Disusun oleh :
Asal berdirinya aturan uqubah dalam syariat itu kembali kepada asal yang
paling dasar atau tempat awal yang umum, maka sebagiannya yang
dimaksud itu adalah orang yang menentang adanya tindak pidana dan yang
ditanggung oleh seseoarang yang terpidana, dan sebagiannya yang
dimaksud dengan seseorang yang terpidana dan tidak mau menanggung
terhadap pelanggaran tindak pidana, dan asal yang dimaksud adalah
dengan orang yang menentang tindak pidana untuk melindungi masyarakat
dari tindak pidana, adapun asal yang dimaksud dengan seseorang yang
terpidana, maka tujuannya untuk kemaslahatan.
6. Pembunuhan
Perzinahan dalam Syariah dan hukum kejahatan zina berbeda dalam Syariah islam dan
hukum buatan manusia. Syariah islam menganggap setiap hubungan seksual dilarang
dan menghukum kita, baik itu terjadi pada orang yang sudah menikah atau belum
menikah. Perzinahan yang dilakukan oleh pasangan, seperti yang terjadi dalam hukum
mesir dan prancis. Jika tidak, ini tidak dianggap perzinahan, melainkan dianggap
sebagai penyerangan yang tidak senonoh.
8. Qadzaf
Pengertian Qadzaf (hukuman bagi pelaku yang menuduh zina), qadzaf dalam syariat
islam ada dua yaitu qadzaf dibatasi sesuai pelaku dan qadzaf yang dihukum atasannya
dengan cara takzir. Adapun qadzaf yang dibatasi tadinya yaitu melempari zina atau
meniadakan nasabnya dan adapun dengan hukumannya takzir yaitu melemparinya
dengan tanpa ia melakukan zina dan meniadakan nasab sama saja jika melempar
(pelaku zina) pelecehan/diskriminasi dan itu di takzir.
9. Khamr
Syariat Islam mengharamkan khamr dengan pasti karena syariat memandang khamr
adalah pokok dari segala keburukan. Dan syariat melihat khamr itu dapat merusak jiwa,
akal, kesehatan, dan harta. Dan syariat sungguh-sungguh menjaganya dengan
menerangkan kepada manusia dari hari pertama bahwa manfaat khamr itu sedikit, tidak
sebanding dengan madhorot-nya yang kotor. Karena itu dalam firman Allah surah Al-
Baqarah : 219, yang artinya : “mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang khamr
dan judi. Katakanlah; pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.”
10. Pencurian
Jenis jenis pencurian : Pencurian dalam syariat Islam ada dua jenis : 1. Pencurian
dengan hukumannya adalah had, 2. Pencurian dengan hukumannya adalah ta’zir.
Pencurian yang diancam dengan hukuman had ada dua jenis : 1. Pencurian kecil, 2.
Pencurian besar. Adapun pencurian kecil adalah mengambil barang orang lain dengan
cara sembunyi sembunyi. Adapun pencurian besar adalah mengambil barang orang lain
dengan cara kekerasan. Pencurian besar itu disebut harabah atau pencurian dengan
senjata. Perbedaan antara pencurian kecil dan besar adalah pencurian kecil barang yang
diambil tanpa sepengetahuan korban dan tanpa ridho korban. dan adanya pencurian
kecil itu berlangsungnya dua syarat itu bersama sama. Jika hanya salah satu syarat maka
perbuatan tersebut tidak disebut pencurian kecil. Orang yang mencuri harta benda dari
rumah sepengetahuan pemilik rumah tanpa menggunakan kekuatan dan kekerasan,
perbuatan tersebut tidak disebut pencurian kecil, tetapi perbuatan itu disebut ikhtilasan
atau penggelapan. Barangsiapa yang mencuri barang orang lain tidak disebut pencurian
kecil tetapi disebut penjarahan. penggelapan, perampasan, penjarahan itu semua bentuk
bentuk pencurian tapi tidak ada hukuman hadnya. Dan barangsiapa mengambil benda
dari rumah dengan kerelaan pemiliknya dan tanpa kehadiran pemiliknya tidak disebut
pencuri. Adapun pencurian besar adalah mengambil harta dengan sepengetahuan
korban tetapi tanpa ridhonya atau tanpa kerelaannya dan dengan cara kekerasan. Jika
tidak ada kekerasan maka perbuatan itu disebut ikhtilas atau ghasab atau nahabun
selama ridhonya tidak ada.
11. Perampokan
Perampokan : merupakan pembegalan atau pencurian besar, dan
pembedaan pencurian atas pembegalan sebenarnya adalah pembedaan
secara majazi, bukan hakiki, karena pencurian adalah pengambilan harta
secara diam-diam, sedangkan pembegalan dilakukan secara terang-
terangan, namun sebenarnya ada yang disembunyikan juga dari
pembegalan, yakni pimpinan kelompok mereka dan komplotan yang
menjaga keamanan lokasi, dan oleh karena itu pencurian tidak ditujukan
terhadap pembegalan kecuali dengan syarat2 (batasan2), maka pembegalan
dikatakan sebagai pencurian besar, walaupun dikatakan pencurian saja
pembegalan belum difahami darinya, dan perlu ikatan (pembatasan) dari
tanda2 majazi.
12. Pemberontakan