Anda di halaman 1dari 29

A.

Pengertian Takdir

Qadha` secara bahasa adalah ketetapan hukum, firman Allah, Qadha’ berarti
hukum atau keputusan, mewujudkan atau menjadikan, kehendak atau
perintah. Qadar secara bahasa adalah takdir (ukuran, kadar dan ketentuan),
Qadar juga berarti perwujudan kehendak allah terhadap semua makhluknya.

Iman Kepada Qadha’ dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa segala sesuatu yang terjadi di ala mini dikuasai suatu hokum Allah
yang pasti dan tetap dan tidak tunduk pada kemauan manusia. Iman kepada
Qadha dan Qadar biasa disebut Takdir. Jadi Qadha adalah ketetapan yang
masih bersifat rencana dan ketika rencana itu telah menjadi kenyataan
disebut Qadar.

B. Tingkatan-tingkatan Takdir

Berikut ini adalah tingkatan-tingkatan takdir:

1. Al-‘Ilmu
Allah maha mengetahui atas segala sesuatu, mengetahui apa yang telah
terjadi dan yang akan terjadi. Tidak satupun yang luput dari ilmu-Nya. Seperti
yang ditulis dalam Qs. Al-Haj (22):70, yang terjemahannya:“apakah kamu tidak
mengetahui bahwa sesunggunya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi ?, bahwasanya demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi-Nya”.

2. Al-kitabah
Allah yang mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauhin mahfudz dan
tulisan itu tetap ada sampai dunia kiamat. Apa yang telah, sedang dan akan
terjadi telah dituliskan oleh Allah dalam Qs. Al-Hadid (57):22, yang
terjemahannya:“tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

3. Al-Masyi’ah
Mempunyai kehendak atas segala sesuatu baik di langit maupun di bumi.
Tidak satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Seperti yang ditulis
dalam Qs. Al-Takwir (81):28-29, yang terjemahannya:“dan kamu tidak mampu
(menempuh jalan itu), kecuali bilah dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah
adalah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.

4. Al-Khalq
Segala sesuatu diciptakan oleh-Nya. Dialah maha pencipta dan diluar diri-
Nya, semua adalah ciptaan-Nya. Seperti yang dituliskan dalam Qs. Al-Zumar
(39): 62,yang terjemahannya:”Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha
Pemelihara atas segala sesuatu”.

1. Macam-macam Takdir
Takdir dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Takdir Mubram yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah oleh
siapapun. Contoh:Semua makhluk pasti mati, seseorang pasti hanya memiliki 1 ibu
kandung, manusia pasti memiliki akal, pikiran dan perasaan.

2. Takdir Muallaq yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia.
Setiap hamba diberi kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan
ddirinya menjadi lebih baik. Dalam Q.S Ar Ra’d:11 yang artinya”Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah keaddaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
C. Manusia dan Takdir

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan


dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu
ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang
sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa
dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun
setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya.
Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.

Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam


menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa
untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau
berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk
dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu
dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai
kesombongan yang dilarang juga (QS. Al Hadiid:23).

Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan
takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam
menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah
yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

D. Sikap Manusia menghadapi Takdir Baik dan Buruk


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan kepada kenyataan
hidup yang dialaminya. Kenyataan itu kadang ada yang berbentuk positif dan
terkadang negatif, seperti :

 ada yang memuaskan ada yang tidak,

 ada yang menyenangkan ada yang menyusahkan,

 ada yang menurut kita baik ada yang buruk, dan sebagainya.
Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan
peristiwa yang dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif.
Sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar,
kenyataan apapun yang diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.

Contoh :

 Orang beriman yang tertimpa musibah menanggapi kenyataan ini dengan


kesabaran dan ketabahan. Kesabaran dan ketabahan merupakan sika positif yang
dinilai Allah SWt dengan pahala. Jadi, selama dia sabar dan tabah, selama itu pula
pahalanya terus mengalir.

 Orang beriman ketika mendapatkan keberuntungan besar bersyukur dan merasa


bahwa semua itu karunia dari Allah SWT. Untuk itu ia ingin berbagi kepada orang
lain dengan menafkahkan sebagian keuntungannya tersebut.

 Orang yang tidak beriman ketika mendapat musibah merasa bahwa dirinya tidak
berguna lagi. Dia merasa putus asa dan akhirnya melampiaskannya dengan
berbagai macam perbuatan yang merusak, seperti melamun, merokok,
mengkonsumsi narkoba, bahkan ada yang bunuh diri.

 Orang yang tidak beriman ketika mendapat keuntungan bisnis yang berlimpah
malah menggunakannya untuk berfoya-foya. Dia merasa bahwa yang didapatnya
itu semata-mata merupakan prestasi yang harus diraakan dan dia berhak dan bebas
menggunakan sesuka hatinya.
Dengan memahami contoh-contoh tersebut, yakinkah kamu bahwa beriman
kepada qadha dan qadar mempunyai peranan penting dalam kehidupan?
Kalau yakin, tentu kamu ingin meningkatkan keimananmu kepada qadha dan
qadar. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar?
Berikut ini merupakan ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar:

1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan.

2. Senantiasa bersikap sabar.

3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.

4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.

5. Senantiasa menerapkan sikap tawakal.


E. Hikmah Beriman Kepada Takdir

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat
berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri
untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

Banyak Bersyukur dan Bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat


keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena
musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman
Allah yang artinya ”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-
Nyalah kamu meminta pertolongan. ” ( QS. An-Nahl ayat 53).

1. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila
memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-
mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia
mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia
menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman
Allah SWT yang artinya “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Bersifat Optimis dan Giat Bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua
orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu
tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk
meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah yang artinya “Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

1. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa
yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT
berfirman yang artinya “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Iman Kepada Qadha’ dan Qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa
segala sesuatu yang terjadi di ala mini dikuasai suatu hokum Allah yang pasti dan
tetap dan tidak tunduk pada kemauan manusia. Iman kepada Qadha dan Qadar
biasa disebut Takdir. Jadi Qadha adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan
ketika rencana itu telah menjadi kenyataan disebut Qadar.

2. Takdir dibagi menjadi 2 yaitu Takdik Mubram dan takdir Muallaq.

3. Tingkatan-tingakatan takdir: Al ‘Ilmu, Al Kitabah, Al Masyiah,Al Khalq.

4. Manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk
berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu
beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan
hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

5. Bagi orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apapun kenyataan dan peristiwa
yang dialaminya, akan ditanggapi dan diterima secara positif. Sebaliknya, bagi
orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, kenyataan apapun yang
diterima ditanggapi dan diterima secara negatif.

6. Hikmah beriman kepada Takdir: senantiasa bersyukur dan bersabar, tidak


sombong dan putus asa, giat bekerja dan jiwanya selalu merasa senang.
B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mohon dengan sangat masukan dan
kritikan dari Bapak Dosen agar menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin Razak. Dinul Islam, Bandung: Al-Ma’arif,1993
Ahmad Azhar Basyir. Pendidikan Agama Islam I (aqidah). Yogyakarta: Fak
Hukum UII, 1988
https://andrilamodji.wordpress.com//
http://kandajun.blogspot.com//
http://muslimah.or.id//
http://siyasahhjinnazah.blogspot.com/
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allsh SWT karena berkat rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “iman kepada
takdir” tidak lupa pula salam dan salawat kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari dunia yang kelam ke dunia yang terang
benderang.

Makalah ini di susun untuk menjadi referensi, serta tugas yang dibuat untuk
memenuhi salah satu mata kulia yaitu “kuliah aqidah islam”. dalam penyajian makalah
ini penulis berusaha menyajikan materi dengan selengkap mungkin sebisa kemampuan
penulis.
Demikian upaya penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dalam lingkungan sendiri, namun tidak ada salahnya jika makalah ini dibaca oleh siapa saja
untuk menambah wawasan pemahaman keagamaannya, khususnya yang terkaid dengan
persoalan “iman kepada takdir”.

Penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang
telah dengan ikhlas memberikan koreksi dan sumbangan pemikiran yang sifatnya
membangun, demi menutupi kekurangan dan kelemahan karya tulis ini.

Akhirnya, tidak ada gading yang tak retak, dan kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, untuk itu kurang dan lebihnya makalah ini penulis menyampaikan mohon maaf yang
sebesarnya.

Makassar, 27 november 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni :
1. Pengertian takdir
2. Beberapa tingkatan takdir
3. Manusia dan takdir
4. Hikmah mengimani takdir

1. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan yakni :

1. Untuk memahami apa itu iman kepada takdir


2. Untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah aqidah

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian takdir

Secara etimologi, qadha’ adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha’ yang berarti
kehendak atau ketetapan hukum Allah atas segala sesuatu. Sedangkan qadar secara
terminalogi adalah bentuk mashdar dari kata qadara yang berarti ukuran atau ketentuan
Allah terhadap segala sesuatu.

Secara terminalogis ada ulama yang berpendapat bahwa kedua istila tersebut
mempunyai pengertian yang sama, namun ada pula yang membedakannya. Yang
membedakan, mendefenisikan qadar sebagai “ilmu Allah tentang apa yang akan terjadi
pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang. Sedangkan kata qadha’ adalah
“penciptaan segala sesuatu oleh Allah sesuai dengan ilmu dan iradahnya.

Ulama yang memberikan pengertian yang sama menyatakan bahwa qadha’ qadar
adalah “ segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang di tetapkan secara
pasti oleh Allah untuk segala yang maujud (ada), yang mengikat antara sebab dan akibat
segala sesuatu yang terjadi. Sebagai contoh dapat di baca dalam Qs. Ar-Ra’ad 13:18. Al-
Hijr 15:21, Al-Qamar 54:49.

1. Beberapa tingkatan takdir


Paling tidak ada beberapa tingkatan takdir atau qadar, yaitu sebagai berikut :

1. al-‘Ilmu
Allah maha mengetahui atas segala sesuatu, mengetahui apa yang talah terjadi
dan yang akan terjadi. Tidak satupun yang luput dari ilmu-Nya Allah :

Seperti yang ditulis dalam Qs. Al-Haj (22):70, yang terjemahannya


“apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesunggunya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi ?, bahwasanya demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesunggunya yang demikian itu amat mudah bagi”.

2.

1. al-kitabah
Allah yang mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauhin mahfudzdan
tulisan itu tetap ada sampai dunia kiamat. Apa yang telah, sedang dan akan terjadi telah
dituliskan oleh Allah :

Seperti yang dituliskan dalam Qs. Al-Hadid (57):22, yang terjemahannya

“tiada suatu bencana yang menimpah di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

1. al-Masyi’ah
mempunyai kehendak atas segala sesuatu baik di langit maupun di bumi.
Tidak satupun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya :

seperti yang ditulis dalam Qs. Al-Takwir (81):28-29, yang terjemehannya

“dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bilah dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.

1. al-Khalq
segala sesuatu diciptakan oleh-Nya. Dialah maha pencipta dan diluar diri-Nya,
semua adalah ciptaan-Nya.

Seperti yang dituliskan dalam Qs. Al-Zumar (39): 62

1. Manusia dan takdir


Masalah yang sering muncul adalah : apa manusia tidk punya pilihan dalam
melakukan sesuatu, untuk apa manusia berusaha, mengapa tuhan harus mengadili
sementara Allah sendiri yang menciptakan kejhatan, kenapa orang yang tidak mendapat
petunjuk disiksa di neraka ??

Pemahaman diatas muncul akibat pemahaman parsial terhadap islam dan


memahami takdir terlepas dari konteks keseluruhan ajaran islam.

Seharusnya diyakini bahwa Allah maha mengetahui, menghendaki,


menentukan segalanya itu harus diikuti dengan keyakinan bahwa Allah juga maha bijak,
adil, pengasih, dan penyayang dan seterusnya.

1. Hikmah mengimani takdir


Seorang muslim wajib mengimani takdir (al-Qadru Khairuhu wa Syarruhu).
Memahami takdir harus secara benar, karena keliru memahami takdir akan melahirkan
sikap yang salah pula dalam menjalani kehidupan dunia. Ada beberapa hikmah :
1. Melahirkan kesadaran bahwa segala sesuatu berjalan sesuai ketentuan yang pasti dari Allah.
2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik.
3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada yang memiliki kekuasaan dan kehen dak
mutlak di samping bijak, adil, dan kasih sayang-Nya.
4. Menanamkan sikap tawakkal dalam diri karena menyadari bahwa manusia hanya berusaha dan berdo’a
sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah.
5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena apapun yang terjadi adalah atas
kehendak Allah.

4
BAB III

PENUTUP

1. Kimpulan
– qadha’ adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha’ yang berarti kehendak atau
ketetapan hukum Allah atas segala sesuatu

– qadar secara terminalogi adalah bentuk mashdar dari kata qadara yang berarti
ukuran atau ketentuan Allah terhadap segala sesuatu.

– Beberapa tingkatan takdir :

 al-‘Ilmu
 al-kitabah
 al-Masyi’ah
 al-Khalq
– Hikmah mengimani takdir

 Melahirkan kesadaran bahwa segala sesuatu berjalan sesuai ketentuan yang pasti dari Allah.
 Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik.
 Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada yang memiliki kekuasaan dan kehen dak
mutlak di samping bijak, adil, dan kasih sayang-Nya.
 Menanamkan sikap tawakkal dalam diri karena menyadari bahwa manusia hanya berusaha dan berdo’a
sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah.
 Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena apapun yang terjadi adalah atas kehendak
Allah.

1. Saran

Kepada maha siswa agar lebih giat lagi mempelajari ilmu aqidah terutama iman kepada
takdir
5

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Nukman, M.A dan Dra. Hj. Mihrah Syukur, M.A, Aqidah islam, universitas muslim
indonesia, makassar, 2011.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………. 1
2. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN TAKDIR…………………………………………………………………………. 2
2. BEBERAPA TINGKATAN TAKDIR………………………………………………………. 2
3. MANUSIA DAN TAKDIR……………………………………………………………………… 3
4. HIKMAH MENGIMANI TAKDIR………………………………………………………….. 4
BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN………………………………………………………………………………………. 5
2. SARAN………………………………………………………………………………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH
BERIMAN KEPADA TAKDIR
Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kelompok dari Dosen Mata Kuliah Al – Islam
Kemuhamadiyahan
H. Iyus Herdiana S.M.S.I
DISUSUN OLEH:
DIKI BAYU AJI ( 152110071)

KELAS PBSI 1 B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Karunia-Nya
lah Makalah ini dapat di selesaikan dengan Sebaik – baiknya dengan Keikhlasan hati Tanpa
ada unsur paksaan dari pihak manapun yang memaksakan Kami untuk Menyelesaikan tugas
Makalah ini Maka dari itu Kami banyak Berterima Kasih Atas apa
yang telah banyak dukungan dari teman teman Orang tua saudara dan
Sebagainya Memberikan Kesempatan kepada kami untuk Menyampaikan Materi yang di
sajikan dan Mengaplikasikan dengan Perbuatan kami sebagai ciri
Khas Muslim Yang Beriman dan Beramal Sholeh – Sholehah dan Ikhlas
Beramal dan Kami Sangat Berterima Kasih Kepada :
1. Bapak H. Iyus Herdiana M. S .I Sebagaimana telah Membimbing dalam Kegiatan pembelajaran
Berlangsung serta Memotivasi agar selalu semangat dalam hal belajar dan tanpa Berkeluh kesah
2. Orang tua hal yang paling di utamakan dalam Kegiatan Belajar adalah adanya dukungan dari
Orang tua doanya jelas di Kabulkan tanpa keraguan lagi lebih – lebih kepada Ibu
3. Sahabat yang selalu Memotivasi kita dalam Keadaan suka dan duka Sehingga kuat dalam
menjalani kehidupan yang kita hadapi
Makalah Berjudul Beriman Kepada Takdir ini disusun untuk melaksanakan tugas kelompok mata
kuliah Al Islam Kemuhamadiyahan , Kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini agar makalah ini dapat mendekati sempurna. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua pembaca.
Penyusun

Purworejo, November 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Iman kepada takdir atau mempercayai dengan apapun yang telah diberikan Allah SWT adalah
kewajiban bagi semua manusia, karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan apapun tidak ada
yang sia – sia termasuk menciptakan manusia apapun itu bentuknya ada yang sempurna fisik, ada
yang ganteng , cantik, pintar , bodoh dan ada pula yang terlahir dengan keadaan tubuh yang cacat.
Allah SWT , Tuhan yang maha mengetahui lagi maha menyayangi semua yang memang telah
ditakdirkan untuk kita pastinya yang terbaik bagi kita dan janganlah kamu jadikan takdir sebagai
suatu alasan, melainkan jadikanlah takdir itu sebagai keikhlasan dan ke ridhoan kita terhadap sang
pencipta agar kita lebih mendekatkan diri dan selalu bersyukur kepada Allah SWT.
Setiap manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan yang suci, karena itu perlu disusun
makalah yang membahas mengenai takdir yang telah diberikan kepada kita. Harapannya dengan ada
makalah dan pembahasan mengenai takdir (Qadha dan Qadar) mahasiswa lebih percaya kalau
Rencana Allah Pasti Indah, maka bersabarlah dan berlomba – lombalah dalam kebajikan.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah Mengenai Takdir yaitu :
2.1. Apa yang dimaksud Qada dan Qadar ?
2.2. Bagaimana dengan Tingkatan Takdir ?
2.3.Bagaimana keterkaitan Manusia dan Takdir ?
2.4. Bagaiman mengenai Hidayah Allah SWT ?
2.5. Apa Hikmah Iman kepada Takdir ?

3. TUJUAN MASALAH
Adapun Tujuan Masalah mengenai Takdir, yaitu sebagai berikut :
3.1.Dapat Mempelajari Serta memahami Tentang adanya Qada dan Qadar
3.2.Mengamalkan dalam Kehidupan Sehari – hari nya dan Bertingkah Laku Seperti Apa yang telah di
ajarkan secara jelas dalam Kitab Al Quran
3.3.Manusia di dalam Kehidupan nya tidak pernah lepas dari Takdir Allah SWT
3.4.Setelah Apa saja yang kita Ketahui Masing – Masing Bahwasanya Manusia setelah mendapat
petunjuk dari Allah SWT dan Bimbinganya Maka teraplikasikan dalam hal perbuatan
3.5.Manusia memahami Kesadaran nya Sendiri atas apa yang telah di lakukan serta Mendorong
Manusia Berusaha Beramal.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Qada dan Qadar


Yang di maksud dengan Istilah Takdir sebagai judul bab di atas Qada dan Qadar Al Qada wal
Al Qadar. Secara etimologis Qada adalah Bentuk Masdar dari kata kerja qada artinya Kehendak
atau Ketetapan hukum . Dan dalam ini Qada adalah Kehendak atau Ketetapan Hukum Allah
SWT terhadap segala sesuatu .
Sedangkan Qadar secara etimologis ada Ulama Berpendapat Kedua istilah
tersebut Mempunyai pengertian yang sama dan ada pula bedanya.
Yang Membedakan , mendefinisikan Qadar sebagai Ilmu Allah SWT Tentang apa apa yang
terjadi pada seluruh manusia pada masa yang akan datang . Dan Qada adalah Penciptaan segala
sesuatu Oleh Allah sesuai dengan Ilmu dan Iradahnya
Sedangkan Ulama yang Berpendapat menganggap Istilah Qada dan Qadar memiliki
makna sebagai Berikut ;
Segala Ketentuan , Undang – Undang , Peraturan hukum yang di tetapkan oleh Allah SWT secara
pasti untuk segala yang ada (maujud ) yang mengikut antara sebab dan akibat yang sudah
terjadi .
( QS yasin 1983 .hlm .146 ) Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan Kata Qadar dalam
Alquran yang Berbagai Macam bentuknya yang ada umumnya Mengandung
pengertian Kekuasaan Allah SWT untuk Menentukan ukuran , susunan , aturan undang –
undang terhadap segala sesuatu , termasuk hukum sebab dan akibat berlaku bagi yang
maujud baik makhluk hidup maupun mati
‫َيءٍ ِع ْندَهُ بِ ِم ْقدَ ٍار‬
ْ ‫األر َحا ُم َو َما ت َْزدَادُ َو ُك ُّل ش‬
ْ ‫يض‬ ُ ‫َّللاُ يَ ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُك ُّل أ ُ ْنثَى َو َما ت َ ِغ‬
‫ه‬
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa
yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya

2. Beberapa Tingkatan Takdir


Takdir atau Qadar memiliki empat tingkatan yaitu sebagai berikut :

2.1.Al - Ilmu
Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu . Dia Mengetahui apa yang telah terjdi , yang
sedang terjadi dan yang akan terjadi . dan tidak ada satu pun yang luput dari Ilmu Allah SWT

2.2.Al - Kitabah
Allah SWT yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di lauh manfuzh dan di
tuliskan ini sampai pada hari Kiamat . Apa yang telah terjadi pada masa yang lalu , dan apa yang
terjadi sekarang dan apa yang terjadi di masa yang akan datang sudah di tuliskan oleh Allah
SWT di lauh Mahfuzh.
2.3. Al - Masyiah
Allah SWT mempunyai Kehendak terhadap segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
. tidak sesuatu pun yang terjadi Kecuali atas Kehendaknya . Apa apa yang tidak di kehendaki oleh
Allah SWT pasti tidak akan terjadi . Di dalam AlQuran banyak sekali ayat menunjukan Masyiah
tullah yang mutlak . Artinya Kalau Allah SWT Menghendaki sesuatu tidak ada yang Menghalangi
kehendaknya itu. Begitu juga sebaliknya , Kehendaknya siapa pun tidak akan terjadi Kalau tidak di
kehendaki oleh Allah SWT Allah SWT Berfirman

2.4.Al - Khalq
Allah SWT Menciptakan segala sesuatu . Segala sesuatu Allah SWT yang Maha Mencipta
Makhluk Allah SWT.

Iman Kepada Takdir mencakup ke empat tingkatan di atas artinya segala perbuatan ,
Perkataan , termasuk segala hal yang tidak di lakukan Manusia tidak di ketahui , di tuliskan, di
kehendaki , Allah SWT ( Aqidah ahl sunnah wal jamaah Oleh Muhammad as – shaleh Al Utsaimin
1410 H hlm 37 -38 )

3. Manusia dan Takdir

Apabila masalah Takdir di kaitkan dengan Perbuatan Manusia sering


kali menimbulkan Beberapa pernyataan Misalnya ;
. Jika segala sesuatu tergantung kepada Kehendak Allah SWT , lalu
Apakah Manusia tidak mempunyai pilihan dalam melakukan dalam sesuatu didal
am Kehidupanya ?
Jika s egala sesuatu sudah di tentukan oleh Allah SWT dan sudah di tuliskan di lauh
Mahfuz Lalu Untuk Apa Manusia Berusaha Apa Peran Dari Usaha nya itu ?
Jika Allah SWT adalah yang Menciptakan Kita dan Semua Perbuatan Kita ,
lalu mengapa Ia mengadili Jahat yang kita Lakukan , sedang Ia menciptakanya
?
Jika Allah SWT Yang Menyesatkan Siapa saja yang dia Kehendaki dan
Memberi Petunjuk Kepada Siapa saja yang dia Kehendaki , lalu Kenapa Orang -
Orang yang mendapat Petunjuk di siksa Allah di Neraka ?
Pertanyaaan di Atas dan Pertanyaan yang lain yang semacam
nya timbul karena Timbul parsial
terhadap Islam Atau dengan Ungkapan Ajaran lain . Ajaran yang terlepas dari
Kontek Ajaran.
Islam memahami Ayat Al –quran tentang Ke mutlakan Masyiah Allah SWT tanpa yang
Memahami Allah SWT dan Memberikan Masiyah Kepada Allah SWT dan
Kepada Manusia akan melahirkan Pemahaman dan
Sikap Jabariyah ( meniadakan Kehendak dan
Ikhtiar Manusia ) sebaliknya Memahami Kemutlakan Iradah nya dan Masiyah Allah SWT
akan Melahirkan Qadariyah ( Manusialah sepenuhnya yang Menentukan Perbuatan
Sendiri tanpa Campur Tangan Allah SWT ) Memahami Ayat Al quran yang Menyatakan
Bahwa Segala sesuatu yang di tuliskan lauh Mahfuz tanpa Memahami Bahwa tidak ada
seorang Manusia pun yang tahu Apa yang telah di masukan di sana Akan
Menyebabkan Manusia Mengapa Manusia Berusaha
,padahal Allah SWT dan sangat jelas dan Memerintahkan Kepadanya Untuk
Melakukan Amal Kebaikan dan Melarangan nya Melakukan Kejahatan
; Memahami Allah SWT tidak Menyuruh Manusia Berbuat Kejahatan , Bahkan menyuruh
mereka Berbuat Kebaikan , dan juga tanpa Memahami tanpa manusia melakukan Berbuat
Kejahatan tersebut Atas dasar Kehendaknya dan Ikhtiar sendiri yang harus di
pertanggung jawabkanya Maka akan timbulah Pertanyaan Mengapa Mem
pertanggung jawabkanya Semua perbuatan jahat nya di Akhirat.
Islam Memahami Ayat Al –quran tentang Ke mutlakan Masyiah
Allah SWT tanpa yang Memahami Allah SWT dan Memberikan Masiyah Kepada Allah
SWT dan Kepada Manusia akan melahirkan Pemahaman dan
Sikap Jabariyah ( meniadakan Kehendak dan
Ikhtiar Manusia ) sebaliknya Memahami Kemutlakan Iradah nya dan Masiyah Allah SWT
akan Melahirkan Qadariyah ( Manusialah sepenuhnya yang Menentukan Perbuatan
Sendiri tanpa Campur Tangan Allah SWT ) Memahami Ayat Al quran yang Menyatakan
Bahwa Segala sesuatu yang di tuliskan lauh Mahfuz tanpa Memahami Bahwa tidak ada
seorang Manusia pun yang tahu Apa yang telah di masukan di sana Akan
Menyebabkan Manusia Mengapa Manusia Berusaha ,padahal Allah SWT dan sangat jelas dan
Memerintahkan Kepadanya Untuk Melakukan Amal Kebaikan dan Melarangan nya
Melakukan Kejahatan ; Memahami Allah SWT tidak Menyuruh Manusia Berbuat Kejahatan ,
Bahkan menyuruh mereka Berbuat Kebaikan , dan juga tanpa Memahami tanpa manusia
melakukan Berbuat Kejahatan tersebut Atas dasar Kehendaknya dan
Ikhtiar sendiri yang harus di pertanggung jawabkanya Maka akan
timbulah Pertanyaan Mengapa Manusia harus Mem pernggung jawabkanya Semua perbuatan
jahat nya di Akhirat
Memahami Ayat yang Menyatakan bahwa Allah SWT Menyesatkan Siapa saja yang Dia
Kehendaki dan Memberi Hidayah Kepada Siapa saja yang Dia Kehendaki , tanpa Memaknai
hidayah dan Membimbing Orang lain dan Mencarinya akan
Menimbulkan Pertanyaan Kenapa Orang – Orang tidak dapat Hidayah tetapi akan di siksa di
Neraka kelak .
Selain lagi kita tegaskan Bahwa contoh contoh Kesalahapahaman di atas timbul karena
kepahaman Parsial ajaran islam Seharusnya meyakini bahwa Allah SWT Maha Mengetahui Maha
Menghendaki dan Menentukan Segalanya itu Harus di ikiti dan di yakini oleh Allah SWT dan juga
Bijaksana dan Maha adil dan Maha Pengasih dan Penyayang dan lain lain
Manusia ; Musyayar dan Mukhayyar
Dari Satu sisi manusia adalah Makhluk Musyayar sama seperti Benda dan tanaman dan
Hewan artinya mempunyai Kebebasan untuk Menerima dan Menolak Semuanya telah di
bentuk dan di tentukan . Dari sisi lain , manusia adalah Makhluk Mukhayyar artinya Memiliki
Kebebasan untuk Menerima atau Menolak .
Hal- hal manusia tidak memiliki ikhtiar adalah Tentang Kelahiranya di dunia sebagai laki
laki atau perempuan , Anak dari Si fulan bukan fulan bukan falan , Gerak gerik reflek
pada Organ tubuhnya , warna kulitnya , Ukuran tubuhnya tinggi atau pendek , Kematianya dan lain
sebagainya yang menerima sama sekali tidak menerima atau menolak . untuk hal hal ini Allah
SWT sama sekali tidak Meminta pertanggung jawaban
3.1. Di dalam al Quran Allah SWT menyebutkan secara eksplisit tentang
adanya Masyiah dan Iradahnya manusia .Sebab pertimbangan yang memilih kalau bukan tentu
ada perintah dan larangan tersebut hal itu taqlif dan tidak mungkin bisa di laksanakan
3.2. Allah SWT Memuji orang orang yang Berbuat Baik , mencela Orang lain Berbuat jahat dan
Memberi balasan bagi keduanya kalau sekiranya perbuatan Manusia berdasarkan Kehendak dan
Ikhtiarnya tentu pujian itu tidak ada artinya dan Hukuman orang orang yang Berbuat jahat itu suatu
Kezaliman Allah SWT mustahil melakukan ke3 duanya
3.3. Allah SWT telah Mengutus para Rasul untuk Mubasyirin dan Munsyirin supaya tidak ada alasan
hujjah bagi umat manusia yang membantah Allah SWT sesudah di utus Allah SWT
3.4.Dalam kehidupan sehari hari manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu berdasarkan
kemauan sendiri tanpa merasakan sesuatu yang memaksanya misalnya dia berdiri
duduk berjalan makan minum tidur dan lain lain dengan kemauanya Sangat bisa Di bedakan
mana perbuatan yang di lakukan dengan terpaksa dan mana yang atas Kemauan
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa untuk hal hal Ikhtiari sifatnya seseorang yang
menjadikan Takdir sebagai alasan untuk menghindar tanggung jawab Dalam hal ini Allah
SWT mencela Orang Orang Musyrikin yang Mencoba Berdalih Kemusyrikan yang Mereka
Lakukan itu hanyalah semata mata karena Kehendak Allah
Lagi pula tatkala akan yang melakukan kemusyrikan itu mereka sama sekali belum mengetahui
apa yang di Takdirkan Oleh Allah untuk mereka bisa berdalih Allah SWT yang berdalih Alah
SWT menjadikan Orang Orang yang musyirik alasan yang seperti itu hanyalah sekedar
dalih untuk membenarkan kesalahan yang di lakukan dan di nilai oleh Allah SWT hanya satu
kebohongan
4. Hidayah Allah SWT
Kata Al Hidayah dalam Al – Qur’an mempunyai dua pengertian yaitu :
4.1.Ad dilalah wal iryat Menunjuki dan Membimbing )
4.2. Idhadul iman ilal qalb Memasukan iman ke dalam hati atau menjadikan seseorang beriman
Hidayah dalam pengertian pertama bisa di lakukan oleh para
Nabi Rasul Ulama Mubaliq Guru dan Siapa saja yang mampu dan
mau melakukanya tetapi hidayah dalam pengertian hanyalah mutlak milik Allah SWT
Namun demikian di samping bahwa Kehendak Allah SWT Mutlak Memberi
Hidayah atau Menyesatkan seseorang kita juga tidak boleh melupakan bahwa Allah
SWT dan Bersifat Maha Adil Maka tidak mungkin Allah SWT Menyesatkan Orang yang
berhak Mendapat kesesatan tetapi siapakah Mereka Kehendaki Oleh Allah SWT
mendapat kesesatan dan Siapa yang di kehendaki mendapat hidayah Orang Orang yang
di kehendaki oleh Allah SWT untuk mendapat hidayah adalah Mereka yang mendapat
hidayah membuka hatinya Allah dengan Ikhlas dan Jujur dan tunduk kepada Agama penuh
Ketaatan dan penyerahan Mereka Inilah yang di tolong oleh Allah SWT untuk mendapat hidayah
, di antakan kepadanya di dorong melakukan dan di tambah ke imanan petunjuk mereka dalam
kehidupan .
Adapun orang orang yang di kehendaki Allah SWT untuk mendapat kesesatan ,
adalah mereka yang lari dari kebenaran berpaling dari petunjuk dan menutup pintu yang ada dalam
dirinya sehingga hidayah tidak bisa masuk Bahkan mereka sama sekali tidak ada
kesediaan untuk menerima Manhaj yang di turunkan Oleh Allah SWT.
Ada Beberapa Alasan kenapa Allah SWT Memberikan Azab kelak di akhirat kepada
Orang orang yang Menolak Hidayah Allah SWT, yaitu :.
a. Mereka dibekali dengan keadaan fitrah suci yang berpotensi untuk menerima hidayah Allah SWT.
b. Mereka yang di beri alat indera untuk mencari Kebenaran Allah meminta Pertanggung
jawaban penggunaan alat indera
c. Mereka di beri akal untuk membedakan antara baik dan Buruk antara hak dan Batil Antara
hidayah dan dhalal. Allah Berfirman tentang penghuni neraka yang menyesal karena di dunia dulu
menggunakan Akal Pikirannya sehingga mereka masuk neraka
d. Mereka di beri hak Ikhtiar untuk menerima atau menolak
e. Kepada mereka yang sudah di utus rasul di turunkan Kitab Suci sampaikan dakwah untuk
membimbing mereka Mencari hidayah Allah SWT
f. Mereka hanya di bebani hal hal yang sanggup mereka memikulnya
Dengan alasan seperti itu sangat Bijaksana dan adil Kalau Allah mmemberikan Azab kepada
Orang orang yang menolak hidayah AllhSWT dengan alasan mereka Yang sesuai di dunia (
tentang Hidayah Allah SWT )

Perbuatan Baik dan Jahat


Secara Umum , segala sesuatu di ciptakan oleh Allah SWT termasuk semu Perbuatan baik
Maupun yang Buruk Tetapi hal tersebut berate Allah SWT menciptakan Kejahatan atau
Keburukan yang di nisabkan Oleh Allah SWT adalah kebaikan Kejahatan dan Ke burukan di
nisabkan oleh Allah SWT
Sesuatu yang menjadi baik dan buruk setelah di nisabkan kepada manusia Artinya Allah
SWT menciptakan Manusia berpotensi Untuk melakukan Kebaikan dan Kejahatan Allah
SWT tidak akan Perintahkan Kepada umat Manusia untuk berbuat Kebaikan menciptakan
Manusia itu untuk berbuat Kebaiakan begitu juga sebaliknya allh SWT tidak larang berbuat
kejahatan itu dari segi ini meyakini semua perbuatan Manusia adalah Makhluk ciptaan Allah SWT
Misalnya Allah SWT tidak menciptakan manusia untuk berpotensi untuk Minum
Khamar Berjudi Berzina Mencuri dan segala Kejahatan lainya juga sebaliknya Kalau Allah
tidak menciptakan Manusia Berpotensi untuk Shalat mengerjakan Puasa Bersedekah dan
Berjihat dan Amal Shaleh lainya Tentu Memerintahkan Manusia untuk Melakukanya Justru di
situlah letak Kebijaksanaanya dan Keadilan Allah SWT Dia di uji dengan sesuatu manusia yang
lain .

5. Hikmah Iman Kepada Takdir


Seorang Muslim yang Beriman dengan Takdir Al qadar Al khairuhu wa sya ruhus sebagai
mana yang di jelaskan oleh Allah SWT dan Rasulnya di dalam Alquran dan Sunah
Rasul . Memahami Takdir harus secara benar , karena kesalahan memahami Takdir dan
melahirkan pemahaman dan Sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupan di
dunia ini . Ada Beberapa hikmah yang dapat di petik dari Keimanan kepada Takdir , antara
lain yaitu ;
5.1.Melahirkan kesadaran bagi Umat manusia bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalansesuai
dengan Undang – Undang , aturan Hukumyangtelah ditetapkan dengan pasti oleh Allah SWT Oleh
sebab itu manusia Memahami dan Mematuhi Ketetapan Allah
SWT supaya mencapai Keberhasilan Baik di dunia Maupun di Akhirat nanti .
5.2. Mendorong manusia untuk Berusaha dan Beramal dengan Sungguh –Sungguh Untuk mencapai
Kehidupan yang Baik di dunia dan di Akhirat , Mengikuti hokum Sebab akibat yang telah di
tetapkan Allah SWT .
5.3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Memiliki
Kekuasaan dan Kehendak yang Mutlak di samping Memiliki Kebijaksanaan , Keadilan , dan
Kasih sayang Kepada Makhluknya
5.4.Menanamkan Sikap tawakal dalam diri Manusia , Karena menyadari bahwa manusia hanya
bisa Berubah dan Berdoa , sedangkan Hasilnya di serahkan oleh Allah SWT
5.5. Mendatangkan Ketenangan jiwa dan Ketentraman hidup , karena meyakini apa pun yang
terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT . Di saat memperoleh Kebahagiaan dan
Nikmat dia segera bersyukur Kepada Allah SWT dan tidak memiliki Kesombongan karena
semuanya itu di dapat Atas izin Allah SWT Di saat Mendapat Musibah dan Kerugian dia Bersabar
karena meyakini semuanya itu adalah Kesalahanya sendiri dan Karena cobaan Ujian dari Allah
SWT yang kelak Kemudian juga akan mendatangkan Kebaikan .
5.6.
BAB III
PENUTUP

Iman kepada takdir atau percaya adanya Qadha dan Qadar adalah kewajiban bagi umat
muslim,umat muslim yang patuh akan perintah Allah SWT akan senantiasa bersyukur dengan segala
sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT, sedangkan umat muslim yang ingkar yaitu umat
muslim yang selalu mengeluh terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Sesungguhnya Allah membenci mereka yang ingkar dan tidak pernah mensyukuri nikmat
yang telah diberikan oleh-Nya, Allah menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia – sia karena
Allah maha mengetahui lagi maha menyayangi, percayalah bahwa rencana Allah pasti indah.
Melalui makalah ini semoga pembaca dapat mengaplikasikan hikmah Iman kepada takdir
kedalam kehidupan sehari hari, senantiasa bersyukur dan beramal saleh juga lebih mendekatkan diri
kepada sang ilahi karena kita tidak pernah tau kapan kita di takdirkan untuk mati.

Anda mungkin juga menyukai