Dalam pendidikan islam, evaluasi akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur
al-qur’an atau hadist. Didalam hadist evaluasi dapat dilakukan dengan cara rasulullah
menguji sahabat tentang suatu masalah. Sebagaimana terdapat dalam riwayat berikut ini:
. هَّللا ِ َرسُو َل َجبَ ٍل ْب ِن ُم َعا ِذ ع َْنK وسلم عليه اللهصلى- ث َأ ْن َأ َرا َد لَ َّما َ ْاليَ َم ِن ِإلَى ُم َعا ًذا يَ ْب َع
َ َضى َك ْيفَ ق
. ال ِ ض ِإ َذا تَ ْق
َ ك َع َر َ َضا ٌء لَ َال »ق َ َضى ق ِ ب َأ ْقِ هَّلل ِ بِ ِكتَا. ال
َ َب فِى ت َِج ْد لَ ْم فَِإ ْن «ق ِ هَّللا ِ ِكتَا
َ َ ق.» ال « وسلم عليه هللا صلى هَّللا ِ َرسُو ِل فَبِ ُسنَّ ِة
ال َ َُول ُسنَّ ِة فِى ت َِج ْد لَ ْم فَِإ ْن ق ِ هَّللا ِ َرس
ب فِى َوالَ وسلم عليه هللا صلى ِ هَّللا ِ ِكتَا. قَا َل.» آلُو َوالَ َرْأيِى َأجْ تَ ِه ُد.ب َ ض َر َ َهَّللا ِ َرسُو ُل ف
ص ْد َرهُ وسلم عليه هللا صلى َ ضى لِ َما هَّللا ِ َرسُو ِل قف َوالَّ ِذى هَّلِل ِ ْال َح ْم ُد « قَا َل َو ِ ْيُر
هَّللا ِ َرسُو َل. والدارمى وأحمد والترمذى داود أبو رواه
Artinya:
“ Mu’az ibn Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Mu’az ke
Yaman, beliau bertanya; bagaimana engkau mengadili perkara, jika dihadapkan
kepadamu perkara keadilan? Mu’az menjawab; saya mengadili perkara itu dengan kitab
Allah (Al-Qur’an), Rasulullah bertanya lagi; maka bagaimana jika kamu tidak
menjumpai dalam Al-Qur’an? Mu’az menjawab maka saya mengadili dengan sunnah
Rasulullah SAW, Rasulullah bertanya lagi; lalu bagaimana jika kamu tidak menemukan
petunjuk dalam sunnah Rasulullah dan kitab Allah? Mu’az menjawab; saya akan
berijtihad sekuat akal pikiran saya. Maka Rasulullah menepuk dadaku sambil bersabda;
segala puji milik Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah terhadap
apa yang Rasul berkenan kepadanya. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Ad-
Damiri).
Hadis diatas menerangkan bahwa untuk mengadili suatu perkara harus merujuk
kepada Al-Qur’an, jika tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maka rujuk kepada sunnah
Rasulullah, jika tidak ditemukan maka baru dibolehkan berjtihad dengan menggunakan
akal yang sehat. Hadis diatas terlihat Rasulullah baru akan menyerahkan tugas kepada
mu’az ketika terlebih dahulu mengetahui bahwa Mu’az memiliki ilmu tentang persoalan
tugas yang akan diembannya. Hal ini juga menggambarkan bahwa dalam memberikan
tugas yang berat seperti halnya dalam mengadili maka haruslah dilihat kompetensi
kognitif ornag yang diberi tugas, sehingga dia benar-benar mengadili dengan ilmunya
bukan dengan kebodohannya serta tingkat keadilan akan lebih baik jika ditangani oleh
orang yang berilmu tersebut.
ب َواَل هَ ٍّم َواَل ح ُْز ٍن َواَل َأ ًذى َواَل َغ ٍّم َحتَّى ال َّشوْ َك ِة ٍ ص َ ب َواَل َو
ٍ ص َ َُصيبُ ْال ُم ْسلِ َم ِم ْن ن ِ َما ي
ُيُ َشا ُكهَا ِإاَّل َكفَّ َر هَّللا ُ بِهَا ِم ْن َخطَايَاه
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan atau penyakit atau kekhawatiran atau
kesedihan atau gangguan bahkan duri yang mekukainya melainkan Allah akan
menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya”.(HR. Bukhari No 5642 danMuslim No
2573).