Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Untuk mempermudah penyusunan skripsi maka peneliti akan

mendeskripsikan beberapa penelitian yang relevan dengan judul skripsi ini,

yaitu:

1. Jurnal, Samhi Muawan Djamal, “Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam

dalam Kehidupan Masyarakat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang

Kabupaten Bulukumba”. Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa

penerapan nilai-nilai ajaran agama Islam pada masyarakat Desa

Garuntungan pada dasarnya berjalan, walaupun sebatas pada ritual-ritual

atau tradisi keagamaan (maulid, isra mi’raj, tahlilan dan lai sebagainya).

sementara nilai-nilai pokok ajran Islam (shalat, puasa dan lain sebagainya)

tidak terimplementasi dengan baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat.15

2. Skripsi, Agung Setyoko, (NIM: 1199069) “Penanaman nilai-nilai religius

pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu (TK IT) Az-Zahra Sragen (Tinjauan Bimbingan dan Konsling

Islam). Hasil penelitian ini membuktikan, bahwa penanaman nilai-nilai

religius pada anak-anak pra-sekolah, dalam konteks bimbingan dan

15
Jurnal, Samhi Muawan Djamal, Penerapaan Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan
Masyarakat Di Des Garuntungan Kec Kindang Kab Bulukumba. Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar. Tahun 2017

12
konseling Islam, ternyata TK IT Az-Zahra telah berhasil menanamkan

nilai-nilai religius pada anak seperti nilai aqidah, nilai syari’ah dan nilai

akhlak yang secara efektif. Pengamalan nilai-nilai religius anak meliputi:

perilaku setiap hari seperti shalat, puasa, berdoa, mengaji, adab

kesopanan, kejujuran dan lain sebagainya.16

3. Skripsi, Intan Tajjamil Fatma Ali (NIM: 123111202). “Penerapan Nili-

Nilai Pendidikan Islam Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pandu HW

(Hizbul Wathan) Di SMP Muhammadiyah 10 Andong PK (Program

Khusus) Boyolali Tahun Ajaran 2016/2017.” Hasil penelitian ini

menunjukan tentang penerapan nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler pada HW (Hizbul Wahtan),

yaitu (a) Nilai I’tiqodiyah (Aqidah) meliputi pembacaan ayat suci Al-

Qur’an dan hafalan ayat suci Al-Qur’an, (b) Nilai Amaliyah (Ibadah)

meliputi wudhu, sholat berjama’ah, thaharah, mandi jenabat dan tayamum,

(c) Nilai Khulukiyah (Akhlak) meliputi kedisiplinan, bersopan santun.

Dalam penerapan tersebut berhasil adanya dukungan dari pihak sekolah,

di bawah persyarikatan Muhammadiyah, sarana dan prasarana, kegiatan

yang tersistem dan terjadwal, Pembina yang berkompeten dan dukungan

dari orang tua.17

16
Agung setyoko, “Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TK IT) Az-Zahrah SragenTinjauan Bimbingan dan Konseling
Islam). Skripsi (Searang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004).
17
Intan Tajjamil Fatma Ali, Nili-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pada HW (Hizbul Wathan) Di SMP Muhammadiyah 10 Andong PK (Program Khusus) Boyolali
Tahun Ajaran 2016/2017. (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Tahun 2017)

13
4. Skripsi, Muhammad Mansur (NIM: 09410098) “Upaya Peningkatan

Religiusitas Santri Melalui Seni Islami (Study Analisis Lembaga Seni

Pesantren “eL-SiP” Wasilatus Sa’adah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta)”.

Hasil penelitian ini mebuktikan bahwa upaya peningkatan religiusitas

santri melalui seni Islami seperti halnya kaligrafi, sholawat dan qiro’ah. Pada

penelitian ini berhasil membuktikan bahwa melalui seni Islami yang

dikembangkan dalam pondok pesantren tersebut berhasil meningkatkan

ketaantan beribadah (religiusitas) seorang santri.18

Dari empat penelitian di atas secara umum terdapat kesamaan

dengan penelitin yang akan dilakukan oleh penulis, sama-sama meneliti

nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam kehidupan. Sedangkan

perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti.

B. Nilai-Nilai Ajaran Islam Dan Ruang Lingkupnya

Ada tiga hal yang diuraikan pada bagian ini, yaitu:

1. Pengertian Nilai-Nilai Ajaran Isalam

Pengertian nillai-nilai ajaran Islam ini akan diuraikan dalam tiga

hal yaitu:

a. Pengertian nilai-nilai

Ada dua pendapat dalam memberikan pengertian nilai yaitu:

18
Muhammad Mansur, Upaya Peningkatan Religiusitas Santri Melalui Seni Islami (Study
AnalisisLembaga Seni Pesantren “Le-SiP” Wasilatus Sa’adah PP. Wahid Hasim Yogyakarta),
(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, 2013).

14
1). M. Chabib Thoha, nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang

berbeda pada ruang lingkup sitem kepercayaan, dimana seseorang

harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai layak

atau didak layak untuk dikerjakan. 19

2). Zakiah Darajat mengemukakan beberapa macam pengertian nilai,

yaitu:

a) Nilai merupakan suatu perangkat kepercayaan ataupun

perasaan yang diyakni sebagai suatu identitas yang

memberikan pandangan khusus pada polah pikiran, perasaan

maupun perilaku.

b) Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah

laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya

dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi

bagian-bagiannya.

c) Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

d) Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak mampu di

definisikan, tapi hanya dapat dipahami dan dipahami secara

langsung.

e) Nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, bukan benda kongkrit,

bukan fakta, bukan hanya persoalan benar dan salah yang

menuntut pembuktian empirik, melainkan persoalan

19
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996),
cet.1, hlm. 60.

15
penghayatan yang dikehendaki, disenangi ataupun tidak

disenangi. 20

Berdasarkan beberapa pengertian nilai dari dua pendapat di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan esensi yang

melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.

Dapat juga diartikan sebagai suatu tipe kepercayaan yang menjadi

dasar bagi seseorang maupun sekelompok masyarakat, dijadikan

pijakan dalam tindakannya, dan sudah melekat pada suatu sistem

kepercayaan yang berhubungan dengan manusia yang meyakininnya.

b. Pengertian Ajaran Islam

Ajaran Islam adalah merupakan ajaran Allah yang dibawa oleh

para Nabi dan Rasul-Nya sejak Nabi Adam hingga risalah Nabi

Muhammad Saw.21

Menurut Al-Quran semua ajaran yang diturunkan kepada para

Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad pun pada hakikatnya adalah

ajaran Islam atau beragama Islam dan pemeluknya disebut Muslim.

Dapat kiat lihat beberapa ayat Al-Quran, diantaranya:

1) QS al-Baqarah ayat: 131-133

ُ
‫ْت‬ ‫َسْل‬
‫َم‬ ‫َال‬
‫َ أ‬ ‫ْ ق‬
‫ِم‬‫َسْل‬
‫ُ أ‬
‫به‬َُّ
‫ُ ر‬‫َ َله‬ ‫ْ ق‬
‫َال‬ ‫ِذ‬‫إ‬
١٣١- َ ‫ِين‬ َ َ
‫الم‬ ْ ِ‫َب‬
‫الع‬ ‫لر‬ِ

20
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 260
21
Muhammad Yusuf Musa, Pengantat Studi Fikih Islam, (Pustaka Al Kausar, 1988), hlm. 14

16
Artinya “(Ingatlah) ketika Tuhan Berfirman kepadanya (Ibrahim),
Bersersh dirilah!” Dia menjawab Aku berserah diri kepadanya
Tuhan seluruh alam.”

ِ
‫ِيه‬ ‫بن‬َ ُ ‫َاه‬
‫ِيم‬ ‫بر‬ِْ‫َا إ‬‫ِه‬ ‫َص‬
‫َّى ب‬ ‫َو‬‫و‬
‫َف‬
‫َى‬ ‫َّ اّللَ اص‬
‫ْط‬ ‫ِن‬
‫ِيَّ إ‬
‫بن‬َ ‫يا‬َ ُ‫ُوب‬
‫ْق‬‫يع‬ََ‫و‬
‫ُم‬ َ
‫َأنت‬ ‫َالَّ و‬
‫َّ إ‬
‫تن‬ُ‫ُو‬
‫تم‬َ َ‫َال‬
‫َ ف‬
‫ِين‬‫ُ الد‬ ‫ُم‬‫َلك‬
١٣٢- َ ‫ُون‬
‫ِم‬‫مسْل‬ُّ
Artinya “Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-
anaknya, demikian pula Ya’qub. Wahai anak-anaku sesungguhnya
Allah telah memelihara agama ini untukmu, maka janganlah kamu
mati kecuali dalam keadaan muslim.”

‫ُوب‬
َ ‫ْق‬ َ َ
‫يع‬ ‫َر‬ ‫ْ ح‬
‫َض‬ ‫ِذ‬‫داء إ‬ ‫ْ شُه‬
ََ ‫ُم‬‫ُنت‬‫ْ ك‬ ‫َم‬
‫أ‬
َ ُُ
‫دون‬ ‫ْب‬‫تع‬َ ‫ما‬َ ِ‫ِيه‬‫َن‬ ِ َ
‫لب‬ ‫َال‬‫ْ ق‬ ‫ُ إ‬
‫ِذ‬ ‫َو‬
‫ْت‬ ْ
‫الم‬
َ‫َك‬‫َِلـه‬
‫د إ‬ُُ‫ْب‬
‫نع‬َ ْ ُ َ
‫الوا‬ ‫ِي ق‬‫ْد‬
‫بع‬َ ‫ِن‬ ‫م‬
َ ‫َاع‬
‫ِيل‬ ‫َإ‬
‫ِسْم‬ ‫َ و‬‫ِيم‬‫َاه‬ ِْ
‫بر‬ ‫ِكَ إ‬
‫بائ‬َ‫َ آ‬‫َِلـه‬ ‫َإ‬
‫و‬
‫ُ َله‬
ُ ‫ْن‬
‫نح‬ ‫ً و‬
ََ ‫َاحِدا‬‫ً و‬‫َِلـها‬‫َ إ‬‫َاق‬‫ِسْح‬‫َإ‬
‫و‬
َ
‫ُون‬‫ِم‬‫مسْل‬
ُ
١٣٣-
Artinya “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput
Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “apa yang kamu
sembah sepeninggalanku?” Mereka mewnjawab” kami akan
menyembah Tuhan-mu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim,
Isma’il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami (hanya)
berserah diri kepada-Nya.”22

2) QS Yunus Ayat: 84

‫ُم ب‬
ِ‫ِاّلل‬ َ‫ْ آ‬
‫منت‬ ‫ُم‬‫ُنت‬‫ِن ك‬ ‫ْم‬
‫ِ إ‬ ‫َو‬
‫يا ق‬َ ‫موسَى‬ ‫َال‬
ُ َ ‫َق‬‫و‬
٨٤- َ ‫ِم‬
‫ِين‬ ‫مسْل‬ ‫ُنت‬
ُّ ‫ُم‬ ‫ِن ك‬‫ْ إ‬
‫ُوا‬‫َّل‬
‫َك‬ َ ِ
‫تو‬ ‫َي‬
‫ْه‬ ‫َع‬
‫َل‬ ‫ف‬

22
QS al-Baqarah [2]: 131-133

17
Artinya ”Dan Musa berkata, “wahai kamuku! apabila kamu
beriman kepada Allah, maka bertakwalah kepada-Nya, jika kamu
benar-benar orang muslim (berserah diri).”23

3) QS Ali Imran Ayat: 52

‫ْر‬
َ ‫ُف‬‫الك‬ْ ُ ‫ُم‬‫ْه‬ ‫ِيسَى م‬
‫ِن‬ ‫َسَّ ع‬‫َح‬ ‫َم‬
‫َّا أ‬ ‫َل‬
‫ف‬
‫َال‬
َ ‫َِلى اّللِ ق‬‫ِي إ‬ ‫َار‬ َ
‫ْ أنص‬ ‫من‬ ‫َال‬
َ َ ‫ق‬
ِ‫ُ اّلل‬‫َار‬‫َنص‬‫ُ أ‬‫ْن‬ َ َ
‫نح‬ ‫يون‬ ‫َار‬
ُِّ ‫َو‬ ْ
‫الح‬
َ
‫ُون‬
‫ِم‬‫مسْل‬ ُ ‫نا‬ََّ
‫ِأ‬‫د ب‬ ‫َاشْه‬
َْ ‫ِاّللِ و‬‫َّا ب‬
‫من‬َ‫آ‬
٥٢-
Artinya “Maka ketika Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani
Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku
untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyun (sahabat
setia) menjawab: “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami
beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang muslim (berserah diri).24

Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa ajaran yang dibawa

oleh Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammd pun merupakan ajaran

Islam. Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan-Nya yang terakhir dan

berlaku bagi selauruh umat manusia, dimanapun dan kapanpun, yang

ajarannya meliputi seluruah aspek manusia. 25 Dapat kita lihat dalam

(QS Al-Anbiya: 107)

ً
‫َة‬ ‫َح‬
‫ْم‬ َِّ
‫ال ر‬ ‫َاك‬
‫َ إ‬ ‫لن‬ ‫َر‬
َْ‫ْس‬ ََ
‫ما أ‬ ‫و‬

١٠٧- َ
‫ِين‬ َ َ
‫الم‬ ْ‫ل‬
‫ِلع‬

23
QS Yunus [10]: 84
24
QS Ali Imran [3]: 52
25
Abdullah ,M. Yatimin. Studi Islam Komtemporer. (AMZAH. Jakarta 2006) , hlm. 7

18
Artinya “Dan Kami tidak menguts engakau (Muhammad) melainkan

untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”26

c. Pengertian Nilai ajaran Islam

Nilai ajaran Islam, merupakan suatu niali ajaran yang dianggap

berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan

sehari-hari. 27 Nilai ajaran Islam merupakan suatu konsep nilai-nilai

ajaran Allah yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah28

Jadi nilai ajaran Islam merupakan suatu nilai-nilai ajaran Allah

yang bersuber pada al-Qur’an dan sunnah, yang dijadikan pedoman

dalam hidup manusia.

2. Manfaat Niali-Nilai Ajaran Isalam Dalam Kehidupan

Nilai-nilai ajaran Islam sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan

sosial, bahkan tanpa nilai ajaran Islam manusia akan turun hingga

ketingkat hewan yang sangat rendah, sebagaimana yang dijelasakan dalam

Al-Qur’an surah al-A’raf ayat: 179

َ ‫ً م‬
‫ِن‬ ‫ِيرا‬ ‫َث‬‫َ ك‬‫َّم‬
‫َن‬ ‫َه‬
‫لج‬ِ ‫نا‬َْ
‫َأ‬‫َر‬
‫د ذ‬ َْ
‫ََلق‬
‫و‬
َ ‫َه‬
‫ُون‬ ‫ْق‬
‫يف‬ ‫ُوب‬
َ َّ‫ٌ ال‬ ‫ُل‬
‫ْ ق‬ ‫ِنسِ َله‬
‫ُم‬ ‫َاإل‬ ْ
‫الجِنِ و‬
َ
‫ُون‬ ‫ْص‬
‫ِر‬ ‫يب‬ُ َّ‫ٌ ال‬
‫ُن‬ ‫َع‬
‫ْي‬ ‫ْ أ‬
‫ُم‬‫ََله‬
‫َا و‬ ‫ِه‬
‫ب‬
‫َا‬
‫ِه‬‫َ ب‬‫ُون‬ ‫َع‬ َ َّ‫ٌ ال‬
‫يسْم‬ ‫َان‬‫ْ آذ‬ ‫ََله‬
‫ُم‬ ‫َاو‬‫ِه‬
‫ب‬

26
QS Al-Anbiya [21]: 107
27
Jalaludin rahmat dan ali ahmad zein, kamus ilmu jiwa dan pendidikan Isalm (Surabaya:
Putra al-Ma’rif, 1994)
28
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode pendidikan Islam (Bandung:
Diponegoro, 1989), hlm. 27

19
ُّ
‫َل‬ ‫َض‬
‫ْ أ‬
‫ُم‬‫ْ ه‬
‫بل‬َ ِ‫َام‬
‫نع‬َْ‫َاأل‬
‫ك‬ َ‫ِك‬ ‫ُو‬
‫َْلـئ‬ ‫أ‬
١٧٩- َ‫ُون‬ ‫َاف‬
‫ِل‬ ْ ُ
‫الغ‬ ‫ُم‬
‫ه‬ َ‫ِك‬ ‫ُو‬
‫َْلـئ‬ ‫أ‬
Artinya “Dan sungguh, akan Kami isi neraka jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki
mata (tapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tsnda kebesaran
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk
mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”29

Dari ayat di atas dapat di pahami bahwa jika manusia

menggunakan bakat dan potensi pemberian Tuhan, maka ia tiadak akan

terjebak dalam kelalaian. Ayat ini menegaskan pula tentang lumpuhnya

daya-daya potensial hati, mata dan telinga. Dalam kinerja sistem yang ada

pada diri manusia, sehingga dapat menjadikan ia labil dan kehilangan

control dalam tindakan sikap selaku mahluk utama. 30

Nilai-nilai ajaran Islam mengandung unsur kuratif terhadap

penyakit sosial, antara lain:

a. Pemeliharaan kesucian hati nurani.

Aqidah dapat menolong hati nurani manusia, memberinya makna

dengan cahaya terang, sehingga tetap kuat terhadap ujian, mempunyai

pandangan yang jernih dan terang. Hal ini disebabkan oleh orang yang

beriman dengan meyakini Allah senantiasa didekatnya kapan dan

29
QS Al-A’raf [4]: 179
30
Deden, Makbuloh, Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi), (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 78

20
dianapun ia berada, baik diwaktu berjalan ataupu enetap, Allah

senantiasa mengawasinya tidak ada yang tersembunyi bagi Allah

walau sekecil apapun.31

b. Dapat menimbulkan perasaan aman.

Sebagai seorang beriman tidak menyesali dan menangisi masa yang

telah dilalui dan tidak mengahadapi masa yang sedang dilaluinya

dengan keluh kesah, demikianpula ia tidak menanti masa yang akan

datang dengan kecemasan dan ketakutan. Ia menghadapi hidupnya

dengan perasaan aman, sebagai orang yang mendiami surga. Itulah

pengaruh aqidah, karena aqidah menimbulkan perasaan aman.

c. Dapat menimbulkan pengharapan.

Pengharapan dapat enjadi suatu kekuatan yang mendorong dan

membukakan hati manusia agar bekerja. Harapan mampu

membangkitkan perjuangan, menjalankan kewajiban, menjauhkan rasa

malas dan menimbulkan kesungguhan dengan mengharapkan keridhan

Allah, orang briman akan melawan hawanafsunya serta mentaati apa

yang diperintahkan Allah padanya. Demikian pengaruh harapan dalam

hidupan ini. 32

d. Sebagai tempat berpijak.

Kokohnya suatu bangunan tergantung pada fondasinya, bila bangunan

itu memiliki fondasi yang kuat maka akan berdiri dengan kokoh,

31
Yusuf al-Qardhawi, Iman dan Kehidupan, (PT. Bulan Bintang, 1993), hlm. 133
32
Yusuf al-Qardhawi, Iman dan Kehidupan, (PT. Bulan Bintang, 1993), hlm. 80-83

21
sebaliknya bila fondasinya tidak kuat, maka dengan mudah bagunan

akan roboh. Oleh sebab itu nilai-nilai Islam menjadi arah dan

pedoaman dalam menjalankan suatu kehidupan.

e. Membebaskan manusia dari kesirikan

Orang yang memiliki aqidah atau nilai-nilai Islam yang benar tidak

akan pernah menghambakan dirinya terhadap sesama makhluk walau

dalam situasi apapun, karena makhluk ciptaan Allah merupakan

hamba Allah semata.33

Dari nilai-nilai dapat kita ketahui bahwa nilai-nilai Islam yang

menekankan keseimbangan dan keselarasan hidup duniawi ukhrawi

menjadi landasan ideal yang hendak dikembangka atau dibudayakan

dalam pribadi muslim melalui pendidikan sebagai alat pembudayaan.

3. Ruang Lingkup Ajaran Islam

Ada dua pendapat yang mengelompokan ruang lingkup ajaran Islam,

yaitu: (a) pendapat Abdul Majid dan Jusuf Muzakir yang dikutip oleh

Maulida Rahmawati, bahwa ajaran Islam meliputi (qidah, syariah dan

akhlak).34 (b) pendapat Abdul Majid beserta timnya mengemukakan ajaran

Islam, meliputi (Tuhan, manusia dan alam). 35 Untuk penulisan dalam

skripsi ini, peneliti menggunakan pendapat Abdul Majid dan Jusuf

Muzakir. Untuk lebih lanjutnya akan diuraikan sebagaiberikut:

33
Yusuf al-Qardhawi, Tauhidullah dan Fenoena Kemusrikan, (terj. Abdul Rahim Haris,
Jakarta: Pustaka Progresif, 1992), hlm. 119
34
Maulida Rahmawati, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga, (IAIN
Surakarta, 2013), hlm. 17
35
Abdul Majid, et al., Al-Islam, (Pusat Dokumentasi dan Publikasi UMM). Jilid I, hlm. 109

22
a. Aqidah

1) Pengertian aqidah

Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati

membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya,

dan yang menjadi kepercayaan atau keyakinan yang bersih dari

bimbang dan keragu-raguan.36

Aqidah merupakan suatu kebenaran yang dapat diterima

secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Kebenaran itu dipatriokan oleh manusia di dalam hati serta

diyakini kesahihannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang

bertentangan dengan kebenaran itu.37

Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aqidah

adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang diyakini oleh

manusia dan di patriokan dalam hatinya.

2) Ruang Lingkup Aqidah

Ruang lingkup aqidah meliputi:

a) Ilahiyat, yaitu pebahasan yang berkaitan dengan Ilah (Tuhan

atau Allah) seperti wujudNya, nama-namaNya serta sifat-

sifatNya.

36
Suyatno Prodjodikoro, Aqidah Islamiyyah dan Perkembangannya, (Yogyakarta:
Sumbangsih Offset, 1991), hlm. 29
37
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam: 1992),
hlm. 2

23
b) Nubuwat, yaitu membahas yang bekenana Nabi dan Rasul,

termasuk membahas tentang kitap-kitap Allah, mu’jizat,

karomat dan lain sebagainya.

c) Ruhaniyat, yaitu membahas yang berkaitan dengan alam

metafisik seperti Roh, Malaika, Iblis, Setan dan lain

sebagainya.

d) Sam’iyyat, yaitu membahas yang berkaitang dengan tanda-

tanda kimat, alam barzakh, azab kubur, akhirat, surga dan

neraka. Hal ini bias diketahui lewat sam’i (dalil nakli berupa

Al-Qur’an dan Sunnah).

Di samping ruang lingkup aqidah diatas, pebahasan aqidah

bias juga mengikuti sistematika arkanul iman yaitu:

a) Iman kepada Allah,

b) Iman kepada para malaikat-malaikat Allah

c) Iman kepada kitab-kitab Allah

d) Iman kepada Nabi dan Rasul

e) Iman kepada hari akhir

f) Iman kepada Qadha dan Qadar.38

b. Syari’ah

1) Pengertian Syari’ah

38
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam: 1992),
hlm. 6

24
Syari’ah merupakan segala yang ditetapkan oleh Allah

untuk para hamba-Nya, baik mengenai akidah, akhlak, muamalat,

maupun tatanan kehidupan lainnya, dengan segala cabangnya yang

bermacam-macam, guna merealisasikan kebahagiaan mereka baik

di dunia, maupun di akhirat.39

Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau dimestikan

oleh agama atau lainnya itu bagi seseorang untuk dilaksanakan,

berupa peraturan-peratuarn dan hukum-hukum sebagai manifestasi

atau konsekwensi dari aqidah tersebut.40

Dari pengertian diatas dapat disipulkan bahwa, syariah

adalah berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum Allah, guna

merealisasikan kebahagiaan mereka baik didunia aupun di akhirat.

2) Ruang Lingkup Syari’ah

Ruang lingnkup syatriah meliputi:

a) Ibadah, merupakan suatu peraturan yang mengatur hubungan

vertikal (hubungan dengan Allah), seperti: syahadat, sahalat,

puasa, zakat, haji bagi yang mampu. Bersuci (wudhu,

tayamum, mandi), qurban, shodaqoh dan lain-lain.

b) Muamalah, merupakan suatu peraturan yang mengatur

kehidupan seseorang dengan yang lain dalamhal tukar menukar

39
Manna Khalil al-Qaththan, al-Tashri>wa al-fiqh>fi al-Islam: Tarikhan wa Manhajan (t.t.:
Maktabah Wahbah, 1976), hlm.10
40
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah & Syari’ah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 16

25
harta, seperti sipan pinjam, sewa mwnyewa, perdagangan,

wasiat, warisan, nafkah dan lain-lain.

c) Munakahat, merupakan peraturan hubungan keluarga, seperti

maskawain, meminang, menikah, merawat anak, perceraian

dan lain sebaginya.

d) Jinayat, merupakan peraturan yang berhubungan masalah

pidana, seperti pebunuhan, perjianaan, narkoba, murtad,

khianat dalam berjuang, kifarat, diyat, qishash dan sebagainya.

e) Siyasah, merupakan masalah politik yang pada dasarnya adalah

amar ma’ruf nahi munkar. Seperti kepemiminan (dzi’amah),

toleransi (tasamuh), keadilan (‘adala), tolong menolong

(ta’awun), persaudaraan (ukhuwah) dan lain sebagainya. 41

c. Akhlak

1) Pengertian akhlak

Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang

yang menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah dan gampang,

dengan tidak membutuhkan pemikran maupun pertimbangan. Bila

sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat,

maka ditakan akhlak yang baik, bila sifat itu melahirkan tidak baik

maka akan dikatakan akhlak buruk.42

41
Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 550
42
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006), hlm. 2

26
Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah

yang memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang

senantiasa mempengaruhi untuk bertingkahlaku tanpa pemikiran

dan pertimbangan.43

Pendapat lain dari Dzakiah Drazat menjelaskan akhlak

sedikit agak luas, yaitu akhlak merupakan kelakuan yang muncul

dari hasil perpaduan antara pikiran, nurani dan kebiasaan yang

menyatu, sehingga membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak

yang dihayati dalam kenyatan hidup sehari-hari. 44

Dari beberapa pengertian akhlak di atas, dapat dipahami

bahwa akhlak merupakan tabiat atau sifat seseorang, yakini

keadaan jiwa yang terlatih, sehingga jiwa tersebut benar-benar

sudah melekat sifat yang membentuk suatu perbuatan dengan

mudah dan sepontan tanpa memikirkan dan di angen-angenkan

sebelumnya.

2) Ruang lingkup akhlak

Ruang lingkup akhlak di sini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Akhlak kepada Allah SWT.

43
Aminuddin, et al, Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Graha Ilmu,2006), hlm. 94
44
Dzakiah Daradzat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : CV. Ruhama,
1993), hlm. 10

27
Akhlak kepada Allah dengan taat dan tawadhu’ kepada-Nya,

karena Alla SWT. Menciptakan manusia untuk berakhlak

dengan cara menyembah kepada-Nya, sebagaimana dijelaskan

dalam QS. Adz-Dzariyat: 56

َِّ
‫ال‬ ْ َ
‫ِنسَ إ‬
‫اإل‬ ‫َّ و‬ ْ ُ
‫الجِن‬ ‫َق‬
‫ْت‬ ‫َل‬ ََ
‫ما خ‬ ‫و‬

ُُ
٥٦- ِ‫دون‬ ‫َع‬
‫ْب‬ ِ
‫لي‬
Artinya: “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku”.45

b) Akhlak kepada manusia.

Dapat dirinci sebagai berikut, yaitu :

(1) Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah

secara tulus dengan mengikuti sunah-sunnahnya.

(2) Akhlak kepada kedua orang tua, yaitu berbuat baik kepada

keduanya dengan menyayangi dan mencintai mereka

sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata

sopan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan

beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak

mampu lagi berusaha.

(3) Akhlak kepada diri sendiri, seperti Sabar, saat

menjalankan perintah, selalu menjauhi larangan-larangan

45
QS Adz-Dzariyat [51]: 56

28
dan menerima dengan lapang dada ketika diberi ujian dari

Allah. Syukur, sikap berterima kasih segala nikmat yang

diberikan Allah yang tidak biasa terhitung jumlahnya.

Tawadhu, dengan rendah hati dan tidak meremehkan

orang lain yang dihadapinya.

(4) Akhlak terhadap keluarga, saling menanamkan rasa cinta

dan kasih sayang terhadap keluarga, saling menunaikan

kewajiban untuk endapatkan hak, berbakti kepada orangtu,

merawat anak-anak dengan penuh kasih sayang, serta

memelihara hubungan silaturahim yang dibina orang tua

yang telah meninggal dunia.

(5) Akhlak pada tetangga, saling membantu baik di waktu

senang aupun di waktu susah, saling mengunjungi, saling

menghormati serta menghindari pertengkaran dan

permusuhan.

(6) Akhlak pada masyarakat, menghormati norma-noema

yang berlaku di masyarakat, memuliakan tamu, saling

mendukung dalam melakukan kebajikan dan takwa,

mengajak masyaraakat termasuk diri sendiri untuk berbuat

baik.

c) Akhlak pada alam (lingkungan)

29
Akhlak pada lingkungan, sadar dan menjaga kelestarian

lingkungan, menjaga dan memanfaatkan alam termasuk hewan

dan nabati untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya,

sayang terhadap sesama makhluk sera memanfaatkan potensi

alam sebaik mungkin demi kemasalahatan manusi seta alam

sekitarnya. 46

C. Proses Implementasi Nilai-Nilai Ajaran Islam

Implementasi nilai-nilai ajaran Islam dapat diwujudkan dengan:

1. Merumuskan Nilai-Nilai Ajaran Islam

Nilai-nilai ajaran Islam dirumuskan dan disepakati bersama untuk

selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas diantara semua warga

madrasah terhadap nilai-nilai yang telah disepakati tesebut. Adapun nilai

yang telah disepakati, yaitu:

a. Nilai aqidah meliputi pembacaan dan penghafalan ayat-ayat suci Al-

Qur’an dan hadits-hadits pilihan. Adapun ayat-ayat yang dibaca dan

dihafal diantaranya yaitu (QS. An-Naba) sampai (QS. An-Nas) dan

ayat-ayat pilihan lainnya salah satu diantaranya adalah (QS. Ali Imran

: 85) yang berkenaan dengan keutamaan agam Islam. Adapun hadits

46
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: PT
Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 152

30
yang dibaca dan dihafal salah satu diantaranya (HR. Tirmidzi) yaitu

hadits tentang keutamaan diam. 47

b. Nilai syariah meliputi wudhu dan shalat berjama’ah. Wudhu

merupakan salah satu sarat sahnya sahalat, sebelum melakukan sahalat

terlebih dahulu harus berwudhu. Adapun sahalat berjamaah

menunjukakan bahwa umat islam menjadi umat yang satu. 48

c. Nilai akhlak meliputi kedisiplinan dan sopan santun. Kedisiplinan dan

sopan santun merupakan bagian daripada penerapan nilai akhlak.

Disiplin terhadap peraturan yang ada dan sopan santun terhadap

sesama. 49

Dari nilai-nilai yang telah disepakati di atas diperlukan adanya

sosialiasai, penetapan, pemberian penghargaan.50 Unutuk lebih

lanjutnya diuraikan sebagai berikut:

1) Sosialisasi, dengan sosialisasi maka nilai-nilai ajaran Islam yang

telah disepakati dapat diketahui oleh seua warga sekolah. Untuk

mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam yang sudah disepakati,

guru memperkenalkan pada siswa berkenaan aturan dan tata tertib

yang ada di madrasah, serta membagiakan buku pada siswa yang

47
Buku Panduan Bimbingan Rohani Dan Keislaman (BIROHIM), hlm. 14
48
Mahir Manshur Abdurraziq, Mukjizat Sahalat NBerjama’ah, hlm. 71
49
Wahid Ahmadi, Risalah Akhlak Panduan Prilaku Muslim Moderen, hlm. 17
50
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Pers,
2010), hlm. 85

31
dijadikan panduan dalam menerapkan nilai-nilai Islam yang

disepakati.51

2) Penetapan, adanya penetapan waktu dan tempat maka nilai-niali

ajaran Islam yang sudah disepakati dapat dilakukan dengan baik

oleh semua pihak yang ada di madrasah.

3) Pemberian penghargaan bagi peserta didik atau warga sekolah

yang loyal terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang telah di sepakati

akan mendapatkan penghargaan, dengan demikian siswa akan

termotivasi dalam menjalankan dan mentaati apa yang telah

disepakati. 52

2. Strategi Implementasi Nilai-Nilai Ajaran Islam

Ada tiga strategi yang digunakan dalam mengimplementasikan nilai-nilai

ajaran Islam yaitu:

a. Power Strategi, yaitu strategi dengan penggunaan kekuasaan melalui

pelaksanaan tata tertib, dimana kepala sekolah membuat peraturan

yang harus dita’ati. Pada strategi ini dikembangkan melalui

pendekatan perintah dan larangan atau reward dan punishmen. 53 Untuk

lebih lanjutnya diuraikan sebagai berikut:

1) Perintah

51
Buku Panduan Bimbingan Rohani Dan Keislaman (BIROHIM), hlm. i
52
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Pers,
2010), hlm. 85
53
Ibid,,..hlm. 86

32
Perintah merupakan suatu strategi yang harus dilakukan oleh guru

dalam mengendalikan peserta didik agar peserta didik dapat

melakukan sesuatu yang diinginkan.54

2) Laranagan

Larangan merupakan cara atau strategi untuk melarang peserta

didik dalam melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan

peraturan yang ada. 55 Jadi larangan adalah suatu tindakan

menyuruh orang lain untuk tidak melakukan sesuatu.

3) Reward

Reward atau Pemberian hadiah dimaksudkan agar individu mau

mengulangi perbuatan-perbuatannya. Reward dalam hal ini

merupakan wujud penghargaan yang bentuknya tidak perlu berupa

materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian. 56 Reward ini dapat

menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi

perilaku positif dalam kehidupan siswa. 57

4) Punishment

Punishment atau hukuman yang diberikan pada anak hendaknya

memiliki manfaat, yaitu sebagai alat untuk mengontrol tingkah

laku anak sehingga mengurangi atau menghindari tindakan yang

54
Mimis Riati, Pendekatan Menejemen Kelas, diakses pada tanggal 20 Februari 2020 dari
https://www.academia.edu/11812202/PENDEKATAN_MANAJEMEN_KELAS
55
Ibid,..
56
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1990), hlm. 92
57
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta PT Bumi Aksara, 2012),
hlm. 23

33
tidak diinginkan oleh lingkungan dan masyarakat.58 Dengan

adanya punishment diharapkan agar anak didik dapat menyadari

kesalahan yang diperbuatnya, sehingga anak didik berhati-hati

dalam mengambil tindakan.

b. Persuasive Strategi, yaitu dilakukan melalui pembentukan opini dan

pandangan masyarakat atau warga madarasah, dengan meyakinkan

seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh sang

pembicara. Strategi ini dikembangkan melalui pendekatan

pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasif. Untuk lebih

jelasnya diuraikan sebagai berikut:

1) Pembiasaan

Pembiasaan perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan

karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat

terpuji sehingga aktifitas yang dilakukan oleh peserta didik

terekam secara positif. 59

2) Keteladanan

Guru merupakan figur yang dipatuhi dan contohi. Tidak

salah kalu dalam bahasa jawa, guru merupakan singkatan dari

“digugu lan ditiru” digugu berarti dipatuhi segala ucapannya dan

ditiru berarti di contoh perilakunya serta menjadi cermin bagi anak

58
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, jilid 2, (Jakarta:Erlangga, 1990), hlm. 85
59
H. E. Mulyasa, Dewi Ispurwanti, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), hal. 167

34
didiknya, ucapannya didengar dan di jadikan pegangan, sementara

perilakunya dijadikan rujukan anak didiknya. 60

Dengan teladan ini, lahirlah gejala positif, yakni

penyamaan dengan orang yang ditiru, karena itulah keteladanan

merupkan alat pendidikan yang utama dan terpenting, sebab

prosesnya terikat erat antara guru dan siswa serta pergaulan

tersebut berlangsung secara wajar dan akrab. 61 keteladanan berarti

penanaman akhlak, adab, dan kebiasaan-kebiasaan baik yang

seharusnya diajarkan dan dibiasakan dengan memberikan contoh

nyata.62

3) Persuasif

Dalam berkomunikasi salah satu cara yang digunakan adalah

persuasif. Persuasif merupakan cara yang digunakan untuk

mempengaruhi orang lain dalam berinteraksi, bahkan dengan cara

persuasif setiap inividu dapat mempengaruhi kepercayaan orang

lain. Pembicaraan ataupun penulisan menggunakan cara persuasif

sebagai salah satu cara untuk meyakinkan orang lain dengan apa

yang dibicarakan. 63 persuasif merupakan cara seni verbal yang

60
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,
(Yogyakarta : Diva Press, 2012), hlm. 134
61
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 28
62
Ishlahunnisa, Mendidik Anak Perempuan Dari Buaian Hingga Pelaminan, (Solo: Aqwam,
2010), hlm. 42
63
Gani, Ruslan A. Bimbingan Karir, ( Bandung: Angkasa, 1987), hlm. 99

35
memiliki tujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu

yang dikehendaki oleh sang pembicara. 64

c. Normative Re-Educative, yaitu dilakukan melalui memasyarakatkan

norma dengan menanamkan pendidikan yang dapat mengganti norma

atau paradikma berpikir masyarakat dengan yang baru. 65 Pada strategi

ini mengunakan pendekatan yang sama dengan pendekatan yang

kedua.

Dari sifat ketiga strategi di atas bisa berupa aksi positif dan

reaksi positif, bias pula proaksi.

1. Aksi positif, yakni aksi yang menawarkan suatu kebijakan yang

baik dan bisa meyakinkan mereka tampa harus memaksanya.

2. Reaksi positif yaitu suatu reaksi atau respon yang muncul dari

seseorang indidviu terhadap objek yang kemudian meunculkan

perilaku individu terhadap objek tertentu dengan cara-cara tertentu.

3. Proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah

ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi agar dapat ikut

memberi warna dan arah perkembangan. 66

64
Keraf Gorys, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Flores: Nusa Indah, 2004), hlm. 118
65
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Pers,
2010), hlm. 86
66
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Pers,
2010), hlm. 87

36

Anda mungkin juga menyukai