu.
dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,

 Al- Qamar/ 54: 49

     


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

 Al- Hijr/ 15: 21

      


    
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.”

 Al- Mursalaat/ 77:22- 23

     


 
“Sampai waktu yang ditentukan,(22) lalu Kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah Sebaik-baik
yang menentukan.”

 Thaahaa/ 20: 40

       


      
      
      
       

“ (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun):

Qada dan Qadar


1
"Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami
mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. dan kamu pernah
membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu
dengan beberapa cobaan; Maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan kemudian kamu
datang menurut waktu yang ditetapkan Hai Musa”

 Al-Furqaan/25 :2

     


       
     
“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada
sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (Q.S Al-Furqaan/25:2)

 Al-A’laa/87 :3

   


“Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”

 Al- Anfaal/8 :42

     


     
     
      
        
    
“(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah
yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu Mengadakan persetujuan
(untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan
hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan

Qada dan Qadar


1
suatu urusan yang mesti dilaksanakan, Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan
yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui,”

 Al- Israa’/17 :4

     


     
 
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan
yang besar".

 Al- Hadiid/57: 22

       


        
     
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.” (Q.S Al- Hadiid/57:22)

 At- Tagaabun/64: 11

        


       
 
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa
yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.”

2. Dalil-Dalil Dari As-Sunnah

Qada dan Qadar


1
 Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam hadits Jibril Alaihissalam

‫شوتتيؤهمشن هباِيلقششدهر شخييهرهه شوششررهه‬

“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .”

 Riwayat Muslim dalam kitab Shahiih dari Thawus mengatakan :

“Saya mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan,
‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan, “Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar
mengatakan, ‘Segala sesuatu itu dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau
kecerdasan dan kelemahan.’”

 Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

‫ لشيو أشنريي فششعيل ت‬:‫ئ فشلش تشتقلي‬


‫ قششدتر اه شوشماِ ششاِشء فششعشل‬:‫ شولشهكين قتيل‬،َ‫ شكاِشن شكشذاَ شوشكشذا‬،‫ت‬ ْ‫ك ششيي ئ‬ ‫شوإهين أش ش‬
‫صاِبش ش‬

“…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Se-andainya aku melakukannya,


niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah menjadi ketentuan Allah, dan
apa yang dikehendakinya pasti terjadi… .’”

 H.R . Muslim

“”Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama
empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (Sperma), kemudian berubah menjadi
‘alaqah (Segumpal darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mughhah
(Sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirim kepadanya
Kemudian malaikat meniupkan ruh padanya, dan malikat tersebut diperintahkan empat hal :
Menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan menuliskan
apakah ia celaka, atau bahagia. Demi dzat yang tidak ada tuhan yang berhak

Qada dan Qadar


1
Disembah kecuali dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan
penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga hanya satu lengan,
Tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudia ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka,
dan ia pun masuk neraka. Sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan
Amal perbuatan penghuni neraka, hingga keika jaraknya dengan neraka hanya satu lengan, tiba-
tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan
penghuni surga, Dan ia masuk surga.

 H.R Al- Bukhari dan Muslim

“ Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nutfah,
40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah
Mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kedalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu
tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (Jalan hidupnya)
sengsara Atau bahagia.

3. Dalil-dalil dari Akal

Sedangkan dalil akal, maka akal yang sehat memastikan bahwa Allah-lah Pencipta alam semesta
ini, Yang Mengaturnya dan Yang Menguasainya.Tidak mungkin alam ini diadakan dengan sistim yang
menakjubkan, saling menjalin, dan berkaitan erat antara sebab dan akibat sedemikian rupa ini adalah
secara kebetulan.Sebab, wujud itu sebenarnya tidak memiliki sistem pada asal wujud-nya, lalu bagaimana
menjadi tersistem pada saat adanya dan perkembangannya.
Jika ini terbukti secara akal bahwa Allah adalah Pencipta, maka sudah pasti sesuatu tidak terjadi
dalam kekuasaan-Nya melainkan apa yang dikehendaki dan ditakdirkan-Nya.
Di antara yang menunjukkan pernyataan ini ialah firman Allah Azza wa Jalla

‫ض هميثلشهتان يشتشنشازتل اَيلشيمتر بشيينشهتان لهتشيعلشتمواَ أشان ا‬


‫اش شعلشىى تكرل ششييءء‬ ‫ت شوهمشن اَيلشير ه‬‫ق شسيبشع شسشماِشواَ ء‬‫ات اَلاهذيِ شخلش ش‬
‫ا‬
ِ‫اش قشيد أششحاِطش بهتكرل ششييءء هعيلمما‬
‫قشهديئْر شوأشان ا‬

Qada dan Qadar


1
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar "
kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu." [Ath-Thalaaq/65 : 12]

.Kemudian perincian tentang qadar tidak diingkari akal, tetapi merupakan hal yang benar-benar disepakati

C. Hubungan Qada dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu
berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah
kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan
perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Allah berfirman:

      


    
Artinya :
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya
melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S Al- Hijr : 21)

Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah,yaitu Qadar atau
takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ´sudah takdir´, maksudnya takdir
tersebut adalah qadha dan qadar.
Berikut ini, arti Qada dan Qadar dalam Al-Qur’an :

No Arti Qur'an Surah


1 Hukum atau Keputusan An-Nisa : 65
2 Perintah Al-Isra' : 23
Qada
3 Kehendak Ali Imran : 47
4 Mewujudkan atau menjadikan Fussilat : 12
1 Kekuasaan atau Kemampuan Al- Baqoroh : 236
2 Ketentuan atau Kepastian A- Mursalat : 23
Qadar 3 Ukuran Ar-Ra'd : 17
Mengatur serta menentukan
4 Fussilat : 10
sesuatu menurut batas-batasnya

Qada dan Qadar


1
Ulama Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di basrah Tahun 330 H),
berpendapat bahwa Qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan dan
keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan di ciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai
terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan Qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap
semua mahkluknya dalam bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun
sipat-sipatnya.
Menurut ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar merupakan satu
kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari
kehendak itu. Qada bersifat Qadim (lebih dulu ada) sedangkan qadar bersipat hadis (baru).
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara qada dan qadar merupakan dwi
tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian qada sama dengan pengertian qadar.
Rasulullah SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman, beliau hanya
menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada qada dan qadar. Rasulullah SAW
bersabda :
(‫اَاَل يماِن أ ن تو من باِ ل ومل ئكته وكتبه ورسله واَليوم اَل خر وتومن باِ لقد ر خيره وسره )رواَه مسلم‬

Artinya :
“Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, hari
akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim)

Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan iman
kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini,
seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan
jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu’ain. Seseorang yang mengaku islam, tetapi tidak
beriman pada takdir dapat di anggap murtad. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada
takdir cukup banyak, antara lain :

       


         
       
Artinya :

Qada dan Qadar


1
“Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah
hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia.” (Q.S. Ali Imran, 3 : 47)

      


     
  
Artinya :
“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Fussilat, 41 : 10)

        


         
     
Artinya :
“Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah
menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. dan adalah
ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,” (Q.S Al- Ahzab/33 : 38)

Apakah manusia itu musayyar (di paksakan oleh kekuatan Allah) atau mukhayyar (di beri
kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri)? Tidak benar kalau di sana manusia itu
mutlak musayyar, tetapi juga keliru jika di katakan manusia itu mutlak mukhayyar.
Hal –hal yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa
terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, alat pernapasan,
dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur
sekalipun.
Adapun hal yang mukhayyar mislanya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan
berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk. Allah SWT melalui Rasulnya telah memberikan
petunjuk tentang jalan yang lurus, yang harus di tempuh manusia, kalau ia ingin masuk surga, dan jalan
yang sesat yang harus di jauhi manusia jika ia tidak ingin masuk neraka. Allah SWT berfirman :

Qada dan Qadar


1
  
Artinya :
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan,” (Q.S. Al- Balad/90: 10)

Bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan dalam berbuat. Dimana, yang
dimaksud dengan dua jalan tersebut adalah Jalan kebajikan dan jalan kejahatan Hal itu tersirat dalam
pristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin Khatab RA.

D. Macam- macam Qadar

1. Takdir Mu’allaq

Takdir Mu’allaq adalah takdir yang bisa berubah. Takdir ini merupakan
ketentuan Allah yang disandarkan atas ikhtiar manusia. Manusia berikhtiar untuk
mendapatkan sesuatu yang diharapkan, sehingga usahanya dilakukan dengan
maksimal, baik secara lahir (usaha) atau secara batin (do’a). Contohnya seperti
kekayaan dan kepandaian, kedua contoh tersebut bisa disandarkan atas usaha
manusia (Dengan cara berdo’a disertai usaha dan hasilnya di tawakal kan kepada
Allah). Hal ini senada dengan firman Allah,

      


         
      
        
     
Artinya :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali

Qada dan Qadar


1
tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S Ar-Ra’d : 11)

2. Takdir Mubram

Takdir mubram adalah takdir Allah yang tidak bisa berubah, takdir ini semata-mata ketentuan
Allah yang tidak disandarkan kepada ikthiar manusia. Contohnya seperti kematian hal ini termasuk
ketentuan Allah yang mana tidak dapat dirubah melalui ikhtiar manusia. Seperti firman Allah dalam Qs.
An-nisa/4: 78.

     


      
       
        
       
  
Artinya :
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang
Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S An-Nisaa’/ 4: 78)

E. Makna Iman Kepada Qada dan Qadar

Qada dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “Sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup
seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan Sunnatullah. Sunnatullah adalah huku-hukum
Allah Swt. Yang disampaikan untuk umat manusia melalui para rasul, yang tercantum di dalam Al-Qu’an
berjalan tetap dan otomatis. Misalnya malas belajar berakibat bodoh, tidak mau bekerja akan miskin,
menyentuh api merasakan panas,menanam benih akan tumbuh dan lain-lain.

Qada dan Qadar


1
Kenyataan menunjukkan bahwa siapapun orangnya tidak mampu mengetahui takdirnya.
Jangankan peristiwa masa depan, hari esok terjadi apa, tidak ada yang mampu mengetahuinya. Siapapun
yang berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai hukum-hukum Allah Swt. Disertai dengan do’a, ikhlas
dan tawakal kepada Allah Swt., dipastikan akan memperolah keberhasilan dan mendapatkan cita-cita
sesuai tujuan yang ditetapkan.
Berkaitan dengan makna beriman kepada Qada dan Qadar, dapat diketahui bahwa nasib manusia
telah ditentukan Allah Swt. Sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan
nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat
kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan di bawa
ke hadapan Khalifah Umar. “Mengapa Engkau mencuri?” Tanya Khalifah. Pencuri menjawab, “Memang
Allah sudah menakdirkan saya menjadi pencuri.” Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah,
lalu berkata, “Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!” para sahabat lain
bertanya, “Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?” Khalifah umar menjawab, “Ya, itulah yang
setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukuli karena berdusta atas nama
Allah.”
Beriman kepada takdir selalu terkait dengan 4 hal yang selalu berhubungan dan tidak terpisahkan.
Keempat hal itu adalah iman kepada takdir itu sendiri, ikhtiar, do’a, dan tawakal.

1. Takdir

Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh- tumbuhan berkembang subur,
lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa
pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut, adalah ketentuan Allah Swt. Dan itulah yang disebut
takdir.
Manusia memiliki kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah Swt.
Kepadanya. Disamping itu, manusia berada dibawah huku-hukum tersebut (Qauliyah dan kauniyah).
Hanya berbeda dengan makhluk selain manusia, misalnya matahari, bulan dan planet lainnya, seluruhnya
ditetapkan takdirnya tanpa bisa ditawar-tawar.

Qada dan Qadar


1
      
      
  
Artinya :
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". (Q.S Fussilat/41: 11)

Manusia makhluk yang paling sempurna, oleh karena itu ia diberi kemampuan memilih bahkan
pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan (Takdir) Allah Swt. Yang ditetapkan
keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak.
Firman Allah Swt.
       
     
      
    
      
Artinya :
“Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek.” (Q.S. Al- Kahfi/18 :29)

Namun harus diingat setiap pilihan yang diambil manusia. Pada saat yang sama manusia diminta
pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri. Firman Allah Swt:

     


       
Artinya :

Qada dan Qadar


1
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
(Q.S Asy-Syams/91: 8-10)

     


Artinya :
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”
(Q.S Al-Qiyamah/75: 36)

Beberapa tamsil peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam memahami persoalan takdir.
Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam (Syiria dan Palestina)
beliau mendengar berita bahwa disana sedang terjadi wabah penyakit, sehingga beliau membatalkan
rencananya tersebut. Kemudian seseorang tampil bertanya : “Apakah anda lari/mendhindar dari takdir
Allah?” Umar serta merta menjawab : “Saya lari/ menghindari dari takdir Allah kepada takdirnya yang
lain”.
Sejak zaman Rasulullah saw. Telah terjadi kekeliruan dalam menyikapi takdir, salah satunya
beliau bersabda : “Pada akhir zaman ada suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, dengan (Sangat
enaknya) mereka berkata: “Allah Swt. Telah menakdirkan saya mencuri.”
Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir, padahal dengan
tegas Allah Swt. Melarangnya. Akhlak yang diajarkan islam adalah setiap keburukan yang menimpa
merupakan kesalahan kita sebagai manusia, sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan
anugerah Allah Swt.

2. Ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam menggapai cita-cita
dan tujuan. Allah Swt. Menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar. Jika
Allah Swt. Telah menentukan, kenapa ada ikhtiar?
Allah berfirman dalam Q.S Al-Aniyaa’/21 : 90 dan Q.S. Al- Mukminuun/23: 60 yang berbunyi :
    
     
    
     

Qada dan Qadar


1
Artinya :
“ Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan
isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.
dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.”
(Q.S Al- Anbiyaa’/21:90)

     


    
Artinya :
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”
(Q.S. Al-Mukminuun/23: 60)

Dari beberapa ayat diatas, Allah Swt. Mendorong manusia untuk berusaha , berlomba dan
berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapapun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti dia
sedang menuju keberhasilan. Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wajadda”, Siapapun orangnya yang
bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan.
Rasullullah saw bersabda :

“Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah
kalian menunggu kekafiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit
Yang menggerogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan terburuk
yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”
(HR. At- Tirmidzi)

Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan inilah letak
“Rahasia Ilahi”. Meskipun begitu, Allah Swt. Tidak menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan,
walaupun gagal. Firman Allah Swt :

       


      
 

Qada dan Qadar


1
Artinya :
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan
bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi Balasan kepadanya
dengan Balasan yang paling sempurna,” (Q.S An- Najm/53: 39- 41)

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelaslah kenapa Allah Swt. Mewajibkan manusia berikhtiar.
Walaupun sudah ditentukan Qada dan Qadarnya, di pundak manusialah kunci keberhasilan dan
keberuntungan hidupnya. Disamping itu, begitu banyak anugerah yang telah Allah Swt. Berikan kepada
manusia berupa naluri, panca indera, akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal
yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.

3. Do’a

Do’a adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya. Hal ini karena
do’a merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Bagi yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam
menjalani ikhtiarnya, karena Allah Swt. Telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang
bersungguh-sungguh memohon. Firman Allah Swt. :

       


      
    
Artinya :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku
adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S Al- Baqarah/2 : 186)

4. Tawakal

Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan do’a, maka
tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah menyerahkan segala urusan dan hasil
ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.

Qada dan Qadar


1
Dasar pengertian tawakal diambil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah
Saw, yakni :

Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha
yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait
erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar. Firman Allah Swt.

        


      

Pada Suatu hari, datang seorang sahabat ke kediaman Rasulullah dengan mengendarai unta.
Sesampainya di depan rumah beliau, (Ada peristiwa ganjil menurut pandangan Rasulullah),
sehingga beliau berkata : “Kenapa unta kalian tidak ditambatkan?” Ia menjawab : “Tidak ya
Rasulullah, karena saya telah bertawakal.” Kemudian Rasulullah berkata: “Tambatkan dulu unta
kalian, baru bertawakal!”

     


        
   
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(Q.S Ali-Imran/3 :159)
F. Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu
mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
1. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa ,
maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia
(umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang

Qada dan Qadar


1
merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di
manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan
di akhirat.

2. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan
ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat
mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya
masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah
seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi.
Allah berfirman dalam Q.S. Al- Mujadilah/58 : 11

     


    
      
     
     
  
Artinya :
“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al- Mujadilah/58: 11)
3. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran
bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah
yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus,
serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu,
kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat
manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika
di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga,

Qada dan Qadar


1
sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu
akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. Firman Allah Swt.:

    


    
      
    
  
Artinya :
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan
taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa,” (Q.S Ali ‘Imran/3: 131-133)

4. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang
yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap
dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu
memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka,
dan pesimis dalam hidup. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hadid/57 : 21-24.

5. Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat,
sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia
(umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar
ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di
bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara
maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya:
“Sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

G. Hikmah Beriman Kepada Qada dan Qadar

Qada dan Qadar


1
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam
menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara
lain:
1. Banyak Bersyukur dan Bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia
akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri.
Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah :
         
   
Artinya :
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”
(Q.S An- Nahl/16 : 53)

2. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa
dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa ,
karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
    
        
      

Artinya :
“Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir." (Q.S Yusuf/12 : 87)

3. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung.Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi

Qada dan Qadar


1
harus diusahakan.Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis
dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah :
      
       
       
       
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (Q.S Al- Qashash/28: 77)

4. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika
beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha
lagi. Allah SWT berfirman :

   


     
      
Artinya :
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.”
(Q.S Al- Fajr/89: 27-30)

5. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari Sunnatullah.
6. Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam mengejar
cita- citanya.
7. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran do’a bagi keberhasilan sebuah usaha.
8. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh

Qada dan Qadar


1
9. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak
berputus asa ketika mengalami kegagalan.
10. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini di batasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt.
Yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Qada dan Qadar


1
BAB 3
Penyakit dalam Konteks Qada dan Qadar

A. Pengertian Penyakit

Penyakit adalah keadaan tidak normal pada badan atau minda yang menyebabkan
ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stres kepada orang yang terbabit atau berhubung rapat
dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk menerangkan kecederaan, kecacatan,
sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan variasi biasa sesuatu struktur atau fungsi, sementara
dalam konteks lain boleh dianggap sebagai kategori yang boleh dibedakan.
Ada beberapa pengertian mengenai penyakit menurut Gold Medical Dictionary penyakit adalah
kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau
tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi struktur, bagian, organ atau sistem dari tubuh. Sedangkan
menurut Arrest Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan yang terlihat dari luar saja,
tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi dari tubuh.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu keadaan
gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak normal.
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang
menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kehatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (penyebab), dan environtment. Timbulnya
penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut. Hubungan ketiga faktor tersebut
memuat:

1. Sehat
Interaksi pertama ini dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara, Host, Agent, dan
Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat

2. Agen dapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit


Interaksi ini dapat dikatakan bahwa agen mendapat kemudahan untuk menumbulkan penyakit
pada host. Agen memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring kearah agen.
Contohnya ada mutasi virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung (H5N1) atau
Flu Babi (H1N1)dimana masyarakat belum memiliki kekebalan tubuh untuk melawan virus tersebut.

Qada dan Qadar


1
3. Host Peka Terhadap Agent
Interaksi ketiga host lebih peka terhadap agent. Host memberatkan keseimbangan sehingga
pengungkit miring kea rah host. Contoh apabila disuatu daerah yang penduduk berusia balita besar, maka
sebagian besar populasi rentan terkena penyakit

4. Pergeseran Lingkungan yang Menyebabkan Agen Mendapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit


Interaksi keempat, terjadi pergeseran lingkungan, sehingga memudahkan agen memasuki tubuh
host dan menimbulkan penyakit. Contohnya ketika banjir air kotor mengandung kuman (Agen) yang
kontak dengan Masyarakat (Host), sehingga agen lebih mudah menimbulkan penyakit.

5. Pergeseran Lingkungan yang menyebabkan host peka terhadap penyakit


Interaksi kelima adalah pergeseran kuliatas lingkungan sehingga host memberatkan
keseimbangan.(host peka terhadap agent). Contoh terjadi pencemaran udara dengan SO2 yang
menyebabkan saluran udara paru menyempit (agar tidak banyak racun), namun mengkibatkan sehingga
paru-paru kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul kelainan paru.

B. Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit

Perkembangan teori terjadinya penyakit bermula dari anggapan bahwa penyakit tersebut timbul
karena adanya gangguan dari makhluk halus. Namun kian lama teori-teori tersebut mulai bermunculan,
memberikan perkembangan-perkembangan tersendiri tentang kebenaran terjadinya penyakit. Berikut
beberapa teori yang pernah berkembang.
1. Teori Contagion
Penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang dengan orang
lain. Berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.

2. Teori Hippocrates
Penyakit terjadi akibat kontak antara satu orang dengan orang
lain. Berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.

3. Teori Humoral.

Qada dan Qadar


1
Penyakit timbul akibat gangguan dari keseimbangan cairan dalam
tubuh. Tubuh terdiri dari 4 cairan (putih, kuning, merah dan hitam)  Bila
terjadi ketidak keseimbangan, timbul penyakit. Jenis penyakit tergantung
pada jenis cairan yang dominan. * Berkembang dari Cina.

4. Teori Miasma
Penyakit timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami
pembusukan sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan
sekitarnya.

5. Teori Jasad Renik


Penyakit disebabkan oleh jasad renik. Pada teori ini jasad
renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit. Berkembang
setelah ditemukannya mikroskop.

6. Teori Ekologi Lingkungan


Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam
lingkungan tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit

C. Dalil Tentang Penyakit

Sesuatu yang tidak akan dipungkiri siapa pun adalah kehidupan ini tidak hanya dalam satu
keadaan. Ada senang, ada duka. Ada canda, begitu juga tawa. Ada sehat, namun juga adakalanya sakit.
Dan semua ini adalah sunnatullah yang mesti dihadapi orang manapun.
Di antara hal yang paling menarik dalam hal ini adalah di mana seorang manusia menghadapi
ujian berupa sakit. Tentu keadaan sakit ini lebih sedikit dan sebentar dibanding keadaan sehat. Yang perlu
diketahui oleh setiap muslim adalah tidaklah Allah menetapkan (mentaqdirkan) suatu taqdir melainkan di
balik taqdir itu terdapat hikmah, baik diketahui ataupun tidak. Dengan demikian, hati seorang muslim
harus senantiasa ridho dan pasrah kepada ketetapan Rabb-nya.
Saat seseorang mengalami sakit, hendaknya ia menyadari bahwa Rasulullah Saw. yang
merupakan manusia termulia sepanjang sejarah juga pernah mengalaminya. Bahkan dengan adanya sakit,
banyak orang menyadari kekeliruannya selama ini sehingga sakit itu mengantarkannya menuju pintu
taubat. Justru ketika sakit itu tidak ada, malah membuat banyak orang sombong dan congkak. Lihatlah
Fir’aun yang tidak pernah Allah timpa ujian sakit sepanjang hidupnya, membuatnya sombong terlampau
batas sampai-sampai berani menyatakan, “Akulah tuhan tertinggi kalian!”. Hal ini tercantum dalam Q.S
An- Nazi’at/79: 24 yang berbunyi :

Qada dan Qadar


1
    
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

     


   
 
Artinya :
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian
Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon
(kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (Q.S Al- An’am/6: 42)

Tidak heran jika ada sebagian orang saat tertimpa musibah malah justru bergembira sebagaimana
bergembira ketika mendapat kelapangan. Rasulullah Saw. pernah bersabda :

“…dan sesungguhnya salah seorang mereka benar-benar merasa gembira karena mendapat cobaan,
sebagaimana salah seorang mereka merasa senang karena memperoleh kelapangan.” (HR Ibnu Majah dan
Al Hakim, beliau berkata, “Shahih menurut syarat Muslim.” Disepakati oleh Adz Dzahabi)

Agar sakit itu berbuah kebahagiaan, bukan keluh kesah, hendaknya seorang muslim mengetahui
janji-janji yang Allah berikan, baik dalam Al Quran maupun melalui lisan Rasul-Nya, Muhammad Saw.,
Allah Ta’ala berfirman:

        


     

Artinya :
“Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk
kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman
harus bertawakal." (QS. At Taubah/9: 51)
       
        

Qada dan Qadar


1
       
       
      
Artinya :
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri,” (QS Al Hadid/57: 22-23)

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
 HR. Bukhari dan Muslim

“Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan
menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan
dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 HR. At- Tirmidzi

“Bencana senantiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya
sampai ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya.” (HR. At Tirmidzi,
dan beliau berkomentar, “Hasan shahih.”, Imam Ahmad, dan lainnya)

 HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah

“Sesungguhnya besarnya pahala itu berbanding lurus dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika
Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha, baginya ridha(Nya), namun
siapa yang murka, maka baginya kemurkaan(Nya).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Qada dan Qadar


1
Masih banyak lagi janji-janji menggiurkan lainnya yang tersebar di dalam Al Quran dan As Sunnah.

D. Jenis- Jenis Penyakit

Menurut anggapan mayoritas orang, yang dianggap penyakit hanyalah penyakit yang menimpa
badan secara nyata seperti demam, batuk, flu, dan seterusnya. Namun tahukah Anda, bahwa ada penyakit
lain yang seharusnya lebih mendapatkan perhatian dan penanganan? Itulah penyakit hati. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam sebuah pertemuannya dengan para
dokter, yaitu :

“Wahai saudara-saudaraku, penyakit itu ada dua, yaitu penyakit hati, inilah penyakit maknawi (abstrak),
dan yang kedua adalah penyakit jisim, inilah penyakit hissi (kongkrit). Jenis pertama harus lebih utama
diperhatikan dan ditangani karena ia mengakibatkan kebinasaan abadi.”
(Irsyadat lith Thabibil Muslim 05: 34 – 06: 04)

Al ‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan firman Allah,

ْ‫هفي قتتلوبهههيم شمشر ئ‬


‫ض‬
“Di dalam hati mereka terdapat penyakit”

Yang dimaksud dengan penyakit di sini adalah penyakit keraguan, syubhat, dan kemunafikan.
Karena hati akan menghadapi dua penyakit yang akan mengeluarkannya dari kesehatan dan
keseimbangannya, yaitu penyakit syubhat yang bathil dan penyakit syahwat yang membinasakan.
Kekufuran, kemunafikan, keraguan, dan kebid’ahan semuanya termasuk penyakit syubhat. Sedangkan
zina, menyukai kekejian dan kemaksiatan serta melakukannya termasuk penyakit syahwat, sebagaimana
firman Allah,
    
     
     
   

Qada dan Qadar


1
Artinya :
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya
dan ucapkanlah Perkataan yang baik,” (QS Al Ahzab/33: 32)

Berkeinginan yang dimaksud adalah bangkitnya nafsu seseorang yakni syahwat zina. Dan orang yang
sehat adalah orang yang terselamatkan dari kedua penyakit ini. Maka jadilah ia memperoleh keyakinan,
keimanan, dan kesabaran dari segala maksiat.” (Taisirul Karimirrahman)

Maka penyakit hati itu pangkalnya ada dua, yaitu syubhat dan syahwat. Dari kedua hal inilah
bercabang semua penyakit, dan amat sedikit orang yang mengetahuinya kecuali yang dirahmati Robb-
nya. Ibnu ‘Utsaimin berkata, “…penyakit-penyakit (yang menyerang) agama yang porosnya adalah
syubhat dan syahwat.”
Hal lain yang seyogyanya diketahui oleh seorang muslim adalah tidaklah Allah menciptakan
suatu penyakit kecuali Dia juga menciptakan penawarnya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah ‫ﷺ‬:

‫شماِ أشينشزشل ات شداَمء إهال أشينشزشل لشهت هششفاِمء‬


“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Imam Muslim ‘merekam’ sebuah hadits dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dari
Rasulullah ‫ﷺ‬, bahwasannya beliau bersabda,

‫ب شدشواَتء اَلاداَهء بششرأش بهإ هيذهن اه شعاز شو شجال‬ ‫ فشإ هشذاَ أت ه‬،‫لهتكرل شداَءء شدشواَتء‬
‫صيي ش‬
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh
dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla.”

Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya, Ibrahim As.

    


Artinya :
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,” (Q.S Asy Syu’ara/26: 80)

Qada dan Qadar


1
        
       
 
Artinya :
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya
melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa
atas tiap-tiap sesuatu. (Q.S Al- An’am/6 :17)

Maka obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan, sedangkan kesembuhan hanya datang dari
Allah. Karena Dia sendiri menyatakan demikian, “Dialah yang menciptakan segala sesuatu.” Semujarab
apapun obat dan sesepesialis dokter itu, namun jika Allah tidak menghendaki kesembuhan, kesembuhan
itu juga tidak akan didapat. Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari selain-Nya, berarti
ia telah rela keluar dari agama dan neraka sebagai tempat tinggalnya kelak jika tidak juga bertaubat. Dan
fenomena ini kerap dijumpai di banyak kalangan, entah sadar atau tidak. Seperti ucapan sebagian orang,
“Tolong sembuhkan saya, Dok .” Meski kalimat ini amat pendek, namun akibatnya sangat fatal, yaitu
dapat mengeluarkan pengucapnya dari Islam. Sepantasnya setiap muslim berhati-hati dalam setiap gerak-
geriknya agar ia tidak menyesal kelak.
Banyak orang ketika tertimpa sakit lari kesana-kemari mencari kesembuhan. Setiap orang akan
mencari dokter sepesialis terhebat di negerinya bahkan di seluruh dunia sekalipun demi mendapatkan
kesembuhan. Berapa pun biayanya akan dibayarnya meski harus berhutang. Celakanya ada sebagaian
orang yang masih percaya kepada dukun si penipu yang malah menjerumuskannya ke dalam lobang
kesyirikan yang mengeluarkan dari agama. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari
Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda:

‫ فشقشيد شكفششر بهشماِ أتينهزشل شعشلى تمشحامءد‬،‫صادقشهت بهشماِ يشقتيوتل‬


‫شمين أششتاِ شعاراَمفاِ أشيو شكاِههمناِ فش ش‬
Artinya :
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lantas ia membenarkan perkataannya, maka ia
telah kufur terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”
(HR. Ahmad dalam Al Musnad, Al Hakim dalam Al Mustadrak –dan ia menilainya shahih dengan syarat
Al Bukhari & Muslim-, dan Al Baihaqi)

Qada dan Qadar


1
Tentu usaha untuk mendapatkan kesembuhan itu, selama usaha-usaha itu ‘sehat’, sangat
diperlukan, karena ini merupakan bagian dari tawakal. Syaikh Shafiyyurrahma bin ‘Abdullah Al
Mubarakfuri rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits: “Setiap penyakit ada obatnya…” dsb., “Di
dalamnya (hadits di atas) terdapat dorongan untuk berobat dan mengambil sebab, dan bahwasannya yang
demikian itu termasuk dari taqdir Allah. Bahkan ia termasuk menuntut taqdir-Nya jika ia berkeyakinan ia
akan sembuh dengan seizin-Nya. Yaitu seperti menolak rasa lapar dengan makan dan haus dengan
minum.” (Minnatul Mun’im syarh Shahih Muslim, 3: 457)
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menyediakan obat yang lebih baik dari itu. Semua orang dapat
memperolehnya jika ia yakin dengan sepenuhnya. Inilah yang disebut dengan “berobat dengan wahyu.”
Allah lah yang telah menciptakan penyakit, maka tentu Dia lebih tahu apa penawar dan obatnya.
Sedangkan, jika dalam ilmu kedokteran jenis penyakit digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Penyakit Menular
Penyakit menular adalah Penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menjangkiti tubuh
manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba, atau jamur. Beberapa jenis penyakit yang
menular, yaitu Anthrax, Malaria, DBD, TBC, Rabies, Flu Burung, dll

2. Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular adalah Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi
disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia.
Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk, seriawan, sakit perut, dan sebagainya.
Keracunan makanan Ketergantungan dan penyalahgunaan obat terlarang, Kecelakaan Penyakit
gangguan mental.

3. Penyakit Kronis
Penyakit Kronis adalah Penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa penyakit kronis yang
sering menyebabkan kematian kepada si penderitanya antara lain AIDS, Serangan jantung, dan
Kanker

E. Hikmah dan Makna Penyakit yang diberikan Allah Swt.

Rasulullah bersabda
“Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”

Allah memerintahkan :

Qada dan Qadar


1
1. Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya.
3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit
menjadi pucat pasi.
4. Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari
dosa.

Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1,
2 dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba. Namun untuk
malaikat ke 4, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin.
Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : “Ya Allah mengapa dosa-dosa
ini tidak Engkau kembalikan?” Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku
mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan
buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”
Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam
keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat
menghilangkan dosa selama setahun.”

“Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah atau penyakit, atau risau fikiran atau sedih hati,
sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh
Allah” (HR Bukhari-Muslim)

Sakit, sebagaimana juga setiap ujian, bukan menguji ketangguhan dan kemampuan. Sebab sakit
Allah beri sudah sesuai dengan takaran dan daya tahannya. Ia sejatinya menguji kemauan untuk memberi
makna. Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya
diangkat dan membuat malaikat yang selalu sehat takjub.

Berikut hikmah di datangkannya penyakit oleh Allah Swt.


1. Sakit Adalah Ujian
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al- Baqarah/2 :155-156

    


     

Qada dan Qadar


1
    
      
 
Artinya :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun" (QS. Al-Baqarah/2: 155-156)

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,

      


     
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
(QS. Al-Anbiyaa`: 35)

Begitulah Allah SWT menguji manusia, untuk melihat siapa di antara hambaNya yang memang benar-
benar berada dalam keimanan dan kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang
diucapkan melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh
seluruh anggota badan.

Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya menjadi lebih baik di
hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : "Barangsiapa dikehendaki baik oleh
Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya". (HR. Bukhari).

2. Sakit adalah Adzab


Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan mendekatkan dirinya
kepada Allah SWT. Namun bagi sebagian orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan
dirinya.
Allah SWT berfirman:

Qada dan Qadar


1
      
       
      
     

Artinya :
“Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah
kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami
mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".
(Q.S Al- An’aam/6: 65)

    


    
Artinya :
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum
azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. As-Sajdah/32: 21)

3. Sakit Sebagai Penebus Dosa dan Kesalahan


Sakit merupakan penebus berbagai dosa dan menghapuskan segala kesalahan, sehingga sakit
menjadi sebagai balasan keburukan dari apa yang dilakukan hamba, lalu dihapus dari catatan amalnya
hingga menjadi ringan dari dosa-dosa. Hal itu berdasarkan dalil-dalil yang sangat banyak, di antaranya
hadits Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula dengan seorang muslim,
laki-laki dan perempuan, melainkan Allah Swt menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu,
sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon.” (HR. Ahmad, 3/346).

Sebagian orang menduga bahwa keutamaan dan pahala yang terdapat dalam hadits tersebut dan
yang semisalnya, hanya diperuntukkan bagi orang yang menderita sakit berat atau sakit parah, atau yang

Qada dan Qadar


1
tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya saja, padahal sebenarnya berbeda dengan dugaan ini, karena
seorang hamba akan mendapat pahala dari musibah yang menimpanya, sekalipun hanya sakit ringan,
selama ia tetap sabar dan selalu meminta pahala.
Tidak disangsikan lagi bahwa setiap kali musibahnya lebih besar dan sakitnya sangat berat, maka
akan bertambahlah pahalanya, akan tetapi sakit ringan juga tetap akan mendapat pahala.

4. Sakit akan Mengangkat Derajat dan Menambah Kebaikan


Sesungguhnya sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan. Dalil-dalil tentang hal itu
diantaranya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda:

"Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan ditulis untuknya
satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan" (HR. Muslim no. 2572).

Maka jelaslah dari penjelasan nash-nash ini bahwa disamping menghapuskan kesalahan, juga
diperoleh peningkatan derajat dan tambahan kebaikan. Imam an-Nawawi rahimahullah memberikan
komentar atas hadits di atas, bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa tidak
berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan tentang penebus berbagai kesalahan
dengan segala penyakit, segala musibah dunia dan duka citanya, sekalipun kesusahan itu hanyalah sedikit.
Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang pengangkatan derajat dengan perkara-perkara ini dan tambahan
kebaikan (Syarh an-Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).

5. Sakit Merupakan Sebab untuk Mencapai Kedudukan yang Tinggi


Hal itu diindikasikan oleh hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah memperolehnya
dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia
memperolehnya" (HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya 1/495).

6. Sakit Merupakan Bukti bahwa Allah SWT Menghendaki Kebaikan Terhadap Hamba-Nya
Hal itu ditunjukkan oleh bebreapa hadits-hadits berikut ini :

 Hadits Shuhaib bin Sinan r.a, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Qada dan Qadar


1
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya menjadi kebaikan,
dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi seorang mukmin: jika ia mendapat kesenangan,
ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan jika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, maka
itu menjadi kebaikan baginya” (HR. Muslim no. 2999).

 Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa yang Allah SWT menghendaki kebaikan dengannya, niscaya Dia menimpakan musibah
kepadanya” (HR. al-Bukhari No.5645).

7. Sakit Membawa Manusia kepada Muhasabah (Introspeksi Diri)


Sesungguhnya sakit membawa kepada muhasabah (introspeksi diri) dan tidak sakit membuat
orang terperdaya. Hukum ini berdasarkan kebiasaan, pengalaman dan realita. Sesungguhnya apabila
seseorang menderita sakit, ia akan kembali kepada Rabb-nya, kembali kepada petunjuk-Nya, dan
memulai untuk melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan, dan
menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat, perbuatan haram serta penyebab-penyebab yang
mengarah kepadanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Musibah yang engkau terima dengannya
terhadap Allah SWT lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa untuk berdzikir kepada-
Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha`ib).

8. Sakit menjadi Penyebab Kembalinya Hamba kepada Rabb-Nya


Bagian ini merupakan pelengkap bagian sebelumnya, cobaan merupakan penyebab kembalinya
hamba kepada Rabb mereka, yaitu pada saat Dia menghendaki kebaikan terhadap mereka. Karena inilah,
Allah Swt berfirman:

     


   
 

Artinya :

Qada dan Qadar


1
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian
Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon
(kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. Al-An’aam/6: 42)

Dan Allah Swt berfirman:


     
     
   


Artinya :
“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang
saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik
dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
(Q.S Al- A’raaf/7:186)

9. Sesungguhnya Sakit itu Memperbaiki Hati


Al-‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Hati dan ruh mengambil manfaat dengan
penyakit dan penderitaan, yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang yang memiliki kehidupan,
sehingga kesehatan hati dan ruh digantungkan atas penderitaan badan dan tekanannya.” (Syifa`ul ‘alil
524).
Beliau juga mengatakan, “Sebagaimana yang telah diketahui, sesungguhnya jika bukan karena
berbagai cobaan dunia dan musibahnya, niscaya hamba mendapatkan berbagai penyakit sombong, bangga
diri, dan keras hati, yang menjadi penyebab kebinasaannya, baik yang cepat (di dunia) maupun yang
tertunda (di akhirat)".
Maka kalau bukan karena Allah SWT mengobati hamba-hamba-Nya dengan berbagai obat
cobaan dan ujian, niscaya mereka akan berbuat zalim dan melampuai batas. Dan apabila Allah Swt
menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia menuangi obat dari cobaan dan ujian menurut kadar
kondisinya, dan mengosongkan dengannya dari penyakit-penyakit yang membinasakan, sehingga apabila
Dia telah membersihkannya, Dia menempatkannya untuk martabat paling mulia di dunia, yaitu
penghambaan, dan pahala tertinggi di akhirat, yaitu melihat-Nya dan dekat dengan-Nya. (Syaifaul Ghalil
hal. 524).

Qada dan Qadar


1
10. Sesungguhnya Sakit Mengingatkan Hamba Terhadap Nikmat Sehat
Terkadang seseorang akan terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga ia
melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini dan lalai dari bersyukur kepada Allah Swt. Maka ia
dicoba dengan sakit, sehingga mengenal kadar yang besar tersebut, karena sakit membuatnya tidak bisa
memperoleh kepentingan agama dan dunia, karena itulah, Nabi Saw bersabda:

‫صاحةت شوياَلفششراَ ت‬
‫غ‬ ‫نهيعشمشتاِهن شميغبتيوئْن فهييههشماِ شكثهييئْر همشن اَلاناِ ه‬
‫ اَل ر‬:‫س‬
Artinya :
“Dua nikmat yang membuat manusia banyak terperdaya olehnya: nikmat sehat dan waktu luang.”
(HR. al-Bukhari No.6412)

Terkadang manusia mendapat kesempatan, akan tetapi ia tidak bisa memanfaatkannya karena
disibukkan oleh sakitnya. Nikmat adalah kesempatan yang tidak sempurna kecuali disertai oleh adanya
kesehatan. Maka akan diperoleh rasa bersyukur terhadap kesehatan yang disebabkan oleh ingatan pada
saat sakit karena besarnya kenikmatan tersebut.

Qada dan Qadar


1
BAB 4
Penutup

A. Kesimpulan

Dilihat dari jalannya pembahasan, kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu : Allah SWT dalam
menciptakan makhluk-Nya selalu dengan ukuran, bentuk, sifat, dan hukum tertentu. Dan itulah yang
disebut Sunnatullah. Sunnatullah mencakup tentang Qada dan Qadar yang memiliki hubungan yang
saling melengkapi. Karena, Qada lebih menggambarkan aspek perencanaan dan penentuan atas
penciptaan terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar ialah batasan atau ukuran serta hukum-hukum yang
harus ada pada setiap ciptaan yang telah direncanakan itu. Akan tetapi manusia tidak boleh
menggantungkan diri sepenuhnya kepada takdir semata-mata, melainkan harus berusaha untuk
menentukan nasibnya sendiri.

B. Saran

Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunyasehari-hari.Oleh karena itu,penulis


menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita
senantiasa berhasil menurut pandangan AllahSWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa
ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah

Qada dan Qadar


1
DAFTAR PUSTAKA

http://febriputriak.blogspot.co.id/2013/01/makalah-iman-kepada-qada-dan-qadar.html
http://karya-tulis-ilmiah-makalah.blogspot.com/2012/10/makalah-pai-tentang-iman-kepada-qada.html
https://www.academia.edu/8462863/makalah_beriman_kepada_qada_dan_qadar
http://emhage.blogspot.co.id/2015/01/makalah-qadha-dan-qadar.html
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/03/qadha-dan-qadar.html
http://mnormaliku.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tentang-qada-dan-qadar.html
https://lukas21.wordpress.com/pengertian-penyakit/
http://srirahmayuli.com/konsep-terjadinya-penyakit-pengertian-penyebab-dan-distribusinya
http://weumb.blogspot.co.id/2014/03/konsep-dasar-timbulnya-penyakit.html
https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html
http://www.sarkub.com/hikmah-dibalik-karunia-sakit/
http://www.blogkhususdoa.com/2015/05/hikmah-dan-makna-sakit-dalam-pandangan-islam.html

Qada dan Qadar


1

Anda mungkin juga menyukai