Artinya:
... Dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya
dengan tepat.
(Q.S. Al-Furqn:2)
Qada dan Qadar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, satu sama
lainnya. Sebab yang satu ibarat suatu rencana, sedang yang lainnya merupakan
implementasi dari rencana tersebut. Oleh sebab itu, Qada dapat dimaknai sebagai
ketetapan Allah Swt. Atas matakhluk Nya sejak zaman azali (zaman sebelum
penciptaan alam semesta). Qadar atau taqdir dapat diartikan sebagai rencana
implementasi atas salah satu ketetapan Allah bagi makhluk-Nya. Artinya, apa-apa yan
telah ditetapkan dalam qada Allah, dapat diwujudkan atau tidak melalui qadar atau
taqdir-Nya. Qadar dapat dibedakan atas dua macam, yakni qadar Mubram dan
Muallaq.
a. Qadar Mubram ialah rencana impletasi atas salah satu ketetapan Allah Swt. Bagi
makhluk-Nya yang sudah tidak bisa diubah lagi. Ketetapan Allah itu pasti terjadi,
dan tidak ada yang mampu merubah-Nya. Misalnya kematian. Setiap orang pasti
mati, dan tidak ada satu makhluk hidup pun yang lolos dari kematian.
Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran:
Artinya:
dimanapun kamu berada, kematia akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
berada di dalam benteng yang tingi dan kokoh .... (Q.S. An-Nis:78)
b. Qadar Mualaq ialah rencana ketetapan Allah Swt, atas makhluk-Nya, yang
mungkin diimplementasikan/diwujudkan atau mungkin juga tidak, bergantung
kepada faktor adanya usaha atau tidak dari makhluk bersangkutan. Misalnya,
Ahmad telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam hidupnya akan menjadi orang
kaya raya. Namun karena Ahmad tidak rajin bekerja dan berusaha, hidupnya
malas, selalu bpangku tangan dan menunggu belas kasihan orang, maka selama
hidupnya selalu miskin dan jauh dari limpahan harta benda. Atau sebaliknya,
Mahmud yang dalam adar Allah ditetapkan sebagai orang miskin, tapi karena ia
rajin bekerja dan berdoa, maka hidupnya bergelimang harta, ditaburi intan
permata, dan hidupnya selalu bahagia.
Dalam hal itu, Allah Swt. Telah menegaskan dalam Al-Quran, sebagaimana
firman-Nya.
Artinya:
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya, dan dia
mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Q.S. Al-Baraqah: 286)
Artinya:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam kitab( Lauh mahfudz) sebelum Kami
mewujudkan. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S. Al-adid:
22)
Artinya:
Dan dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya
dengan tepat. (Q.S. Al-Furqn:2)
Firman Allah yang lain menyatakan:
Artinya:
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah, dan keburukan
apa pun yang menimpamu itu dari ( kesalahan) dirimu sendiri. (Q.S. An-Nis:79)
Ayat-ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa apa pun yang terjadi di muka
bumi ini, dan atau menimpa terhadap diri seseorang telah ditentukan Allah
sebelumnya. Artinya, segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini merupakan
takdir Allah Swt., yang tidak seorang pun dapat mengetahinya, dan tidak ada pula
yang dapat menolaknya.
Qada dan qadar sepenuhnya merupakan hak prerogatif Allah Swt., tidak seorang pun
yang dapat mengetahui atau menghindarinya. Oleh sebab itu, manusia wajib berusaha
dengan sekuat tenaga, berdoa dengan sepenuh hatik dan seraya diiringi dengan
keyakinan bahwa Allah Swt., tidak akan menganiaya hamba-hamba-Nya. Artinya,
setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia, niscaya akan mendapat perhatian
dari Allah, dan Dia Tuhan yang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan kebaikan
umat-Nya.
Kesalahan memahami iman kepada qada dan qadar Allah Swt. Dapat membuat
seseorang pesimis, pemalas, dan lekas putus asa, karena dalam pandangannya segala
sesuatu telah ditentukan oleh Allah, sehingga manusia tinggal menunggu nasib saja.
Manusia tidak perlu berusaha dan berdoa,karena Allah telah menentukan nasib
manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Pandangan yang demikian itu, jelas salah dan
keliru serta tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Pada surat Al-Baqarah ayat 286 tersebut diatas, telah ditegaskan bahwa apa pun
yang menimpa manusia, berupa kebaikan atau keburukan sepenuhnya merupakan
akibat dari perbuatannya sendiri. Artinya meskipun dalam qada dan qadar Allah Swt.
Segalanya telah ditentukan, namun Allah Swt., sangat menghargai usaha dan ikhtiar
umat-Nya. Maka tidak mustahil jika apa yang telah ditetapkan-Nya itu, kemudian
diubah-Nya kembali sesuai dengan kehendak-Nya. Allah tidak mungkin berbuat zalim
kepada umat-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia
itulah yang menzalimi kepada diri sendiri. (Q.S. Yunus:44).
Ketidaktahuan manusia terhadap qada dan qadar Allah Swt., hendaknya membuat
dirinya selalu bersikap mawas diri, waspada dan selalu berhati-hati. Sikap waspada
dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan, baik dalam ucapan, perbuatan
maupun sikap perilaku dan tindakan. Orang yang tidak bersikap waspada dan hati-hati
akan menuai penyesalan di kemudian hari. Allah Swt., memang telah menentukan dan
menetapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sebab itu,
sebagaiorang yang beriman, bersikap mawas diri terhadap suatu mara bahaya atau
kegagalan dengan selalu berusaha dan berdoa adalah penting. Sehingga hidupnya
dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun manakala mara bahaya itu
tetap menimpa dirinya, ia selalu yakin bahwa itu merupakan ketentuan Allah yang
terbaik baginya.
Perhatikan firman-Nya:
Artinya:
... Dan ketetapan Allah itu siaatu ketetapan yang pasti berlaku. (Q.S. Al-
Ahzb:38)
b. Selalu bersikap kerja keras dan bersemangat untuk maju dan sukses dalam meraih
kehidupan yang sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat
Meskipun ketentuan qada dan qadar Allah SWT, tidak dapat diketahui oleh
manusia, namun bagi orang yang beriman, hal itu tidak menjadi penghalang untuk
senantiasa berusaha dan bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup. bahkan
sebaliknya, qada dan qadar Allah tersebut dijadikan sebagai sumber motivasi dan
semangat juang menuju sukses dan gemilang dalam menggapai cita-cita di masa
depan.
Orang yang beriman terhadap qada dan qadar Allah meyakini bahwa tak akan
ada kemajuan tanpa kerja keras, dan tak ada kesuksesan yang datang pada seorang
pemalas. Sebab Allah Swt., tidak akan merubah nasib kehidupan seseorang, tanpa
teoraada kemauan dari orang tersebut untuk merubahnya menjadi maju dan
sukses. Sebagaimana firman Allah Swt.:
Artinya:
... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mengendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan tidak
ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Raad:11)
Artinya:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,
semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu
tidak bersedih hti terhadapa apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak meyukai
setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S. Al-adid:22-23)
Setiap perbuatan atau usaha apapun yang dilakukan manusia, tidak akan luput
dari akibat dan konsekuensinya. Kadang berakibat baik dan kadang pula buruk.
Namun bagi orang yang beriman, terhadap qada dan qadar Allah Swt., apa pun
yang didapatkannya sudah merupakan ketentuan Allah yang pantas dan layak
untuk diterimanya. Jika perbuatan baik dan mendapat balasan yang sama itu
merupakan anugerah yang pantas diterimanya, jika mendapat balasan yang buruk
dan tidak menyenangkan, juga merupakan ketentuan Allah yang harus diterima
dengan lapang dada.
Bagi orang yang beriman terdapat keyakinan bahwa Allah Swt., tiidak akan
memberikan sesuatu kepada umat-Nya, selain apa yang telah dilakukannya. Jika
perbuatan baik yang dilakukannya, maka kebaikan pula yang akan diberikan Allah
kepadanya, dan jika perbuatan baik yang dilakukannya, maka kebaikan pula yang
akan diberikan Allah kepadanya, dan jika perbuatan jahat jahat, maka
keburukanlah yang akan menimpanya.
Perhatikan firman Alla Swt.:
Artinya:
Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian
akan dieri balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan
sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (Q.S.
An-Najm:39-42)
e. Selalu bangkit kesadarannya bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya pada saat yang telah ditentukan-
Nya.
Kesadaran yang demikian itu dapat membentuk jiwa seorang mukmin selalu
tegar dan tabag dalam menerima ujian dan musibah, serta tidak lupa diri ketika
mendapat anugra dan nikmat dari Allah Swt. Sebab, baik musibah maupun
anugrah semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Perhatikan firman Allah Swt.:
Artinya:
Beriman kepada qada dan qadar mengandung hikmah yang sangat besar bahi
pelakunya, di antara hikmah yang dapat dipetik antara lain:
Baik sebagai ujian maupun sebagai teguran, setiap musibah harus disikapi
dengan sabar, tabah, dan senantiasa berusaha dan berdoa agar Akkag Swt., segera
memaafkan dosa dan kesalahannya, dan segera mengangkat derajatnya.
Bersyukur dan bersabar merupakan perbuatan terpuji, dan sebagai
perwuudan dari fugsi keimanan seseorang hamba kepada qada dan qadar Allah
Swt.
Qada dan qadar Allah merupakan rahasia bagi manusia, tak seorang pun
mengetahui apa yang akan terjadi esok pada dirinya. semua orang tentu
mengharapkan bernasib baik dan penuh keberuntungan pada hari-hari yang akan
datang. Namun kenyataaannya, hanya Allah yang Maha Mengetahui atas
segalanya. Yang jelas, keberuntungan tidak akan datang dengan sendirinya,
melainkan harus diusahakan dengan giat dan sunguh-sungguh, dan dengan
senantiasa berharap penuh optimis bahwa Allah akan mengabulkan segala yang
dicita-citakan.
Sebagai muslim yang beriman kepada qada dan qadar, pantan gbersikap
pesimis, sebab sikap pesimis hanya akan mendatangkan kemalasan dan sikap
berpangku tangan dan bermalas-malasan. Sebab sikap malas merupakan perbuatan
tidak terpuji yang harus dihindari. Pepatah orang bijak mengatakan; Rajin
pangkal pandai dan malas pangkal bodoh.
Berpikir optimis dalam kehidupan itu penting, sebab sikap optimos akan
mendatangkan sikap yang rajin dan giat bekerja atau belajar. Sebagai siswa kelas
tiga, yang hendak menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) maka kamu harus
tetap optimis akan meraih keberhasilah. Tentu saja disertai dengan segala usaha
dan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Jika semua usaha telah dilakukan dengan baik
maka serahkan semuanya kepada qada dan qadar Allah Swt. Denga seraya terus
berdoa agar apa yang akan ditimpakan kepadamu, merupakan sesuatu yang baik
bagimu.
4. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan merasa puas atas apa yang
didapatkan dari hasil usahanya. Jika berupa keberuntungan maka ia akan sehera
bersyukur, dan jika kegagalan dan musibah maka ia akan selalu bersabar. Denga
demikian, jiwanya selalu tenang dan damai, tidak ada tekanan atau kegalauan
yang menimpanya. Jiwa yang tenang akan membuat pikiran dan tindakan juga
menjadi tenang dan terkendali, tidak mudah terpengaruh oleh bisikan dan rayuan
system.
Setiap orang tentunya mengharapkan ketenangan, baik jiwa maupun raha.
Sebab ketenangan merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Apalah
artinya harta melimpah, pangkat dan jabatan menumpuk, segudang kehormatan
disandangnya, jika semuya itu membuat jiwa tidak tenang. Bahkan jiwanya
merasa tertekan dan penuh rasa takut, musalnya takut hartanya berkuang,
jabaannya hilang, pangkatnya melayang, dan sebagainya. Dengan demikian, bagi
orang yang beriman kepada qada dan qadar Allah, rasa takut itu tidak akan ada,
sebab semua urusan kehidupannya diserahkan hanya kepada-Nya. Ia hanya
melakukan usaha dan ikhtiar sebata kemampuannya, selanjutnya menyatakan
bersedia menerima apa yang telah menjadi keputusan Allah Swt. Jika hasilnya
baik, segera disyukuri dan jika buruk, maa akan diterimanya dengan penuh sabar.
anya denga cara demikian itulah, jiwa seseorang akan menjadi tenang dan
damai.
Di dunia ini, tidak ada orang yang tidak mengharapkan hidupnya maju dan
sukses. Semua orang tentu mempunyai cita-cita yang sama dimasa depan, yaitu
mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Beriman kepada qada
da qadar Allah, dapat mendorong seseorang, untuk senantiasa berusaha dan
bekerja dengan gigih agar mendapatkan kemajuan dalam hidpunya.
Sebab kemajuan dan kemuduran hidup seseorang tidak bergantung kepada siapa
pun, kecuali terhadapa apa yang diusahakan. Bahkan Tuhan tidak akan
memberikan suatu perubahan apa pun atas nasib kehidupan seseorang, tanpa ada
kemauan yang serius dan dibuktikan dengan usaha dan kerja keras dari yang
bersangkutan.
Nasib seseorang memang ditentukan berbeda-beda, ada yang beruntung dan
ada pula yang merugi. Semua itu dimaksudkan, agar setiap orang memiliki
motivasi yang tinggi untuk senntiasa berusaha mencari keberuntungan,
sebagaimana yang telah dicapai oleh orang lain.
Perilaku orang pasti memiliki cita-cita, harapan dan keinginan masa depannya
kelak memdapat kebahagiaan. Keinginan dan cita-cita yang demikian itu adalah wajar
dan sangat manusiawi. Di dunia ini tidak ada orang yang tidak berharap hidupnya
bahagia, termasuk kamu sekalian. Kamu pasti mempunyai cita-cita yang luhur dan
mulia, kamu juga ingin masa depanmu sukses dan gemilang, hanya persoalannya
apakah kamu mau bekerja keras dan berikhtiar sekuat tenaga untuk mendapatkan
kebahagiaan tersebut. Jawabanya tentu harus mau, sebab kebahagiaan, harapan,
keinginan, dan cita-cita hanya dapat terwujud jika ada usaha dan kerja keras iarang
tersebut.
Sebaga manusia biasa, kita wajib berikhtiar sekuat tenaga untuk mewujukan
keinginan dan cita-cita mulia. Jangan pernah bermimpi ada kebahagiaan datang dari
langit, tanpa kerja keras. Sebab hal itu tidak mungkun bahkan mustahil terjadi. Orang
pekerjaannya hanya berpangku tangan, bermalas-malasan, melamun, duduk-duduk
santai, dan sebagainya, niscaya hidupnya idak akan bahagia. Allah tidak akan
merubah nasibnya sendiri. Misalnya, kamu selalu berharap mendapat nilai bagus pada
saat ulangan, tapi kamu tidak pernah belajar, menghafal, dan belajar kelompok maka
sangat mustahil nilaimu akan berubah menjadi bagus.
Perhatikan firman Allah Swt.:
Artinya:
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Raad:11)
Oleh sebab itu, kita perlu berikhtiar dengan tekun, perlu berusaha dengan rajin,
perlu bekerja dan belajar dengan giat dan tabah agar apa yang dicita-citakan dapat
terwujud engan baik.
Jika usaha dan ikhtiar telah dilakukan, maka hendaklah semuanya diserahkan
kepada Allah Swt., apakah Dia berkehendak mengabulkannya atau tidak. Dengan
demikian kita telah bersikap tawakal kepada Allah Swt. Sikap tawakal kepada Allah
ini penting menyertai sikap prilaku ikhtiar, agar apa pun yang terjadi, ita tidak
kehilangan kendali diri., melainkan selalu menyadari akan adanya qada dan qadar
Allah Swt. Bagi setiap manusia.
Tawakal dalam pengertian siap dan rida menerima ketentuan yang tela
ditetapkan Allah Swt. Dalam qada dan qadar-Nya, merupakan sikap perilaku yang
sangat penting bagi setiap orang. Sebab dengan tawakal yang seperti itu, seseorang
tidak akan berputus asa ketika mengalami kegagalan, dan tidak akan bersikap
sombong manakala mendapat keberuntungan. Dalam hatinya tertanam keyakinan
bahwa apa pun hasilnya dari ikhtiar yang telah dilakukannya itu, semata-mata adalah
kehendak Allah Swt. Dan niscaya menjadi yang terbaik untuk diterima.
Dengan demikian, ikhtiar dan tawakal perupakan satu kesatuan sikap perilaku
yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang beriman, dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari.