Anda di halaman 1dari 2

Pelaksaan Program Adiwiyata Terkait Pengelolaan Sampah Plastik

Berbasis 3R

Tema : Penanggulangan Sampah Plastik di Sekolah

urvei penilaian tingkat pengelolaan sampah sekolah berbasis 3R


(Reduce, Reuse, Recycle). Hasil survei itu kian mengukuhkan fakta
bahwa, penumpukan sampah plastik adalah masalah yang perlu diatasi
oleh bangsa ini.

Kementerian lingkungan hidup melalui programnya mengajak warga sekolah untuk


bertindak dan menerapkan pola gaya hidup bersih. Program tersebut menyebutkan bahwa
sampah plastik selalu menjadi persoalan di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Selain
berdampak pada kebersihan lingkungan, sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan warga
sekolah karena termasuk limbah anorganik yang sulit untuk terurai.

Sejumlah laporan menilai bahwa limbah plastik yang terkumpul tidak terkendali. Di
lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Purwosari misalnya, petugas kebersihan mencatat limbah
yang sulit terurai berupa botol plastik minuman dan bungkus makanan terkumpul sampai
1.250 ton. Rincian total limbah plastik yang terkumpul sejak 27 April 2020 hingga 12
Oktober 2021 di area depan sebanyak 265 ton, area tengah sebanyak 485 ton, dan area
belakang sekitar 500 ton.

Limbah plastik yang berasal dari bungkus makanan dan botol minuman itu memiliki
prosedur khusus untuk pengelolaan limbah tersebut. Sebab, limbah plastik di sekolah ini
masih belum bisa diatasi. Kesadaran warga sekolah untuk mengelola sampah dengan baik
masih minim sehingga tak sedikit limbah yang mencemari lingkungan seperti kolam ikan.

Lalu, target apakah yang bisa dilakukan sekolah SMA Negeri 1 Purwosari untuk
mencapai sekolah bersih? Apakah target sekolah bersih ini akan mendapat keuntungan dari
pengelolaan sampah?

Program pengelolaan sampah berbasis 3R juga sudah diperkenalkan oleh sebagian guru
dan telah dilaksanakan sejak berdirinya sekolah tersebut. Namun, program 3R dirasakan
belum mampu untuk mengatasi persoalan limbah sampah plastik yang semakin kompleks
seiring dengan penambahan jumlah warga sekolah.
Hal itulah yang menjadi dasar bagi warga sekolah untuk membentuk program Adiwiyata.
Adi berarti besar, agung, sempurna. Sedangkan Wiyata berarti tempat dimana seseorang
mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Latar belakang
program Sekolah Adiwiyata adalah mengajak warga sekolah untuk sadar akan permasalahan
sampah di Indonesia. Bedasarkan data yang ada, Indonesia termasuk kategori negara
penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah China. Lebih dari 3 juta ton sampah
setiap tahunnya terbuang ke laut.

Makna dari Sekolah Adiwiyata lebih pada pembentukan sikap siswa dan warga sekolah
terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat diwujudkan dari sikap dan perilaku sehari-hari baik
di sekolah, rumah ataupun masyarakat

Namun, dengan adanya program ini sekolah tersebut dapat mengembangkan teknologi
daur ulang sampah plastik khusunya dalam metode Rekristalisasi. Metode ini dinilai lebih
mudah digunakan tanpa membutuhkan energi yang tinggi, yakni dengan hanya mengaduk
mekanisme sampah. Penggunaannya juga lebih fleksibel, bisa untuk skala kecil seperti
limbah rumah tangga. Apabila ada logam berat bisa langsung terpisah ketika proses
berlangsung. Perlu ditekankan lagi bahwa pengadukan bisa dilakukan untuk mendapatkan
plastik murni dengan bentuk kristal yang memiliki mutu serupa dengan produk plastik
sebelum di daur ulang.

Warga sekolah juga harus memperhatikan program 3R dan aspek lingkungan agar
kedepannya dapat memberikan solusi dan mengubah pola pikir bahwa dirinya lah penghasil
sampah. Pentingnya mengkampanyekan program 3R pada warga sekolah yaitu agar tumbuh
kesadaran terhadap pelestarian lingkungan hidup yang dapat mengurangi resiko dampak
negatif bagi lingkungan. Selain itu, peran guru terutama guru pendamping program
Adiwiyata harus lebih efektif dalam membimbing peserta didiknya, mengawasi kinerjanya,
serta memberi pengetahuan sedikit demi sedikit akan pentingnya menjaga lingkungan. Pada
akhirnya Sekolah Adiwiyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa dengan
lingkungan sekolah yang nyaman.

DIAN SONYA KRISTANTI

12 MIPA 2/19

Anda mungkin juga menyukai