Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Dibuat untuk melengkapi tugasmata kuliah: Tafsir Tarbawi


Dosen: Rosihan Anwar, M.Pd.I

Disusun oleh:
Rio Dian Hamami
Amin Wahyudi
Muhammad

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


MIFTAHUL HUDA SUBANG
2021/2022

Jl. Rancasari Dalam No. B 33. Tlp.(0260)550647 Pamanukan Subang


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
kelompok ini dapat tersusun. Adapun judul yang dibahas dalam makalah ini yaitu “AYAT-
AYAT Al-QURAN TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN”. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan pikirannya.
Kami harap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini, Terima Kasih.

Subang 13 maret 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 3
Bab 2 ............................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
A. Pengertian Tujuan Pendidikan ...................................................................................... 4
B. Perspektif Alquran dan Hadist tentang Tujuan Pendidikan.......................................... 4
C. Analisis Kritis Ayat-ayat Tujuan Pendidikan ............................................................... 8
Bab 3 ............................................................................................................................................. 10
PENUTUP................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat
ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum
memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang
mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi
pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan,
spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini,
banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan
misi yang pragmatis. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya
diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem
pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status
pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai
individu-individu yang beradab.
Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak
berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak
dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan
Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum
menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Dalam makalah ini penulis berusaha
menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan
melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga
memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam
pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada
wacana dan realita kekinian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh?
2. Bagaimana tujuan pendidikan dalam perspektif Alquran dan hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari tujuan Pendidikan
2. Untuk menganalisis tujuan pendidikan dalam perspektif Alquran dan hadist
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tujuan Pendidikan


Tujuan adalah arah atau sasaran yang ingin di capai.dalam bahasa arab, tujuan itu
di sebut dengan al-hadf muntadal fihi bi al-siham (sasaran atau objek yang di perlombahkan
dengan panah) atau kullu shay’in azim murtafi’ (segala sesuatu yang besar dan tinggi). Dan
al-ghard berarti “maksud atau yang di inginkan”.
Berdasarkan makna harfiah ini, maka tujuan dapat diartikan kepada sesuatu yang
sangat di dambakan bagaikan pemanah yang berharap anak panahnya dapat mencapai
sasaran atau objek yang di panahnya. Setiap target yang ingin di capai, dengan demikian,
tujuan pendidikan berarti sasaran yang ingin di capai atau di raih setelah melalui proses
pendidikan. Artinya pendidikan yang merupakan suatu proses mempunyai target atau
tujuan yang ingin di capai, dimana tujuan tersebut harus melekat atau dimiliki oleh peserta
didik setelah melalui proses tersebut. Peserta didik di harapkan memiliki kompetensi
tertentu sesuai dengan peringkat pendidikan yang dilaluinya. Kompetensi itu meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Penyelenggaraan pendidikan, baik pada tingkat
lembaga maupun dalam proses pembelajaran, mempunyai target atau sasaran yang ingin
di capai.
Tujuan pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan, karena
pendidikan dapat memberikan arahan yang jelas dalam melaksanakan segala kegiatan
pendidikan. Penentuan tujuan pembelajaran menjadi penting tidak hanya untuk
memastikan sasaran yang ingin di capai, tetapi juga dapat memberikan arahan kepada guru
dalam memilih dam menentukan materi pembelajaran

B. Perspektif Alquran dan Hadist tentang Tujuan Pendidikan


Konsep tujuan pendidikan menurut Umar Muhammad At-Taumi Ash-Shaibani
adalah perubahan yang diinginkan melelui proses pendidikan, baik dalam tingkah laku
individu pada kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan alam sekitar maupun pada
proses pendidikan serta pengajaran itu sendiri. Berdasarkan konsep ini, pendidikan
dipandang tidak berhasil atau tidak mencapai tujuan apabilatidak ada perubahan pada diri
peserta didik setelah menyelesaikan suatu progam pendidikan.
Agar dapat terukur, sebelum melakukan proses pendidikan perlu dibuat rumusan-
rumusan tujuan yang jelas. Rumusan tersebut dapat digali dari sumber pendidikan Islam
yaitu Alquran dan hadist.
Berikut ini akan dikemukakan ayat-ayat Alquran dan hadist yang berkenaan dengan
tujuan pendidikan. Diantanya bertakwa kepada Allah, beriman, dan berakhlak mulia.

1. Bertakwa kepada Allah


Berdasarkan rumusan para ahli tujuan pendidikan salah satunya yaitu membentuk
peserta didik menjadi insane yang saleh dan bertakwa kepada Allah. Allah berfirman
dalam Surat Al-Hujurat: 13

‫علِيم‬ َ َ ‫ٱّلل أَتْقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َن‬


َ ‫ٱّلل‬ ِ َ َ‫ارفُ ٓوا ۚ ِإ َن أ َ ْك َر َم ُك ْم عِند‬
َ ‫شعُوبًا َوقَ َبا ٓ ِئ َل ِلت َ َع‬ ُ َ‫ٰ َٓيأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس ِإنَا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِمن ذَكَر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم‬
‫َخبِير‬

Artinya: Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kau dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia
diantara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
maha mengetahui, maha teliti.
Ketakwaan dasalehan itu ditandai dengan kemapanan akidah dan keadilan yang
mewarnai segala aspek kehidupan seseorang: yang meliputi pikiran, perkataan,
perbuatan, pergaulan dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan terdapat
empat hal yang mesti di perkenalkan kepada peserta didik melalui materi yang di ajarkan
yaitu:
1. Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia secara individu.
2. Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia sebagai makhluk sosial.
3. Memperkenalkan kepada mereka bahwa alam ini ciptaan Tuhan dan mengajak
peserta didik memahami hikmah Tuhan menciptakannya.
Memperkenalkan kepada mereka pencipta alam dan mendorong mereka beribadah.
Keempat hal di atas di sebut oleh al- jamali sebagai inti dari tujuan pendidikan islam
yaitu mengenal Allah dan bertakwa kepada-Nya. Sehubunagn dengan takwa sebagai
tujuan pendidikan,

ِ‫أَتْقَاهُ ْم ِ َّلل‬: ‫اس قَا َل‬


ِ َ‫ َم ْن أَ ْك َر ُم الن‬: ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ رضى هللا عنه‬
ُ ‫سئِ َل َر‬ َ

Artinya: Abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah ditanya, “Ya, Rasulullah, siapa
manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa
kepada Allah.” (HR. Muslim)

Hadist ini menunjukkan bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling
tinggi tingkat ketakwaannya. Sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemulian
martabat yang lain. Simbol-simbol kemodernan dan kesejahteraan yang dimiliki oleh
seseorang tidak dapat mengalahkan sikap takwa. Hal itu berarti bahwa kendatipun
sesesorang memiliki keterampilan menggunakan teknologi mutakhir dan memiliki
kekayaan yang melimpa, tetapi ia tidak bertakwa kepada Allah, maka sesungguhnya ia
belum dapat dimasukkan kedalam kategori orang yang paling mulia.

2. Beriman dan berilmu


Ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam sangat erat kaitannya dengan iman, iman
dibangun atas dasar ilmu pengetahuan maka bertambahnya ilmu identik dengan
bertambahnya iman. Dalam Surat Ali- Imran Ayat 190-191 ditegaskan:

َ َ َ‫ الَذِينَ يَذْ ُك ُرون‬. ‫ب‬


‫ّللا قِيَا ًما‬ ِ ‫ار ََليَات ِْلُولِي ْاْل َ ْلبَا‬ ِ ‫ض َوا ْخت ََِلفِ اللَ ْي ِل َوالنَ َه‬
ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫ق ال‬ِ ‫ِإ َن فِي خ َْل‬
َ َ ‫عذ‬
ِ َ‫اب الن‬
‫ار‬ ُ ‫ض َربَنَا َما َخلَ ْقتَ ٰ َهذَا َباطِ ًَل‬
َ ‫س ْب َحانَكَ فَ ِقنَا‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫ق ال‬ِ ‫علَ ٰى ُجنُو ِب ِه ْم َو َيتَفَ َك ُرونَ فِي خ َْل‬َ ‫َوقُعُودًا َو‬

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Dalam ayat diatas memperbincangkan tentang orang berakal (ulul Albab) orang
yang dapat mengombinasikan antara dzikir dengan piker atau sebaliknya. Ketika dia
berfikir, meneliti atau mengkaji alm sekitar munculah dzikirnya dan ketika dia berdzikir
munculah pikirnya. Sehingga setiap kali dia sampai kepada suatu kesimpulan maka
kajiannya, jiwanya yang paling dalam berucap “ Hal ini Allah ciptakan dengan tidak
sia-sia, semuanya berguna dan bermanfaat bagi manusia”.

Menyimak hal tersebut maka dalam tujuan pendidikan salah satunya harus
mewujudkan peserta didik yang beriman kepada Allah, karena dengan takwa dan
beriman kepada Allah maka akan mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia dan
berprilaku terpuji.

Berkaitan dengan iman, terdapat hadist berikut:

ِ ‫ع ْنهُ أ َ َحدًا بَ ْعدَكَ ) َوفِي َح ِد ْي‬


‫ث‬ َ ‫اإل ْسَلَ ِم قَ ْولً لَ أَ ْسأ َ ُل‬
ِ ‫س ْو ُل هللاِ قُ ْل ِل ْي فِي‬ ُ ‫عن سفيان بن عبد هللا الثقفي قال قُ ْلتُ يا َ َر‬
‫قَا َل قُ ْل آ َم ْنتُ ب ِاللِ فَا ْست َ ِق ْم‬: ( َ‫غي َْرك‬ َ ُ ‫أَبِي أ‬
َ َ‫سا َمة‬

Artinya: Sufyan bin Abdullah Ats- Tsaqafi meriwayatkan bahwa ia berkata kepada
rasulullah, “Ya, Rasulullah, katakanlah kepada saya sesuatu tentang Islam
yang tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau.” Nabi berkata,”
Katakanlah, “Saya beriman kepada Allah.” Lalu tetaplah pendirianmu. (HR.
Muslim dan Ahmad).

Hadist diatas menjelaskan bahwa iman kepada Allah dan Istiqomah dengan
pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang sudah cukup dan memadai bagi
seorang Muslim. Oleh karena itu, para pendidik harus berusaha agar peserta didik
memiliki iman yang kuat dan teguh pendirian dalam melaksanakan runtutan iman
tersebut.
Jika seorang yang beriman diyakini sebagai orang yangdimuliakan dan
diistimewakan oleh Allah didunia dan akhirat, maka seyogianya segala proses
pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai derajat itu.

3. Berakhlak Karimah
Misi utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan kemuliaan Akhlak, maka
proses pendidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak
mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah dalam firmannya Surat Al-Ahzab: 21
ٰ ْ ‫ّللا َو ْاليَ ْو َم‬
َ ٰ ‫الخِ َر َوذَك ََر‬
‫ّللا َكثِي ًْرا‬ َ ‫ّللا اُس َْوة َح‬
َ ٰ ‫سنَة ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
ِ ٰ ‫س ْو ِل‬
Artinya: Sungguh, telah adad pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan Kedatangan Hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah.
Dalam hal ini dapat dilihat dari sebuah hadist berikut:
‫ق‬ ِ ‫إِنَ َما بُ ِعثْتُ ْلُتَمِ َم َمك‬: ‫ّللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ َ‫َار َم اْل َ ْخَل‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر‬
ِ َ ‫سو ُل‬ َ ‫ى‬
َ ُ‫ّللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasullah SAW bersabda “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
ِ َ‫َار ِم اْل َ ْخَل‬
‫ق َو َك َما ِل م َحاَس ِِن‬ ِ ‫عن جابر بن عبد هللا قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إِ َن هللاَ بَعَثَنِ ْي بِت َ َم ِام َمك‬
‫اْل َ ْفعَا ِل‬
Artinya: Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan
kebaikan pekerjaan. (HR. Ath-Thabrani)

Kedua hadist diatas menujukkan dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah adalah
memperbaiki akhlak manusia. Beliau melaksanakan misi tersebut dengan menghiasi
dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiaa
menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan secara tegas, beliau
mengatakan bahwa kualitas iman seorang dapat diukur dengan akhlak yang
ditampilkannya. Itu berarti bahwa semakin bagus kualitas iman seseorang Akan
semakin baik pula akhlaknya. Dengan kata lain, akhlak seseorang yang buruk
merupakan pertanda bahwa imannya juga buruk.
Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan tujuan pendidikan yang merangkum
maksud-maksud hadist diatas. Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang didalamnya
memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugastugas kehambaan,
kekhalifaan, dan pewaris nabi.
2. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia
tanggal s.d. 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor; tujuan pendidikan Islam adalah
menanamkan takwa, akhlak, serta menegakkan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.

Sehubungan dengan pernyataan tentang tujuan pendidikan yang mencangkup tiga hal
diatas yakni bertakwa kepada Allah, beriman dan berilmu, dan juga berakhlak yang
mulia terdapat sebuah firman Allah SWT yang mencangkup tiga hal tersebut yakni
sebagai berikut:
ٰ ْ ‫اجدًا َوقَ ۤا ِٕى ًما يَحْ ذَ ُر‬
‫الخِ َرة َ َويَ ْر ُج ْوا َر ْح َمةَ َربِه قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوى الَ ِذيْنَ يَ ْعلَ ُم ْونَ َوالَ ِذيْنَ َل‬ َ ‫ا َ َم ْن ه َُو قَانِت ٰان َۤا َء الَ ْي ِل‬
ِ ‫س‬
ِ ‫ال ْلبَا‬
‫ب‬ َ ْ ‫يَ ْعلَ ُم ْونَ اِنَ َما يَتَذَ َك ُر اُولُوا‬
Artinya: Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Ayat ini menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang-orang yang taat kepada
allah; orang yang taat beribadah kepada Allah lebih beruntung dari pada orang-orang
yang musyrik. Selain menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang yang taat
beribadah kepada-Nya, ayat ini juga menafikan kesamaan orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu; ilmu semestinya dapat membangun pribadi yang menyadari
akan kekuasaan dan kemahabesaran Allah sehingga dia menjadi ulul al-bab.
Keadaan ilmu mestilah berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku orang
yang berilmu tersebut. Pengaruh inilah yang membuat diri yang berpredikat saleh,
takwa, atau ulul al-bab. Ada tiga indikator yang menunjukan terbentuknya predikat
tersebut. Atau dengan kata lain ada tiga indikator yang menunjukan bahwa telah
terciptanya tujuan pendidikan pada peserta didik.
Pertama : qanitun ana al-layl sajidan wa qo’iman. Dia menjadi orang yang
sangat taat dalam menjalankan ibadah walaupun dalam keadaan apapun tetap taat
melaksanakan ibadah apa saja yang si perintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Kedua : yahdar al-akhirah (takut kepada azhab akhirat). Dia sangat berhati-
hati dalam menjalankan kehidupannya jika suatu kegiatan yang sedang di hadapinya itu
dapat merugikan dan mengorbankan kebahagiaannya di akhirat maka kegiatan itu
langsung di tinggalkan.
Ketiga : yarju rahmata robbik (mengharap rahmat Tuhannya). Orang yang
saleh selalu mengharapkan rahmat-Nya jika kegiatan yang tidak ada manfaatnya atau
tidak berorientasi kepada rahmat Allah tidak menjadi perhatiaannya bahkan dia menjauh
dari kegiatan tersebut.
Ketiga karakter diatas ini dapat pula membentuk pribadi yang sabar menerima
cobaan dari Allah, baik cobaan dalam menghadapi musibah, dalam menghadapi
maksiat, ataupun dalam ketaatan kepadanya, dimana kesabaran itu perpanjangan dari
kesholehan dan ketakwaannya.
Ayat diatas menggambarkan pula efek atau dapat dari kesalehan dan ketakwaan
terhadap pribadi yang saleh, takwa, dan ulul albab tersebut, yaitu kebahagian didunia
dan balasan diakhirat yang tiada terkira.

C. Analisis Kritis Ayat-ayat Tujuan Pendidikan


Tujuan adalah suatu yang diharapakan tercapai setelah sesuatu kegiatan selesai atau
tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu nampak yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan
pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education).
Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah
mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya
maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai
arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol
maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
Sebagai pendidikan yang notabenenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan
tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang
disampaikan beberapa tokoh adalah :
1. Ahmad D Marimba
tujuan pendidikan Islam adalah; identiuk dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan
hidup manusia munurut Islam adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung
implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2. Dr. Ali Ashraf
“tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak
kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya”.
3. Muhammad Athiyah al-Abrasy
“the fist and highest goal of Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan
pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan
pendidikan jiwa)”.
4. Syahminan Zaini
“Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat dan sehat
dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta
mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani
serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dapat diartikan kepada sesuatu yang sangat di dambakan bagaikan pemanah
yang berharap anak panahnya dapat mencapai sasaran atau objek yang di panahnya. Setiap
target yang ingin di capai, dengan demikian, tujuan pendidikan berarti sasaran yang ingin
di capai atau di raih setelah melalui proses pendidikan. Didalam Alquran surat Az-Zumar
ayat 9 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan meliputi tiga hal yakni:
1. Bertakwa kepada Allah
2. Beriman dan berilmu kepada Allah
3. Dan berakhlak mulia
Tujuan adalah suatu yang diharapakan tercapai setelah sesuatu kegiatan selesai atau
tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu nampak yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan
pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education).
Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah
mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya
maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai
arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol
maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa kurangnya kesempurnaan dari selesainya makalah ini,
karena keterbatasan wawasan penuls, oleh karena itu penulis disini mengharapkan ada
penulis lain yang membahas tentang Tafsir Tarbawi Tentang Tujuan Pendidikan Islam
lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ash- Shaibani Umar Muhammad At- Taumi,.1979. Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,). Kadar M.2011,. Tafsir Tarbawi. (Yokjakarta: Nusa Media)

Manzur, Ibn,. Mukram, Abi al-Fadl Jamal al-Din Muhammad., 1990., Lisan al’arab jilid IX Bairut:
Dar al-Fikr,

Sudirman , 1988., Ilmu Pendidikan. Bandung. CV. Remadja Karya.. Yusuf,

Umar Bukhari. 2012,. Hadist Tarbawi. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai