Anda di halaman 1dari 12

“EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam


Dosen Pengampu: Shofiyullah al kahfi S.Pd M.Si

Di susun oleh Kelompok 6 Kelas C:


1. RIKE NUR SAFITRI (182501160)
2. RIYA AINUR RIZA (182501131)
3. SELVY DI WAHYUNI (182501175)
4. SITI MA'SUMAH (182501146)
5. SUMIATUN (182501048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKDUM IBRAHIM TUBAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan pengambilan sejumlah keputusan berkaitan
pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan selaras nilai-nilai Islam
sebagai tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Al-Qur’an sebagai dasar segala disiplin ilmu
termasuk ilmu pendidikan Islam, secara implisit sebenarnya memberikan deskripsi evaluasi
pendidikan dalam Islam.
Guru/pendidik ikhlas mengevaluasi terlihat dari sikapnya yang transparan dan objektif.
Pendidik tidakhanya mampu menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa, tetapi juga mampu
menunjukkan jalan keluarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya evaluasi merupakan suatu kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya
menilai, sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila tujuan
yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang
berkesinambungan akan dapat dipanatau, tahapan manakah yang sudah dapat diselesaikan, tahap
manakah yang berjalan dengan mulus, dan manapula tahapan yang mengalami kendala dalam
pelaksanaannya. Sehingga, dengan evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur
seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembagan progam yang dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Sedangkan evaluasi pendidikan pada prinsipnya bertujuan mengumpulkan informasi sebagai dasar
mengadakan pengecekan sistematis untuk hasil pendidikan telah dicapai kemudian dibandingkan
dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Evaluasi pendidikan Islam merupakan teknik penilaian
tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan bersifat komprehensif seluruh aspek
kehidupan mental-psikologis dan spiritual-religius peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan dalam Islam?
2. Bagaimana dasar-dasar teori evaluasi pendidikan dalam Islam?
3. Apa saja prinsip evaluasi pendidikan dalam Islam?
4. Bagaimana fungsi evaluasi pendidikan dalam Islam?
5. Apa saja teknik evaluasi pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara etimologi, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab al –
taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Sedangkan menurut istilah, dikemukakan oleh
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Essensial of Educational Evaluation mengatakan
bahwa evaluasi evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Bila
pernyataan ini dihubungkan dengan evaluasi pendidikan, maka dapat diartikan dengan suatu
tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia
pendidikan. Atau, keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umu; baik
mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut
perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah
pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh
mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari
pendidikan Islam itu sendiri
.

2. Dasar Teori Pendidikan Islam

a. Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan manusia


b. Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar atom pun, niscaya akan melihat
(balasan)nya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar atom pun niscaya
akan melihat (balasan) nya. (QS al-zalzalah:7-8)
c. Nabi Sulaiman as pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan diperintah oleh seorang wanita cantik
d. Sulaiman berkata: Akan kami cermati (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta. (QS an-Naml: 27)
e. Sebagai contoh ujian (tes) yang berat kepada Nabi Ibrahim as, Allah memerintahkan
beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang amat dicintainya.
f. Tatkala keduannya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelapis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggilah dia: Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-
benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar. (QS. As-Shaffat: 103-104)
3. Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

a. Prinsip kesinambungan/Berkelanjutan. Maksudnya, evaluasi tidak hanya dilakukan


sekali dalam satu jenjang pendidikan, setahun, caturwulan atau perbulan.
b. Prinsip Keseluruhan/ Universal/Komprehensif. Maksudnya, evaluasi hendaknya
dilakukan untuk semua ranah (domain) atau semua aspek sasaran pendidikan.
c. Prinsip Objektivitas. Maksudnya, evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif.
d. Prinsp Keikhlasan. Dengan segala hal, keikhlasan pendidik harus tecermin di segala
aktivitasnya dalam mendidik.

4. Fungsi Evaluasi
a. Mengetahui sejauhmana efektivitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan
benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenan dengan sikap pendidik/guru
maupun anak didik/murid.
b. Mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan
pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
c. Mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan
kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
d. Sebagai bahan laporan bagi orangtua murid tentang hasil belajar siswa.
e. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan
pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.

Menurut Anas Sudijono ada 2 pendapat diantaranya secara umum dan khusus.
1. Secara umum:
a. Mengukur kemajuan
b. Menunjang penyusunan rencana dan
c. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaankembali
2. Secara khusus:
a. Segi psikologis
b. Segi didaktik
c. Segi administrasi.
Sementara itu, Ramayulis menyatakan fungsi evaluasi pendidikan sebagai berikut:
a. Mengetahui murid yang mana terpandai dan terbodoh dikelasnya.
b. Mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh murid
atau belum.
c. Mendorong kompetisi secara sehat antar siswa.
d. Mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah mengikuti
proses belajar mengajar.
e. Mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode dan berbagai
penyesuaian kelas.
5. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam
a. Teknik Pendidikan Islam pada masa pertumbuhan islam (Masa Rasulullah dan
Para Sahabat)
Sistem evaluasi yang disebut dalam al quran adalah bersifat makro dan
universal, yaitu dengan menggunakan teknik testing mental atau psikotes.
Sedangkan Dalam Sunnah Nabi Muhammad sistem evaluasi yang disebut
makro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia termasuk Nabi
Muhammad sendiri. Sebagaimana kisahnya kedatangan malaikat jibril menguji
Nabi Muhammad dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan
beliau tentang rukun islam.
Tujuan dari pengevaluasian ini adalah untuk mengetahui mana diantara
para sahabat beliau yang cerdas, yang patuh, dan yang saleh atau mana yang
kreatif kepada pemecahan problem-problem yang dihadapi bersama Nabi
Muhammad pada suatu keaadaan mendesak. Dan adapun bentuk evaluasi berupa
pengujian penghafalan serta sistem tanya jawab berupa lisan.

b. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam di tinjau dari segi fungsi oleh tes sebagai alat
pengukur perkembangan belajar peserta didik tes, dapat dibedakan menjadi
sistem enam golongan, yaitu :

1. Penilaian Formatif yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta


didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu
bidang studi tertentu. Tujuan dari penilaian formatif ini adalah untuk
mengetahui hingga sejauh mana penguasaan murid tentang bahan pendidikan
agama yang diajarkan dalam satu program satuan pelajaran. Aspek –aspek
yang dinilai meliputi: hasil kemajuan belajar murid yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap bahan pelajaran agama yang disajikan.
2. Penilaian Sumatif yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar
murid yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu caturwulan, semester
atau akhir tahun. Tujuannya adalah Untuk mengetahui taraf belajar yang
dicapai oleh murid selama satu tahun. Aspeknya yaitu mempunyai kesamaan
dengan penilaian formatif.
3. Penilaian Seleksi yaitu penilaian tentang pribadi anak untuk kepentingan
penempatan didalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan anak didik
tersebut. Tujuannya untuk menempatkan anak didik pada tempat yang
sebenarnya, berdasarkan bakat,minat dn kemampuan keadaan diri anak
sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti pelajaran yang di
sajikan guru. Aspek yang dinilai yaitu keadaan fisik dan psikis, bakat,
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap terhadap anak didik tersebut.
4. Penilaian Diagnostik yaitu penilaian terhadap hasil penganalisisan tentang
keadaan anak didik baik berupa kesulitan atau hambatan dalam situasi belajar
mengajar. Tujuannya untuk untuk mengatasi hambatan yang dialami anak didik
waktu kegiatan belajar mengajar. Aspek yang dinilai yaitu hasil belajar murid
dan latar belakang kehidupannya.
5. Penilaian AwalTes Awal, tujuannya yaitu untuk mengethaui sejauh
manakah materi pelajaran yang akan di ajarkan telah dapat dikuasai oleh
peserta didik.
6. Penilaian Akhir/Tes Akhir, tujuannya untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran tergolong penting sudah dapat dapat dikuasai dengan sebaik-
baiknya oleh pesertta didik.

c. Bentuk-bentuk Tes
` Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada
hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Tes tertulis (written tes): suatu tes yang menuntut siswa memberikan
jawaban secara tertulis. Tes tertulis mempunyai 2 macam:
a. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban
yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas.
Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut dapat
dinilai secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan
nilai yang sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek
(short answer test).
Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah :
(1) Bentu benar salah (true false)
Contoh: Lingkarilah B bila pertanyaan ini benar, atau S bila
pertanyaan tersebut salah.B-S Hukum memberi hadiah adalah
sunah muakkad.
(2) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice)
Contoh: berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang
benar!
Wajib megerjakan ibadah haji bagi orang
yang…………
a. Tua c. kaya
b. Mampu d. suka
(3) Bentuk menjodohkan (matching)
Contoh : Jodohkan soal bagian A dan B
Bagian A
– Beragama islam
– Berdiri bagi yang kuasa
– Menahan keluarnya hadast
Bagian B
– makruh dalam sholat
– Rukun dalam sholat
– syarat dalam sholat
– sunnah dalam sholat
(4) Bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat
Contoh: 1. Umrah sering disebut dengan…………….
2. Presiden RI saat ini ialah………………..
b. Tes Subjektif/Essai : tes tertulis yang meminta siswa memberikan
jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang.
Panjang pendeknya tes essai adalah relatif, sesuai kemampuan si
penjawab tes.
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
(1) Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab
dengan
uraian secara bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Contoh: Apa yang terjadi apabila pemerintahan suatu negara
dipimpin oleh seorang diktator?
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan
standar jawaban yang benar sebab jawaban siswa sifatnya
beraneka ragam.
(2) Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam
bentuk uraian yang telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah
memeriksanya, karena dapat lebih mudah ditetapkan standar
jawaban yang benar.
Contoh: Sebutkan ciri-ciri seorang pemimpin yang bersifat
diktator?
2. Tes Lisan (oral test): Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek
yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga dapat
digunakan untuk menguji siswa baik secara individual ataupun kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a. Janganlah guru membentak siswa karena siswa itu memberikan
jawaban yang menurut penilaian guru merupakan jawaban yang
salah.
b. Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang murid
yang sedang dites dengan memberikan kunci-kunci jawaban
tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati pada murid itu.
Contoh bentuk tes lisan:
Guru dikelas bertanya pada siswanya: “sebutkan Rukun-rukun dalam
sholat!”
3. Tes Perbuatan : Digunakan untuk mengukur hsil belajar yang menyangkut
domain ketrampilan (skill) atau perilaku (behavior). Tes perbuatan bisa
berupa tulis dan lisan. Tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Contoh :
siswa diminta memperagakan tata cara pelaksanaan sholat jenazah beserta
bacaannya.

Kelebihan dan kekurangan masing-masing tes


1. Tes tulis
Tes obyektif
1. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
2. Pemeriksaannya cepat dan obyektif
3. Siswa dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih sulit
5. Yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah
6. Tidak menuntut penalaran siswa
7. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis

Tes Subyektif

1. Cakupan materi terbatas atau sempit


2. Pemeriksaan cenderung lama dan subyektif
3. Siswa tidak dapat menebak jawaban
4. Dalam menyusun soal lebih mudah
5. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
6. Menuntut penalaran siswa
7. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis
Ket: apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan
dalam tes subjektif dan sebaliknya.
2. Tes lisan
– Kelebihan tes lisan adalah : Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapat secara langsung dan dapat diketahui penguasaan
siswa secara tepat.
– Kelemahan tes lisan adalah : Membutuhkan waktu yang relatif lama, dan
seringkali siswa kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
3. Tes perbuatan
– Kelebihan tes perbuatan yakni : Merupakan alat paling tepat terbentuk
atau
tidaknya ketrampilan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tes
perbuatan juga dapat membantu pergantian suasana sehingga kejenuhan
dapat dikurangi atau dihilangakan.
– Kelemahan tes perbuatan yakni : Tidak semua bahan ajaran dapat
diungkap dengan tes perbuatan. Tes perbuatan juga membutuhkan banyak
waktu, tenaga, dan biaya yang cukup banyak.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi pendidikan merupakan pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan selaras dengan nilai-nilai
Islam sebagai tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Evaluasi pendidikan memiliki prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip kesinambungan /berkelanjutan
2. Prinsip keseluruhan/Universal/Komprehensif
3. Prinsip objektivitas
4. Prinsip keikhlasan
Fungsi evaluasi sebagai berikut:
a. Mengetahui sejauhmana efektivitas cara belajar dan mengajar yang telah
dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenan dengan sikap
pendidik/guru maupun anak didik/murid.
b. Mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan
pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
c. Mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan
kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
d. Sebagai bahan laporan bagi orangtua murid tentang hasil belajar siswa.
e. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan
pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.
Teknik Evaluasi Pendidikan Islam
a. Teknik Pendidikan Islam pada masa pertumbuhan islam (Masa Rasulullah dan
Para Sahabat)
b. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam di tinjau dari segi fungsi oleh tes sebagai alat
pengukur perkembangan belajar peserta didik tes, dapat dibedakan menjadi sistem
enam golongan, yaitu :
1. Penilaian Formatif
2. Penilaian Sumatif
3. Penilaian Seleksi
4. Penilaian Diagnostik
5. Penilaian Awal/tes awal
6. Penilaian Akhir/Tes akhir
c. Bentuk-bentuk Tes
` Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Tes tertulis (written tes): Tes tertulis mempunyai 2 macam:
a. Tes obyektif
Bentuk bentuk tes obyektif ini adalah :
(1) Bentu benar salah (true false)
(2) Bentuk pilihan ganda ( multiple choice)
(3) Bentuk menjodohkan (matching)
(4) Bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat
b. Tes Subjektif/Essai
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
(1) Essai bebas
(2) Essai terbatas
2. Tes Lisan (oral test)
3. Tes Perbuatan
DAFTAR PUSTAKA

Athok Fuadi, 2006. Sistem Pengembangan Evaluasi, ponorogo.


Riadi Dayun, M.Ag, 2007. Ilmu Pendidikan Islam, Bengkulu: press,
Riadi, Dayun, dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai