Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Qada’ dan Qadar dengan Manusia

Disusun oleh :

Universitas Widyagama Malang

-201622018153108

Universitas Widyagama Malang

-201622018153102

ABSTRAK

Makna keimanan terhadap Qada' dan Qadar serta hubungannya dengan manusia dalam kehidupan sehari-
hari yang masih terjadi simpang siur antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia, sehingga sering terjadi
kesalahan dalam menerapkan iman dalam kesatuan. Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk menganalisis
hubungan Qada’ dan Qadar dengan manusia, hubungan Qada’ dan Qadar dengan takdir Allah SWT, kasus yang
berkaitan dengan Qada’ dan Qadar serta sikap manusia dalam mengimplementasikan Qada’ dan Qadar di kehidupan
sehari-hari. Pembuatan artikel ini menggunakan metode kualitatif. Dimana data yang dikumpulkan menggunakan
teknik analisis kualitatif dengan memberikan keterangan dan penjelasan Pada hakikatnya Qada' dan Qadar memiliki
satu garis makna, yaitu keputusan Allah bagi makhluk hidup yang harus diterima dan pengukuhan ilmu Allah untuk
mengetahui apa yang terjadi dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Mencatat takdir yang
telah ditetapkan oleh Allah sesuai dengan aturan Allah dalam waktu yang sangat lama sebelum langit dan bumi
diciptakan (zaman azali), dan untuk semua apa yang ingin dicapai. Rasulullah saw. telah memperingatkan kita
untuk tidak hanya pasrah pada takdir, karena manusia memiliki peran penting dan diberikan kemudahan dalam
bentuk apapun untuk mencapainya. Hasil dari pembuatan artikel ini menunjukkan bahwa manusia, takdir, sikap serta
kepribadian mempunyai hubungan signifikan dengan Qada’ dan Qadar. Usaha manusia berpengaruh sangat tinggi
terhadap terbentuknya takdir dan Qada’ Qadar Allah SWT. Maka dari itu manusia harus senantiasa berusaha tanpa
pasrah begitu saja.

Kata kunci : al-qada’, al-qadar, penetapan takdir, usaha manusia

PENDAHULUAN

Pemahaman masyarakat akan konsep Qada’ dan Qadar masih simpang siur, bahkan terkesan
salah kaprah dalam mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Jika dikaji secara
mendalam, sebagian masyarakat muslim menganggap bahwa Qada’ dan Qadar merupakan
ketetapan Allah untuk menentukan segala sesuatu bagi setiap manusia dan sebagian banyak
masyarakat yang menganggap bahwa Qada’ dan Qadar adalah ketetapan Allah sebagai takdir,
bukan berarti kita sebagai manusia harus bermalas-malasan menunggu nasib tanpa harus
berikhtiar. Karena keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha.

Tidak jarang di antara kita yang menganggap bahwa apapun yang terjadi pada diri kita,
apapun perbuatan kita sudah menjadi kehendak Allah sehingga banyak di antara kita pasrah
begitu saja. Anggapan semacam inilah yang merupakan kekeliruan dalam mengamalkan Qada’
dan Qadar. Di sinilah kita perlu terlebih dahulu memahami dan memaknai Qada’ dan Qadar yang
selanjutnya akan menjadi patokan untuk kita mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QADA’ DAN QADAR

Dalam pengertian sehari-hari Qada’ dan Qadar merupakan dua buah kata yang mempunyai
arti hampir sama.

Secara bahasa, Qada’ berarti hukum, keputusan, ketetapan, perintah, kehendak,


pemberitahuan, penciptaan. Secara istilah, Qada’ adalah ketetapan Allah swt. terhadap segala
sesuatu sejak zaman azali yaitu zaman ketika segala sesuatu belum tercipta, sesuai dengan
iradahnya.

Secara bahasa, Qadar berarti kepastian, ukuran, kekuasaan, peraturan, perwujudan kehendak.
Secara istilah, Qadar adalah perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah swt. terhadap semua
makhluk-nya dalam ukuran dan bentuk-bentuk sesuai dengan iradahnya.

Qada’ dan Qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib hukumnya untuk diyakini
secara penuh oleh segenap umat islam sebagaimana diriwayatkan dalam hadits al-Bukhari dari
Anas bin Malik: Allah mengutus malaikat pada setiap Rahim, kemudian malaikat tersebut
mengatakan: ‘ya rabbi, ataukah sebatas segumpal mani? ya rabbi, ataukah sebatas segumpal
darah? ya rabbi, ataukah sebatas segumpal daging?’ dan jika Allah berkehendak memutuskan
penciptaannya, malaikat mengatakan: ‘ya rabbi, ataukah laki-laki ataukah perempuan?,
sengsarakah ataukah bahagia?, seberapa rejekinya, kapan ajalnya?’ lantas ditulis, demikian
pula dalam perut ibunya. (H.R. al-Bukhari diriwayatkan dari Anas bin Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa jenis kelamin, sengsara, bahagia, rezeki, dan ajal telah
ditentukan Allah swt. sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. Ketika seorang manusia
lahir ke dunia ini dan mengalami peristiwa-peristiwa tertentu, berarti ia telah ditakdirkan Allah
swt. seperti peristiwa yang dialaminya.

Meskipun pada hakikatnya Qada’ dan Qadar manusia telah ditentukan oleh Allah swt.
namun manusia sendiri yang menjadi penentu takdirnya. Allah swt. memberi kesempatan
manusia untuk berikhtiar sehingga dapat mendorong seorang hamba-nya untuk memaksimalkan
potensi yang telah Allah swt. berikan. Kemudian manusia di perintahkan untuk senantiasa
beribadah dan berusaha dengan di berikannya ajaran-ajaran agama, serta tetap berstandar kepada
segala ketetapan Allah swt. sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat berikut ini:

‫سنَّةَ هّٰللا ِ فِى الَّ ِذيْنَ َخلَ ْوا ِمنْ قَ ْب ُل ۗ َو َكانَ اَ ْم ُر هّٰللا ِ قَ َد ًرا َّم ْقد ُْو ًر ۙا‬ ‫ما َكانَ َعلَى النَّبي منْ حرج ف ْيما فَر هّٰللا‬
ُ ۗ ٗ‫ض ُ لَه‬ َ َ َ ِ ٍ َ َ ِ ِّ ِ َ

Artinya: Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah swt.
baginya (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-nya pada nabi-nabi yang telah
berlaku dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. (Q.S Al-
Ahzab 33:38)

B. PERBEDAAN QADA’ DAN QADAR

Secara garis besar perbedaan Qada’ dan Qadar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu

1. Berdasarkan ketetapan, Qada’ adalah sebuah takdir yang masih diubah oleh seseorang dengan
berbagai cara. Diantaranya yaitu dengan berusaha dengan sungguh-sungguh, berikhtiar,
bertawakkal supaya apa yang diinginkan dapat tercapai. Sedangkan Qadar adalah suatu ketetapan
Allah SWT yang tidak bisa diubah lagi karena sudah ditentukan sejak zaman azali seperti jenis
kelamin, kelahiran, kematian, hari kiamat dst.

2. Berdasarkan contohnya, contoh dari Qada’ yaitu apabila seseorang menginginkan rezeki
melimpah maka seseorang perlu untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, berikhtiar lalu
bertawakkal kepada Allah SWT. Sementara itu, contoh dari Qadar adalah seseorang lahir dengan
jenis kelamin perempuan.

3. Berdasarkan ayat dalam al-quran, untuk ayat al-quran yang menjelaskan tentang Qada’ tertera
pada QS. Al-Isra’: 23 tentang perintah, QS. Ali Imron : 27 tentang kehendak, QS. Fussiat : 12
tentang menjadikan dan mewujudkan serta QS. An-Nisa’: 65 tentang keputusan. Untuk ayah al-
quran yang menjelaskan Qadar tertera pada QS. Fussiat : 10 tentang mengatur sesuatu menurut
batas-batasnya, QS. Al-Mursalat : 23 tentang kepastian, QS. Ar-Ra’du : 17 tentang ukuran, QS.
Al- Baqarah : 236 tentang kemampuan dan kekuasaan.
C. HUBUNGAN QADA’ DAN QADAR DENGAN MANUSIA

Hubungan Qada’ dan Qadar jika dikaitkan dengan manusia bisa di sebut dengan takdir.
Takdir adalah perkara yang Allah takdirkan di azal untuk terjadi pada makhluk-Nya.

Mengacu pada sudut pandang etimologis makna takdir dapat diartikan sebagai: 1. Takdir
merupakan segala sesuatu yang pasti terjadi dan telah ditentukan sejak semula, 2. Sesuatu yang
sudah dipastikan dan kepastian itu lahir dari penciptanya dimana eksistensinya sesuai dengan apa
yang telah diketahui sebelumnya, 3. Takdir berarti menerbitkan, mengatur, dan menentukan
sesuatu menurut batas-batasnya di mana akan sampai sesuatu kepadanya.

Ketaatan kita, kemaksiatan kita, rezeki kita, dan ajal kita semua diketahui oleh Allah.
Apabila ada orang yang mati dengan sebab atau tanpa sebab yang diketahui, maka ia diketahui
oleh Allah, tidak samar bagi-Nya. Lain dengan ilmu seseorang tentang ajalnya, dia tidak
mengetahui ajalnya, dimana dia akan mati, kapan, dengan sebab apa, dan dalam keadaan
bagaimana, dia tidak mengetahui semua itu.

Kembali lagi dalam pembahasan hubungan Qada’ dan Qadar dengan manusia. Di sini
manusia menjadi peran penting dalam mengimplementasikan Qada’ dan Qadar dalam kehidupan
sehari-hari. Mengimani Qada’ dan Qadar pada hakikatnya mengandung kedamaian jiwa dan hati
serta hilangnya kegundahan karena kegagalan, hilangnya kekhawatiran akan masa depan. Allah
swt. sendiri telah menciptakan fitrah umat manusia untuk berusaha dan bekerja keras mencapai
sebab-sebab yang telah ditetapkan dalam kehidupan duniawi mereka.

D. HUBUNGAN QADA’ DAN QADAR DENGAN TAKDIR

Makna takdir adalah iradah Allah mewujudkan dalam bentuk tertentu, kemudian menjadikan
bentuk perwujudan itu suatu amalan sesuai dengan maksud, tujuan, dan hikmahnya atau dengan
kata lain, menetapkan amalan sesuai dengan kadar kemampuan makhluk-Nya.

Takdir itu sendiri dibagi menjadi dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq

1. Takdir Mubram

Takdir mubram ialah takdir yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contohnya:

a. Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung
b. Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan

c. Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya segala sesuatu berjalan
menurut hukum, kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan oleh Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi. Kekuatan tenaga manusia berbeda
dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda
yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

2. Takdir Muallaq

Takdir muallaq ialah takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia. Setiap
manusia diberi kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih
baik lagi. Contohnya:

Widya dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Namun ia ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang tuanya sangat
terbatas. Ia belajar dengan tekun untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Bahkan saat ia sudah masuk perguruan tinggi, ia mendapat tawaran kerja dengan posisi
yang cukup tinggi. Saat ini hidupnya lebih layak dari kedua orang tuanya karena ia merubah
nasibnya, baik untuk dirinya sendiri maupun dengan keluarganya.

Orang yang ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus berusaha, dan ingin merdeka harus
berjuang.

Adapun dalil aqli mengatakan bahwa perbuatan hamba adalah makhluk Allah, maka kita
katakan. Perbuatan hamba berdasarkan kepada dua hal yakni, keinginan yang kuat dan
kemampuan yang sempurna. Sisi kedua dari dalil aqli tersebut adalah bahwa perbuatan itu
merupakan sifat bagi pelaku, dan sifat mengikuti pemiliknya sebagaimana dzat manusia adalah
makhluk bagi Allah, maka perbuatannya juga makhluk, karena sifat kita mengikuti apa yang kita
perbuat. Terlebih pada faktanya dalam kehidupan banyak ditemukan hal-hal yang sama sekali di
luar kemampuan manusia untuk menolak dan melawan takdir. Hanya saja, jika sikap percaya
kepada takdir itu diterapkan pada tempat yang salah, maka dia akan melahirkan sikap mental
yang negatif dan menimbulkan pasrah pada nasib tanpa harus berusaha dan melakukan kegiatan
yang kreatif.
E. BERIKHTIAR DAN BERTAWAKKAL DALAM MENJALANI KEHIDUPAN
MERUPKAN CARA SESEORANG MENGIMANI AL-QADA’ DAN AL-QADAR

Ikhtiar adalah berusaha, bekerja keras, dan bergerak untuk menggapai sesuatu. Berikhtiar
berarti melakukan sesuatu dengan segenap daya dan upaya untuk menggapai sesuatu yang telah
di ridhoi oleh Allah. Sehingga daya dan upaya yang dilakukan akan menjadi kebaikan bagi
dirinya maupun orang lain serta bernilai ibadah di sisi Allah. Sebagai contoh, setiap orang
mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah
dengan berdagang, bertani, pegawai kantor, dan masih banyak lagi.

Dengan adanya ikhtiar tersebut, selanjutnya manusia hanya bisa bertawakkal artinya sikap
pasrah dan menyerahkan segala urusan kita kepada Allah swt. Dari bertawakkal kita dapat
menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak untuk berusaha, sedangkan ketentuan
atau hasil hanya Allah yang mengetahui. Apabila ikhtiar kita berhasil, kita tidak lupa diri dan
apabila kita mengalami kegagalan, kita tidak merasa putus asa. Sebagai contoh, Dita ingin
melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang terkenal di kotanya. Ia selalu belajar dan bekerja
keras untuk mengikuti ujian tertulis berbasis komputer (UTBK) agar ia dapat lolos nantinya.
Namun ketika pengumuman UTBK, ia dinyatakan tidak lolos oleh LTMPT. Dita tidak menyerah
begitu saja, ia tetap berjuang di jalur mandiri dan alhasil ia dinyatakan lolos.

Takdir, ikhtiar, dan tawakkal jika dikaitkan dengan penerapan al-Qada’ dan al-Qadar adalah
tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, sebagai implementasi terhadap keyakinan
akan takdir, ikhtiar, dan tawakkal, maka kewajiban kita adalah memilih segala hal yang baik.
Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya implementasi kita dalam kehidupan sehari-hari
misalnya, norma yang kita lakukan sesuai al-Qur’an dan hadits, senantiasa tekun, bersungguh-
sungguh dalam bekerja, bertawakkal, berdoa, berserah diri dan tidak mudah putus asa.

DAFTAR PUSTAKA

Itsariyah. 2021. Beriman Kepada Qada’ dan Qadar Berbuah Ketenangan Hati. Jakarta: Guru
Virtual Spensaka
JavanLabs. 2015. Surat Al-Ahzab Ayat 38. Magelang: Tafsirq
Siti Nafi’atul Mardliyah. 2022. Pengertian: Qada’ dan Qadar serta mengimaninya. Jakarta:
Iqipedia.com
Direktor Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII. 2022. Jadikan Ikhtiarmu Sebagai Senjata
Kebaikan. Yogyakarta: dppai.uii.ac.id

Anda mungkin juga menyukai