Disusun
Alfan Fatoni
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEBAHASAN
2
baik dalam rangka memberikan peringatan pelaku maupun dalam rangka
memaksanya .
4. Al-Sayyid Sabiq menejelaskan bahwa had (hudud) secara terminologis iyalah
sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan hak Allah. Dengan demikian,
Ta’zir tidak termasuk ke dalam cakupan definisi ini karena penentuannya
diserahkan menurut pendapat hakim setempat. Demikian halnya dengan qishash
yang tidak termasuk dalam cangkupan hudud karena merupakan hak sesama
manusia untuk menuntut balas dan keadilan.
5. Abu ya’la sebagaimana mengutip pendapat Al-Mawardi : bahwa Al-Mawardi
berkata,” hudud ialah ancaman-ancaman yang ditetapkan Allah untuk mencegah
seseorang agar tidak melanggar apa yang dilarang dan tidak meninggalkan apa
yang diperintahkan ketika syahwat membuatnya terlena dari ancaman-ancaman
siksa diakhirat kelak lantaran mendahulukan kenikmatan sesaat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hudud berarti, sebuah sanksi yang diberlakukan
kepada seseorang yang melanggar peraturan atau perintah Allah akibat mengikuti
syahwat yang sesaat dan akan mendapatkan ancaman siksa diakhirat.
2.2 Macam-Macam Hudud
Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu sebagai
berikut: Pertama,Hudud yang termasuk hak Allah. Menurut Abu Ya’la, hudud
jenis ini adalah semua jenis sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena
ia meninggalkan semua hal yang diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.Kedua, Hudud yang termasuk hak manusia. Hudud jenis ini adalah semua
jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar larangan
Allah, seperti berzina, mencuri, dan meminum khamar. Hudud jenis ini terbagi
menjadi dua: pertama, hudud terbagi menjadi tujuh, yaitu hudud atas jarimah zina,
qadzf, meminum minuman keras, pemberontakan, murtad, pencurian, dan
perampokan. Macam-macam Jarimah hudud yang termasuk hak manusia, yaitu
sebagai berikut:
1. Jarimah Zina
Abdul Qadir Audah berpendapat bahwa zina ialah hubungan badan yang
diharamkan dan disengaja oleh pelakunya.Mengenai kekejian jarimah zina ini,
3
Muhammad Al- Khatib Al-Syarbini mengatakan, zina termasuk dosa-dosa yang
paling keji, tidak satu agamapun tidak menghalalkannya.Oleh sebab itu, sanksinya
juga sangat berat, karena mengancam kehormatan dan hubungan nasab.
Dalil al-Qur’an yang mengharamkan zina ialah QS. Al-Isra’ ayat 32:
٣٢ ٱلزنَى ِّإنَّهُۥ كَانَ فَحِّ ش َٗة َو َسا َء َس ِّب ٗيٗل
ِّ َْو ََل ت َۡق َربُوا
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
2. Jarimah Qadzf
Secara etimologis, qadzf berasal dari kata فيقذ قذف – – قذفاyang oleh
Lu’is Ma’luf jika dihubungkan dengan kalimat بقولهقذفbearti من غير ثدبر وال
ثكام ثاملyang berate berbicara mengawur tanpa berfikir terlebih dahulu. Dapat
juga dkatakan asal makna Qadzf adalah arramyu (melempar), umpamanya
dengan batu atau dengan yang lainnya. Hal ini bias dilihat dari firman Allah
swt. Dalam Al-Qur’an:
Artinya:
(Yaitu) letakkanlah dia (Musa) didalam peti, kemudian hanyutkanlah dia
kesungai (Nil)…(QS.Thaha’39)
Arti qadzf dalam kaitannya dengan zina dipetik dari arti firman Allah
tersebut. Kemudian, yang dimaksud qadzf zina adalah menuduh zina. Barang
siapa menuduh orang lain berzina dengan cara memfitnah atau
melecehkannya, seperti ucapan,”wahai pezina”.” wahai anak yang tidak
punya ayah,”untuk menuduh ibunya berzina, dan lain-lain, dia dikenakan
hukum qadzf, dengan syarat, baligh, berakal dan orang yang menuduh bukan
ayah tidak dihukum qisash jika ia membunuh anaknya, ia juga tidak
dihukumhad dengan menuduh anaknya berbuat zina, berdasarkan qiyas.
Kakek atau nenek dan seterusnya ke atas memiiki hokum yang sama dengan
ayah dalam masalah ini. Lima syarat yang berhubungan dengan orang yang
dituduh yaitu muslim, baligh, berakal, merdeka dan orang yang baik-baik
4
yang belum pernah dikenai hukuman had zina sebelumnya. Allah swt.
berfirman dalam QS. An-Nur
3. Jarimah al- Riddah
Riddah adalah kembali ke jalan asal atau kembalinya orang Islam yang
berakal dan dewasa pada kekafiran dengan kehendaknya sendiri. tanpa ada
paksaan dari orang lain. Secara etimologis, n'ddah berarti kembali dari sesuatu
kepada sesuatu yang lain, sedangkan menurut terminologi fiqh, n'ddah adalah
keluarnya seseorang (menjadi kafir) setelah dia memeluk Islam. Perbuatan
tersebut dinamai riddah, sedangkan pelakunya dinamai murtad atau orang yang
keluar dari agama Islam.
Kemurtadan seseorang bisa dengan perkataan yang menjurus arah
kekafiran, memperolok-olok agama, melawan ketentuan atau menolak keabsahan
dalil yang disepakati sebagai dalil yang qath'i menghalalkan atau mengharamkan
segala sesuatu yang jelas qath-nya, menyangkal adanya pencipta, sengaja
mengotori mushaf Al-Quran, beribadah atau sujud kepada selain Allah, dan lain-
lain. Unsur yang menjadikannya sebagai jazimah adalah kembalinya dia kepada
agama semula atau keluarnya dia dari agama Islam. Di samping itu, seperti pada
jarimah lain, adalah adanya kesengajaan atau iktikad jahat pelaku. Bentuk murtad
dapat diklasifikasikan dari contoh di atas, dapat berupa ucapan, perbuatan, atau
tidak berbuat dengan sengaja menentang dalil dengan iktikad atau keyakinan,
seperti keyakinan bahwa Allah sama dengan makhluk, dan sebagainya.
7. Jarimah Sariqah
Sariqah adalah bentuk mashdar dari kata saraqa-yasriqu-saraqan dan
secara etimologis berarti mengambil harta milik seseorang secara sembunyi-
sembunyi dan dengan tipu daya. Sementara itu, secara terminologis definisi
sariqah dikemukakan oleh beberapa ahli berikut.
1) Ali bin Muhammad Al-Jurjani.
Sariqah dalam syariat Islam yang pelakunya harus diberi hukuman potong
tangan adalah mengambil sejumlah harta senilai sepuluh dirham yang masih
berlaku, disimpan di tempat penyimpanannya atau dijaga dan dilakukan oleh
seorang mukallaf secara sembunyi-sembunyi serta tidak terdapat unsur syubhat,
5
sehingga kalau barang itu kurang dari sepuluh dirham yang masih berlaku maka
tidak dapat dikategorikan sebagai pencurian yang pelakunya diancam hukuman
potong tangan.
2) Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (ulama mazhab Syafi'i) .
Sariqah secara bahasa berarti mengambil harta (orang lain) Secara
sembunyi-sembunyi dan secara istilah syara' adalah mengambil harta (orang lain)
secara sembunyi-sembunyi dan zalim, diambil dari tempat penyimpanannya yang
biasa digunakan untuk menyimpan dengan berbagai syarat.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, Guru Merupakan
seorang yang sangat berpengaruh bagi pendidikan karena gurulah yang mengajar
suatu ilmu, membimbing, dan membina anak didiknya, selain itu guru juga
teladan bagi muridnya, oleh karena itu seorang guru harus memiliki kualifikasi
dan kompetensi yang sesuai dengan yang akan diajarnya, agar materi yang
diajarkan itu searah, semisal guru yang lulusan S1 dibidang IPA, maka guru
terebut haruslah mengajar anak didiknya dalam bidang IPA.
7
DAFTAR PUSTAKA