Anda di halaman 1dari 4

NAMA : YOGA ADITAMA

NPM : 2019010078
KELAS/SEMESTER : B2/6
MATA KULIAH : HUKUM PIDANA ISLAM

1. Uraikan pengertian jarimah dalam hukum pidana Islam! Apakah perbedaan antara
Jarimah dan jinayat? Jelaskan!

jarimah diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh menurut syara


dan ditentukan hukumannya oleh Tuhan, baik dalam bentuk sanksi-sanksi yang
sudah jelas ketentuannya (had) maupun sanksi-sanksi yang belum jelas
ketentuannya oleh Tuhan (ta'zir).
Jinayah dan jarimah punya makna yang relatif sama meskipun cakupannya beda.
Menurut Nurul Irfan, dosen UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, jinayah sifatnya makro
dan sering diartikan pidana, sedangkan jarimah itu tindak pidana. Itu sebabnya di
UIN ada jurusan Syariah Jinayah Syiasah yang bersifat umum. 

2. Uraikan unsur unsur jarimah, baik unsur umum maupun unsur khusus! Berikan Satu
contoh jarimah dengan rincian unsur unsurnya!

Jarimah, memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum jarimah adalah unsur-unsur
yang terdapat pada setiap jenis jarimah, sedangkan unsur khusus adalah unsur-unsur yang
hanya terdapat pada jenis jarimah tertentu yang tidak terdapat pada jenis jarimah yang lain.
Unsur umum daripada Jarimah terbagi ke dalam tiga unsur yakni unsur formal, materil dan
moril. Unsur formal adalah adanya ketentuan nash yang melarang atau memerintahkan
suatu perbuatan serta mengancam pelanggarnya. Unsur materil (al-Rukn al-Madi) adalah
adanya tingkah laku atau perbuatan yang berbentuk jarimah yang melanggar ketentuan
formal. Sedangkan unsur moril (al-Rukn al Adabiy) adalah bila pelakunya seorang mukalaf,,
yakni orang yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Walaupun
secara umum jarimah terbagi kedalam tiga unsur di atas, akan tetapi secara khusus setiap
jarimah memiliki unsur-unsur tersendiri, dan inilah yang dinamakan dengan unsur khusus
jarimah.
3. Uraikan masing masing 5 klasifikasi tindak pidana menurut Hukum Islam!

Berat ringannya hukuman


Berdasarkan berat ringannya hukuman, hukum pidana Islam mengenal tiga macam
golongan kesalahan. Pertama tindak pidana hudud, yang sering diartikan sebagai
hukum atau ketetapan Allah SWT.

Kedua, tindak pidana kisas dan diat (ganti rugi). Tindakan pidana ini berkenaan
dengan kejahatan terhadap orang, seperti membunuh dan menganiaya
Ketiga, tindak pidana takzir. Berupa kejahatan yang tidak termasuk dalam hudud
karena bentuk hukumannya diserahkan kepada kebijakan hakim. Istilah takzir ini
bermakna memberikan pendidikan (pendisiplinan). Maksudnya adalah memberikan
hukuman yang bertujuan mengoreksi atau merehabilitasi pelaku kejahatan.
* Berdasarkan niat pelaku
Dilihat dari niat pelakunya, tindak pidana terbagi menjadi tindak pidana disengaja
(doleus delicten) dan tidak disengaja (culpose delicten). Dalam tindak pidana
disengaja, si pelaku dengan sengaja melakukan perbuatannya serta mengetahui
bahwa perbuatannya tersebut dilarang. Sedang, dalam tindak pidana tidak disengaja,
si pelaku sengaja mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi perbuatannya
tersebut terjadi akibat kekeliruannya.
* Berdasarkan waktu terungkapnya
Ada dua jenis tindakan pidana berdasarkan waktu terungkapnya, yaitu tindakan
pidana yang tertangkap basah dan tindakan pidana yang tidak tertangkap basah.
Tindak pidana yang tertangkap basah yaitu tindak pidana yang terungkap pada saat
tindak pidana itu dilakukan atau beberapa saat setelah tindak pidana tersebut
dilakukan. Sedangkan tindak pidana yang tidak tertangkap basah yaitu tindak pidana
yang tidak terungkap pada saat tindak pidana tersebut dilakukan atau terungkapnya
tindak pidana tersebut dalam waktu yang lama.
* Berdasarkan cara melakukannya
Berdasarkan cara melakukannya, tindak pidana terbagi menjadi tiga kelompok.
Pertama, tindak pidana positif dan tindak pidana negatif. Pembagian kelompok
pertama ini didasarkan atas tinjauan apakah tindak pidana yang diperbuat itu terjadi
berupa perbuatan nyata ataukah dengan sikap tidak berbuat, atau apakah perbuatan
itu diperintahkan ataukah dilarang.
* Berdasarkan karakter khususnya
Berdasarkan karakter khususnya, tindak pidana terbagi menjadi: tindak pidana yang
menganggu masyarakat umum, tindak pidana yang menganggu individu, tindak
pidana biasa, dan tindak pidana politik.
4. Apakah perbedaan dan persamaan antara jarimah hudud dengan jarimah qishos-
Diyat? Jelaskan!
tindak pidana hudud, yang sering diartikan sebagai hukum atau ketetapan Allah
SWT. Orang yang melakukan tindak pidana ini akan dikenai hukuman sesuai dengan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, tidak bisa ditambah atau dikurangi. Hukuman
yang diberikan kepada para pelaku tindak pidana hudud merupakan hak Tuhan yang
tidak bisa dihapuskan, baik oleh perseorangan yang menjadi korban tindak pidana itu
sendiri maupun oleh masyarakat yang diwakili lembaga negara.
tindak pidana kisas dan diat (ganti rugi). Tindakan pidana ini berkenaan dengan
kejahatan terhadap orang, seperti membunuh dan menganiaya. Bagi pelaku tindak
pidana ini akan dikenai hukuman kisas atau diat dari individu yang menjadi korban.
Kadar jumlah hukuman yang diberikan ditentukan oleh sang korban, namun tidak
memiliki aturan batasan minimal ataupun maksimal.
5. Mengapa dalam Hukum Pidana , para Mujtahid cenderung tidak menngunakan Qiyas
sebagai sumber hukum ? Jelaskan dengan alasannya !
Para ushul ulama fiqh menetapkan rukun qiyas ada 4 (empat) yaitu ashl (wadah
hukum yang ditetapkan melalui nash atau ijma’), far’u (kasus yang akan ditetapkan
hukumnya), i’llat (motivasi hukum yang terdapat dan terlihat oleh mujtahid pada
ashl, dan hukm al-ashl (hukum yang telah ditentukan oleh nash atau ijma’)
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya qiyas itu bisa
dikatakan benar bila sudah memenuhi empat rukun di atas. Keempat rukun tersebut
merupakan patokan dalam melakukan qiyas. Oleh karena itu, mujtahid yang akan
melakukan qiyas dituntut untuk berhati-hati dalam memahami nash dan hukum
serta harus cermat dalam meneliti “illat yang ada pada far’u apakah ada relevansinya
dengan ashl yang dijadikan sebagai sandaran hukum di dalam nash tersebut dan
“illat pada persoalan baru (far’u) yang telah disebutkan oleh nash. Jika “illat sudah
diketahui antara ashl dan far’u maka dapat dilakukan qiyas antara keduanya

Anda mungkin juga menyukai