Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUDUD DAN BUHDAD

DI susun oleh

1. MUH. KHAIRUL HAFIZI


2. MUHAMMAD RAMLI APRIADI
3. NIDA’ AN KHOPIA
4. WAHYUNI PUSPITA SARI
5. YENI AIDIATUL FITRI

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LOMBOK TIMUR


TP 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan
masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara’.1Hukuman
disini terbagi kepada dua kelompok, yaitu hukuman pidana dan hukuman perdata. Hukum
pidana dalam Islam dinamakan Fiqih Jinayah.Pengertian Fiqih Jinayah disini terbagi
dalam beberapa pendapat, di antaranya pendapat para ulama Fiqih adalah Ilmu tentang
hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah) dan
hukumannya, yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci

Dalam Fiqih Jinayah suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak pidana apabila
unsur-unsurnya telah terpenuhi.Unsur-unsur ini ada yang umum danada yang khusus.
Unsur umum berlaku untuk semua tindak pidana, sedangkan unsur khusus hanya berlaku
untuk masing-masing tindak pidana dan berbeda antara tindak pidana yang satu dengan
tindak pidana yang lain. .

Rumusan Masalah
1. Hudud
2. Zina
3. Qazab
4. Miras
5. Mencuri
6. Merampok
7. Bughat
BAB II

PEMBAHASAN

1. HUDUD

Dalam bahasa Arab istilah hudud adalah bentuk jamak dari kata had yang artinya

batasan atau menentukan batas dan menentukan limit.

Menurut istilah hudud ialah pidana yang diancamkan hukuman had, yaitu hukuman
yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan.

Hukuman pada hudud yang termasuk hak Tuhan ialah setiap hukuman yang
dikehendaki oleh kepentingan umum (masyarakat), seperti untuk memelihara
ketentrama n dan keamanan masyarakat, dan manfaat penjatuhan hukuman tersebut
akan dirasakan oleh keseluruhan masyarakat.

Dalam fikih, pidana hudud ada tujuh, yaitu: zina, qadzaf (menuduh orang lain berzina
tanpa bukti), meminum minuman keras, mencuri, perampokan-ganguan kemanan,
murtad, dan pemberontakan.

2. ZINA

Zina bisa diartikan sebagai perbuatan bersenggama antara perempuan dan laki-
laki yang bukan mahramnya ( bukan pasangan halal ). Selain mendatangkan dosa
besar, zina juga bisa menimbulkan kemudharatan lain seperti penyakit menular
seksual .

Hukuman Pelaku Zina

Islam telah mengatur semua hal termasuk hukuman bagi pelaku zina. Dalam Islam,
pelaku zina dibedakan berdasarkan dua jenis, yaitu zina mukhsan dan zina ghairu
mukhsan.

Zina mukhsan adalah zina yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah
atau telah memiliki suami atau istri. Sedangkan zina ghairu mukhsan adalah zina
yang dilakukan oleh mereka yang belum sah atau belum pernah menikah.
Masing-masing diberikan hukuman yang berbeda. Bagi pezina ghairu mukhsan
dijatuhi hukuman 100 kali cambukan dan diasingkan selama setahun. Sedangkan
bagi pezina mukhsan dijatuhi hukuman rajam.

3. QADZAF

Qadzaf dalam arti luas merupakan orang yang menuduh orang lain berbuat zina
secara terang-terangan sehingga orang yang dituduh tersebut mendapatkan
hukuman had. Di agama islam orang yang melakukan qadzaf juga mendapatkan
hukuman. Hukuman tersebut didapat tidak pada saat tuduhannya terbukti
mengandung kebohongan. Akan tetapi, ketika tuduhannya tersebut dapat dibuktikan
kebenarannya. Dengan kata lain jika tuduhan yang diberikan tidak terbukti
kebenarannya, maka hukuman dijatuhkan kepada orang yang menuduh.

Dalam prinsip fiqih, apabila seseorang melakukan tuduhan yang bersifat haram,
harus disertai bukti kebenaran yang kuat. Apabila tuduhan tersebut tidak terbukti
kebenarannya maka si penuduh layak diberikan hukuman.

Hukuman atau sanksi yang diterima oleh qadzaf ialah berupa dera sebanyak 80 kali
dan juga tidak diterimanya kesaksiannya dalam hal apapun selama seumur
hidupnya. Hukuman yang diterima pelaku qadzaf pada dasarnya hampir sama
dengan hukuman yang diterima oleh pelaku zina, yang membedakan hanyalah
jumlahnya.

Hal-hal yang dapat menggugurkan hukuman qadzaf yakni.

1. Mendatangkan saksi yang mengetahui kebenaranya.


2. Diakuinya tuduhan tersebut oleh orang yang tertuduh.
3. Dimaafkan oleh orang yang telah di tuduh.

4. MIRAS

Minuman keras atau yang juga dikenal sebagai minuman beralkohol adalah
salah satu minuman yang diharamkan dalam Islam. Seorang muslim dilarang
mengonsumsi minuman keras karena mudharatnya lebih besar dibandingkan
dengan manfaatnya. Selain itu, akibat minum minuman keras juga sangat fatal
bagi kesehatan sehingga jenis minuman ini diharamkan atau dilarang dalam
Islam. Tentunya ada hukum dasar yang menjelaskan terkait hal tersebut baik di
dalam Al-Quran maupun Hadist.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Al Maidah : 90)

Efek Buruk Mengonsumsi Minuman Keras

1. Merusak Kesehatan

Efek buruk mengonsumsi minuman keras yang pertama yakni dapat merusak
kesehatan. Bahaya yang ditimbulkan minuman keras tidak hanya dalam jangka
pendek saja melainkan dalam jangka waktu yang panjang. Organ hati yang berfungsi
menetralkan racun dapat mengalami kerusaan jika seseorang terus menerus
mengkonsumsi alkohol.

2. Menurunkan Produktivitas

Dapat menurunkan produktivitas merupakan efek buruk mengonsumsi minuman


keras. Minuman keras tidak hanya menyebabkan kecanduan tetapi juga menurunkan
produktifitas. Seseorang yang mabuk karena mengkonsumsi minuman keras tidak
bisa melakukan apapun dan ia tidak bisa bekerja sebagaimana saat tersadarkan.
Mereka yang mengkonsumsi alkohol juga cenderung mudah emosi dan melakukan
hal-hal yang tidak baik.

3. Menyebabkan Kecanduan

Salah satu efek buruk dari mengonsumsi minuman keras yakni adalah menyebabkan
kecandungan. Pengertian minuman keras menurut Islam adalah minuman yang
memabukkan dan menyebabkan kecanduan. Alkohol adalah zat adiktif dan dapat
menyebabkan kecanduan.

4. Menghilangkan Kesadaran

Minuman alkohol merupakan minuman yang memabukkan yang membuat


seseorang kehilangan kesadarannya jika dikonsumsi secara berlebihan. Jika
kehilangan kesadarannya, ibadah yang dilakukan tentunya tidak tidak sah.
5. MENCURI

Pengertian mencuri menurut bahasa adalah mengambil milik orang lain tanpa
izin atau dengan tidak sah. Sedangkan menurut istilah mencuri adalah perbuatan
orang mukallaf (baligh dan berakal) mengambil harta orang lain secara sembunyi-
sembunyi, mencapai jumlah satu nisab dari tempat simpanannya, dan orang yang
mengambil itu tidak mempunyai andil kepemilikan terhadap barang yang diambil.
Mencuri hukumnya haram karena mengambil harta milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya dan menggunakan cara memiliki harta dengan batil.

Bentuk dan Contoh Mencuri.

Adapun bentuk-bentuk dan contoh mencuri ;

a. Mencopet, mengutil, membajak adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan


berakal sehat secara sembunyi-sembunyi mengambil harta orang lain dengan
ukuran satu nisab.

b. Mengambil benda, ide/gagasan (plagiat) orang lain tanpa seizin pemiliknya.

c. Merampok, adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan berakal sehat


mengambil harta orang lain dengan jalan dipaksa, diancam dengan senjata,
atau penganiayaan.

d. Menyamun, adalah perbuatan orang mukallaf, baligh, dan berakal sehat


mengambil harta orang lain dengan jalan dipaksa, dianiaya dilakukan ditempat
sunyi dan tidak banyak orang.

6. MERAMPOK

Merampok atau menyamun adalah pencurian yang dilakukan oleh


segerombolan orang. Bedanya dengan mencuri ialah kalau mencuri dilakukan
oleh seorang atau dua, sedangkan merampok dilakukan oleh segerombolan orang
atau berkelompok.

Merampok biasanya dengan cara mendobrak dan mencongkel pintu rumah


orang dengan cara terang-terangan, lalu merampas barang milik orang itu. Dan
masih banyak lagi macam-macam perampokan yang ada di sekitar kita. Perbuatan
seperti merampok atau menyamun ini tentu saja pelakunya harus di hukum sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
7. BUGHAT

Menurut bahasa kata bughat adalah bentuk jama’ dari isim fa’il yang berasal
dari fi’il yang berarti maksiat, melampaui batas, berpaling dari kebenaran dan
zalim. Sedangkan menurut istilah syara’ bugah adalah sekelompok orang muslim
yang melakukan pemberontakan terhadap imam atau pemerintah yang sah,
dengan cara memisahkan diri, tidak mentaati perintah imam atau menolak
kewajiban yang dibebankan kepada mereka.

Dari sini maka suatu kelompok dapat dikatakan bugah apabila memenuhi
persyaratan berikut :

1. Mereka memiliki kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata. Jadi


tindakan menentang imam yang tidak memiki kekuatan tidak dinamakan
bugah.
2. Memiliki ta’wil (alasan) atas tindakan mereka keluar dari kepemimpinan imam
atau tindakan mereka menolak melaksanakan kewajiban,
3. Memiliki pengikut yang setuju dengan mereka .
4. Memiliki pemimpin yang ditaati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukuman had merupakan sebuah hukuman yang tidak dapat ditawar baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya, karena dasar hukumnya bersumber dari
ketetapan Allah swt sesuai dengan syari’at. Hukuman had tersebut terkait
mengenai hak Allah atas hamba-Nya. Imam Syafi'i menempatkan tindak pidana
usyribat pada strata hudud. Beliau berpendapat bahwa seseorang yang meminum
khamr dikenakan hukuman had 40 kali dera sebagai hukuman had dan 40 kali
dera yang lain sebagai hukuman ta’zir. Apabila diketahui bahwa seseorang yang
meminum khamr adalah ‘abd (hamba sahaya) maka hukuman pidananya adalah
setengah dari hukuman orang merdeka, yaitu 40 kali dera (20 kali dera sebagai
hukuman had dan 20 kali dera yang lain berupa hukuman ta’zir). Hukuman ta’zir
ditetapkan dengan alasan agar pelaku tindak pidana tersebut jera dan tidak
mengulangi perbuatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai