Anda di halaman 1dari 18

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Dunia pendidikan secara umum telah dikenal berbagai macam bentuk kegiatan
tentang upaya mencapai kesuksesan dalam mewujudkan Pendidikan yang berkualitas dan
melahirkan anak didik yang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya.
Diantara bentuk kegiatan itu adalah Evaluasi terhadap kegiatan yang telah atau akan
dilaksanakan dengan berbagai macam tujuan yang diinginkan.
Evaluasi dalam pendidikan adalah merupakan proses bagaimana seperti Pembelajaran
yang telah dilaksanakan mendapat hasil yang sesuai dengan harapan atau belum mencapai
tujuan tersebut secara sempurna, sehingga perlu melakukan perbaikan dan peningkatan
efektifitas Pembelajaran yang lebih baik lagi.
Realita di dunia Pendidikan yang Kita hadapi ternyata masih terdapat kekurangan yang
cukup memperihatinkan dalam masalah Evaluasi ini. Terbukti dengan kurangnya kepedulian
terhadap Ujian-Ujian yang bersifat Evaluatif, Misalnya Banyak sekali Opini yang beredar di
Masyarakat tentang Penolakan terhadap UN atau Ujian Nasional. Padahal, jika kita sadari hal
itu sangat mempengaruhi semangat peserta didik untuk Meningkatkan semangat belajarnya.
Kenyataan ini jika dibiarkan terus tanpa ada Solusi maka yang terjadi adalah “Kesinisan
Massal” terhadap bentuk Evaluasi Pendidikan Seperti UN dan Sebagainya baik dari Peserta
didik, tenaga didik bahkan Pengelola Pendidikan.
Seharusnya, UN dapat dijadikan parameter tingkat keberhasilan pendidikan Nasional.
Akan tetapi ada fenomena yang kurang baik terhadap pendidikan kita bahwa” UN adalah
Proyek Menteri Pendidikan”. Ini sangat amat lebih memperihatinkan.
Dari Wacana di atas Penulis perlu mengaktualisasi Pemahaman Evaluasi berikut
Relevansinya terhadap Ajaran Agama Islam dengan melakukan analisis terhadap hadits
Rasulullah SAW dan dikaji dengan metode kritis terhadap teks sesuai konteks yang relevan
dengan Tuntutan zaman dan Budaya kebangsaan.
2

B. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang Permasalahan di atas, penulis memberi Rumusan yang akan dibahas
dalam Makalah ini supaya lebih Jelas dan Efisien, yaitu:

1. Apa Hakikat Evaluasi itu?


2. Bagaimana Hadits tentang Evaluasi Pendidikan?
3. Apa Objek, Tujuan, Fungsi dan Prinsip dari Evaluasi itu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami Hakikat Evaluasi Pendidikan Secara Efektif
2. Menjelaskan Landasan Hadits Rasulullah SAW, terhadap Relevansinya dengan
Ajaran Islam.
3. Mengaplikasikan tujuan dan fungsi serta prinsip Evaluasi dalam Pendidikan Islam.
3

PEMBAHASAN

A. Hakikat Evaluasi Pendidikan

Sebelum memahami Pengertian Hakikat Evaluasi Pendidikan, alangkah baiknya kita


Pahami pendidikan itu lebih dahulu. Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggung jawab untuk
memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
manusia agar ia dapat memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki. Shalih Abd Al-Aziz dan
Abd Al-Aziz Abd Al-Majid menyatakan : innama al-hayat madrasah (bahwasanya hidup adalah
salah satu lembaga pendidikan). Sebagai suatu proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan
perubahan-perubahan yang diinginkan pada setiap si terdidik. Proses pendidikan tidak terlepas
dari beberapa komponen yang mendukungnya, dan salah satu komponen yang urgent adalah
penilaian atau evaluasi.1

Evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti “menilai”. Kata nilai menurut filosof
pengertiannya adalah idea of worth. Selanjutnya kata nilai menjadi populer, bahkan menjadi
istilah yang ditemukan dalam dunia ekonomi, kata nilai biasa dipautkan dengan harga. Nilai
artinya power in exchange.2 Sedangkan menurut pengertian pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh kesimpulan.3

Menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brow dalam bukunya Esseential of Educational
Evaluation, mengemukakan bahwa: Evaluation refer to the act or process to determining the
value of something.”(Penilaian dalam pendidikan berarti seperangkat tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan).4

1
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia, 2002), hal. 195-196.
2
Ibid. hal. 196.
3
http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.htmldate11-4-2010
4
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1997), hal. 209
4

Ada beberapa pendapat lain tentang definisi mengenai evaluasi:

1. Blomm
Evaluasi adalah pengumpulan kegiatan secara sistematis untuk menetapkan
apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam diri siswa menetapkan sejauh
mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.
2. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi
yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
3. Cronbach
Di dalam bukunya Designing Evaluator of Education and Social Program, telah
memberikan uraian tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain:
a. Evaluasi program pendidikan merupakan kegiatan yang dapat membantu
pemerintah dalam mencapai tujuannya.
b. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan
khusus. Bukanlah tugas evaluator memberikan rekomendasi tentang kemanfaatan
suatu program dan dilanjutkan atau tidak. Evaluator tidak dapat memilihkan
karier seorang murid. Tugas evaluator hanya memberikan alternatif.
c. Evaluasi merupakan suatu proses terus-menerus, sehingga di dalam proses
memungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.5

Term evaluasi dalam wacana keislaman, terdapat term-term tertentu mengarah pada
makna evaluasi. Term-term tersebut adalah :

1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, menghitung dan menganggap.


2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan, ujian.
3. Al-Hukum, memiliki makna putusan atau vonis
4. Al-Qadha, memiliki arti putusan
5. Al-Nazhar, memiliki arti melihat
6. Al-Imtihan, memiliki arti ujian

5
http://google.com/evaluasidalampendidkanIslam.html, op.cit.
5

Beberapa term tersebut boleh jadi menunjukkan arti evaluasi secara langsung, atau hanya
sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan
Sunnah merupakan azas-azas atau prinsip-prinsip umum pendidikan, sedang operasionalisasinya
diserahkan penuh kepada ijtihad umatnya.

Selanjutnya dalam sebuah ayat Allah azza wa jalla berfirman:

‫َّمت لِغَ ٍذ َو َّات ُقواهللَ ِإ َّن اهللَ َخبِريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن‬ ٌ َ‫ين ََأمنُوا َّات ُقواهللَ َولتَنظُر ن‬
َ ‫فس َما قَد‬
ِ َّ
َ ‫يَأيُّها الذ‬.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (AS al-Hasyr: 18).

Imam Ibnu Qoyim menjelaskan tafsir ayat ini, "Ayat ini menunjukkan akan wajibnya
melakukan muhasabah (instropeksi) diri. Allah Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan, "Supaya
kalian memperhatikan amalan apa yang telah kalian persiapkan untuk hari kiamat kelak, apakah
amal sholeh yang akan menyelamatkan dirimu? Ataukah amal kejelekan yang justru akan
menyengsarakannya?".6

Imam Hasan Bashri mengatakan, "Tidak ada waktu yang tersisa yang menjumpai
seorang mukmin melainkan ia harus gunakan untuk muhasabah. Apa yang akan dikerjakan? Apa
yang ingin dia makan dan minum? Adapun orang jahat maka dirinya terus berlalu tidak pernah
menghisab dirinya sendiri".7

Sedang Imam al-Mawardi menerangkan, "Muhasabah adalah seseorang mengoreksi diri


secara tuntas diwaktu keheningan malam terhadap perbuatan yang dilakukan pada siang hari.
Jika hasilnya terpuji maka dia terus berlalu, sambil dibarengi keesokannya dengan perbuatan
yang serupa sambil memperbaikinya lagi. Dan bila hasilnya tercela maka dia berusaha untuk
mengoreksi dimana letaknya, lalu mencegah untuk tidak mengulanginya lagi pada hari esok ".8

Al-Ghazali mengatakan, "Orang-orang yang berakal dari kalangan hamba Allah


Shubhanahu wa ta’alla mengetahui bahwa Allah ta'ala selalu mengawasinya. Dan bahwasannya

6
Ighatsatul Lahfan 1/152.
7
Ighatsatul Lahfan 1/145.
8
Adabu Dunya wa Diin hal: 360-361
6

mereka akan didebat atas amalannya kelak pada hari hisab, lalu mereka dituntut untuk
menambah bobot timbangan dari peluang-peluang amal yang terlintas dalam pikiran. Maka
mereka mendapatkan bahwa tidak mungkin mereka selamat dari apa yang terlintas tersebut
melainkan dengan cara muhasabah, benar didalam muroqobahnya, selalu menuntut pada jiwa,
polah dan tingkah lakunya. Serta muhasabah dalam setiap pikiran yang terlintas dalam benaknya.

Maka barangsiapa yang mengintropeksi diri sebelum dihisab dirinya akan ringan didalam
hisabnya kelak pada hari kiamat, manakala hadir dalam pertanyaan serta jawaban, serta akan
berakibat baik. Dan barangsiapa yang enggan untuk instropeksi diri dia akan cepat merasakan
kerugian, menunggu dalam waktu yang lama pada hari kiamat kelak, dan kesalahannya sebagai
penuntun pada kehinaan dan siksaannya".9

Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan


kependidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut
pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan. Keputusan
apapun ditetapkan maksudnya agar tujuan yang dicanangkan dapat tercapai. Penilaian dalam
pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami, sehingga tujuan pendidikan Islam yang
dicanangkan dapat tercapai.10

B. Hadits tentang Evaluasi Pendidikan


Dalam ajaran Islam Evaluasi adalah merupakan pemahaman yang tidak baru lagi. Artinya
Evaluasi merupakan suatu ajaran yang pasti dan harus dilakukan oleh umat Islam baik individu
maupun kelompok seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun kaitannya dengan aplikasi terasa
memang sangat jauh dari harapan sehingga perlu mewacanakan lagi hadits Rasulullah SAW,
sebagai landasan berfikir dan pijakan dalam tindakan.
Begitu banyak hadits Shahih yang mengindikasikan tentang Evaluasi, akan tetapi penulis
mencukupkan pada dua hadits saja untuk dibahas dan di analisis dari beberapa aspek tinjauan
tanpa mengurangi entitas makna dan maksud hadits tersebut.
Rasulullah SAW, bersabda:

9
Ihya Ulumudin 4/418
10
Prof. Dr. H. Ramayulis, op.cit., hal. 198-200
7

‫َأخَبَرنَا َع ْم ُرو بْ ُن َع ْو ٍن‬ َّ ‫س َع ْن َأيِب بَ ْك ِر بْ ِن َأيِب َم ْرمَيَ ح و َح َّدثَنَا َعْب ُد اللَّ ِه بْ ُن َعْب ِد‬
ْ ‫الرمْح َ ِن‬ َ ُ‫يسى بْ ُن يُون‬
ِ ِ
َ ‫َح َّدثَنَا ُس ْفيَا ُن بْ ُن َوكي ٍع َح َّدثَنَا ع‬
َّ ِ َّ َّ َ ِّ ‫َّاد بْ ِن َْأو ٍس َع ْن النَّيِب‬ ِ ‫يب عن َشد‬ ِ
‫س َم ْن‬ ُ ِّ‫صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم قَ َال الْ َكي‬ ْ َ ٍ ِ‫ض ْمَرَة بْ ِن َحب‬ َ ‫َأخَبَرنَا ابْ ُن الْ ُمبَ َارك َع ْن َأيِب بَ ْك ِر بْ ِن َأيِب َم ْرمَيَ َع ْن‬
ْ
ِِ ٌ ‫اج ُز َم ْن َأْتبَ َع َن ْف َسهُ َه َو َاها َومَتَىَّن َعلَى اللَّ ِه قَ َال َه َذا َح ِد‬
ِ ‫ت والْع‬ ِ ِ ِ
ُ‫يث َح َس ٌن قَ َال َوَم ْعىَن َق ْوله َم ْن َدا َن َن ْف َسه‬ َ َ ‫َدا َن َن ْف َسهُ َو َعم َل ل َما َب ْع َد الْ َم ْو‬
ِ ِ ِ ِ ُّ ‫ب َن ْف َسهُ يِف‬
َ َ‫ب َي ْوَم الْقيَ َامة َويُْرَوى َع ْن عُ َمَر بْ ِن اخْلَطَّاب قَ َال َحاسبُوا َأْن ُف َس ُك ْم َقْب َل َأ ْن حُت‬
‫اسبُوا َوَتَزيَّنُوا‬ َ ‫اس‬َ َ‫الد ْنيَا َقْب َل َأ ْن حُي‬ َ ‫اس‬ َ ‫ول َح‬ ُ ‫َي ُق‬
‫ون بْ ِن ِم ْهَرا َن قَ َال اَل يَ ُكو ُن الْ َعْب ُد تَِقيًّا‬ِ ‫الد ْنيا ويروى عن ميم‬
ُ ْ َ ْ َ َ ُْ َ َ ُّ ُ‫ب َن ْف َسه‬
‫يِف‬
َ ‫اس‬
ِ ِ
َ ‫اب َي ْوَم الْقيَ َامة َعلَى َم ْن َح‬
ِ ُّ ِ‫ض اَأْل ْك ِ وِإمَّنَا خَي‬
ُ ‫ف احْل َس‬ َ ‫ل ْل َع ْر ِ رَب‬
ِ

‫ب َش ِري َكهُ ِم ْن َأيْ َن َمطْ َع ُمهُ َوَم ْلبَ ُسهُ – الرتمذي‬ ِ


ُ ‫ب َن ْف َسهُ َك َما حُيَاس‬
ِ
َ ‫َحىَّت حُيَاس‬

Artinya:” Menceritakan pada kami Sufyan bin Waki’, Menceritakan pada kami Isa bin
Yunus dari Abi Bakar bin Abi Maryam H W Menceritakan pada kami Abdullah bin
Abdurrahman, Memberitahukan pada kami Amr bin Aun, Menceritakan pada kami Ibnul
Mubarak, dari Abi Bakar bin abi Maryam dari Dlamrah bin bin Habib dari Syaddad bin Aus dari
Nabi SAW bersabda, “Orang yang Cerdas itu adalah orang yang mengalahkan Hawa Nafsunya
(Dirinya) dan Melakukan perbuatan untuk (Kehidupan setelah Mati), sedangkan orang yang
Lemah adalah orang yang Mengikuti Hawa Nafsunya dan Berangan-angan kepada Allah. Sufyan
berkata” ini hadits Hasan” berkata lagi Maksud” Man daana Nafsahu” adalah Mengevaluasi
dirinya di dunia sebelum di Hisab nanti di hari Kiamat. Dan diriwayatkan dari Umar bin Khattab
berkata” Evaluasi diri kalian sebelum dihisab di Akhirat dan berhiaslah untuk kehormatan yang
besar dan bahwasanya Hisab pada hari Kiamat diringankan bagi orang yang mengevaluasi
dirinya di dunia. Diriwayatkan juga dari Maimun bin Mihran berkata” Tidak dikatakan hamba
yang bertaqwa, sehingga ia mengevaluasi dirinya sebagaimana Menginterogasi temannya dari
mana dia mendapat Makanan dan Pakaian. (HR. Turmudzi).

Berkaitan dengan Takhrij Hadits di atas, sebagaimana diketahui bahwa Saddad Bin Aus
adalah Sahabat Nabi, Dlamrah bin Habib Tabi’ien Kalangan Biasa(Tsiqah), Abu Bakar bin abi
Maryam Tabi’iet tabi’ien Tua (Dha’ief), Ibnul Mubarok Tabi’iet tabi’ien Pertengahan (Tsiqah),
Isa bin Yunus Tabi’iet tabi’ien Tua (Tsiqah), Amru bin Aun Tabi’u atba’ Tua (Tsiqah), Sufyan bin
Abi Waki’ Tabi’u atba’ Tua (Dha’ief ) dan Abdullah bin Abdurrahman tabi’u atba’ Pertengahan
(Tsiqah).
Jadi, secara keseluruhan berkaitan dengan sanad hadits di atas bias dikatakan bahwa
hadits tersebut bias dijadikan hadits hasan menurut Imam Turmudzi sebab sanad hadits tersebut
didominasi oleh Perawi yang Tsiqah.
Ada juga hadits berikut yang menjadi pokok Analisa penulis dalam menyikapi masalah
Evaluasi Pendidikan yaitu:
8

‫اض‬ِ َ‫ات َي ْوٍم ِإ ْذ طَلَ َع َعلَْينَ ا َر ُج ٌل َش ِديْ ُد َبي‬ ِ


َ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم ذ‬
ِ ِ
َ ‫س عْن َد َر ُس ْول اهلل‬
ِ ‫ بينَم ا حَنْن جلُو‬:‫عن عمر ر ِضي اهلل عْنه َأيض اً قَ َال‬
ٌ ْ ُ ُ َ َْ ْ ُ َ ُ َ َ ََ ُ ْ َ
‫َأس نَ َد ُرْكبََتْي ِه ِإىَل‬ ِ
ْ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم ف‬ َ ِّ ‫س ِإىَل النَّيِب‬َ َ‫ َحىَّت َجل‬،‫َأح ٌد‬
ِ
َ ‫ َوالَ َي ْع ِرفُهُ منَّا‬،‫الس َف ِر‬ َّ ‫اب َش ِديْ ُد َس َو ِاد‬
َّ ‫ الَ يُ َرى َعلَْي ِه َأثَ ُر‬،‫الش ْع ِر‬ ِ ‫الثِّي‬
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫ اِْإل سالَ ُم َأ ْن تَ ْش َه َد َأ ْن الَ ِإلَه‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ َف َق َال َر ُس ْو ُل اهلل‬،‫َأخرِب ْيِن َع ِن اِْإل ْسالَم‬ ْ ‫ يَا حُمَ َّمد‬:‫ض َع َكفَّْيه َعلَى فَخ َذيْه َوقَ َال‬ َ ‫ُرْكبََتْيه َوَو‬
‫ َف َع ِجْبنَ ا‬،‫ت‬ َ ْ‫ص َدق‬
ِ
َ : ‫ت ِإلَْي ه َس بِْيالً قَ َال‬ َ ‫اس تَطَ ْع‬
ِ ‫ض ا َن وحَت َّج الْبي‬
ْ ‫ت ِإن‬ َ ْ َ ُ َ َ ‫ص ْوَم َرَم‬ َّ ‫الصالََة َوُت ْؤيِت‬
ُ َ‫الزك اََة َوت‬ َ َّ ‫اهلل َوتُِقْي َم‬
ِ ‫َأن حُم َّم ًدا رسو ُل‬
ْ ُ َ َ َّ ‫الَّ اهللُ َو‬
‫ِإ‬
‫ قَ َال‬.‫اهلل َوَمالَِئ َكت ِِه َوُكتُب ِِه َوُر ُس لِ ِه َوالَْي ْوِم اآل ِخ ِر َوُت ْؤ ِم َن بِالْ َق َد ِر خَرْيِِه َو َش ِّرِه‬
ِ ِ‫ َأ ْن ُت ْؤ ِمن ب‬: ‫ان قَ َال‬
َ
ِ َ‫ فََأخرِب يِن ع ِن اِْإل مْي‬:‫ قَ َال‬،‫لَه يسَألُه ويص ِّدقُه‬
َ ْْ ُ َ َُ ُ ْ َ ُ
‫ َم ا‬:‫ قَ َال‬،‫اع ِة‬ َ ‫الس‬ َّ ‫َأخرِب ْيِن َع ِن‬ ْ َ‫ ف‬:‫ قَ َال‬.‫َّك َت َراهُ فَ ِإ ْن مَلْ تَ ُك ْن َت َراهُ فَِإنَّهُ َي َر َاك‬
َ ‫ َأ ْن َت ْعبُ َد اهللَ َكَأن‬:‫ قَ َال‬،‫ان‬ ِ ‫ قَ َال فَ َأخرِب يِن ع ِن اِْإل حس‬،‫ص َدقْت‬
َْ َ ْْ َ َ
‫الش ِاء َيتَطَ َاولُْو َن‬ َّ َ‫َألمةُ َربََّت َه ا َوَأ ْن َت َرى احْلَُف ا َة الْعُ َرا َة الْ َعالَةَ ِر َع اء‬ ِ ‫هِت‬ ‫ قَ َال فَ ْ رِب‬.‫الساِئ ِل‬
َ ْ‫ قَ َال َأ ْن تَل َد ا‬،‫َأخ ْيِن َع ْن ََأم َارا َا‬ َّ ‫َأعلَ َم ِم َن‬
ْ ِ‫الْ َم ْسُؤ ْو ُل َعْن َها ب‬
‫ قَ َال فَِإنَّهُ ِجرْبِيْ ُل ََأتـا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم‬. ‫ اهللُ َوَر ُس ْولُهُ َْأعلَ َم‬: ‫ت‬ ‫ ي ا عم ر َأتَ ْد ِري م ِن َّ ِئ‬: ‫ مُثَّ قَ َال‬،‫ مُثَّ انْطَلَ ق َفلَبِثْت ملِيًّا‬،‫ان‬
ُ ‫الس ا ِل ؟ ُق ْل‬ َ َ َُ َ َ ُ َ
ِ ‫يِف الْبْني‬
َُ
] ‫ [ رواه مسلم‬. ‫ِد ْينَ ُك ْم‬

Artinya:” Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk
disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-
bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang
Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya
dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “.
Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang
buruk “, kemudian dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-
akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian
dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“
Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang
tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“ Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama
kalian “. (Riwayat Muslim)
9

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat
pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Kemudian hadits ini juga mengandung
makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu:
Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk
di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ).

Adapun Kandungan hadits diatas secara Implisit Menjelaskan bahwa;

1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika
menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk
mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya
bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat
mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata, “Saya
tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua.
Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan
memperlakukan hamba-sahayanya.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya selama tidak
dibutuhkan.
7. Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah
ta’ala.
8. Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.11
9. Didalamnya terdapat Konteks Evaluasi diri dalam menjalani Hidup di Dunia.

C. Objek, Fungsi dan Tujuan Evaluasi


Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru, keprihatinan guru
terhadap murid. Dalam konsep murid ini terkandung keyakinan bahwa mengajar dan belajar
itu wajib dalam perbuatan mengajar dan belajar itu ada barokah. Sebutan murid bersifat
umum. Di dalam Islam, istilah ini diperkenalkan oleh kalangan shufi. Istilah murid dalam
11
Syekh amin Abdullah Assaqawy, Muhasabah al-Nafs, Terj.Arif Hidayatullah Abi Umamah, Muraja’ah Abu Ziyad
Eko hariyanto, www.islamhouse.com.
10

tasawuf mengandung pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang
berjalan menuju Tuhan.
Sa’id Hawwa (1999) menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat juga disebut sifat-
sifat murid) sebagai berikut:
1.   Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
2.   Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah, karena
kesibukan itu akan melengahkannya dari menuntut ilmu.
3.   Tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak sewenang-wenang
terhadap guru, ia harus patuh kepada guru seperti patuhnya orang sakit terhadap
dokter yang merawatnya.
4.    Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan
perbedaan pendapat khilafiah antar mazhab karena hal itu akan membingungkan
pikirannya.
5.   Penuntut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk
dirinya.
6.   Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling
penting, ilmu yang paling utama ialah ilmu mengenal Allah.
7.   Tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai ilmu sebelumnya.
8.   Hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui dari hasil
belajarnya dan kekuatan dalilnya.
Konsep adab dan tugas murid dalam uraian Hawwa tersebut di atas adalah murid dalam
konteks tasawuf.12
Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umumnya adalah peserta didik, atau
dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Evaluasi
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi diri sendiri (self evaluation
/ instropeksi) dan evaluasi terhadap orang lain (peserta didik).
Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan menggalakkan instropeksi atau
penghitungan diri sendiri dengan tujuan meningkatkan kreatifitas dan produktivitas (amal
saleh) pribadi. Apabila dalam  proses evaluasi tersebut ditemukan beberapa keberhasilan,
maka keberhasilan itu hendaknya dipertahankan atau ditingkatkan, tetapi apabila ditemukan
12
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hal. 164-169.
11

beberapa kelemahan dan kegagalan, maka hendaknya hal itu segera diperbaiki dengan cara
meningkatkan ilmu, iman dan amal.
Umar bin Khattab berkata; “Hasibu an fusakum qobl an tuhasabu” (Evaluasilah dirimu
sebelum engkau dievaluasi). Statemen ini berkaitan dengan kegiatan evaluasi terhadap diri
sendiri. Asumsi yang mendasar statement tersebut adalah bahwa Allah SWT mengutus dua
malaikat Raqib dan Atid sebagai supervisor dan evaluator terhadap manusia. Karena itulah
manusia dituntut selalu waspada dan memperhitungkan segala tindakannya, agar
kehidupannya kelak tidak merugi.
Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik) merupakan bagian dari kegiatan
pendidikan Islam. Kegiatan ini tidak sekedar boleh, tetapi bahkan diwajibkan. Kewajiban di
sini tentunya berdasarkan niat amar ma’ruf nahi munkar, yang bertujuan untuk perbaikan
(islah) perbuatan sesama umat Islam. Syarat penilaian ini adalah harus bersifat komparabel,
segera dan tidak dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik tenggelam dalam
kebimbangan, kebidihan, kezaliman, dan dapat melangkah lebih baik dari perilaku manusia
semula.
Aspek-aspek khusus yang harus menjadi sasaran evaluasi pendidikan Islam adalah
perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang, yaitu:
1.    Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam
Tujuan umum pendidikan Islam adalah adanya taqqarub dan penyerahan mutlak
peserta didik, kepada Allah SWT. Evaluasi di sini meliputi aspek:
a. Perkembangan ibadah ibadah peserta didik
b. Perkembangan pelaksanaan menjadi khalifah Allah di muka bumi
c. Perkembangan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya
d. Perkembangan pemenuhan kewajiban hidup, berupa kewajiban yang bersifat
duniawi atau ukhrawi.
2.    Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah pengembangan potensi peserta didik dan
transliternalisasi nilai-nilai Islami, serta mempersiapkan segala kebutuhan masa depan
peserta didik; Evaluasi di sini meliputi aspek:
a. Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta didik,
12

b. Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Islam,


c. Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang bersifat duniawi
maupun ukhrawi.
3.    Dilihat dari sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam pendidikan Islam,
Evaluasi di sini meliputi aspek:
a. Perkembangan peserta didik dalam memperoleh dan memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Perkembangan pendayagunaan dan optimalisasi potensi jasmani, intelegensi,
agar peserta didik ini mampu berkepribadian mulia, baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia, alam dan kepada Tuhan.
4.    Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik.
a. Aspek kognitif berupa pengembangan pengetahuan agama termasuk di
dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan.
b. Aspek Afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama, termasuk di
dalamnya fungsi perasaan dan sikap.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan keterampilan beragama termasuk di
dalamnya fungsi kehendak, kemauan dan tingkah laku.13
Sedangkan Fungsi dan Tujuan Evaluasi adalah Meliputi :
1.  Fungsi Bagi Siswa
a.  Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa
b.  Memberikan dorongan belajar bagi siswa
c.   Sebagai laporan bagi orang tua siswa
2.  Fungsi Bagi Pendidik (Guru)
a.  Untuk menyeleksi siswa, dengan tujuan antara lain :
-   Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
-   Untuk menentukan siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
-   Untuk menentukan siswa yang pantas diberikan beasiswa dan lain sebagainya
-   Untuk memilih siswa yang sudah berhak menyelesaikan sekolah
b.  Evaluasi berfungsi diagnosa

13
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., hal. 200-204
13

Guru dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan siswa dan dapat mengetahui sebab
musabab kelemahan dan kekurangan itu.
c.  Berfungsi sebagai penempatan
Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan dari masing-masing peserta didik melalui
hasil belajar. Tujuannya adalah agar siswa yang tadinya memiliki bakat dan minat
tertentu dalam belajar benar-benar tersalur sesuai dengan pilihannya.
d.  Mengukur ketepatan materi pelajaran
Guru dapat mengetahui apakah materi tersebut telah dikuasai siswa atau masih perlu
diadakan peningkatan atau perbaikan untuk masa yang akan datang.
e.  Untuk mengetahui ketepatan metode
Metode adalah cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran agar diterima oleh anak
didik.
f.  Untuk merencanakan program yang akan datang
3.  Fungsi bagi sekolah
a. Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus
b. Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah
c. Megukur keberhasilan guru mengajar
d. Untuk meningkatkan prestasi kerja.14
Sedangkan fungsi evaluasi sebagai umpan balik (feed back) terhadap kegiatan
pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk :
1. Ishlah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen pendidikan,
termasuk perbaikan perilaku, wawasan dan kebiasaan-kebiasaan
2. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen-komponen pendidikan.
Artinya melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah
program itu penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik.
3. Tajdid, yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak
relevan baik untuk kepentingan internal maupun eksternal maka kegiatan itu harus
diubah dan dicarikan penggantinya yang lebih baik
4. Al-dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua murid berupa rapor,
ijazah, piagam dan sebagainya.15
14
Drs. H. Tayar Yusuf, Drs. Syaiful Anwar, op.cit., hal. 211-214
15
Prof. DR. H. Ramayulis, op. Cit., hal. 204-203
14

Sedangkan Faidah dari muhasabah:


1. Menjumpai adanya kekurangan dalam dirinya. Dan orang yang tidak menyadari
adanya kekurangan dari dirinya tidak mungkin sanggup untuk mengobatinya.
2. Bukti akan takutnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan persiapan untuk
bertemu dengan -Nya.
3. Akan menjadi jelas bagi seorang mukmin hakekat keuntungan dan kerugian sejati.
4. Muhasabah didunia akan memudahkan seorang mukmin kelak pada hari kiamat.
5. Sebagai bentuk memenuhi perintah Allah ta'ala.
6. Menjauhkan diri dari kelalaian, terjatuh dalam lumpur kemaksiatan dan dosa.
7. Akan menolong seorang mukmin dan membantunya untuk segera mendapatkan
sisi kekurangan dari pengerjaan kewajiban dan amalan sunah.16
8. Akan membuahkan kecintaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mendapat
keridhoan -Nya.
9. Dengan cara tersebut akan mengetahui hak Allah Shubhanahu wa ta’alla yang
harus ia tunaikan. Dan bagi siapa yang tidak mengetahui hak Allah Shubhanahu
wa ta’alla yang harus ia kerjakan maka ibadahnya hanya sekedarnya dan sangat
sedikit sekali memberi dampak positif baginya.
10. Bahwa baiknya hati bisa tercapai dengan muhasabah, sebaliknya rusaknya hati
akibat dari jauhnya muhasabah dan tidak memperdulikannya.17

D. Jenis-Jenis Evaluasi

Muhasabah itu ada dua macam: Muhasabah sebelum berbuat dan yang kedua
muhasabah seusai melakukan perbuatan.

1. Adapun jenis yang pertama, yaitu dirinya merenung sejenak manakala baru timbul
keinginan serta kemauan lantas dirinya melihat, apakah perbuatan yang akan
dilakukannya ini sesusai dengan al-Qur'an dan sunah Rasulallah Shalallah 'alaihi wa
sallam atau tidak? Jika sesuai maka terus kerjakan, bila menyelisihi maka tinggalkan.

16
Ighatsatul Lahfan 1/147-150.
17
Ighatsatul Lahfan 1/156, karya Ibnu Qoyim. Dan Nadhratun Na'im fii Makarimi Akhlakir Rasul Karim
8/3317-3324.
15

2. Adapun untuk jenis yang kedua, yaitu muhasabah seusai mengerjakan perbuatan, maka
dalam hal ini terbagi menjadi empat macam:
a. Muhasabah pada ketaatan yang banyak kekurangan didalamnya, disaat
pengerjaan kewajiban kepada Allah ta'ala belum sesuai dengan harapan yang
seharusnya dituntut.
b. Muhasabah atas larangan-larangan yang ada. Jika dirinya menjumpai telah
menerjang salah satunya maka segera iringi dengan bertaubat, istighfar, dan
amalan-amalan kebajikan yang bisa menghapusnya.
c. Muhasabah atas setiap amalan yang telah ditinggalkan namun membawa
kebaikan jika ia kerjakan
d. Muhasabah pada perkara mubah atau kebiasaan, kenapa ia kerjakan? Apakah
ia kerjakan ingin mengharap ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kampung
akhirat? Sehingga ia beruntung, atau dia mengerjakannya hanya bertujuan
dunia yang ia inginkan? Maka dirinya telah merugi serta luput dari
keuntungan tersebut.

Selanjutnya kurikulum 1975 membedakan evaluasi prestasi belajar siswa di sekolah 


menjadi 4 (empat) jenis yaitu: Evaluasi Formatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. Jenis evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi
setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.

Evaluasi Sumatif, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan angka
kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini dilaksanakan setelah guru menyelesaikan
pengajaran yang diprogramkan untuk satu semester. Dan kawasan bahasanya sama dengan
kawasan bahan yang terkandung di dalam satuan program semester.

Evaluasi Penempatan, Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan siswa dalam
situasi belajar atau program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya.

Evaluasi Diagnostik, Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu memecahkan


kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi tanggungjawab guru (guru bidang
studi), evaluasi penempatan dan diagmostik lebih merupakan tanggungjawab petugas bimbingan
16

penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila dalam tulisan ini hanya mengaksentuasi pada jenis
penilaian yang pertama dan jenis yang kedua.

E. Prinsip-Prinsip Evaluasi

Adapun prinsip-prinsip dari Evaluasi Pendidikan itu adalah Meliputi :

1. Terus menerus / kontinu; artinya evaluasi ini tidak hanya dilakukan setahun sekali,
sekuartal sekali, atau sebulan sekali, melainkan terus menerus, pada waktu mengajar
sambil mengevaluasi sikap dan perhatian murid, pada waktu pelajaran hampir berakhir.
Prinsip kesinambungan (Istimrar ) (al-An’aam:135)
2. Menyeluruh / komprehensif; Adanya evaluasi yang meliputi semua aspek kepribadian
manusia, misalnya aspek intelegensi, pemahaman, pensikapan, ketulusan, kedisiplinan,
tanggung jawab dan sebagainya. Dalam al-qur’an Totalitas (al-Kamal/Tamm) ; Meliputi
Kognitif (QS.al-Anfal:2), Afektif ((QS. Al-‘Ashr : 3). Dan Psikomotorik (al-Mukmin:35)
3. Objektivitas; Adanya evaluasi yang benar-benar objektif bukan subjektif, artinya
pelaksanaan evaluasi berdasarkan keadaan yang sesungguhnya tidak dicampuri oleh hal
yang bersifat emosional dan irasional. (QS. At-Taubah:119).
4. Validitas; Adanya evaluasi yang dilakukan berdasarkan hal-hal yang seharusnya
dievaluasi, yang meliputi seluruh bidang-bidang tertentu yang diingini dan diselidiki,
sehingga tidak hanya mencakup satu bidang saja. Prinsip Validitas (QS.al-Hujurat:6)
5. Realibilitas; Evaluasi itu dapat dipercayai, artinya memberikan evaluasi kepada peserta
didik sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan keadaan sesungguhnya. (QS.Hamim As-
sajadah:53)
6. Efisiensi; Adanya evaluasi yang dapat menggunakan sarana dan prasarana yang baik,
memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mudah dalam proses administrasi dan
interpretasinya sehingga evaluasi ini tidak tepat pada sasarannya. (QS.al –Asr’:1-2)
7. Ta’abbudiah dan ikhlas; Adanya evaluasi yang dilakukan penuh keutulusan dan
pengabdian kepada Allah SWT.(al-Bayyinah:5)
17

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dan
tanggung jawab untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan manusia agar ia memiliki makna dan tujuan hidup yang hakiki.
Sedangkan Evaluasi Pendidikan adalah Proses terus menerus yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dari kegiatan pendidikan baik dari aspek
organisasi maupun aspek kegiatan yang dilakukan.
Beberapa pendapat tentang definisi Evaluasi yang diambil dari tinjauan Umum dan
Pendidikan Islam berikut Aspek-Aspeknya menurut :
1. Pakar Pendidikan (Bloom, Stuffle Beam dan Cronbach)
2. Para Ulama (Al-Ghazali, Al-Mawardi dan Hasan Al-Bashri)

Adapun fungsi dari evaluasi adalah meliputi :

1. Fungsi bagi siswa


2. Fungsi bagi pendidikan (guru )
3. Fungsi bagi sekolah
Sedangkan Tujuan dari Evaluasi itu adalah dirumuskan berdasarkan tinjauan Umum
Pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Al-hadits yang memiliki relevansi
dengan Tujuan pendidikan yang dilahirkan dari metodologi berfikir para ilmuan baik dari
kalangan Pendidikan Umum atau para Ulama yang konsen pada bidang Pendidikan.

B. Saran – saran

Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Apabila dalam penulisan dan
penyampaian makalah ini banyak kekurangan, kami mohon untuk dikritisi demi perbaikan ke
depan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis,  H., Prof. Dr. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Tafsir, Ahmad, Prof. Dr. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, H. Tayar, Drs. dan Drs. Syaiful Anwar. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://google.com/evaluasidalampendidikanIslam.html.date11-4-2010

Anda mungkin juga menyukai