Anda di halaman 1dari 31

UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MENTAL SISWA MELALUI

INTERNALISASI NILAI-NILAI SPIRITUAL DI SMP NEGERI 1


PADEMAWU PAMEKASAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

RUKMIYANTI

NIM. 19381012050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
MEI 2022
HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi berjudul “Upaya Guru PAI Dalam Membina Mental Siswa
Melalui Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual Di SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan” yang disusun oleh Rukmiyanti (NIM. 19381012050) ini telah
disetujui untuk diajukan dalam ujian Proposal Skripsi.

Pamekasan, 02 Mei 2022


Pembimbing,

Dr. Buna’i, S. Ag., MPd


NIP. 197407041999031002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Membina Mental Melalui
Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual Di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. yang telah membimbing kami dari jaman Jahiliyah menuju
alam yang penuh dengan barokahnya ilmu.
Penyusunan proposal ini dibuat guna untuk memenuhi tugas penyusunan
proposal skripsi. Serta tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak:
1. Bapak Dr. H. Saiful Hadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Madura yang
telah memfasilitasi saya selama proses perkuliahan dan bimbingan di
Institut Agama Islam Negeri Madura.
2. Bapak Dr. Siswanto M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang
telah memberikan rekomendasi surat izin penelitian dan tugas
penyusunan skripsi.
3. Ibu Muliatul Maghfiroh, M.Pd.I selaku kaprodi Pendidikan Agama
Islam (PAI) atas arahannya selama ini.
4. Bapak Dr. Buna'i, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan selalu senantiasa mengarahkan saya dengan penuh
kesabaran sehingga penyusunan proposal ini dapat terselesaikan
dengan baik.
5. Bapak Kepala Sekolah di SMP Negeri 1 Pademawu yang berkenan
menjadi narasumber saya, berkatnya kami mendapat informasi dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Saya ucapkan terimakasih kepada guru-guru dan staf-staf di SMP
Negeri 1 Pademawu atas waktu yang diberikan kepada kami untuk bisa
melakukan penelitian proposal ini.
7. Saya ucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta terlebih orang tua
yang selalu mensuport dan memberi nasihat untuk menyelasaikan
penyusun ini. Khususnya ayahanda Matsai dan ibunda tersayang
Mistiyah yang do’anya terus mengalir untuk putrinya sehingga
penyusunan proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan terima juga penulis ucapkan kepada kakak tersayang, Hairullah
yang selalu mensuport sehingga terselesaikannya penyusunan ini.
8. Sahabat sahabat saya Dewi Astin Pramudita, Nur Indah Sintia Dewi,
Muhammad Shohibuddin, Moh Hasyim Asy Ariy, Shona Safarinatul
Ummah, Nurul Wijayanty, Rindi Antika Putri dan Delvi Ananda Putri
yang telah ikhlas menemani, memberikan dukungan, serta motivasi
kepada peneliti dalam proses penyusunan ini.
9. Teman-teman seperjuangan kelas PAI-A dan juga kakak senior di
Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN
Madura yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
Semoga dengan segala bantuan yang diberikan kepada penulis, Allah
berkenan memberikan balasan sesuai amal yang diperbuat. Oleh karena itu
tidak ada suatu yang berharga yang dapat penulis sampaikan kecuali
banyak terima kasih.
Kami menyadari penyusunan proposal ini jauh dari sempurna oleh
sebab itu, kami mohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna
melengkapi proposal ini. Semoga proposal ini dapat manfaat bagi kita
semua atau memiliki pengaruh tersendiri terhadap pengetahuan dan
wawasan kami sebagai penyusun. Di akhir kata semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat dan hidah-nya kepada kita semua. Aamiin.

Pamekasan, 02 Mei 2022


Penulis

Rukmiyanti
A. Judul Penelitian
Upaya Guru PAI Dalam Membina Mental Siswa Melalui Internalisasi Nilai-
Nilai Spiritual Di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan
B. Konteks Penelitian
Manusia merupakan mahluk Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan
penciptaan manusia itu semakin disempurnakan oleh Allah dengan
mengangkat manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang mempunyai tugas
untuk mengatur dan memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia
dengan berbagai potensi yang bisa dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut ialah potensi
emosional, potensi fisikal, potensi akal dan potensi spiritual. Disamping
memiliki beberapa potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik yang
membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud sifat hakikat dari
manusia.1
Hakikat manusia merupakan manusia yang berkepribadian utuh yang
dapat menyeleraskan, menyeimbangkan dan menyerasikan aspek manusia
sebagai individu, sosial, religious, bagian dari alam semesta, bagian dari
bangsa-bangsa lain, dan kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir maupun
kebahagian batin. Manusia seutuhnya meruapakan sosok manusia yang tidak
parsial, frakmental, apalagi spilt persoanality utuh artinya lengkap, meliputi
semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya
kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya. Manusia juga
memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual, berkomunikasi atau berdialog
dengan dzat yang maha kuasa. Lebih dari itu, manusia juga memerlukan
keindahan dan estetika. Maka dari itu untuk memenuhi seluruh kebutuhan
yang dibutuhkan oleh manusia bisa dilalui dengan pendidikan.2 Sebagaimana
firman Allah dalam surah Al-Shad: 29 yang berbunyi:

1
Rahmat Hidayat dkk, Ilmu pendidikan konsep, teori dan aplikasinya, (Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia atau LPPPI, 2019), 21.
2
Ibid,4
ِ َ‫ اََأل ْلب‬J‫ك لِّيَ َّدبَّ ُر َو ْا َءايَتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك َرُأوْ لُوْ ا‬
‫ب‬ َ ‫ِكتَبٌ َأ ْن َز ْلنَهُ ِإلَ ْيكَ ُمبَ َر‬

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan


kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran”.3
Dari dalil diatas menjelaskan bahwa setiap manusia yang beragama
Islam dapat meletakkan Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai dasar
ilmu dalam pendidikan agar memperoleh tujuan pelajaran yang dilakukan
orang-orang yang mempunyai pikiran dan orang-orang yang
berpendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mendewasakan manusia,
atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk
memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat melaksanakan
tugas sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak
tahu menjadi tahu. Dari tidak baik menjadi baik. Pendidikan mengubah
semuanya begitu penting pendidikan dalam islam, sehingga merupakan
suatu kewajiban perorangan.4 Berikut merupakan firman Allah Swt.
Berkenaan dengan pendidikan :
‫ َم ْن اَ َرا َد‬: َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ Jَ ‫ض‬ ِ ‫ع َْن َعلِ ٍّي َر‬
)‫ُخَارى َو ُم ْسلِ ٌم‬ِ ‫ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم َو َم ْن اَ َرا َدهُ ِما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم ( َر َواهُ ْاب‬

“Barang siapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka


dengan ilmu. Barangsiapa yang menghedaki kebaikan di akhirat
maka dengan ilmu. Barangsiapa yanh menghendaki keduanya maka
dengan ilmu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits diatas sudah jelas bahwasannya sebuah pendidikan dapat
menjungjung tinggi dan juga dapat bermotivasi agar berkiprah pada dunia

3
Heru Suparman, “Konsep Pendidikan Modern Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Jurnal Pendidikan
Islam, Vol 01 No 01 (2018), 6.
4
Heri Jauhari Muchtar, Fiqh Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 1.
pendidikan dan juga pengajaran untuk mewajibkan umatnya dalam
menyelenggarakan suatu pendidikan dan pengajaran atau ilmu yang baik.
Berbicara tentang pendidikan yang mana pendidikan memang sangat
diperlukan bagi setiap individu agar dapat mengembangkan potensi yang
baik. Pada hakikatnya pendidikan sangat penting bagi setiap manusia.
Karena pendidikan merupakan suatu bimbingan untuk mengembangkan
potensi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berfikir dengan
kecerdasan dan berakhlak yang baik, pendidikan juga memiliki kekuatan
spiritual keagamaan. Pendidikan bisa mendorong dalam meningkatan
kualitas manusia seperti kompetensi kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Pendidikan merupakan upaya terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif bisa
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya guna untuk mempunyai
kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.5
Pada dasarnya pendidikan memiliki tujuan yakni menyempurnakan
akhlak manusia. Agar manusia memiliki akhlak yang mulia, manusia perlu
diasah perasaan pikiran dan raganya secara terpadu. Dalam hal ini guru
PAI menjadi seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab
mengasuh, memberikan pendidikan yang bermuara pada penyempurnaan
akhlak atau moral. Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia
Indonesia secara tidak langsung telah menuntut kita untuk
menyelenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk
mempermainkan peran dan tanggung jawabnya dalam menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu siswa dalam
membentuk karakter pada diri mereka sendiri. Pendidikan karakter
memang sudah selayaknya diarahkan untuk memberikan pembelajaran dan
pembiasaan pada nilai-nilai baik seperti rasa hormat, tanggung jawab,

5
Zurqoni, Penilaian Sikap Spiritual & Sikap Sosial Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti,
(Yogyakarta: Arruzz Media, 2019), 11.
peduli, jujur serta membantu siswa dalam memahami dan
mengimplementasikan nilai-nilai baik tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.6
Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah
sangat menggunakan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan
berpikir juga dapat dianggap sebagai primadona, bahkan juga dapat
diklaim sebagai “dewa” konsekuensinya, potensi diri yang lain dianggap
inferior dan bahkan dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang
demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas,
tetapi sikap, perilaku, dan pola hidupnya sangat kontras dengan
kemampuan intelektualnya. Banyak orang cerdas secara akademik, tetapi
gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki
kehidupan yang terbelah (split personality) sehingga tidak terjadi antara
otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkannya
multimidensi yang sangat memperihatinkan. Lemahnya bekal moral
keagamaan semacam itu pada girlirannya dapat melahirkan individu-
individu lemah moral yang kehilangan eksistensitasnya. Oleh karena itu,
upaya pembinaan mental dengan cara menanamkan nilai-nilai spiritual
pada siswa merupakan jalan yang harus ditetapkan atau dapat diterapkan
oleh setiap elemen pendidikan. Pembinaan mental pada siswa harus
diterapkan disekolah terutama oleh guru Pendidikan Agama Islam. Guru
Pendidikan Agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam
membina mental melalui internalisasi nilai-nilai spiritual, disamping
lingkungan keluarga yang menjadi lingkungan utama pembinaan mental
pada anak peserta didik.7
Sebagai guru Agama Islam yang memberikan pelajaran, pendidikan
dan pembinaan agama kepada sekolah khususnya para siswa yang
menuntut ilmu disekolah tersebut. Maka dari itu pembinaan mental

6
Fararida Herrin dkk, “Upaya Guru PAI Dalam membentuk Akhlak SIswa Di SMP 3
Purwoharjo”, Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, Vol 04 No 02, (Desember, 2020), 161.
7
Atika Fitriani dkk, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kecerdasan
Spiritual Siswa”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol 03 No 02, (2018), 175.
melalui internalisasi nilai-nilai spiritual pada siswa dilakukan dengan cara
menyeluruh dan kontinew. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pendidikan dan pembinaan kepada siswa. Khususnya generasi muda yang
nantinya menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai akhlakul
karimah yang sesuai dengan ajaran agama yang telah dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.8

Pada saat pembinaan mental generasi muda sangat diperlukan


kesabaran, jiwa besar serta kerja keras dari semua golongan masyarakat,
terutama seorang guru atau pendidik. Guru disini dikenal sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa hendaknya bisa rela berkorban dan
mengabdikan diri untuk membina dan mendidik manusia untuk menjadi
generasi emas penerua bangsa. Disamping itu, dengan adanya bantuan
bimbingan seorang guru di sekolah, nilai-nilai kepribadian yang
ditanamkan disana. Sehingga diharapkan bisa melahirkan generasi emas
yang mempunyai mental baja yang mampu membawa perubahan
Indonesia ke arah yang lebih baik.
Kondisi yang ada di SMP Negeri 1 Pademawu merupakan kondisi
dimana siswa masih belom bisa menerapkan nilai-nilai akhlak yang baik
seperti contohnya siswa belum bisa menerapkan sikap sopan santun
terhadap guru serta belom mampu untuk menegakkan shalat berjamaah
secara tepat waktu. Letak SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan yang
terletak di Jalan Pademawu barat No 10, Kecamatan Pademawu,
kabupaten Pamekasan. Dalam pembinaan mental pada siswa SMPN 1
Pademawu Pamekasan dapat di internalisasikan melalui berbagai cara atau
upaya yang dapat dilakukan oleh guru PAI. Berikut upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru PAI yaitu :
a. Shalat dhuha berjamaah
b. Berdo’a diawal dan diakhir pelajaran
c. Mengaji setelah berdo’a pagi sebagai kegiatan literasi
d. Shalat dhuzur berjamaah
8
ibid
e. Pengajian yang dilakukan perkelas setiap setengah bulan
sekali
f. Memberi contoh saling hormat dan kasih sayang
g. Memberikan contoh saling menasehati
Dari uraian diatas maka peneliti ingin mencoba meneliti tentang upaya
guru pendidikan agama Islam dalam membina mental siswa melalui
internalisasi nilai-nialai spiritual di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka ada beberapa hal
yang akan kita kaji dan bahas di dalam karya ilmiah yang berjudul “Upaya
Guru PAI Dalam Membina Mental Siswa Melalui Internalisasi Nilai-Nilai
Spiritual Di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan”.
1. Bagaimana upaya apa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
islam dalam membina mental siswa di SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam
internalisasi nilai-nilai spiritual di SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan?
3. Bagaimana gambaran mental siswa dari upaya yang dilakukan oleh
guru PAI di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan?
D. Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan penelitian bagi setiap kegiatan merupakan suatu arah
yang nantinya akan mempermudah seseorang dalam melakukan penelitian
untuk mengkontrol kegiatannya. Berdasarkan hal tersebut maka, tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam dalam membina mental siswa di SMP Negeri Pademawu
Pamekasan.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung internalisasi
nilai-nilai spiritual di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.
3. Untuk mengetahui gambaran mental siswa dari upaya yang dilakukan
oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada
beberapa pihak. Untuk itu, peneliti membagi kegunaan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan
referensi, masukan serta evaluasi terhadap Upaya Guru PAI di SMP
Negeri Pademawu Pamekasan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti
Untuk menambahkan pengetahuan dalam Upaya Guru PAI
di SMP Negeri Pademawu Pamekasan.
b. Bagi IAIN Madura
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penunjang
referensi dalam memajukan perpustakaan IAIN Madura sebagai
perpustakaan yang lengkap dalam penyediaan referensi dari
berbagai bidang ilmu selain itu diharapkan penelitian bisa
dijadikan bahan ajar atau bahan masukan diskusi ilmiah agar
bermanfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi yang sedang belajar
tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam membina
mental siswa melalui nilai-nilai internalisasi spiritual. Serta dapat
digunakan untuk bahan masukan bagi seluruh pihak yang
berkepentingan terutama untuk institusi pendidikan islami.
c. Bagi SMP Negeri 1 Pademawu
1) Bagi Sekolah SMP Negeri 1 Pademawu
Penelitian ini dapat dijadikam masukan sebagai konstribusi
pemikiran yang dapat membangun dari segala konsep-konsep
yang ada, sehingga dapat membina mental siswa melalui
internalisasi nilai-nilai spiritual.
2) Bagi Guru
Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan sebagai
bahan untuk menentukan kebijakan dan langkah efektifitaf
pendidikan, terutama dengan adanya membina mental siswa
melalui internalisasi nilai-nilai spiritual.
3) Bagi Siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan
pustaka pada siswa yang dimaksudkan untk pengembangan
pengetahuan dalam membina mental siswa melalui internalisasi
nilai-nilai spiritual.
F. Definisi Istilah
Untuk Menghindari Terjadinya perbedaan persepsidalam
memahami istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis dapat memandang perlu untuk merumuskan definisi istilah
terhadap konsep-konsep kunci yang digunakan dalam penelitian ini.
Istilah-istilah tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang memiliki
sebuah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia, dan berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan
dilingkungan keluarga, baik itu dari sekolah maupun masyarakat.
Adapun dengan pendidikan agama Islam yaitu dimaknai dengan
sebuah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, menghayati dan juga dapat mengamalkan sebuah nilai-
nilai agama silam yang dapat melalui kegiatan bimbingan dan
pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk
menghormati agama lain.9 Dan untuk upaya guru sendiri merupakan
bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan orang yang dapat
memberikan pengarahan, dan memberikan suatu bimbingan kepada
peserta didik dalam pembinaan akhlak.
2. Pengertian Mental
Mental merupakan sesuatu hal yang berhubungan dengan pikiran atau
juga dalam diri pikiran kita sendiri. Dilihat dari pengertian
sederhananya mental disini yaitu sebuah pikiran yang yang yang dapat
dipahami sebagai sesuatu yang dapat berhubungan dengan batin,
watak dan juga dari karakter yang kita miliki.10
3. Pengertian Internalisasi
Internalisasi merupakan sebagai proses penanaman nilai kedalam
suatu jiwa seseorang sehingga nilai tersebut dapat tercermin pada
suatu sikap dan perilaku yang dapat ditampakkan dalam kehidupan
sehari-hari.11
4. Pengertian Spritual
Spiritual merupakan suatu usaha yang mencari sesuatu dengan arti
kehidupan dengan tujuannya yaitu sebagai panduan dalam menjalani
sebuah kehidupan bahkan juga tidak dapat mempercayai adanya
tuhan. Yang dimana dalsm pemenuhan kebutuhan dalam spiritual itu
untuk mempertahankan atau bahkan mengembalikan keyakinan dan
dapat memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau sebuah pengampunan, mencintai, menjalin
hubungan dengan penuh rasa percaya dengn sang pencipta.12
5. SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan
SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan merupakan salah satu
sekolah yang berwawasan adiwiyata yang mana dalam sekolah ini
9
Samrin, “Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia”, Jurnal Al-
Ta’dib, Vol 08 N0 01, (Januari-Juni, 2015), 105.
10
Sukiyat, Pendidikan Kepramukaan Berbasis Pendidikan Karakter, (Surabaya: Jakad Media
Publishing, 2020), 21.
11
Nawa Syarif Fajar Sakti, Islam Dan Budaya Pendidikan Anak, (Malang: Guepedia, 2019), 14.
12
Masruq, Miliwaty Waris, Spiritual Mppalelo Cakkuriri Komunikasi Transendental Masyarakat
Mandar Sendana, (Yogyakarta: PT Nas Media Indonesia, 2018), 9.
memiliki sebuah karakter budi pekerti luhur, berakhlakul karimah, dan
juga peduli lingkungan. Sekolah ini terletak di Pademawu lebih
tepatnya yaitu di JL. Raya Pademawu Barat No. 10, Kelurahan
Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan,
Jawa Timur.
Jadi yang dimaksud dari keseluruhan dari judul ini adalah suatu
kegiatan bagaimana guru pendidikan agama islam dan membina
mental siswa dalam internalisasi niali-nilai spiritual agar senantia guru
mengembangkan mental siswa dalam membimbing, menuntun,
memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya kearah
yang baik yaitu jasmani maupun rohani.
G. Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu merupakan upaya peneliti dalam mencari
perbandingan dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk
penelitian selanjutnya. Disamping itu kajian terdahulu membantu
penelitian dalam memposisikan penelitian serta dapat menunjukkan
orsinalitas dari penelitian.
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan ini, adapun penelitian tersebut?
1. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Zulkarnain Tahun 2015 yang
berjudul tentang “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Mental Siswa-Siswi Di Sekolah Menengah Pertama Al-
Azziyah Kebonsari Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan agama islam dalam
pembinaan mental siswa-siswi dalam membina mental generasi muda
yang dapat dibutuhkan kesabaran, jiwa besar serta kerja keras.13
Persamaan antara Skripsi Irfan Zulkarnain dengan penelitian yang
peneliti ajukan yaitu terdapat pada upaya guru pendidikan agama
islam dalam pembinaan mental siswa, yaitu upaya guru dalam

13
Ulvi Roiswati, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mental Siswa di SMK Islam 1
Blitar”, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Malang, 2008), 26.
membina mental siswa dengan diadanya sebuah kegiatan
intrakurikuler, esktrakurikuler serta bimbingan dan juga penyuluhan.
Namun dari persamaan diatas, ada pula perbedaannya yaitu dari
sisi variabelnya yang mana variable Y nya yaitu dalam skripsi ini
membahas tentang pembinaan mental siswa sedangkan dalam peneliti
lakukan yaitu tentang internalisasi nilai-nilai spiritual.
2. Skripsi Mukhlisin dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam
Menumbuhkan Nilai-Nilai Spiritual Siswa Kelas VII Pada Mts Nurul
Karim NW Kebon Ayu Gerung Lombo Barat”. Menjelaskan cara
bagaimana untuk menumbuhkan nilai-nilai spiritual yang melalui
kegiatan-kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler serta melalui
bimbingan.14
Persamaan penelitian dari Mukhlisin dengan penelitian yang
peneliti tulis ialah sama-sama menitik beratkan pada guru PAI dan
juga dapat menumbuhkan nilai-nilai spiritual. Adapun perbedaan
antara karya Mukhlisin dengan penelitian yang peneliti tulis yaitu
dalam pembinaan mental.
3. Skripsi Devi Septya Wardani dengan judul “Upaya Guru Agama
Islam Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Religius Siswa Di SMA
Negeri 2 Metro”. Membahas tentang upaya guru PAI yang mana dapat
meningkatkan nialai-nilai religious untuk tujuannya sendiri yaitu
meningkatkan nialai akidah yang melalui pemberian nasehat dengan
baik.15
Persamaan yaitu sama-sama menitik beratkan upaya guru PAI
dengan menggunakan peranan guru. Namun perbedaannya ialah
Karya Devi Septya Wardani membahas nilai-nilai religious yang mana
dalam penelitian ini nilai nilai- religious harus memberikan sebuah

14
Mukhlisin, “Upaya Guru PAI Dalam Menumbuhkan Nialai-Nilai Spiritual Siswa Kelas VII
Pada Mts Nurul Karim NW Kebon Ayu Gerung Lombo Barat”, (Skrpsi: Universitas Islam Negeri
Mataram, 2020), 6.
15
Devi Septiya Wardani, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Nilai-
Nilai Religius Siswa DI SMA Negeri 2 Metro”, (Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Metro,
2019), 69.
teladan yang baik dan juga penerapan siswa dalam berpartisipasi
dengan guru PAI dan juga orang tua.
H. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam khazanah pemikiran Islam, istilah guru memiliki
beberapa istilah, seperti ustad, mualim, muaddib dan murabbidan
sebutan guru itu merupakan seseorang yang dapat memberikan
ilmu. Adapun beberapa istilah guru disebut juga dengan orang
yang pekerjaannya mengajar atau hanya dapat menekankan pada
satu sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih.16
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.17
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwasannya guru disini yaitu sebagai tugas utama dalam
mendidik peserta didik dalam membimbing dan juga mendidik
agar dapat menekankan pada suatu sisi yang dapat melatih peserta
didik sebagai pendidik yang baik dan profesional dalam bertugas
menjadi seorang guru.
Pengertian guru pendidikan agama Islam sendiri adalah
b. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah figure seorang pemimpin, yang mana guru
disini yaitu adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa
dan watak peserta didik. Guru disini juga mempunyai suatu
kekuasaan yang mana untuk membentuk dan dapat membangun

16
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 9.
17
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses Dalam Sertifikat Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 54.
kepribadian anak didik dan juga menjadikan seseorang yang
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru dapat bertugas untuk
mempersiapkan manusia susila dan juga dapat membangun bangsa
dan Negara.
Tugas guru PAI dalam anak didik yaitu sebagai suatu
profesi yang mana dapat menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Mendidik, mengajar, dan
melatih anak didik adalah tugas guru yang mana sebagai suatu
profesi.18
Tugas guru PAI yaitu juga dapat berkaitan dengan peran
guru yang mana peran guru itu sendiri yaitu guru sebagai pengajar,
guru sebagai pembimbing, dan juga guru sebagai administrator
kelas, dan untuk hal tersebut tugas yang harus dapat diemban oleh
seorang guru.19
Dari paparan diatas bahwasannya tugas guru PAI sama
dengan tugas guru lainnya, akan tetapi disini menyangkut dengan
pendidikan agama Islam maka tugasnya yaitu untuk membentuk
anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, mendidik, mengajar, dan melatih anak didik untuk
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
2. Tinjauan Teori Tentang Pembinaan Mental
a. Hakikat Pembinaan Mental
Pembinaan berasal dari kata bina yang artinya bangun
(bangunan). Jadi dalam membina berarti membangun, (masyarakat,
Negara dan sebagainy), pembaharuan, usaha, tindakan dan sebuah
kegiatan yang menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk
mendapat keselamatan dunia dan akhirat.20
18
Buna’i, Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Jakad
Media Publishing), 211.
19
Ibid. 214.
20
Buana Sari, Santi Eka Ambaryani, Pembinaan Akhlak Pada Remaja, (Surakarta: Guepedia,
2021), 9.
Secara etimologi pembinaan merupakan suatu usaha yang
dapat dilakukan secara berdaya guna dan berhasil untuk
meningkatkan atau juga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Yang dimana pembinaan ini suatu kemampuan untuk membantu
mencapai suatu tujuan tertentu.21
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya pembinaan merupakan suatu proses hasil atau
pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini dapat mewujudkan
dengan adanya suatu perubahan, kemajuan, peningkatan,
pertumbuhan, evaluasi atau juga berbagai kemungkinan atas
sesuatu. Pembinaan juga mengandung makna yaitu suatu proses
atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, dan
dapat diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara
pertumbuhan tersebut yang dapat diserti dengan usaha-usaha
perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkannya.
Mental dari segi bahasa yaitu

b. Tujuan Pembinaan Mental


3. Tinjauan Teori Tentang Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual
a. Pengertian Internalisasi
Dalam kamus besar Indonesia (KBBI) internalisasi diartikan
sevagai penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau sebuah nilai
sehingga merupakan suatu keyakinan dan juga kesadaran akan
kebenaran doktrin yang mana nilai dapat diwujudkan dalam sikap dan
juga perilaku.22 Menurut kartono memandang bahwa internalisasi
merupakan suatu pengaturan ke dalam suatu pikiran atau kepribadian,
perbuatan nilai-nilai, patokan idea atau praktik-praktik dari orang lain
untuk menjadi bagian dari diri sendiri.23
21
Sapta Kunta Purna, dkk, Kerangka Pembinaan Olahraga Disabilitas, (Zifatama Jawara, 2014),
55.
22
Wayan Arsini, Ni Komang Sutriyanti, Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Hindu Pada
Anak Usia Dini, (Denpasar, Yayasan Ghandi Putri, 2020), 9.
23
Ibid. 10.
Menurut pendapat Hakam K.A, internalisasi merupakan suatu
proses internalisasi yang mana pada hakikatnya untuk melakukan suatu
upaya dalam menghadirkan sesuatu yang asalnya ada pada dunia
eksternal menjadi milik internal baik itu bagi seseorang maupun
lembaga. Dalam internalisasi ini biasanyauntuk proses internalisasi
diawali dengan penyampaian informasi, yaitu memperkenalkan
seseorang pada nilai yang dapat diinternalisasikan.24
Dapat disimpulkan paparan diatas bahwasannya yang dimaksud
dengan internalisasi yaitu sebuah proses atau cara yang mana untuk
menanamkan niali-nilai yang dapat menentukan tingkah laku dan dapat
diinginkan bagu suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan
sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsinya tersebut.
Menurut Chabib Thoha dalam proses internalisasi yang dapat
dikaitkan dengan pembinaan mental peserta didik atau anak didik ada 3
tahap yang memiliki proses atau tahap terjadinya tahap internalisasi
yaitu:
a. Tahapan tranformasi nilai
Pada tahap ini guru dapat melakukan dengan sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan juga yang kurang
baik kepada anak didik yang mana semata-mata merupakan
sebagai komunikasi verbal.
b. Tahapan transaksi nilai
Pada tahap ini pendidikan nilai dengan jalan dapat
melakukan suatu komunikasi dengan dua arah atau interaksi
antara anak didik dan pendidik dengan bersifat timbal balik.
Dengan adanya tahap ini pendidik juga terlibat langsung dalam
memberikan suatu contoh tindakan yang nyata dan peserta
didik dapat diminta untuk memberikan suatu respon yang sama,
yaitu dapat menerima dan melaksanakan nilai tersebut.

24
Tantang Muhtar, dkk, Internalisasi Nilai Kesalahan Sosial, (Jawa Barat: UPI Sumedang Press,
2018), 9.
c. Tahapan transinternalisasi
Dalam tahap ini untuk penampilan pendidik di hadapan siswa
bukan hanya tergantung kepada fisik, melainkan suatu sikap
mentalnya (kepribadian). Dan anak didik juga dapat merespon
bukan hanya gerakan atau suatu penampilan fisiknya melainkan
suatu mentalnya (kepribadiannya).25
Jadi dalam mewujudkan suatu proses tranformasi dan
internalisasi tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan
diantaranya dengan cara melalui pergaulan, melalui pemberian
tauladn, melalui pembiasaan, melalui ceramah keagamaan dan
melauli diskusi dan juga tanya jawab.
b. Pengertian Nilai-Nilai Spiritual
Spiritual memiliki arti makna yang universal. Kata spiritual
berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas, dan spiritual
ini juga memiliki sebuah ikatan yang mana bersifat kerohanian
atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau bahkan
sebuah mental. Kata spiritual juga berasal dari kata latin spiritualis
yang berarti of the spirit (kerohanian). Dalam Islam, istilah yang
digunakan untuk spiritualitas adalah al-ruhaniyyah atau al-
ma’nawiyah.
Spiritual merupakan suatu usaha dalam mencari sebuah arti
kehidupan yang mana dalam tujuannya dan juga panduan dalam
menjalani sebuah kehidupan bahkan pada orang-orang yang tidak
mempercayai adanya tuhan.26
Dapat disimpulkan bahwasannya spiritual merupakan suatu
usaha dalam sebuah arti kehidupan dan yang mana memiliki
sebuah ikatan dan bersifat kerohanian dan juga kejiwaan sehingga
fisik yang dicapai dan memiliki sebuah mental.

25
Amelia Hidayati, Internalisasi Nilai Moderasi Beragama Melalui Pendidikan Agama Islam
Untuk Para Z Generation, (Tangerang: Guepedia Group, 2020), 98.
26
Masruq, Milawaty, Spiritual Mappalelo Cakkuriri Komunikasi Transendebtal Masyarakat
Mandar Sendana, (Yogyakarta: Nas Media Indonesia, 2021), 9.
Dalam pandangan Islam, nilai-nilai spiritual memiliki
sebuah nilai yang mengandung seluruh unsur tentang tata cara
hidup yang dapat sesuai dengan ajaran dan tuntunan al-Qur’an
serta as-sunnah yang memuat norma-norma dan juga kebudayaan.
Nilai-nilai yang berasal dari spiritual ini diantaranya nilai-nilai
yang mengabaikan syaria’ah yang mana akan membuat seorang
muslim akan jauh dari kebenaran Islam. 27
Dalam spiritual ini berusaha mengedepankan dimensi
akhlak, yang mana dalam nilai-nilai spiritual ini juga dapat
berupaya mendorong jiwa dengan melalui ketentraman hati
sehingga dapat tercapai pencerahan batin. Dan untuk tujuannya
sendiri yaitu dapat menhadirkan manusia yang telah tercerahkan
hatinya, suci jiwanya, dan dapat mengalami kenikmatan spiritual.
c. Ciri-Ciri Nilai-Nilai Spiritual
I. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam penelitian untuk mencari suatu kebenaran yang
menyangkut pendekatan, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian
lainnya.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Bagdon dan Taylor merupakan sebuah prosedur penilitian yang dapat
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.28 Sementara itu
penelitian kualitatif adalah sebuah data lapangan yang partisipan
untuk membangkitkan hipotesis dalam hal itu juga dapat
membangkitkan dan juga membangun menunjukkan arah proses

27
Ibid. 12
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 4.
perumusan hipotesis langsung dari data lapangan yang bisa dijadikan
teori melalui hipotesis.29

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini karena peniliti


ingin mengetahui sejau mana guru PAI dalam membina siswa melalui
internalisasi nilai-nilai spiritual di SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan. Selain itu, pendekatan kualitais memudahkan peneliti
untuk mengetahui fenomena yang terjadi secara langsung karena
pendekatan kualitatif ini mengharuskan peneliti untuk ikut terlibat.

Pendekatan kualitatif yang sering kali digunakan dengan beberapa


istilah diantaranya inkuiri naturalistic atau alamiah, fenomenologis,
studi kasus dll. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain secara holistic dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan sebagai metode alamiah.30

2. Kehadiran Peneliti

Karena peneliti yang digunakan adalah pengamatan murni, maka


kehadiran peneliti itu mutlak diperlukan akan kehadirannya. Dan
kehadiran peneliti dilokasi penelitian ini adalah sebagai instrumen
sekaligus sebagai pengumpulan data dengan melakukan wawancara
dengan para informan, observasi lapangan dan dokumentasi agar supaya
peneliti lebih mengetahui dan memahami gambaran yang lebih jelas
tentang objek dalam penelitian yang penelitian.

Dengan demikian, peneliti berhak untuk bertindak sebagai non


partisipan penuh. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran

29
Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
51.
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 6.
peneliti dilapangan merupakan suatu kemutlakan atau keharusan dari
sebelum kelapangan penelitian sudah mengenal beberapa informan sebagai
sumber informasi termasuk Guru pendidikan agama Islam dan siswa di
SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan baik sempurna, bila peneliti banyak
membaca, mengenal dan mengetahui dan konsultan penelitian, terkait
dengan situasi, kondisi tempat lokasi penelitian. Penelitian ini diharapkan
betul-betul mempersiapkan diri kesahatan fisiknya dalam menjajaki
lapangan.
Untuk lokasi penelitian yang akan menjadi tempat penelitian ini
adalah SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan. Sekolah ini merupakan salah
satu sekolah yang terletak di Pademawu lebih tepatnya yaitu di JL. Raya
Pademawu Barat No.10, Kelurahan Pademawu Barat, Kecamatan
Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Alasan peneliti memilih lokasi ini, karena SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan merupakan sekolah yang bukan sekolah yang berbasis pondok
pesantren atau madrasah, akan tetapi SMP Negeri 1 Pademawu merupakan
sekolah yang sistem pendidikannya tidak menghilangkan nilai-nilai yang
terdapat dalam agama Islam sehingga guru-guru SMP Negeri 1 Pademawu
Pamekasan mengajarkan dan membina mental siswa melalui internalisasi
nilai-nilai spiritual dengan tujuan peserta didik bisa terbiasa dalam
kegiatan keagamaan dan juga dapat menanamkan nilai-nilai spiritual.
Selain itu, sekolah SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan merupakan salah
satu sekolah yang berwawasan adiwiyata yang mana dalam sekolah ini
memiliki sebuah karakter budi pekerti luhur, berakhlakul karimah, dan
juga peduli lingkungan.
4. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini terdapat dua macam sumber data,
yaitu sebagai berikut:
a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang di dapat melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi dari nara sumber yang
peneliti wawancara. Meliputi kepala sekolah, guru dan siswa yang
berada di lembaga SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.
b. Sumber data sekunder, yaitu sumber yang berisi hasil penelitian
atau tulisan yang dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara
langsung melakukan penelitian atau bukan penemu teori. Data
sekunder ini berupa arsip-arsip, dokumen-dokumen, dan juga
buku-buku yang berkaitan dengan judul yang peneliti angkat. Data-
data tersebut berupa hasil wawancara, catatan lapangan, foto dan
dokumen resmi lainnya.31
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif lebih menekankan pada teknik wawancara, khususnya
wawancara mendalam (deep interview). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif ini dalam proses pengumpulan datanya yaitu dengan
cara utama yang dilakukan.
Tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga procedure
dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan oleh peneliti:
a. Observasi
Observasi merupakan sebuah kegiatan yang terencana dan
terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun
jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta
mengungkap apa yang ada dibalik munculnya perilaku dan landasan
suatu sistem tersebut.32 Dalam melakukan suatu observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian, dapat berlangsung dalam konteks
laboratorium maupun konteks ilmiah.
Dalam observasi ini terdapat dua teknik obsevasi yaitu
sebagai berikut:
31
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 41.
32
Umar Sidiq, Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Ponorogo:
Nata Karya, 2019), 65.
1) Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dapat
dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota dan juga
dapat mengambil bagian dalam kehidupan orang yang akan
diobservasi. Dengan observasi partisipan ini, peneliti dapat
memahami lebih dalam tentang fenomena (peristiwa atau
perilaku) yang terjadi di lapangan.
2) Observasi non pastisipasi
Observasi non partisipasi adalah suatu proses pengamatan yang
mana peneliti terlibat langsung dengan aktivitas yang orang-
orang yang sedang diamati. Dan peneliti tersebut sebagai
penonton dalam situasi kehidupan terhadap topik yang akan di
teliti oleh peneliti. 33
b. Wawancara
Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik terhadap
informasi sebagai sumber data dan informasi yang dapat dilakukan
dengan tujuan penggalian informasi tentang focus penelitian.
Pengguna metode ini didasarkan pada untuk mengontruksi mengenai
orang, kejadian, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Yang
mana dapat merekonstruksi kebulatan yang digunakan sebagai untuk
dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik itu
manusia maupun bukan manusia.34
Meode wawancara kualitatif ini menggunakan panduan
wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk dapat diajukan
kepada informan. Hal ini hanya untuk dapat memudahkan dalam
melakukan wawancara, penggalian data dan informasi, dan
selanjutnya bergantung kepada peneliti di lapangan. Dalam hal ini

33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), 145.
34
Salim, Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif Konsep Dan Aplikasi Dalam Ilmu Sosial,
Keagamaan Dan Pendidikan, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), 120.
teknik pengumpulan data melalui wawancara ada tiga macam yaitu
sebagai berikut:
1) Wawancara terstruktur
Wawancara ini disebut dengan suatu wawancara “terfokus”.
Dan wawancara terstruktur ini dapat digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, yang mana peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi yang diperoleh.
Dengan wawancara terstruktur ini dalam setiap respondennya
diberi pertanyaan yang sama, dan juga pengumpul data dalam
mencatatnya.
2) Wawancara tak terstruktur
Wawancara tak terstruktur ini merupakan wawancara yang
bebas yang mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan dalam
wawancara tak tertruktur ini digunakan hanya berupa garis-garis
besar dalam permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tak
terstruktur ini bersifat luwes yang mana dalam susunan
pertanyaannya dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah pada saat wawancara, dan juga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi saat wawancara.
Dalam wawancara tak terstruktur ini sering digunakan
dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang subjek yang akan diteliti.
3) Wawancara semi struktur
Wawancara semi struktur yaitu salah satu jeni yang dapat
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak
yang diajak wawancara diminta pendapat dan idenya. Yang mana
dalam wawancara semi struktur ini sebuah pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu, namun hal itu
masih terdapat pertanyaan lain yang nantinya akan dapat
menyesuaikan dengan jawaban narasumber.35
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah teknik dalam pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dalam melakukan dokumentasi dapat dilakukan dari berbagai
macam cara. Dalam metode ini yang dapat dipakai peneliti untuk
mendapatkan data yang sudah ada dalam arsip tertulis upaya guru
PAI dalam membina mental siswa melalui internalisasi nilai-nilai
spiritual di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan. adapun
dokumen-dokumen yang akan peneliti lengkapi sebagai bahan
untuk pengumpulan data yaitu profil sekolah; dokumentasi visi,
misi dan tujuan sekolah; dokuementasi gambaran kegiatan
keagamaan dan arsip-arsip lainnya sebagai bahan lampiran.
6. Analisis Data
Proses analisis data dapat dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, baik itu data dari wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam sebuah catatan lapangan di lokasi penelitian,
dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Data
tersebut banyak sekali setelah dibaca secara cermat, dipelajari, dan
ditelaah, langkah berikutnya peneliti kualitatif melakukan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan
suatu usaha dalam membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap terjaga di dalamnya. Dan
untuk langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.36
Analisis data pada penelitian kualitatif, dapat dilakukan melalui
pengaturan data secara logis dan sistematis. Yatu dengan cara sebagai
berikut:

35
Umar Sidiq, Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Ponorogo:
Nata Karya, 2019), 62-64.
36
Umar Sidiq, Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Ponorogo:
Nata Karya, 2019), 39.
a. Analisis sebelum lapangan yaitu suatu analisis yang dapat dilakukan
terhadap data hasil pendahuluan atau data sekunder yang dapat
digunakan untuk menentukan suatu focus penelitian.
b. Reduksi data yaitu kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari suatu tema dan
polanya.
c. Paparan data (data display) yaitu sekumpulan informasi yang tersusun,
dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Penarikan kesimpulan (Verification) yaitu hasil penelitian yang
menjawab focus penelitian yang berdasarkan hasil analisis data.37
7. Pengecekan Keabsahan Data
Selama proses penelitian, dapat dimungkinkan terjadi suatu kesalahan
baik dari peneliti maupun dari informan, maka dari itu perlu kiranya
pengecekan kebsahan data sebelum data sebelum data-data tersebut
disusun menjadi sebuah laporan.
Adapun teknik-teknik yang dapat dilakukan peneliti untuk mengukur
kebsahan datanya adalah sebagai berikut:
a. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan artinya peneliti melalukan penelitian di
lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai atau data-data
yang diperoleh benar-benar terkumpul, dalam artian peneliti tidak
hanya satu kali berada dilapangan namun hal itu lebih dari satu kali
untuk melakukan data-data yang memang diperlukan oleh peneliti.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu mencari data-data yang konsisten
yang mana data tersebut dapat diperlukan dan yang tidak dapat
diperlukan, dalam hal ini peneliti harus lebih teliti, yang meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.
c. Triangulasi

37
Ibid., 42-46.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang dapat
memanfaatkan sesuatu yang lain. Maksudnya disini yaitu sebuah
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dari berbagau teknik pengumpulan data dan
juga sumber data yang telah ada.38
Triangulasi yang diambil dalam penelitian yang peneliti lakukan
adalah triangulasi sumber, yakni dengan membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Dalam hal ini triangulasi ini berfokus kepada objek wawancara
sehingga dapat ditemukan 3 sumber yang relevan atas pertanyaan yang
peneliti ajukan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dikategorikan
menjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
Pada tahap pra lapangan ini ada enam kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti kualitatif, yang mana dalam tahapan ini
ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu
etika penelitian lapangan. Sedangkan kegiatan dan pertimbangan
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Menyusun rancangan penelitian
2) Memilih lokasi penelitian
3) Mengurus perizinan penelitian
4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian
5) Memilih dan memanfaatkan informan
6) Menyiapkan instrument dan perlengkapan penelitian
7) Persoalan etikan penelitian dalam lapangan39

38
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018), 327-
331.
39
Umar Sidiq, Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Ponorogo:
Nata Karya, 2019), 47.
b. Tahap lapangan
Pada tahap ini peneliti bersiap-siap ke lokasi penelitian
dengan membawa segala apa yang dapat diperlukan seperti
surat izin, dan lain sebagainya, lalu pada tahap ini pun peneliti
juga bisa mulai mengumpulkan data-data yang diperlukan pada
saat melakukan proses pengamatan ke lokasi penelitian
tersebut.
c. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini peneliti mulai menyusun untuk mengolah
data dan dapat dijadikan suatu laporan yang mana laporan
tersebut berupa hasil deskripsi dari data-data yang sudah
ditemukan.
J. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini berisi bagaimana paparan data, temuan
penelitian penelitian melakukan pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi yang kemudian akan dipaparkan pada sub
bab skripsi yakni paparan data dan temuan penelitian, peneliti yang akan
memaparkan hasil temuan dan juga didapat oleh peneliti, kemudian akan
dibahas tentang Upaya Guru PAI Dalam Membina Mental Siswa Melalui
Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual.
K. Outline Penelitian
Judul : Upaya Guru PAI Dalam Membina Mental Siswa Melalui
Internalisasi Nilai-Nilai Spiritual Di SMP Negeri 1 Pademawu Pamekasan.
1. Membuat serta mengajukan judul penelitian kepada pihak prodi
PAI pada tanggal …..
2. Melaksanakan observasi pra lapangan dengan tujuan untuk
menemukan dan mengecek fenomena di lapangan apakah judul
yang di pilih sesuai dengan fenomena di lapangan pada tanggal
….
3. Menyusun proposal penelitian sebagai langkah awal dan suatu
penelitian yang sesuai mulai tanggal 02 Mei 2022 dan
terselesaikan pada tanggal…..
4. Melaksanakan observasi lapangan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dan data-data penelitian tanggal …
sampai selesai, yakni setelah terkumpulnya data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian data-data berupa observasi,
wawancara dan dokumentasi.
5. Menyusun skripsi untuk menulis dan memaparkan hasil

L. Daftar Rujukan

Anda mungkin juga menyukai