Anda di halaman 1dari 7

Iman secara bahasa berarti percaya

pengertian iman menurut ilmu tauhid atau menurut istilah adalah meyakini dalam hati, mengucapkan
apa yang kita yakini dalam hati tadi dengan lisan, dan mengamalkan dalam perbuatan sehari" apa yang
sudah kita yakini dalam hati dan sudah kita ucapkan dengan lisan

rukun iman ada 6

1) iman kepada Allah

2) iman kepada malaikat Allah

3) iman kepada kitab" Allah

4) iman kepada Nabi dan Rosul" Allah

5) iman kepada hari ahir

6) iman kepada qadha' dan qadar Allah

sebagaimana sabda Rosulullah

)‫ (رواه مسلم‬... ‫َأ ْن تُْؤ ِمنَ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوتُْؤ ِمنَ بِ ْالقَد َِر َخي ِْر ِه َو َش ِّر ِه‬

Artinya : “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, & kamu beriman kepada takdir yang baik & yang buruk.” (HR. Muslim no. 9)

adapun cabang dari iman ada 77 cabang, cabang tertinggi adalah mengucapkan laa ilaha illallah, dan
yang terendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalanan.

keimanan manusia dapat bertambah dan dapat berkurang, sebagaimana dalam al-qur'an surat al-anfal
ayat 2

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ َزا َد ْتهُ ْم ِإي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬ ْ َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوِإ َذا تُلِي‬

artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Mengajarkan Arti Qada dan Qadar yang Perlu Diketahui dan Diyakini Anak
Qada dan Qadar termasuk perkara dalam Rukun Iman

Qada dan Qadar termasuk 2 hal penting dalam ajaran agama Islam yang harus diyakini. Hal ini karena
Qada dan Qadar telah disebutkan dalam Rukun Iman, tepatnya pada perkara yang ke-6. Dengan
demikian, meyakini atau mengimani Qada dan Qadar merupakan setiap kewajiban umat Muslim.
Terlebih, Qada dan Qadar ini berhubungan dengan segala kehendak, ketetapan, dan keputusan yang
dibuat oleh Allah SWT atas seluruh makhluknya. Jadi, sudah sepatutnya pelajaran mengenai Qada dan
Qadar disampaikan para orangtua pada anak-anaknya. Mengingat pengetahuan agama juga menjadi
sesuatu yang penting dalam kehidupan mereka.
 Hukum beriman pada Qada dan Qadar
 iman kepada Qada dan Qadar hukumnya wajib. Jadi, harus diimani oleh seluruh umat Islam,
tanpa pengecualian, dan tidak akan gugur sifat wajibnya meski telah diimani oleh umat Islam
lainnya.
 Perintah untuk beriman pada Qada dan Qadar, terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 36, yang
artinya, "Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."
 Allah SWT juga berfirman dalam QS. Al-Qamar ayat 49, yang berarti, "Sesungguhnya, Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
 2. Qada, keputusan atau rencana yang telah dituliskan Allah
 Menurut Bahasa, Qada berarti hukum, ketetapan, dan kehendak Allah. Maka, semua yang
terjadi memang berasal dari Allah SWT, sang pemilik kehidupan.
 Sebelum adanya proses kehidupan, Allah sudah menuliskan apa saja yang akan terjadi. Baik itu
tentang kebaikan, keburukan, maupun tentang hidup atau mati.
 Perintah untuk mengimani Qada telah dijelaskan dalam firman Allah SWT, tepatnya pada QS. Al-
Baqarah ayat 210 yang artinya, "Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu, kecuali datangnya
(azab) Allah bersama malaikat dalam naungan awan, sedangkan perkara (mereka) telah
diputuskan. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan."
 Jadi, memang segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini telah diputuskan, direncanakan, dan
dituliskan oleh Allah SWT.
 3. Qadar, perwujudan atau kenyataan yang telah diputuskan Allah
 Qadar secara Bahasa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kepastian dari Allah SWT.
 Namun secara istilah, Qadar berarti sebuah penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh
Allah SWT. Baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
 Apabila Qada merupakan keputusan atau rencana yang telah dituliskan Allah SWT. Maka, Qadar
adalah perwujudan atau kenyataan yang akan terjadi seperti yang sudah ditetapkan Allah SWT
tersebut.
 Jadi, memang Qada dan Qadar memiliki hubungan yang saling berkaitan. Keduanya biasa
disebut sebagai takdir dari Allah SWT.

4. Qada dan Qadar sebagai takdir yang telah ditetapkan Allah


Perwujudan kehendak Allah Swt. terhadap semua makhluk dalam ukuran dan bentuk-bentuk tertentu
sesuai dengan iradah-Nya merupakan pengertian qadar

 Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa Qada dan Qadar merupakan 2 perkara yang saling
berhubungan. Qada sebagai ketetapan dan rencana yang telah dituliskan, sementara Qadar
adalah wujud atau kenyataan dari ketetapan tersebut.
 Dalam kata lain, Qada dan Qadar ini disebut dengan takdir yang ditetapkan sejak manusia
ditiupkan roh oleh Allah SWT hingga mereka menghembuskan nafas terakhir. Ajarkanlah pada
anak bahwa takdir yang baik atau pun buruk itu telah ditentukan oleh Allah SWT.
 Penjelasan mengenai takdir tertulis dalam Alquran yang artinya, "Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan
bumi?;bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah," (QS. Al-Hajj: 70).
 Selain itu, terdapat sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang menjelaskan tentang takdir.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
 "Sesungguhnya seseorang diciptakan dari perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40
hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh didalamnya dan menuliskan empat ketentuan yaitu tentang
rezeki, ajal, amal, dan (jalan kehidupan) sengsara atau bahagia."
 Rasulullah SAW juga menyebutkan tentang takdir dalam hadis lainnya bahwa, "Allah telah
mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi,"
(HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash).
 Hal ini pun memperkuat perintah agar seluruh umat Islam beriman pada semua ketetapan atau
takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, Tuhan semesta alam.

5. Macam-macam takdir yang perlu diketahui


Takdir (Arab: ‫قدر‬, qodar) adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi karena pilihan makhluk itu
sendiri, yang akan dipertanyakan dan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah di Mahsyar kelak.

Setelah memahami pengertian Qada dan Qadar serta mengetahui pentingnya beriman pada Qada dan
Qadar sebagai takdir yang datang dari Allah SWTSecara garis besar, takdir dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:

1. Takdir muallaq
Muallaq ialah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang masih dapat diubah oleh manusia. Jadi,
dapat diwujudkan melalui usaha, doa, dan ikhtiar. Misalnya, saat seseorang ingin pintar, maka
diperlukan usaha yang keras dalam belajar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Alquran, Allah SWT berfirman yang artinya, "…
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri…" (QS. Ar-Ra’du: 11).
2. Takdir mubram
Mubram merupakan takdir yang tidak bisa diubah atau dihilangkan oleh manusia. Jadi,
ketetapan yang telah diputuskan Allah SWT ini bersifat mutlak. Beberapa contoh yang termasuk
dalam takdir Mubram, yaitu kehidupan dan kematian.
Hal ini telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang berarti, "“Dan setiap umat
mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan
atau percepatan sesaat pun," (QS. Al-A’raf: 34).

Macam Takdir dalam Agama Islam, Ketahui Perbedaan dan Contohnya

Ketahui Macam Takdir dalam Agama Islam, Ketahui Perbedaan dan Contohnya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Allah SWT yang telah
ditetapkan sejak zaman azali. Akan tetapi manusia tetap berusaha serta bertawakal, selebihnya
diserahkan kepada Allah SWT.
Sedangkan secara istilah, takdir merupakan segala yang terjadi, sedang terjadi serta akan terjadi yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT baik yang baik maupun yang buruk. Segala sesuatu yang terjadi atas
rencananya pasti serta tentu, namun manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga.

pengertian dan macam takdir yang ada dalam agama Islam yang patut Anda ketahui.

Pengertian Takdir

Takdir secara bahasa berasal dari kalimat Qoddaro – Yuqoddiru – Taqdiiroon artinya ketentuan, ukuran,
ketetapan, rumusan, untuk referensi, seperti disajikan pada surat berikut:

"Yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya." (AlFurqaan:2).

Dari beberapa ayat al-Qur'an, dapat ditelusuri definisi takdir, baik secara etimologi maupun terminologi.
Mengutip M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,
kata takdir (takdir) terambil dari kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti
mengukur, memberi kadar, atau ukuran, sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian,”
maka itu berarti Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan
maksimal makhluk-Nya.

Al-Raghib mengatakan: “qadar berarti kemampuan atau penguasaan ilmu, yang mencakup juga
kehendak. Dengan qadar tersebut terwujud sesuatu yang sesuai dengan pengetahuan dan kehendak
tersebut.”

Takdir menurut istilah, dapat diartikan sebagai suatu peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah
Swt., baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya, untuk undang-undang umum atau kepastian-
kepastian yang dikaitkan di dalamnya, antara sebab dan akibat (causaliteit). Sehingga seluruh ciptaan ini
mampu atau dapat berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, yang kemudian melahirkan kualitas-
kualitas atau kejadian-kejadian tertentu.

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani
sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi
Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Alquran dan hadis. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana
telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

Macam Takdir

Para ulama berpendapat bahwa macam takdir terdiri dari dua macam, yaitu: takdir mubram dan takdir
mu’allaq. Berikut penjelasan selengkapnya;

1. Takdir Mubram

Macam takdir yang pertama yaitu takdir Mubram. Takdir Mubram adalah suatu ketentuan yang bersifat
pasti dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Ini juga dikenal dengan takdir mutlak, seperti contoh bahwa takdir manusia pasti mati. Kematian adalah
salah satu rahasia terbesar dalam kehidupan manusia. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ia akan
mati, dan dalam keadaan bagaimana ia akan mati.

Tapi, siapapun manusia itu pasti akan mengalami kematian, "Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui".(Yasiin:38).

2. Takdir Muallaq

Macam takdir yang kedua yaitu takdir Muallaq. Takdir Muallad adalah suatu ketentuan berdasarkan
situasi dan kondisi, seperti jika seseorang rajin belajar, maka ia akan pandai. Tapi, jika ia malas, maka ia
akan bodoh.

Orang yang rajin bekerja akan kaya, dan yang malas berusaha akan miskin, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri". (Ar-Rad:11).

Takdir Muallaq masih dapat berubah melalui upaya, ikhtiar, dan doa sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Manusia diwajibkan mempergunakan tenaga, akal pikirannya untuk berusaha mencapai
kehendak dan keinginan disertai dengan segala syarat-syarat dan perhitungan sebab-akibat.

Pengaruh Keimanan terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia

Mengutip dari Jurnal Mudarissuna Intitut Agama Islam Negeri Metro, dengan beriman kepada takdir
dengan benar, seseorang akan giat berusaha dan berjuang dalam menjalani kehidupannya. Sebab tanpa
adanya usaha dan perjuangan sesuai tujuan, apapun hal yang diinginkan tidak akan tercapai.

Selain itu, manusia juga harus berpijak pada Sunnatullah. Dengan memahami takdir dalam bentuk yang
tepat, manusia akan terhindar dari kejerumusan berupa bencana ataupun kesengsaraan.

Maka dari itu, seseorang harus beribadah, berusaha, serta berjuang dengan bertumpu pada Sunnah
yang telah ditetapkan oleh Allah. Upaya tersebut agar cita-cita yang sedang diperjuangkannya dapat
tercapai sesuai dengan rencana tanpa keluar dari ajaran agama.

QS. Ar-Ra'd Ayat 11

Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.

Syarat Sah Hewan Kurban dan Hukum Berkurban untuk Beberapa Orang Petugas memeriksa kesehatan
seekor kerbau saat pemeriksaan kondisi hewan kurban yang dijual di Kudus, Jawa Tengah, Kamis
(8/8/2019). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/wsj. Oleh: Abdul Hadi - 10 Juli 2020 Dibaca Normal 2 menit
Hewan yang disembelih sebagai kurban saat Idul Adha dan hari tasyriq harus memenuhi sejumlah syarat
agar sah sebagai kurban. tirto.id - Setiap ibadah dalam agama Islam, termasuk menyembelih hewan
kurban saat Iduladha, dianggap sah jika sudah terpenuhi syarat-syaratnya. Dalam syariat Islam, terdapat
dua syarat yang harus terpenuhi agar kurban dapat diterima dan dianggap sah. Berkurban sendiri
hukumnya sunah muakadah atau amat ditekankan karena keutamaannya yang agung dalam Islam.
Keutamaan berkurban tersebut tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang memiliki kelapangan [harta], sedangkan ia tak
berkurban, janganlah dekat-dekat mushala kami," (H.R. Ahmad, Ibnu Majah dan Hakim). Anjuran untuk
berkurban pun tertuang di firman Allah SWT dalam surah Al-Kautsar ayat 2: "Maka dirikanlah salat
karena Tuhanmu, dan berkurbanlah," (QS. Al-Kautsar [108]: 2). Pelaksanaan kurban sudah diatur secara
jelas di dalam Islam. Tidak semua hewan dapat dijadikan kurban, dan harus memenuhi syarat tertentu.
Apa saja syarat-syarat sah hewan kurban yang harus dipenuhi? Dikutip dari NU Online, terdapat
sejumlah syarat sah hewan kurban. Syarat pertama, hewan kurban mestilah hewan ternak: unta, sapi,
kambing, atau domba. Selain hewan-hewan ternak itu, tidak bisa dijadikan sebagai hewan kurban.
Unggas, misalnya, tidak bisa dijadikan hewan kurban. Oleh karena itu, ayam, bebek, burung, ikan dan
hewan halal selain yang disebutkan di atas tidak bisa dikategorikan sebagai hewan kurban. Rujukannya
adalah firman Allah SWT dalam surah Al-Hajj ayat 34: "Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan
penyembelihan [kurban], supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah
direzekikan Allah kepada mereka," (QS. Al-Hajj [22]: 34). Syarat kedua, hewan ternak yang akan
dikurbankan haruslah mencapai usia minimal yang sudah diatur syariat Islam, sebagai berikut: Unta
minimal berumur 5 tahun dan telah masuk tahun ke 6 Sapi atau kerbau minimal berumur 2 tahun dan
telah masuk tahun ke 3 Kambing jenis domba atau biri-biri berumur 1 tahun Kambing jenis domba bisa
berumur 6 bulan jika yang berusia 1 tahun sulit ditemukan Kambing biasa (bukan domba/biri-biri)
minimal usia 1 tahun dan telah masuk tahun ke 2 Berdasarkan syarat di atas, maka tidak sah berkurban
menggunakan kambing, domba, unta, sapi ataupun kerbau jika belum mencapai kriteria usia minimal
yang sudah ditetapkan. Selain itu, jika usia hewan ternak itu sudah melebihi batas usia minimalnya,
sebaiknya tidak juga terlalu tua umurnya. Sebab, hewan yang terlalu tua dagingnya sudah keras dan
tidak lagi empuk saat dikonsumsi. Syarat ketiga, adalah hewan tidak dalam kondisi yang
menyebabkannya tidak sah menjadi kurban. Kembali mengutip penjelasan di Nu Online, ada sejumlah
jenis kondisi yang menyebabkan hewan, seperti sapi, kerbau, unta, kambing atau domba tidak sah
menjadi kurban, yakni: Hewan buta salah satu matanya Hewan pincang salah satu kakinya Hewan sakit
yang tampak jelas sehingg kurus dan dagingnya rusak Hewan sangat kurus Hewan yang terputus
sebagian atau seluruh telinganya Hewan yang terputus sebagian atau seluruh ekornya. Hewan yang
memiliki kondisi seperti di atas tidak sah menjadi hewan kurban. Meski begitu, hewan yang pecah atau
patah tanduknya, maupun tak punya tanduk, tetap sah dijadikan hewan kurban. Selain syarat-syarat itu,
yang perlu diperhatikan juga adalah waktu penyembelihan hewan kurban. Hewan kurban disembelih
pada waktu Iduladha, atau 10 Dzulhijjah, yakni mulai kira-kira setelah lewatnya waktu yang cukup untuk
salat dua rakaat dan dua khutbah yang terhitung sejak matahari terbit. Waktu penyembelihan hewan
kurban ini berlangsung hingga matahari terbenam pada hari tasyriq yang terakhir, yakni 13 Dzulhijjah.
Hukum Kurban Kolektif Karena pahala berkurban yang demikian agung, bagaimana jika seseorang tidak
mempunyai harta yang cukup untuk berkurban, namun ia bersikeras ingin menunaikannya? Syariat Islam
membolehkan berkurban secara kolektif, atau untuk beberapa orang, sehingga lebih banyak muslim dan
muslimah berkesempatan memperoleh pahala ibadah ini. Rujukannya hadis yang diriwayatkan sahabat
Jabir RA, bahwasanya, "Nabi memerintahkan kepada kami berkurban seekor unta atau sapi untuk setiap
7 orang dari kami," (H.R. Bukhari dan Muslim). Berdasarkan hadis tersebut, Jayusman (2012) di artikel
Tinjauan Hukum Islam terhadap Ibadah Kurban Kolektif yang terbit dalam Jurnal Al-'Adalah Vol. X, No. 4
(Hlm. 443-444), memaparkan dua ketentuan korban kolektif. Pertama, sapi, kerbau, dan unta
diperbolehkan untuk kurban tujuh orang. Dengan begitu, kurban sapi, kerbau dan unta bisa diniatkan
untuk 7 orang yang merupakan anggota keluarga atau orang terdekat, maupun yang membelinya secara
patungan. Kedua, kurban hewan ternak kambing, biri-biri, atau domba haruslah diniatkan untuk satu
orang. Akan tetapi, untuk hewan kurban kambing, biri-biri, atau domba, kendati diperuntukkan bagi satu
orang, ia boleh diniatkan untuk keluarga si pemilik. Rujukannya pendapat ini ialah hadis yang
diriwayatkan oleh 'Aisyah bahwasanya: " .... Rasulullah SAW mengambil domba, membaringkan,
kemudian menyembelihnya sembari membaca basmalah: 'Ya Allah perkenankanlah [kurban ini] dari
Muhammad, keluarga, dan umatnya', lalu melaksanakan ibadah kurban tersebut," (H.R. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai