Anda di halaman 1dari 3

BAB 2 BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

NAMA : SEVI RINA PERTIWI


KELAS :XII TKJ 1
Dalil mengenai iman kepada qada dan qadar sebagai salah satu rukun iman tertera dalam
sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Umar bin Khattab RA:
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” (HR. Muslim).
Iman kepada takdir, baik itu ketetapan baik dan ketetapan buruk merupakan bagian dari
kesempurnaan Islam. Tanpa keimanan terhadap qada dan qadar, keislaman seseorang patut
dipertanyakan.
Pengertian Beriman kepada Qada dan Qadar
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan bebas qada dan qadar adalah takdir. Jika merujuk pada
makna spesifik, sebenarnya qada dan qadar memiliki sejumlah perbedaan tertentu,
sebagaimana dilansir NU Online. Dalam bahasa Arab, qada artinya ketetapan, ketentuan,
ukuran, atau takaran. Sementara itu, qadar adalah ketetapan yang telah terjadi dan
diwujudkan. Penjelasan dan perbedaan keduanya adalah sebagai berikut.Pertama, qada
merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.

Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan
semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah
tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu
terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah
menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi," (H.R. Muslim).
Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan
Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya,
baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang belum
terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.
Macam-Macam Qadar atau Takdir
Secara umum qadar terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubham dan muallaq.
Pertama, takdir mubham adalah ketetapan Allah SWT yang tak dapat diubah, pasti, dan tak
bisa diganggu gugat. Contoh sederhana dari takdir mubham adalah semua makhluk di
semesta pasti akan mati, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 185:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu,” (QS. Ali Imran [3]: 185). Takdir mubham lainnya adalah
ketentuan hukum alam (sunnatullah) yang terjadi di dunia, misalnya gravitasi bumi (semua
benda jatuh ke bawah), kayu memiliki kemampuan berbeda dari besi, air mengalir dari hulu
ke hilir, dan sebagainya.
Kedua, takdir muallaq adalah takdir yang dapat diubah melalui upaya dan kerja keras.
Bagaimanapun juga, Allah SWT memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk berubah dan
memperbaiki diri."Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'ad [13]: 11)
Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada dan qadar bermanfaat bagi yang meyakininya. Jika dianut dengan benar,
iman kepada takdir dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dan kemakmuran.
1. Mendorong kemajuan dan kemakmuaran.

Dengan meyakini takdir mubham bahwa Allah SWT telah mengatur hukum alam
secara teratur, manusia dapat merencanakan usahanya dengan logis dan rasional.
Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas atau sebab akibat. Dengan mengimani
qada dan qadar, manusia bisa memanfaatkan hukum yang pasti sehingga ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat berkembang maksimal.

2. Menghindari sifat sombong.

Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar dari sifat sombong.
Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan Allah SWT.
Tidak ada kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan juga takdir dari Allah
SWT. Iman kepada qada dan qadar akan membuat seorang muslim rendah hati. Ia
sadar bahwa keberhasilannya merupakan campur tangan dan pertolongan dari Allah
SWT.

3. Melatih husnuzon atau berbaik sangka

Allah SWT selalu menetapkan hal baik kepada hamba-hamba-Nya. Biarpun seseorang
mengalami musibah atau bencana, peristiwa buruk itu dimaksukan sebagai ujian atau
teguran kepadanya. Seseorang yang mengimani qada dan qadar akan selalu
berhusnuzan bahwa Allah SWT adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak
ada takdir yang ditetapkan dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar:
 Dengan memahami konsep qada dan qadar yang benar, seorang muslim senantiasa
optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada Allah SWT.
 Seseorang yang memahami qada dan qadar tidak akan berprasangka buruk, baik
kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
 Allah SWT menciptakan makhluknya dengan segenap kemampuan, anggota tubuh,
atau kelebihan tertentu. Dengan berkah tersebut, seorang muslim diwajibkan
berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berputus asa dengan
rahmat Allah SWT.
 Kita menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan beragam. Hikmahnya
adalah untuk saling mengenal dan bekerja sama.
 Setiap manusia memiliki kehendak bebas.

Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar


Jika seseorang memahami konsep qada dan qadar, maka ia tidak akan pasrah pada takdir,
namun terus berikhtiar jika ingin meraih tujuan dan keinginannya. Bagaimanapun juga,
iman kepada qada dan qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam
perilaku sehari-hari.

Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada
dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang
diterbitkan Kementerian Agama RI:
 Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan sesuai
dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak
mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu.
 Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga
hasilnya efektif dan efisien.
 Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika
mengalami musibah, ia bersabar.
 Salah satu cara bersyukur kerika memperoleh nikmat adalah dengan bersedekah.
Sementara itu, sikap sabar adalah tidak mengeluh atau menyalahkan takdir

Anda mungkin juga menyukai