Disusun oleh:
Rio Dian Hamami
Amin Wahyudi
Muhammad
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Artinya: Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kau dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia
diantara kau di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
maha mengetahui, maha teliti.
Ketakwaan dasalehan itu ditandai dengan kemapanan akidah dan keadilan yang
mewarnai segala aspek kehidupan seseorang: yang meliputi pikiran, perkataan,
perbuatan, pergaulan dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan terdapat
empat hal yang mesti di perkenalkan kepada peserta didik melalui materi yang di ajarkan
yaitu:
1. Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia secara individu.
2. Memperkenalkan kepada mereka, bahwa manusia sebagai makhluk sosial.
3. Memperkenalkan kepada mereka bahwa alam ini ciptaan Tuhan dan mengajak
peserta didik memahami hikmah Tuhan menciptakannya.
Memperkenalkan kepada mereka pencipta alam dan mendorong mereka beribadah.
Keempat hal di atas di sebut oleh al- jamali sebagai inti dari tujuan pendidikan islam
yaitu mengenal Allah dan bertakwa kepada-Nya. Sehubunagn dengan takwa sebagai
tujuan pendidikan,
Artinya: Abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah ditanya, “Ya, Rasulullah, siapa
manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa
kepada Allah.” (HR. Muslim)
Hadist ini menunjukkan bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling
tinggi tingkat ketakwaannya. Sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemulian
martabat yang lain. Simbol-simbol kemodernan dan kesejahteraan yang dimiliki oleh
seseorang tidak dapat mengalahkan sikap takwa. Hal itu berarti bahwa kendatipun
sesesorang memiliki keterampilan menggunakan teknologi mutakhir dan memiliki
kekayaan yang melimpa, tetapi ia tidak bertakwa kepada Allah, maka sesungguhnya ia
belum dapat dimasukkan kedalam kategori orang yang paling mulia.
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Dalam ayat diatas memperbincangkan tentang orang berakal (ulul Albab) orang
yang dapat mengombinasikan antara dzikir dengan piker atau sebaliknya. Ketika dia
berfikir, meneliti atau mengkaji alm sekitar munculah dzikirnya dan ketika dia berdzikir
munculah pikirnya. Sehingga setiap kali dia sampai kepada suatu kesimpulan maka
kajiannya, jiwanya yang paling dalam berucap “ Hal ini Allah ciptakan dengan tidak
sia-sia, semuanya berguna dan bermanfaat bagi manusia”.
Menyimak hal tersebut maka dalam tujuan pendidikan salah satunya harus
mewujudkan peserta didik yang beriman kepada Allah, karena dengan takwa dan
beriman kepada Allah maka akan mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia dan
berprilaku terpuji.
Artinya: Sufyan bin Abdullah Ats- Tsaqafi meriwayatkan bahwa ia berkata kepada
rasulullah, “Ya, Rasulullah, katakanlah kepada saya sesuatu tentang Islam
yang tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau.” Nabi berkata,”
Katakanlah, “Saya beriman kepada Allah.” Lalu tetaplah pendirianmu. (HR.
Muslim dan Ahmad).
Hadist diatas menjelaskan bahwa iman kepada Allah dan Istiqomah dengan
pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang sudah cukup dan memadai bagi
seorang Muslim. Oleh karena itu, para pendidik harus berusaha agar peserta didik
memiliki iman yang kuat dan teguh pendirian dalam melaksanakan runtutan iman
tersebut.
Jika seorang yang beriman diyakini sebagai orang yangdimuliakan dan
diistimewakan oleh Allah didunia dan akhirat, maka seyogianya segala proses
pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai derajat itu.
3. Berakhlak Karimah
Misi utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan kemuliaan Akhlak, maka
proses pendidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak
mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah dalam firmannya Surat Al-Ahzab: 21
ٰ ْ ّللا َو ْاليَ ْو َم
َ ٰ الخِ َر َوذَك ََر
ّللا َكثِي ًْرا َ ّللا اُس َْوة َح
َ ٰ سنَة ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا ُ لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر
ِ ٰ س ْو ِل
Artinya: Sungguh, telah adad pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan Kedatangan Hari Kiamat dan
yang banyak mengingat Allah.
Dalam hal ini dapat dilihat dari sebuah hadist berikut:
ق ِ إِنَ َما بُ ِعثْتُ ْلُتَمِ َم َمك: ّللا صلى هللا عليه وسلم
ِ ََار َم اْل َ ْخَل ُ ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر
ِ َ سو ُل َ ى
َ ُّللا ِ ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ َر
َ ض َ
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasullah SAW bersabda “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
ِ ََار ِم اْل َ ْخَل
ق َو َك َما ِل م َحاَس ِِن ِ عن جابر بن عبد هللا قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إِ َن هللاَ بَعَثَنِ ْي بِت َ َم ِام َمك
اْل َ ْفعَا ِل
Artinya: Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan
kebaikan pekerjaan. (HR. Ath-Thabrani)
Kedua hadist diatas menujukkan dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah adalah
memperbaiki akhlak manusia. Beliau melaksanakan misi tersebut dengan menghiasi
dirinya dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiaa
menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan secara tegas, beliau
mengatakan bahwa kualitas iman seorang dapat diukur dengan akhlak yang
ditampilkannya. Itu berarti bahwa semakin bagus kualitas iman seseorang Akan
semakin baik pula akhlaknya. Dengan kata lain, akhlak seseorang yang buruk
merupakan pertanda bahwa imannya juga buruk.
Para ahli pendidikan Islam telah merumuskan tujuan pendidikan yang merangkum
maksud-maksud hadist diatas. Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil yang didalamnya
memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugastugas kehambaan,
kekhalifaan, dan pewaris nabi.
2. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia
tanggal s.d. 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor; tujuan pendidikan Islam adalah
menanamkan takwa, akhlak, serta menegakkan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.
Sehubungan dengan pernyataan tentang tujuan pendidikan yang mencangkup tiga hal
diatas yakni bertakwa kepada Allah, beriman dan berilmu, dan juga berakhlak yang
mulia terdapat sebuah firman Allah SWT yang mencangkup tiga hal tersebut yakni
sebagai berikut:
ٰ ْ اجدًا َوقَ ۤا ِٕى ًما يَحْ ذَ ُر
الخِ َرة َ َويَ ْر ُج ْوا َر ْح َمةَ َربِه قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوى الَ ِذيْنَ يَ ْعلَ ُم ْونَ َوالَ ِذيْنَ َل َ ا َ َم ْن ه َُو قَانِت ٰان َۤا َء الَ ْي ِل
ِ س
ِ ال ْلبَا
ب َ ْ يَ ْعلَ ُم ْونَ اِنَ َما يَتَذَ َك ُر اُولُوا
Artinya: Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Ayat ini menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang-orang yang taat kepada
allah; orang yang taat beribadah kepada Allah lebih beruntung dari pada orang-orang
yang musyrik. Selain menafikan kesamaan orang musyrik dengan orang yang taat
beribadah kepada-Nya, ayat ini juga menafikan kesamaan orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu; ilmu semestinya dapat membangun pribadi yang menyadari
akan kekuasaan dan kemahabesaran Allah sehingga dia menjadi ulul al-bab.
Keadaan ilmu mestilah berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku orang
yang berilmu tersebut. Pengaruh inilah yang membuat diri yang berpredikat saleh,
takwa, atau ulul al-bab. Ada tiga indikator yang menunjukan terbentuknya predikat
tersebut. Atau dengan kata lain ada tiga indikator yang menunjukan bahwa telah
terciptanya tujuan pendidikan pada peserta didik.
Pertama : qanitun ana al-layl sajidan wa qo’iman. Dia menjadi orang yang
sangat taat dalam menjalankan ibadah walaupun dalam keadaan apapun tetap taat
melaksanakan ibadah apa saja yang si perintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Kedua : yahdar al-akhirah (takut kepada azhab akhirat). Dia sangat berhati-
hati dalam menjalankan kehidupannya jika suatu kegiatan yang sedang di hadapinya itu
dapat merugikan dan mengorbankan kebahagiaannya di akhirat maka kegiatan itu
langsung di tinggalkan.
Ketiga : yarju rahmata robbik (mengharap rahmat Tuhannya). Orang yang
saleh selalu mengharapkan rahmat-Nya jika kegiatan yang tidak ada manfaatnya atau
tidak berorientasi kepada rahmat Allah tidak menjadi perhatiaannya bahkan dia menjauh
dari kegiatan tersebut.
Ketiga karakter diatas ini dapat pula membentuk pribadi yang sabar menerima
cobaan dari Allah, baik cobaan dalam menghadapi musibah, dalam menghadapi
maksiat, ataupun dalam ketaatan kepadanya, dimana kesabaran itu perpanjangan dari
kesholehan dan ketakwaannya.
Ayat diatas menggambarkan pula efek atau dapat dari kesalehan dan ketakwaan
terhadap pribadi yang saleh, takwa, dan ulul albab tersebut, yaitu kebahagian didunia
dan balasan diakhirat yang tiada terkira.
Manzur, Ibn,. Mukram, Abi al-Fadl Jamal al-Din Muhammad., 1990., Lisan al’arab jilid IX Bairut:
Dar al-Fikr,