Anda di halaman 1dari 9

JARIMAH HUDUD MELIPUTI: PENGERTIAN, DASAR HUKUM,

MACAM-MACAMNYA SERTA SANKSINYA


Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FIQH JINAYAH

Disusun
Alfan Fatoni

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak dapat dipungkiri bahwa kejahatan di atas bumi ini tidak akan pernah
hilang sejak zaman dahulu hingga saat ini. Akan tetapi untuk meminimalisir
terjadinya kejahatan tersebut sangat penting adanya aturan berupa sanksi yang
akan dikenakan kepada pelakunya, dengan fungsi sebagai pelajaran dan
pencegahan, agar si pelaku atau pun orang lain tidak berani untuk melakukan
kejahatan lagi. Kejahatan dalam hukum pidana Islam disebut jarimah, yaitu
larangan-larangan syara‘ yang diancam oleh Allah SWT. dengan hukuman
had atau ta‘zir. Jarimah berbeda-beda penggolongannya menurut perbedaan
tinjauannya. Dalam pembahasan ini, penulis akan menguraikan pembagiannya
dari segi hubungan atau pertalian antara satu jarimah dengan jarimah lainnya,
yang dibagi kepada tiga macam bentuk, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash-
diyyah dan jarimah ta‘zir. Di antara ketiga macam jarimah tersebut yang akan
diuraikan pada pembahasan selanjutnya adalah pembagian yang pertama, yakni
jarimah hudud
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya, sebagai berikut:
a. Apa Pengertian Jarimah Hudud?
b. Bagaimana Dasar-Dasar Hukum Jarimah Hudud ?
c. Apa saja Macam-macam Jarimah Hudud?
d. Bagaimana Sanksi Jarimah Hudud?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dilaksanakannya pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Fiqh Jinayah yang diberikan oleh dosen pengampu kami yang.serta
menjelaskan kepada pembaca pembahasan tentang Jarimah Hudud

1
BAB II
PEBAHASAN

2.1 Pengertian Jarimah Hudud


Secara etimologis, Hudud yang merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti ‫( اللمنع‬larangan, pencegahan). Selain itu, had juga dapat diartikan
sebagai batasan sesuatu(‫ )منتهي الشئ‬sesuatu yang telah ditentukan (‫)الشئ المعين‬,
hukuman (‫ )العقوبه‬dan marah )‫ ]الغضب‬Sedangkan pengertian hudud secara
terminologis adalah : ” Had (hudud) adalah hukuman yang telah ditentukan
sebagai hak Allah SWT dan arti ‘uqubah muqaddarah adalah bahwa hukuman
telah dibatasi, ditentukan, tidak ada pada hukuman itu batasan terendah dan
batasan tertinggi. Artinya bahwa hukuman itu adalah hak Allah SWT dan bahwa
hukuman itu tidak bisa digugurkan oleh individu-individu dan tidak pula oleh
kelompok.” Hukuman hudud tidak boleh dimaafkan oleh siapa pun. Mereka yang
melanggar aturan-aturan hukum Allah, yang telah ditentukan dan ditetapkan
Allah/Rasul-Nya yang disebutkan didalam Al-Qur' an/ hadis adalah termasuk
dalam golongan orang-orang yang zalim. Sebagaimana firman Allah SWT di
dalam surah al-Baqarah ayat 229 yang artinya: “Dan siapa yang melanggar
aturan-aturan hukum Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Adapun berdasarkan pendapat beberapa ahli hudud, Sebagai berikut :
1. Al-jurzani mengartikannya sebagai sanksi yang telah ditentukan dan yang
wajib di laksanakan secara hak kepada Allah SWT.
2. Sementara itu, sebagian ahli fiqih yang dikutip oleh Abdul Qadir Audah,
berpendapat bahwa had adalah sanksi yang telah ditentukan oleh syara’ .Dengan
demikian, had atau hudud mencangkup semua jarimah baik hudud, qishash,
maupun diat sebab sanksi keseluruhannya telah ditentukan setelah syara’.
3. Lebih lengkap dari kedua definisi diatas, Nawawi Al-Bantani mendefinisikan
hudud, yaitu sanksi yang telah ditentukan dan wajib diberlakukan kepada
seseorang yang melanggar suatu pelanggaran yang akibatnya sanksi itu dituntut,

2
baik dalam rangka memberikan peringatan pelaku maupun dalam rangka
memaksanya .
4. Al-Sayyid Sabiq menejelaskan bahwa had (hudud) secara terminologis iyalah
sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan hak Allah. Dengan demikian,
Ta’zir tidak termasuk ke dalam cakupan definisi ini karena penentuannya
diserahkan menurut pendapat hakim setempat. Demikian halnya dengan qishash
yang tidak termasuk dalam cangkupan hudud karena merupakan hak sesama
manusia untuk menuntut balas dan keadilan.
5. Abu ya’la sebagaimana mengutip pendapat Al-Mawardi : bahwa Al-Mawardi
berkata,” hudud ialah ancaman-ancaman yang ditetapkan Allah untuk mencegah
seseorang agar tidak melanggar apa yang dilarang dan tidak meninggalkan apa
yang diperintahkan ketika syahwat membuatnya terlena dari ancaman-ancaman
siksa diakhirat kelak lantaran mendahulukan kenikmatan sesaat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hudud berarti, sebuah sanksi yang diberlakukan
kepada seseorang yang melanggar peraturan atau perintah Allah akibat mengikuti
syahwat yang sesaat dan akan mendapatkan ancaman siksa diakhirat.
2.2 Macam-Macam Hudud
Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu sebagai
berikut: Pertama,Hudud yang termasuk hak Allah. Menurut Abu Ya’la, hudud
jenis ini adalah semua jenis sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena
ia meninggalkan semua hal yang diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.Kedua, Hudud yang termasuk hak manusia. Hudud jenis ini adalah semua
jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar larangan
Allah, seperti berzina, mencuri, dan meminum khamar. Hudud jenis ini terbagi
menjadi dua: pertama, hudud terbagi menjadi tujuh, yaitu hudud atas jarimah zina,
qadzf, meminum minuman keras, pemberontakan, murtad, pencurian, dan
perampokan. Macam-macam Jarimah hudud yang termasuk hak manusia, yaitu
sebagai berikut:
1. Jarimah Zina
Abdul Qadir Audah berpendapat bahwa zina ialah hubungan badan yang
diharamkan dan disengaja oleh pelakunya.Mengenai kekejian jarimah zina ini,

3
Muhammad Al- Khatib Al-Syarbini mengatakan, zina termasuk dosa-dosa yang
paling keji, tidak satu agamapun tidak menghalalkannya.Oleh sebab itu, sanksinya
juga sangat berat, karena mengancam kehormatan dan hubungan nasab.
Dalil al-Qur’an yang mengharamkan zina ialah QS. Al-Isra’ ayat 32:
٣٢ ‫ٱلزنَى ِّإنَّهُۥ كَانَ فَحِّ ش َٗة َو َسا َء َس ِّب ٗيٗل‬
ِّ ْ‫َو ََل ت َۡق َربُوا‬

Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.

2. Jarimah Qadzf
Secara etimologis, qadzf berasal dari kata ‫فيقذ قذف – – قذفا‬yang oleh
Lu’is Ma’luf jika dihubungkan dengan kalimat ‫ بقولهقذف‬bearti ‫من غير ثدبر وال‬
‫ثكام ثامل‬yang berate berbicara mengawur tanpa berfikir terlebih dahulu. Dapat
juga dkatakan asal makna Qadzf adalah arramyu (melempar), umpamanya
dengan batu atau dengan yang lainnya. Hal ini bias dilihat dari firman Allah
swt. Dalam Al-Qur’an:
Artinya:
(Yaitu) letakkanlah dia (Musa) didalam peti, kemudian hanyutkanlah dia
kesungai (Nil)…(QS.Thaha’39)
Arti qadzf dalam kaitannya dengan zina dipetik dari arti firman Allah
tersebut. Kemudian, yang dimaksud qadzf zina adalah menuduh zina. Barang
siapa menuduh orang lain berzina dengan cara memfitnah atau
melecehkannya, seperti ucapan,”wahai pezina”.” wahai anak yang tidak
punya ayah,”untuk menuduh ibunya berzina, dan lain-lain, dia dikenakan
hukum qadzf, dengan syarat, baligh, berakal dan orang yang menuduh bukan
ayah tidak dihukum qisash jika ia membunuh anaknya, ia juga tidak
dihukumhad dengan menuduh anaknya berbuat zina, berdasarkan qiyas.
Kakek atau nenek dan seterusnya ke atas memiiki hokum yang sama dengan
ayah dalam masalah ini. Lima syarat yang berhubungan dengan orang yang
dituduh yaitu muslim, baligh, berakal, merdeka dan orang yang baik-baik

4
yang belum pernah dikenai hukuman had zina sebelumnya. Allah swt.
berfirman dalam QS. An-Nur
3. Jarimah al- Riddah
Riddah adalah kembali ke jalan asal atau kembalinya orang Islam yang
berakal dan dewasa pada kekafiran dengan kehendaknya sendiri. tanpa ada
paksaan dari orang lain. Secara etimologis, n'ddah berarti kembali dari sesuatu
kepada sesuatu yang lain, sedangkan menurut terminologi fiqh, n'ddah adalah
keluarnya seseorang (menjadi kafir) setelah dia memeluk Islam. Perbuatan
tersebut dinamai riddah, sedangkan pelakunya dinamai murtad atau orang yang
keluar dari agama Islam.
Kemurtadan seseorang bisa dengan perkataan yang menjurus arah
kekafiran, memperolok-olok agama, melawan ketentuan atau menolak keabsahan
dalil yang disepakati sebagai dalil yang qath'i menghalalkan atau mengharamkan
segala sesuatu yang jelas qath-nya, menyangkal adanya pencipta, sengaja
mengotori mushaf Al-Quran, beribadah atau sujud kepada selain Allah, dan lain-
lain. Unsur yang menjadikannya sebagai jazimah adalah kembalinya dia kepada
agama semula atau keluarnya dia dari agama Islam. Di samping itu, seperti pada
jarimah lain, adalah adanya kesengajaan atau iktikad jahat pelaku. Bentuk murtad
dapat diklasifikasikan dari contoh di atas, dapat berupa ucapan, perbuatan, atau
tidak berbuat dengan sengaja menentang dalil dengan iktikad atau keyakinan,
seperti keyakinan bahwa Allah sama dengan makhluk, dan sebagainya.

7. Jarimah Sariqah
Sariqah adalah bentuk mashdar dari kata saraqa-yasriqu-saraqan dan
secara etimologis berarti mengambil harta milik seseorang secara sembunyi-
sembunyi dan dengan tipu daya. Sementara itu, secara terminologis definisi
sariqah dikemukakan oleh beberapa ahli berikut.
1) Ali bin Muhammad Al-Jurjani.
Sariqah dalam syariat Islam yang pelakunya harus diberi hukuman potong
tangan adalah mengambil sejumlah harta senilai sepuluh dirham yang masih
berlaku, disimpan di tempat penyimpanannya atau dijaga dan dilakukan oleh
seorang mukallaf secara sembunyi-sembunyi serta tidak terdapat unsur syubhat,

5
sehingga kalau barang itu kurang dari sepuluh dirham yang masih berlaku maka
tidak dapat dikategorikan sebagai pencurian yang pelakunya diancam hukuman
potong tangan.
2) Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (ulama mazhab Syafi'i) .
Sariqah secara bahasa berarti mengambil harta (orang lain) Secara
sembunyi-sembunyi dan secara istilah syara' adalah mengambil harta (orang lain)
secara sembunyi-sembunyi dan zalim, diambil dari tempat penyimpanannya yang
biasa digunakan untuk menyimpan dengan berbagai syarat.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Guru Merupakan
seorang yang sangat berpengaruh bagi pendidikan karena gurulah yang mengajar
suatu ilmu, membimbing, dan membina anak didiknya, selain itu guru juga
teladan bagi muridnya, oleh karena itu seorang guru harus memiliki kualifikasi
dan kompetensi yang sesuai dengan yang akan diajarnya, agar materi yang
diajarkan itu searah, semisal guru yang lulusan S1 dibidang IPA, maka guru
terebut haruslah mengajar anak didiknya dalam bidang IPA.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun samangat penulis untuk
memperbaiki makalah ini.
Untuk pembaca agar lebih meningkatkan kreatifitas dan sering membaca
diberbagai refrensi agar bisa menciptakan suatu karya tulis ilmiah yang bisa
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta jangan pernah menanamkan
kata-kata sulit pada sesuatu yang belum pernah dicoba.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Rusydi, 2018, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,, medan,


LPPPI
Ifin https://news.schmu.id/hak-dan-kewajiban-guru-profesional/ 9 hak dan
kewajiban guru diakses pada tanggal 26 september 2021
https://id.wikipedia.org/wiki/Guru#cite_note-1 diakses pada tanggal 25 September
2021 pukul 07.33
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2018). Modul Manajemen Pendidikan Non Formal.
Bogor: STKIP Muhammadiyah Bogor.

Anda mungkin juga menyukai