Apa yang terjadi pada video tersebut? Ternyata, tidak ada yang tahu, bahwa
kematian dapat datang kapan saja dan menimpa siapa saja. Apa kaitannya dengan qadha
dan qadar? Jelas, bahwa kematian seseorang itu tidak dapat lepas dari qadha dan qadar
Allah SWT. Apa itu qadha dan qadar? Qadha yaitu ketetapan Allah SWT sejak zaman azali
(zaman dahulu sebelum diciptakan alam semesta) sesuai dengan kehendak-Nya tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan mahluknya. Qadar yaitu Perwujudan dari qadha
atau ketetapan Allah SWT dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya. Qadarnya
Allah ini juga biasa disebut dengan istilah takdir. Hubungan antara qadha dan qadar yaitu
hubungan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Mengapa? Karena
yang terjadi. Jadi, apa itu beriman kepada qadha dan qadar? Iman kepada qadha dan
qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan segala
sesuatu yang akan terjadi pada mahluknya. Setiap manusia, telah diciptakan dengan
ketentuan-ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak zaman azali. Meski ada takdir
Allah SWT, bukan berarti kita sebagai manusia bermalas-malasan menunggu nasib tanpa
berusaha atau berikhtiar. Karena sebuah keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya
usaha.
Jadi, usaha tetap harus dilakukan. Tetapi, bagaimanapun hasilnya, harus dapat diterima
Dalil tentang adanya qadha dan qadar ini tersurat dalam beberapa ayat al-
- QS. Al-Ahzab/33:38
Artinya: "…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku." [Al-
Ahzab/33:38]
- QS. Al-Qamar/54:49
Qamar/54:49]
- HR. Muslim
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menetapkan takdir untuk setiap
makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR.
Muslim).
Jadi qadha dan qadar Allah SWT itu adalah benar adanya. Hal tersebut disebutkan baik
dalam al-Quran maupun hadis. Karena itu, terkait dengan qadha dan qadar Allah SWT
ini kita harus mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu: baik yang
terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak
Salah satu rukun iman yang wajib diyakini seorang muslim adalah iman kepada
qada dan qadar. Takdir yang diciptakan Allah SWT, baik itu takdir baik, maupun takdir
buruk. Ketentuan mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi
Muhammad SAW. Waktu itu, seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau.
Rasulullah SAW menjawab: "Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya;
kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan
yang buruk," (H.R. Muslim). Arti Iman Kepada Qada dan Qadar Dalam uraian "Beriman
secara bahasa artinya ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran. Kemudian, secara
makna, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak
zaman azali. Ketetapan dan ketentuan ini sudah diatur Allah SWT bahkan sebelum Dia
menciptakan semesta. Hal ini berdasarkan firmannya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan
sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid
[57]: 22). Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum
Allah SWT sudah menetapkan bayi yang baru lahir itu akan menjadi siapa, entah
menjadi orang alim, penjahat, dan lain sebagainya. Oleh Allah SWT, sudah ditetapkan
juga profesinya, entah menjadi seniman, guru, wirausahawan, dan lain sebagainya.
Rujukannya adalah sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah menetapkan takdir
untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi,"
(H.R. Muslim). Sementara itu, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Secara bahasa,
qadar berasal dari bahasa Arab, qadar yang artinya ketetapan yang telah terjadi atau
keputusan sudah yang diwujudkan. Secara istilah, qadar atau takdir adalah ketetapan
atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas
segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.
Qadar sendiri terbagi menjadi dua, yaitu qadar mubram dan kadar mu'allaq.
Pertama, qadar mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah.
Kedua, qadar mu'allaq yang berarti takdir yang dapat berubah dengan doa, usaha,
Dalil mengenai qadar mu'allaq ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah
Ar-Ra'd ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'd [13]:
11).
Kendati perkara qada dan qadar ini sudah diatur oleh Allah SWT, bahkan qada
telah ditetapkan sejak zaman azali. Namun, keduanya adalah perkara gaib. Dilansir dari
NU Online, karena qada dan qadar adalah perkara gaib, keduanya tidak bisa menjadi
alasan seorang muslim bersikap pasif dan pasrah dengan takdirnya. Tetapi, ia harus
berusaha dan berikhtiar untuk memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah SWT.
Dengan usaha dan ikhtiar, seorang muslim dapat mengaktualisasikan potensinya dan
Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar Iman kepada qada dan qadar bermanfaat
bagi yang meyakininya. Jika dianut dengan benar, iman kepada takdir dapat
Berikut ini fungsi-fungsi iman kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari
Allah SWT telah mengatur hukum alam secara teratur, manusia dapat merencanakan
usahanya dengan logis dan rasional. Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas atau sebab
akibat. Dengan mengimani qada dan qadar, manusia bisa memanfaatkan hukum yang pasti
2. Menghindari sifat sombong Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar
dari sifat sombong. Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan
Allah SWT. Tidak ada kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan juga takdir dari
Allah SWT. Iman kepada qada dan qadar akan membuat seorang muslim rendah hati. Ia sadar
bahwa keberhasilannya merupakan campur tangan dan pertolongan dari Allah SWT.
3. Melatih husnuzan atau berbaik sangka Allah SWT selalu menetapkan hal baik
buruk itu dimaksukan sebagai ujian atau teguran kepadanya. Seseorang yang mengimani
qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha Pengasih
dan Penyayang. Tak ada takdir yang ditetapkan dengan maksud buruk Allah kepada
seorang muslim.