A. Pendahuluan
Dalam proses pendidikan Islam, tujuan adalah merupakan sasaran ideal
yang hendak dicapai. Seperti yang kita ketahui, tujuan dari pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berimu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Agar terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di
Indonesia telah berupaya dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan
Islam meletakkan faktor pengembangan fitrah peserta didik, di mana nilai-
nilai agama dijadikan landasan kepribadian peserta didik yang dibentuk
melalui proses itu, maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan menjiwai
pribadi peserta tidak akan dapat diketahui oleh pendidik muslim, tanpa
melalui proses evaluasi.
Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi
atau penilaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai
tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang
dihasilkan. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan
pendidikan Islam maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil tetapi jika
sebaliknya, maka ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat dipahami betapa
pentingnya evaluasi dalam proses pendidikan.
B. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi adalah suatu proses yang dilalui seseorang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan
cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan
standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek kehidupam
mental-psikologis dan spiritual-religius. Hal ini dikarenakan manusia sebagai
hasil pendidikan Islam tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu
dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakatnya.
Evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya ditekankan kepada hasil
yang dicapai tetapi juga prosesnya, baik menyangkut prosedur dan mekanisme
penyelenggaraan, penyelenggara/pendidiknya maupun berbagai faktor terkait
lainnya.
Adapun isyarat pelaksanaan evaluasi disebutkan dalam surah Al-
Baqarah (2) ayat 31-32:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman,
“Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-
orang yang benar”, mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Selanjutnya surah An-Naml (27) ayat 27 Allah menekankan pula
pentingnya evaluasi:
Berkata Sulaiman, “Akan kami lihat, apakah kamu benar, ataukah kamu
termasuk oran yang berdusta”.
C. Konsep Evaluasi dalam Ayat Al-Quran dan Hadits
1. Istilah evaluasi dalam al-Quran
Istilah evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan
padanan yang pasti, tetapi terdapat istilah-istilah tertentu yang
mengarahkan pada makna evaluasi. Berikut ini penjelasan istilah-istilah
tersebut.
a. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, dan menghitung.
Surah Al-Baqarah (2) ayat 284:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Istilah al-Hisab/al-Muhasabi dianggap yang paling dekat
dengan kata evaluasi, berasal dari kata hasaba yang berarti
menghitung. Al-Ghazali memempergunakan kata ini di dalam
menjelaskan tentang evaluasi diri, yaitu suatu upaya mengoreksi dan
menilai diri sendiri setelah melakukan aktivitas.
b. Al-Bala’, memiliki makna cobaan, dan ujian.
Surah Al-Mulk (67) ayat 2:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.
Al-Bala’ berarti ujian yang bisa berupa kebaikan dan
keburukan. Dalam pengertian lain, bala itu bisa berupa anugerah
maupun bencana.
c. Al-Hukm, memiliki makna putusan atau vonis.
Surah An-Naml (27) ayat 78:
Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka
dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.
d. Al-Qadha, memiliki arti putusan.
Surah Thaha (20) ayat 72:
ٍ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا ِإ ْس َما ِعي ُل ب ُْن َج ْعفَ ٍر ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ِدين
َار ع َْن
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن ِم ْن ال َّش َج ِر َش َج َرةً اَل
َ ِ اب ِْن ُع َم َر قَال قَا َل َرسُو ُل هَّللا
يَ ْسقُطُ َو َرقُهَا َوِإنَّهَا َمثَ ُل ْال ُم ْسلِ ِم فَ َح ِّدثُونِي َما ِه َي فَ َوقَ َع النَّاسُ فِي َش َج ِر
ْت ثُ َّم قَالُوا َحد ِّْثنَا َما
ُ ال َع ْب ُد هَّللا ِ َو َوقَ َع فِي نَ ْف ِسي َأنَّهَا النَّ ْخلَةُ فَا ْستَحْ يَي
َ َْالبَ َوا ِدي ق
َ َُول هَّللا ِ ق
ُال ِه َي النَّ ْخلَة َ ِه َي يَا َرس
Menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail
ibn Ja’far, dari Abdullah ibn, dari ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Sesunggguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang
daunnya tidak jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan
seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu?” orang-orang
mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah berkata, “alam
benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.
Akan tetapi aku malu menjawabnya, “orang-orang berkata
“beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah?
Beliau menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari)
Disamping menguji pemahaman sahabat, tentang ajaran agama,
Rasulullah juga di evaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada nabi
Muhammad SAW. Ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majlis.
Malaikat Jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut
pengetahuan beliau tentang iman, Islam, dan ihsan.
D. Prinsip-Prinsip Evaluasi dalam Al-Quran dan Hadits
Dalam pelaksanaan evaluasi pendidikan Islam perlu dipegang beberapa
prinsip, yaitu:
1. Evaluasi Mengacu pada Tujuan
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
ِإ َّن ِم ْن ُح ْس ِن ِإ ْساَل ِم ْال َمرْ ِء تَرْ َكهُ َما اَل يَ ْعنِي ِه
"Sesungguhnya di antara ciri kebaikan keIslaman seseorang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya." (HR. At-Tirmidzi
dari Abu Hurairah)
Setiap aktivitas manusia sudah tentu mempunyai tujuan tertentu,
karena aktivitas yang tidak mempunyai tujuan berarti aktivitas/pekerjaan
yang sia-sia. Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya agar
meninggalkan aktivitas yang sia-sia tersebut.
2. Evaluasi Dilaksanakan secara Objektif
Surah At-Taubah (9) ayat 119:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.
Objektif dalam arti bahwa evaluasi tersebut dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi
oleh unsur-unsur subjektivitas dan evaluator (penilai).
Objektif dalam evaluasi antara lain ditunjukkan dalam siika-sikap
evaluator sebagai berikut:
a. Sikap ash-shidqah
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
ق يَ ْه ِدي ِإلَى ْالبِرِّ َوِإ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى ْال َجنَّ ِة َوِإ َّن ال َّر ُج َل
َ ص ْدِّ ِإ َّن ال
صدِّيقًاِ َق َحتَّى يَ ُكون ُ لَيَصْ ُد
"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang
yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang
yang jujur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah)
Sikap ash-sidqah yakni berlaku benar dan jujur dalam
mengadakan evaluasi. Sebaliknya tidak bersikap dusta dan curang.
b. Sikap amanah
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
اَل يُْؤ ِم ُن َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ َأِل ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه
"Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai
untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri".
(HR. Al-Bukhari dari Anas)
Sikap ramah dan ta’awun yakni sikap kasih sayang terhadap
sesama dan sikap saling tolong-menolong menuju kebaikan.
3. Evaluasi Harus Dilakukan secara Komprehensif
a. Kognitif
Surah Al-Anfal (8) ayat 2:
G. Kesimpulan
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi dalam
pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku
peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari
seluruh aspek kehidupam mental-psikologis dan spiritual-religius karena
manusia hasil pendidikan Islam saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap
religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal
dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.
Evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya ditekankan kepada hasil
yang dicapai tetapi juga prosesnya, baik menyangkut prosedur dan mekanisme
penyelenggaraan, penyelenggara/pendidiknya maupun berbagai faktor terkait
lainnya. Adapun isyarat pelaksanaan evaluasi disebutkan dalam surah Al-
Baqarah (2) ayat 31-32.
Evaluasi pendidikan Islam juga dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat
284, QS. Al-Mulk ayat 2, QS. An-Naml ayat 78, QS. Al-Qadha ayat 72, dan
QS. An-Naml ayat 27, yang memiliki berbagai makna dalam Islam.
DAFTAR REFERENSI