Disusun oleh:
Semester: V B
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah
dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Hukum Hudud; Mencuri, Merampok, dan Bughat”. Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih MA”. Disamping itu penulis berharap
semoga isi dari makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya para
pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang yang kami kaji di
dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada Bapak
Drs. H. Sokhibi, M.Pd.I, selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Serta pihak-pihak lain yang
ikut memberikan kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun agar dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum hudud dan agama Islam sangat erat hubungannya, bahkan tidak bisa
dipisahkan satu dari keduanya. Hudud adalah hukuman-hukuman yang telah di tetapkan oleh
syara' (Al-Quran dan hadis) dan ditujukan kepada pelaku jinayah atau kejahatan, guna
mencegah seseorang terjerumus kepada kejahatan yang sama sebagai kafarah atau pensucian
pelaku kejahatan dari dosa. Konsep hukum hudud Islam selalu berlandaskan pada dua kitab
besar Islam yaitu Al-Quran dan hadis. Bukan hanya dalam perkara ibadah, Islam juga
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk mengatur hukuman bagi pelaku
kejahatan. Jadi, suatu hal yang sangat aneh jika konsep hukum hudud justru di abaikan dan
tidak di implementasikan oleh orang-orang yang mengatakan dirinya sebagai seorang muslim.
Namun, dalam perjalanan sejarah Islam yang sangat panjang, dari masa-masa kaum muslimin
yang masih taat dengan semua isi ajaran Islam hingga sampai di zaman modern seperti
sekarang ini, perlu dimaklumi jika ketaatan tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang karena
telah terjadinya percampuran isme-isme di luar ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hukum hudud?
2. Apa sajakah sanksi yang di jatuhkan kepada pelaku kejahatan mencuri,
merampok, dan bughat dalam hukum hudud?
C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan tentang hukum hudud.
2. Mengetahui tentang layak atau tidaknya hukum hudud untuk diterapkan di era modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Hudud
Kata hudud merupakan bentuk plural dari kata hadd, yang secara bahasa berarti;
mencegah. Pemisah antara dua benda dinamakan dengan Hadd karena mencegah
keduanya saling bercampur. Adapun hadd menurut istilah adalah sanksi-sanksi atas
kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa taala yang telah dipastikan bentuk dan
ukurannya menurut syariat.
Tidak diragukan lagi bahwa Allah subhanahu wa taala sang hakim yang maha
adil tidaklah mewajibkan penerapan hudud melainkan karena adanya hikmah yang
agung dan manfaat yang banyak.
Dengan diterapkannya hudud maka terjagalah wilayah Islam dan terwujudlah
rasa aman dan tentram (bagi individu maupun kelompok).
Umat telah sepakat bahwa hanyasanya syariat ini diterapkan untuk menjaga
lima perkara primer (perkara penting) yaitu;
(a). Perkara agama,
(b). Jiwa,
(c). Kehormatan,
(d). Harta benda,
(e). Akal.
Dan hudud syar’i inilah yang akan menjaga seluruh perkara-perkara primer
(penting) tersebut. Dengan diterapkannya had hirabah maka terpeliharalah jiwa,
dengan diterapkannya had pencurian harta benda akan terpelihara, dan dengan
menerapkan seluruh hukum had tersebut maka terjagalah agama ini (Islam).
Yang demikian itu karena sesungguhnya hudud mencegah orang untuk
berbuat jahat dan mencegah bagi yang lainnya (untuk melakukan perbuatan yang
sama).
Dalam penerapan hudud juga terdapat penawar kemarahan bagi korban
kejahatan.
Penerapan hudud juga merupakan bentuk penyucian dosa-dosa pelaku
kejahatan yang bertaubat.
Dalam penerapan hudud juga ada berkah sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ِ >ِار َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد بْنُ ُم ْسلِ ٍم َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ِس>نَا ٍن ع َْن َأبِي ال َّزا ِه ِريَّ ِة ع َْن َأبِي َش> َج َرةَ َكث
>ير ٍ َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم
ُ ْ
ْب ِن ُم َّرةَ عَن اب ِْن ع َم َر
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإقَا َمةُ َح ٍّد ِم ْن ُحدُو ِد هَّللا ِ َخ ْي ٌر ِم ْن َمطَ ِر َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَةً فِي بِاَل ِد هَّللا ِ َع> َّزَ ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا
َو َج َّل
Berikut ini merupakan tata cara diberlakukannya hukuman hudud yang berkaitan
dengan kejahatan mencuri, merampok, dan bughat.
b. Harta yang dicuri harus berupa benda terhormat, dan tidak ada had potong
tangan dalam pencurian alat musik, daging babi, khamr dan lain sebagainya.
c. Barang yang dicuri harus sampai batas nishab, yaitu seperempat dinar
sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
َب ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَاِئ َشة ٍ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َم ْسلَ َمةَ َح َّدثَنَا ِإ ْب َرا ِهي ُم بْنُ َس ْع ٍد ع َْن اب ِْن ِشهَا
صا ِعدًا ٍ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تُ ْقطَ ُع ْاليَ ُد فِي ُرب ُِع ِدين
َ ََار ف َ قَا َل النَّبِ ُّي
ُّ ي َو َم ْع َم ٌر ع َْن
ِّالز ْه ِري َأ
ُّ تَابَ َعهُ َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ خَالِ ٍد َوابْنُ ِخي
ِّ الز ْه ِر
َ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ آ َد َم َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر ع َْن حُ َم ْي ٍد الطَّ ِوي ِل َع ِن ْال َح َس ِن ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح
َ َصي ٍْن ق
ال
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ا ْنتَه
َ ب نُ ْهبَةً فَلَي
ْس ِمنَّا َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada
kami Zuhair dari Humaid Ath Thawil dari Al Hasan dari 'Imran bin Hushain dia
berkata, Rasulullah ﷺbersabda, "Barang siapa merampok, maka ia bukan dari
golongan kami." (HR. Ahmad 19082)
Adapun sanksi yang dijatuhkan kepada para pembegal atau merampok jalan,
sebagaimana kalam Allah subhanahu wa taala:
هّٰللا ۤ
ُص >لَّب ُْٓوا اَوْ تُقَطَّ َع اَ ْي> ِد ْي ِه ْم
َ ض فَ َس >ادًا اَ ْن يُّقَتَّلُ> ْٓ>وا اَوْ ي ِ ْاربُوْ نَ َ َو َرسُوْ لَهٗ َويَ ْس َعوْ نَ فِى ااْل َر ِ اِنَّ َما َج ٰزُؤا الَّ ِذ ْينَ يُ َح
ِ ي فِى ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ ع
َظ ْي ٌم ٌ ض ٰذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز ٍ َواَرْ ُجلُهُ ْم ِّم ْن ِخاَل
ِ ۗ ْف اَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ ااْل َر
Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu
kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. (QS.
Al-Maidah: 33)
َ ب َح َّدثَنَا ْال َح َسنُ بْنُ َأ ْعيَنَ َح َّدثَنَا َم ْعقِ ٌل ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َأبِي ُأنَ ْي َسةَ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن ُح
صي ٍْن ع َْن َج َّدتِ>> ِه ٍ و َح َّدثَنِي َسلَ َمةُ بْنُ َشبِي
ُ
ُص ْي ِن قَا َل َس ِم ْعتُهَا تَقو ُل ْ
َ ِّم الحُأ
>و َعلَى َ >ُص> َرفَ َوه َ >رةَ ْال َعقَبَ> ِة َوا ْن َ >َاع فَ َرَأ ْيتُ>هُ ِحينَ َر َمى َج ْم
ِ ص>لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي> ِه َو َس>لَّ َم َح َّجةَ ْال> َود َ ِ ت َم َع َر ُس>و ِل هَّللا ُ َْح َجج
َّص>لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي> ِه َو َس>ل َم هَّللا ْأ َ َ آْل َ ُ َأ ُ ُأ
ِ احلَتِ ِه َو َم َعهُ بِاَل ٌل َو َسا َمة َح ُدهُ َما يَقو ُد بِ ِه َر
َ ِ س َر ُس>و ِل ِ احلتَهُ َوا خَ ُر َرافِ ٌع ثوْ بَ>هُ َعلى َر ِ َر
ع َح ِس> ْبتُهَا ُأ
ٌ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَوْ اًل َكثِيرًا ثُ َّم َس ِم ْعتُهُ يَقُو ُل ِإ ْن ِّم َر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد ُم َج> َّد
َ ِ ت فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا ْ َس قَال م
ْ َّ
ش ال ِم ْن
ِ
َأ َ
ب ِ تَ َعالى فا ْس َمعُوا لهُ َو ِطيعُواَ َ هَّللا ُ ُ َأ ْ
ِ قالت ْس َو ُد يَقو ُدك ْم بِ ِكتَاَ َ
Para penentang seorang khalifah akan mendapat perundingan terlebih dahulu. Jika
masih menentang maka diperbolehkan untuk melawan dan membunuh pemberontak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air yang dapat digunakan secara sah atau benar dalam bersuci ada 7 macam,
yaitu: air hujan, air laut atau air asin, air sungai, air sumur, air sumber, air es atau
salju, dan air embun. Tetapi, air-air tersebut dibagi menjadi 4 macam:
1. Air mutlak, yaitu air yang keberadaannya suci (eksistensinya) dan dapat dipakai untuk
bersuci, serta dapat menyucikan benda-benda lainnya.
2. Air suci yang menyucikan, tetapi makruh pemakaiannya jika digunakan untuk
menyucikan badan dan tidak makruh untuk menyucikan pakaian, air itu adalah air
panas akibat sinar matahari.
3. Air suci, yang tidak menyucikan disebut air musta’mal.
4. Air najis (mutanajis) yaitu: air yang terkena najis.
B. Saran
Sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim mempelajari dan mengetahui
semua isi ajaran Islam serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
agar kita menjadi termasuk orang-orang yang sempurna imannya di sisi Allah
subhanahu wa taala.
DAFTAR PUSTAKA