Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEDUDUKAN TUJUAN, FUNGSI, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN


BAHASA ARAB
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Al-Iktibarat Al-Lughawiah
Dosen Pengampu: Bpk. Andriana, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Fitri Nur’aeni (21120601)
Fuji Anisa Nur (21120611)
Muhammad Rizki Anugrah (21120801)

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2023
i
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur
bagi Allah SWT. yang dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami aturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia
mendampingi beliau. Terima kasih kepada teman-teman dan yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini yang dengan do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan
lancar.

Dalam makalah ini, kami menguraikan tentang ” Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi
Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab” yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah
ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami
berharap makalah ini bisa dimafaatkan semaksimal mugkin.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dosen Pengampu dalam mata Kuliah
Al-Iktibarat Al-Lughawiah. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu menyeleaikan makalah ini.

Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Cipasung Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................2
A. Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes ................................................2
B. Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ................8

BAB III .................................................................................................................................. 11


PENUTUP.............................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pendidikan di Indonesia terdapat sistem yang mengatur berjalannya belajar
mengajar dalam suatu lembaga pendidikan. Adapun sistem pendidikan yang ada yaitu
mencakup beberapa hal, yaitu tujuan, materi, pendidik, peserta didik, metode, media dan
evaluasi. Hal tersebut merupakan satu kesatuan dari sebuah sistem yang harus ada dalam
sebuah proses pendidikan.

Dalam sistem pendidikan tersebut terdapat evaluasi pendidikan yang kedudukannya sangat
urgent dalam pendidikan. Evaluasi merupakan hal yang dapat membawa pendidikan di
indonesia semakin maju. Evaluasi ini perlu dilakukan dalam setiap pembelajaran agar
pembelajaran yang kita lakukan dapat terkontrol dengan baik.

Sebuah pembelajaran penting sekali diakukannya sebuah evaluasi. Pembahasan dalam


makalah ini yaitu mengenai sistem evaluasi pembelajaran bahasa arab yang mana evaluai ini
lebih dikhususkan pada pembelajaran bahasa arab.

B. Rumusan Masalah
Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes
1) Menjelaskan Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes
i. Menjelaskan
2) Menjelaskan Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab

C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes
2) Untuk Mengetahui Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes


1. Evaluasi
Mungkin kita pernah atau bahkan sering membaca buku-buku tentang evaluasi yang di
dalamnya menjelaskan arti beberapa istilah yang hampir sama tetapi berbeda, seperti evaluasi,
penilaian, pengukuran, dan tes. Bahkan bisa jadi kita kebingungan. Apakah perbedaan antara
evaluasi pembelajaran dengan penilaian proses dan hasil belajar? Apakah pengukuran dan tes
itu sama? Tentu saja istilah-istilah tersebut berbeda satu dengan lainnya, baik ruang lingkup
maupun fokus yang dinilai, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih
terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal
yang ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya adalah semua
komponen pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menilai sistem pembelajaran adalah
evaluasi, bukan penilaian. Jika hal yang ingin dinilai satu atau beberapa bagian/komponen
pembelajaran, misalnya hasil belajar, maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian bukan
evaluasi. Di samping itu, ada juga istilah pengukuran. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat
kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperoleh dengan
menggunakan suatu alat ukur atau instrumen. Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau
instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau non-tes (Zainal, 2014:2).
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem), evaluasi
merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keaktifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan
(feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan
pembelajaran (Zainal, 2014:2).
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the world and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan infromasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan (Eko, 2009:3).

2
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari
UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) menyatakan bahwa:
Evaluation is the process of ascertaing the decision of concern, selecting apporapriate
information, and collecting and analyzing informatioan in order to report summary data useful
to decision makers in selecting among alternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta
penyusunan program selanjutnya. Proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan
dapat dicapai. Menurut Eko (2014:4), dalam pelaksanakan evalusi ada tujuh elemen yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation)
b. Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)
c. Pengumpulan informasi (collecting information)
d. Analisis dan inteprestasi informasi (analyzing and interpreting)
e. Pembuatan laporan (reporting information)
f. Pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan
g. Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation).
Dalam pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi, evaluator
pada tahap awal harus menentukan fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan
digunakan. Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara implisit
menenkankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melaksanakan
evaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat interprestasi
terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, evaluator juga harus
melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam
melaksanakan evaluasi secara keseluruhan (Eko, 2014:5).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterprestasikan
dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah
untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil
keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga digunakan untuk

3
kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait
dengan program (Eko, 2014:6).
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambil
keputusan (decision maker). Menurut Anas (2011:22), ada empat kemungkinan kebijakan yang
dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya,
atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat
kesalahan tetapi sedikit).
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu
sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
d. Menyebarkan program (melaksanakan program di tempat lain atau mengulangi lagi di lain
waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangaat baik jika dilaksanakan
lagi ditempat dan waktu lain.
Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu
program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering
digunakan ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas
dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk
perguruan tinggi (Daryanto, 2008:2). Guru mempunyai tanggungjawab menyusun dan
melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung untuk
mengevaluasi program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.
2. Penilaian
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment. Penilaian adalah suatu
kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Kata “menyeluruh” mengandung arti
bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja,
tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Selanjutnya,
Gronlund mengartikan “penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan,
analisis, dan interprestasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah
mencapai tujuan pembelajaran. Dari pengertian diatas jelas menunjukkan bahwa penilaian
lebih difokuskan pada peserta didik sebagai subjek belajar dan tidak sedikitpun menyinggung
komponen-komponen pembelajaran lainnya.

4
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik,
seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas atau kelulusan
(Arifin, 2014:4).
Keputusan tentang peserta didik meliputi juga pengelolaan belajar, penempatan peserta
didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan, bimbingan dan konseling, dan
menyeleksi peserta didik untuk pendidikan lebih lanjut. Keputusan penilaian terhadap suatu
hasil belajar sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik merefleksikan apa yang mereka
ketahui, bagaimana mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam belajar. Keputusan
penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama peserta didik (peer) atau dirinya sendiri (self-
assessment). Pengambilan keputusan perlu menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda
dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan harus membimbing peserta didik
untuk melakukan perbaikan pencapaian hasil belajar.
Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan
proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan untuk menilai hasil belajar.
Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya
secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau
teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari bahwa
kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator keberhasilannya dalam
pembelajaran. Jika sebagian besar peserta didik tidak berhasil dalam belajarnya berarti pula
merupakan kegagalan bagi guru itu sendiri (Arifin, 2014:4).
3. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata
“sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan
sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non-
tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajad validitas dan reliabilitas yang
tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan
pengukuran biasa nya menggunakan tes.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance peserta didik
dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat
kualitatif dari performance peserta didik tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah
5
et al.1996). Dapat didefinisan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel &Frisbie, 1986). Pengukuran adalah usaha
untuk mengetahui keadaan sesuatu hal menurut apa adanya, yang biasanya dinyatakan dalam
bilangan. Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.
4. Tes
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara
tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari,
2008: 67). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta
didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan
menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari
evaluasi (Eko, 2014:1-2).
Sax (1980) menekankan tes sebagai suatu tugas atau rangkaian tugas. Istilah tugas dapat
berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil
kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan tertentu terhadap seseorang.
Sementara itu, S hamud Hasan (1988) menjelaskan, tes adalah alat pengumpulan data
yang dirancang secara khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir (soal) yang
dipergunakan. Rumusan ini lebih terfokus pada tes sebagai alat pengumpulan data. Memang
pengumpulan data bukan hanya ada dalam prosedur penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur
evaluasi. Untuk mengumpulkan data evaluasi tentu orang memerlukan suatu alat, antara lain
tes. Tes dapat berupa pertanyaan. Oleh sebab itu, setiap jenis pertanyaan yang dipergunakan,
rumusan pertanyaan yang diberikan, pola jawaban yang disediakan atau dirancang harus
memenuhi suatu perangkat kriteria yang ketat. Demikian pula waktu yang disediakan untuk
menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggaraan tes diatur secara khusus pula.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikatnya tes adalah suatu
alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur aspek perilaku tertentu. Dengan demikian, fungsi tes adalah

6
sebagai alat ukur. Dalam tes prestasi belajar, aspek perilaku yang hendak diukur adalah tingkat
kemampuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah disampaikan (Arifin, 2014:3).
Sehubung dengan kedua istilah dari evaluasi dan penilaian, secara eksplisit bahwa kedua nya
mempunyai persamaan dan perbedaan. Dimana persamaannya adalah keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks
penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan
biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau
terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau
supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi
bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan
biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi
suatu program atau kurikulum, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kompreherensif yang meliputi pengukuran,
sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih
membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar
peserta didik (learning progress), sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Disamping itu, evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat
keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgement) tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran (qualitative description), tetapi dapat pula didasarkan pada
hasil pengamatan dan wawancara (quantitative description). (Arifin, 2014:8). Untuk
memahami lebih jauh tentang istilah-istilah dalam evaluasi, coba
Anda perhatikan juga ilustrasi berikut ini.
Ibu Euis ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi dasar dalam
mata pelajaran Aqidah-Akhlak. Untuk itu, Ibu Euis memberikan tes tertulis dalam bentuk
objektif pilihan-ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Bu Euis sudah
menggunaka tes). Selanjutnya, Ibu Euis memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai
dengan kunci jawaban, kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya.
Ternyata, skor mentah yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh
skor 25, 36, 44, 47, dan seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka atau skor-
skor tersebut tentu belum mempunyai nilai/makna dan arti. Untuk memperoleh nilai dan arti
dari setiap skor

7
tersebut, Ibu Euis melakukan pengolahan skor dengan pendekatan PAP. Hasil pengolahan dan
penafsiran dalam skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh nilai 5 (berarti tidak
menguasai), skor 36 memperoleh nilai 6 (berarti cukup menguasai), skor 44 memperoleh nilai
8 (berarti menguasai), dan skor 47 memperoleh nilai 9 (berarti sangat menguasai). Sampai
disini sudah terjadi proses penilaian. Ini contoh dalam ruang lingkup hasil belajar. Jika Ibu Euis
ingin menilai seluruh komponen pembelajaran (ketercapaian tujuan, keefektifan metode dan
media, kinerja guru, dan lain-lain), barulah terjadi kegiatan evaluasi pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan
penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik.

B. . Kedudukan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam proses pembelajaran bahasa Arab, guru akan mengatur seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran bahasa Arab, mulai dari membuat desain pembelajaran bahasa Arab,
melaksanakan kegiatan pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab, dan melakukan evaluasi
pembelajaran bahasa Arab termasuk proses dan hasil belajar yang berupa “dampak
pengajaran”.

Proses pembelajaran bahasa Arab dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Arab dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Tujuan atau kompetensi tersebut biasanya sudah dirancang dalam perencanaan
pembelajaran bahasa Arab yang berbentuk tujuan pembelajaran bahasa Arab, standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab atau menguasai kompetensi tertentu, maka guru
perlu melakukan tindakan evaluasi.

Sebelum melakukan evaluasi maka seorang guru bahasa Arab harus mamahami terlebih
dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru bahasa Arab akan mengalami
kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.

8
Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Ada dua cara
yang dapat ditempuh guru bahasa Arab untuk merumuskan tujuan evaluasi yang bersifat
khusus. Pertama, melakukan perincian ruang lingkup evaluasi. Kedua, melakukan perincian
proses mental yang akan dievaluasi. Tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar
bahasa Arab adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencapaian prestasi
peserta didik sesuai dengan indikator yang dirumuskan. Tujuan evaluasi pembelajaran bahasa
Arab adalah untuk mengetahui keefektifan dan efesiensi sistem pembelajaran bahasa Arab,
baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan,
maupun sistem penilaian itu sendiri.

Tujuan penilaian hasil belajar bahasa Arab adalah untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan, mengetahui kecakapan,
motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran bahasa Arab,
mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar bahasa Arab oleh peserta didik
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, mendiagnosis
keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa Arab,
menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu, menentukan kenaikan
kelas, menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Arifin, 2013: 15).

Adapun beberapa macam evaluasi pembelajaran bahasa Arab, yaitu evaluasi


perencanaan dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-
ekonomis, dan evaluasi program komprehensif.

Fungsi evaluasi pembelajaran bahasa Arab adalah: Pertama, untuk perbaikan dan
pengembangan sistem pembelajaran bahasa Arab. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pembelajaran bahasa Arab sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen, seperti tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru, dan peserta didik. Kedua, untuk
akreditasi. Dalam UU No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan bahwa akreditasi adalah
kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran. Fungsi evaluasi dapat
dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga
pendidikan (Arifin, 2013).

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik
tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

9
1) kontinuitas, yaitu evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena
pembelajaran bahasa Arab itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Hasil evaluasi yang
diperoleh pada suatu waktu harus dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya.

2) komprehensif, yaitu dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus
mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi.

3) adil dan objektif, yaitu guru harus berlaku adil dan tidak pilih kasih dalam
melaksanakan evaluasi. Guru hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan
kemampuan peserta didik.

4) kooperatif, yaitu dalam kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerja sama dengan
semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri.

5) praktis, yaitu alat evaluasi yang digunakan hendaknya alat yang mudah digunakan
baik oleh guru itu sendiri maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut (Arifin,
2013: 31)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi merupakan komponen peting dalam pembelajaran, khusunya dalam pembelajaran
bahasa Arab. Evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, sebelum, sewaktu dan sesudah
proses belajar mengajar bahasa Arab. Evaluasi pembelajaran bahasa Arab dapat dilaksanakan
melalui tes.

Objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal, yaitu:

a) Aspek manajerial, yaitu evaluasi kualitas proses pembelajaran,

b) Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa atau disebut juga dengan penilaian hasil
belajar siswa.

Dengan penilaian, guru bahasa Arab akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta
didik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afunah, S. dkk. 2014. Taqwimu Tajribati Jami’ah an-Najah al-Wathaniyyah fi Taudzifi


Nidzami Idarati at-Ta’allumi al-Iliktruniyyi (al-Muwaddal) fi Barnamiji Ta’hili al-
Mu’allimin Atsna’a al-Khidmati. Tanpa Kota Penerbit: Universitas an-Najah al-
Wathaniyyah.
Arifin, Z. 2013. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Faiq, M. 2013. Konsep Penilaian Hasil Belajar Menurut Kurikulum 2013. (Online).
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id). Diakses pada 06 Oktober 2015.
Hidayat, Y. 2008. Studi Prinsip Dasar Metode Pengajaran Bahasa Arab. (Online).
(http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran- bahasa-
arab/).
Diakses pada 06 Oktober 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai