KID
Pecinta JKT48 dan Rock Electric. Mencoba berbagi namun masih mengharapkan
kritikan untuk kemajuan yang lebih baik
Ridhal Junior
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Senin, 10 Oktober 2016
"ِإَّن الَّلَه َعَّز َو َج َّل َيْبَتِلي َعْبَد ُه: َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم: عن جبير َقاَل
] رواه الطبرانى3[ .ِبالَّس َق ِم َح َّتى ُيَك ِّف َر َعْنُه ُك َّل َذْنِبِه
Sesungguhnya Allah 'AW menguji seorang hamba-Nya dengan suatu penyakit sehingga Ia mengampuni
semua dosanya.
َق اَل « َم ا ُيِص يُب اْلُمْس ِلَم ِم ْن َنَص ٍب َو َال- ص لى اهلل علي ه وس لم- َأِبى ُه َر ْيَر َة َعِن الَّنِبِّى
ِم ِة ٍن
ِإَّال َك َّف َر الَّل ُه ِبَه ا ْن، َو َص ٍب َو َال َه ٍّم َو َال ُح ْز َو َال َأًذى َو َال َغٍّم َح َّتى الَّش ْو َك ُيَش اُك َه ا
] رواه البخارى4[.َخ َطاَياُه
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, setiap musibah yang menimpa seorang muslim yang
berupa penyakit, penyakit kronis, kegalauan pikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri, akan dihapus
Allah kesalahannya.
Semua materi ujian dalam hadis ini berada di wilayah domain afektif, yaitu kesabaran. Bila seorang
muslim mampu menerima ujian tersebut dengan penuh kesabaran, maka Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Ini merupakan hadia dari Allah untuk hamba-Nya yang
lulus.
Dalam hadis ini disebutkan bahwa manusia akan diuji oleh Allah dengan penyakit. Sasarannya
adalah kesabaran yang termasuk wilayah domain afektif. Selain itu, dalam hadis ini disebut ganjaran
yang akan diberikan oleh Allah kepada manusia yang lulus dalam ujian kesabaran menghadapi
penyakit yang dideritanya.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor
dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dan hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan untuk berperiilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
afektifnya. Jika hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif dengan materi tentang
kedisiplinan menurut ajaran Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembicaraan
terdahulu, maka wujud nyata dan hasil belajar psikomotor.[5]
ِج َّلِه َّل َّل ِه َّل ِب
َعْن َأ ي ُه َر ْيَر َة َأَّن َرُس وَل ال َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم َدَخ َل اْلَمْس َد َف َدَخ َل َرُج ٌل
ِج ِه ِب
َفَص َّلى َفَس َّلَم َعَلى الَّن ِّي َص َّلى الَّل ُه َعَلْي َو َس َّلَم َفَر َّد َو َق اَل اْر ْع َفَص ِّل َفِإ َّنَك َلْم
ِه َّل ِب َّل َّل َّل َّل
ُتَص ِّل َفَر َج َع ُيَص ِّلي َك َم ا َص ى ُثَّم َج اَء َفَس َم َعَلى الَّن ِّي َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم
َفَق اَل اْر ِج ْع َفَص ِّل َفِإ َّنَك َلْم ُتَص ِّل َثَالًثا َفَق اَل َو اَّلِذ ي َبَعَثَك ِباْلَح ِّق َم ا ُأْح ِس ُن َغْيَر ُه
َفَعِّلْم ِني َفَق اَل ِإَذا ُقْم َت ِإَلى الَّص اَل ِة َفَكِّبْر ُثَّم اْقَر ْأ َم ا َتَيَّس َر َمَع َك ِم ْن اْلُق ْر آِن ُثَّم
اْر َك ْع َح َّتى َتْطَم ِئَّن َر اِكًع ا ُثَّم اْر َف ْع َح َّتى َتْع ِد َل َقاِئًم ا ُثَّم اْس ُج ْد َح َّتى َتْطَم ِئَّن
رواه.]6[َس اِج ًد ا ُثَّم اْر َف ْع َح َّتى َتْطَم ِئَّن َج اِلًس ا َو اْفَع ْل َذِل َك ِفي َص لَالِتَك ُك ِّلَه ا
البخارى
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. pernah masuk Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk pula
dan salat. Kemudian, ia datang kepada Nabi lalu mengucapkan salam. Kemudian Nabi berkata: “Ulangi
salatmu lagi karena sesungguhnya kamu belum salat”. Laki-laki itu mengulangi salatnya seperti salatnya
tadi. Kemudian, ia datang dan mengucapkan salam kepada Nabi. Nabi berkata lagi: "Ulangi salatmu
karena kamu belum salat". Maka laki-laki itu kembali salat seperti salatnya tadi. Setelah itu, ia kembali
dan mengucapkan salam kepada Nabi. Kemudian, Nabi berkata lagi: “Ulangi salatmu karena
sesungguhnya kamu belum salat”. Begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata: Demi Zat
yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik lagi daripada itu.
Oleh karena itu, ajarilah aku! Maka Nabi bersabda: “Apabila kamu berdiri untuk salat, maka takbirlah,
lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga tumu’ninah, kemudian bangkitlah
sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tumu’ninah dalam keadaan sujud,
kemudian bangkitlah sehingga tumu’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga
tumu’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam semua salatmu”. (HR
Bukhari, Muslim dan Ahmad, tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud kedua).
Dalam hadis ini, Rasulullah saw. menguji sahabat dalam mendirikan salat. Ini berada di
wilayah psikomotor. Teknik yang digunakan observasi (nontes). Rasulullah SAW. mengamati
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh sahabat dalam salatnya. Setelah melihat kekeliruan sahabat,
beliau langsung menyuruhnya untuk mengulangi lagi. Jadi, ada perbaikan segera setelah terjadinya
kesalahan.
Dari hadis di atas juga dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah SAW. dalam bentuk yang
sederhana telah menggunakan observasi sebagai teknik tes kemampuan ranah psikomotor, kendatipun
belum menggunakan perencanaan tertulis dan pencatatan lapangan. Pada zaman modern ini, observasi
digunakan sebagai instrumen pengukuran kemampuan kerja seseorang dan dilengkapi dengan catatan-
catatan yang diperlukan.
Menurut Anas Sudijono, secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (= data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.[7] Observasi dapat mengukur atau menilai hasil
dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama
menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik pada jam-jam istirahat atau
pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, perilaku peserta didik pada saat shalat jama’ah
di musholla sekolah, ceramah-ceramah keagamaan, upacara bendera, ibadah shalat tarawih
dan sebagainya.
D. Kualitas Ujian sesuai dengan Tingkat Keberagamaan
ِب َّل ِه ٍد
ُقْلُت َي ا َرُس وَل ال َأُّى الَّناِس َأَش ُّد َبَالًء َق اَل « اَألْن َي اُء ُثَّم اَألْم َث ُل: َس ْع َعْن َق اَل
َفاَألْم َثُل َفُيْبَتَلى الَّر ُج ُل َعَلى َح َس ِب ِد يِنِه َف ِإ ْن َك اَن ِد يُنُه ُص ْلًبا اْش َتَّد َبَالُؤ ُه َو ِإْن َك اَن
ِفى ِد يِن ِه ِر َّق ٌة اْبُتِلَى َعَلى َح َس ِب ِد يِن ِه َفَم ا َيْبَر ُح اْلَبَالُء ِباْلَعْب ِد َح َّتى َيْتُر َك ُه َيْم ِش ى
رواه الترمذى.َعَلى اَألْر ِض َم ا َعَلْيِه َخ ِط يَئٌة
Sa'ad meriwayatkan, 'Saya bertanya kepada Rasulullah, Siapa manusia yang mendapat ujian yang paling
kuat? Rasulullah saw. menjawab: 'Nabi-nabi kemudian yang pali utama dan seterusnya. Seseorang diuji
sesuai dengan tingkat agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujian untuknya kuat pula. Sebaliknya bila
agamanya lemah, maka ujiannya akan lemah pula. Ujian itu seantiasa diberikan kepada manusia sampai
ia tidak berbuat kesalahan lagi.
Dalam Tuhfat al-Ahwazi[8] dijelaskan Manusia yang paling banyak dan sulit ujian dan
cobaannya adalah para Nabi. Mereka banyak diuji karena mereka senang dengan ujian itu
sebagaimana orang lain senang dengan nikmat. Bila tidak diuji, mereka meragukan kecintaan Tuhan
dan kesabarannya lemah dalam menghadapi umat. Semakin kuat ujiannya semakin tawaduk dan
berharap ia kepada Allah.
Al-Amstal adalah orang paling utama, paling tinggi kedudukan dan posisinya. Yaitu orang
yang paling dekat kepada Allah. Mereka diberi ujian yang berat supaya pahalanya banyak.
Seseorang diuji sesuai dengan tingkat (ukuran) agamanya. Artinya sesuai dengan kelemahan,
kekuatan, kekurangan dan kesempurnaan agamanya. Jika ia kuat dalam beragama, maka ujiannya
kuat pula. Sebaliknya bila agamanya lemah, maka ujiannya akan lemah pula. Ujian itu seantiasa
diberikan kepada manusia sampai ia tidak berbuat kesalahan lagi.
Menurut M. Arifin, dalam sunnah Nabi Saw. sistem evaluasi yang bersifat makro adalah untuk
mengetahul kemajuan belajar manusia termasuk Nabi Saw. sendiri, sebagaimana kisah kedatangan
malaikat Jibril menguji Nabi Saw. dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan
beliau tentang rukun Islam, dan setiap jawaban Nabi Saw. selalu dibenarkan oleh Jibril. Peristiwa
lainnya adalah sering kali Jibril datang kepada Nabi Saw. untuk menguji sejauh mana hafalan Nabi
Saw. terhadap ayat-ayat Alquran tetap konsisten dan valid dalam ingatan beliau.
Nabi Saw. sendiri dalam melaksanakan kegiatan dakwah dan pengajaran juga sering sekali
mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar para sahabatnya dengan sistem pertanyaan atau tanya
jawab serta musyawarah. Tujuan dan pengevaluasian ini adalah untuk mengetahui mana di antara
para sahabat beliau yang cerdas, yang patuh, dan yang saleh atau mana yang kreatif dan aktif-
responsif kepada pemecahan problem- problem yang dihadapi bersama Nabi Saw. pada suatu keadaan
mendesak.[9]
Ridhal Junior
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
► 2017 (1)
▼ 2016 (25)
o ► Desember (4)
o ► November (5)
o ▼ Oktober (16)
INSEMINASI, CLONING, BANK SPERMA DAN RAHIM SEWAAN ...
Lirik One Direction - History dan Terjemahan - Nya...
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Do’a dan Dzikir Setelah Sholat Fardhu
Cara Upgrade Android (Perbaharui OS Android) Langs...
RPP Kurikulum 2013, edisi revisi
Parabek, Adat Manjapuik Marapulai,. Cross-Cultural...
How To Improve Listening Skills
Contoh RPP Kurikulum 2013 - Muhammad Ridha Waliden
peserta didik
apa itu pendidik ?
MEDIA PENDIDIKAN ISLAM
kewajiban belajar
Evaluasi Pendidikan Islam
Scanning and Skimming - Writing Proposal
Superstition
Read All
Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.