Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JARIMAH HUDUD

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Fiqh Siyasah Jinayah

Dosen Pengampu: DR. Hj. Naili Anafah., SHI, M.Ag.

Disusun oleh :

Kelompok 11

Riyan Andika (2103016061)

Lilis Lisefati Imani (2103016097)

Koningah (2103016103)

PAI 5-C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
A. Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kejahatan di atas bumi ini tidak akan pernah
hilang sejak zaman dahulu hingga saat ini. Akan tetapi untuk meminimalisir terjadinya
kejahatan tersebut sangat penting adanya aturan berupa sanksi yang akan dikenakan
kepada pelakunya, dengan fungsi sebagai pelajaran dan pencegahan, agar si pelaku atau
pun orang lain tidak berani untuk melakukan kejahatan lagi. Kejahatan dalam hukum
pidana Islam disebut jarimah, yaitu larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah
SWT. dengan hukuman had atau ta’zir. Jarimah berbeda-beda penggolongannya
menurut perbedaan tinjauannya. Dalam pembahasan ini, penulis akan menguraikan
pembahasan tentang jarimah hudud.
Hudud adalah bagian integral dari hukum pidana Islam yang mengatur
pelanggaran-pelanggaran tertentu dengan sanksi-sanksi yang telah ditentukan oleh
syariah Islam. Hudud sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "batasan," yang
menggambarkan sifatnya yang memiliki hukuman tetap dan jelas yang telah ditetapkan
dalam Al-Quran dan Hadis. Contoh-contoh pelanggaran yang masuk dalam kategori
Hudud mencakup zina (perzinaan), pencurian, pencurian dengan kekerasan, apostasi
(murtad), dan tuduhan palsu terhadap kehormatan. Hukuman-hukuman dalam Hudud
termasuk cambuk, rajam (pelemparan batu), potongan tangan, dan bahkan hukuman
mati, tergantung pada jenis pelanggaran yang dilakukan.
Penerapan Hudud dalam sistem hukum Islam memiliki persyaratan ketat yang
harus dipenuhi, termasuk standar bukti yang sangat tinggi. Selain itu, peradilan Islam
harus memastikan bahwa seluruh proses hukum dilakukan secara adil dan transparan
untuk melindungi hak-hak individu. Sanksi Hudud memiliki tujuan utama yaitu
menciptakan efek jera di kalangan masyarakat dan mencegah terjadinya kejahatan.
Namun, dalam konteks perkembangan zaman, banyak negara dengan mayoritas
penduduk Muslim telah melakukan modifikasi terhadap sistem hukum mereka. Hal ini
dilakukan untuk menggantikan sanksi Hudud dengan hukuman-hukuman yang lebih
sesuai dengan nilai-nilai hukum modern dan hak asasi manusia. Upaya ini
mencerminkan upaya untuk mencapai keseimbangan antara menjaga nilai-nilai
tradisional dan menegakkan prinsip-prinsip hukum yang lebih kontemporer.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas di dalam makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari Jarimah Hudud?

1
2. Apa saja macam-macam Jarimah Hudud?
3. Apa saja ketentuan Jarimah Hudud?
4. Apa saja dalil dari Jarimah Hudud?
5. Bagaimana hukuman Jarimah Hudud?
C. Tujuan
Adapun tujuan masalah yang dibahas di dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Jarimah Hudud
2. Untuk mengetahui dan menganalisis macam-macam Jarimah Hudud
3. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan-ketentuan Jarimah Hudud
4. Untuk mengetahui dalil-dalil Jarimah Hudud
5. Untuk mengetahui dan menganalisis hukuman Jarimah Hudud
D. Pembahasan
1. Pengertian Jarimah Hudud
Jarimah hudud adalah jarimah (larangan-larangan) yang diancam dengan
hukuman had. Had secara bahasa adalah pemisah antara dua hal supaya tidak
bercampur dengan yang lainnya, atau batasan antara satu dengan yang lainnya, atau
pemisah antara dua hal yang sudah mempunyai batas. Sebagai contoh batas tanah,
batas haram dan sebagainya.1
Menurut istilah syara’ sebagaimana dinyatakan oleh ‘Abd al Qadir ‘Awdah,
jarimah hudud yaitu2:

Artinya: Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Dan
had adalah ancaman hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan
menjadi hak Allah.
Jarimah hudud yang merupakan hak mutlak Allah adalah untuk kemashlaha-tan
manusia secara umum dan mencegah penguasa/hakim dari penyelewen-gan hukum
dan tindakan sewenang-sewenang. Jarimah hudud telah diatur dalam al-Qur’an dan
as-Sunnah secara jelas dan tegas, tidak ada hak penafsiran dari penetap dan penegak
hukum, mereka terbatas pada ketentuan yang telah ditetapkan nash-nash tersebut.
Menurut Abdul Qadir Audah yang termasuk dalam jarimah hudud sebanyak tujuh

1
Reni Surya, "Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif Hukum Islam", Jurnal
Hukum Islam dan Hukum Keluarga Vol.2, No.2, Desember 2018, hal. 531.
2
‘Abd al-Qadir ‘Awdah, Al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami Muqaranah bi al-Qanun al-Wad‘i Jilid I, Beirut:
Mua’assasah al-Risalah, 1997, hal 78-79.

2
macam, yaitu: zina, menuduh zina, peminum khamar, pencurian, khirobah, murtad,
dan pemberontakan. Ketujuh macam jarimah tersebut telah diatur dalam al-Qur’an
dan as- Sunnah dengan jelas dan tegas. Apabila diteliti secara seksama ayat-ayat
dan Sunnah Nabi tentang jarimah hudud, mengenai jarimah peminum khamar dan
murtad tidak terdapat ketentuan hukumnya yang tegas tentang sifat keduniaannya,
namun hanya bersifat keakhiratan belaka.
2. Macam-Macam Jarimah Hudud
a) Zina
Definisi zina dalam kitab al-Ta’rifat yang merupakan kitab dari Imam al
Jurnani adalah sebagai berikut:
َ ‫طأُفِى قُبُل خَال‬
‫ع ْن ِم ْلك َوشُ ْب َهة‬ ْ ‫ا َ ْل َو‬
Artinya: “Memasukkan zakar ke dalam farji yang bukan miliknya (bukan
istrinya) dan tidak ada unsur kekeliruan.”3
Ibnu Rusyd, sebagaimana yang dikutip Rahmat Hakim, mendefinisikan
Zina sebagai persetubuhan yang dilakukan bukan karena nikah yang sah atau
semu nikah dan bukan karena kepemilikan hamba sahaya. Menurut H.A.
Djazuli, dengan mengutip pendapat ulama malikiyah, zina adalah me-wat’i nya
seorang laki-laki mukallaf terhadap farj wanita yang bukan miliknya dan
dilakukan dengan sengaja. Adapun ulama Syafi’iyah mendefinisikan zina
dengan memasukkan zakar ke dalam farj yang haram dengan tidak subhatdan
secara naluriah memuaskan hawa nafsu. Meskipun para ulama berbeda
pendapat dalam mendefinisikan zina, tetapi mereka sepakat terhadap dua unsur
zina, yaitu persetubuhan (wat’i) yang haram serta itikad jahat yang di
ekspresikan dalam kesengajaan melakukan sesuatu yang haram tadi. Yang
dimaksud dengan wat’i haram adalah wat’i pada farj wanita yang bukan
istrinya atau hambanya dan masuknya Zakar itu seperti masuknya ember ke
dalam sumur, dan tetap dianggap zina meskipun ada penghalang antara zakar
dengan farjnya, selama penghalangan itu tidak menghilangkan kenikmatan. 4

3
Ali bin Muhammad al-Syarif al-Jurjani, al-Ta’rifat, (Beirut: Maktabah Libanon, 1985), hal 120.
4
Komson, "Relevansi Jarimah Hudud dengan Perkembangan Kontemporer", (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), hal. 30.

3
b) Qadzaf
Asal makna qadzaf adalah ramyu melempar, umpamanya dengan batu
atau dengan yang lainya. Menurut istilah adalah menuduh orang melakukan
zina. Dalam memberikan definisi qadzaf ini, Abu Rahman Al-Jairi mengatakan
sebagai berikut:

Artinya: “Qadzaf adalah suatu ungkapan tentang penuduhan seseorang


kepada orang lain dengan tuduhan zina, baik dengan menggunakan lafadz yang
sharih (tegas) atau secara dilalah (tidak jelas).
c) Sariqah (Mencuri)
Pengertian sariqah secara etimologi:

Artinya: “Pencurian asal kata dari saraqa yasriqu-saraqan, wa sariqan


wa saraqatan wa sirqatan, yang berarti mengambil sesuatu secara sembunyi-
sembunyi atau secara terang-terangan.5
Pencurian adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam
dan rahasia dari tempat penyimpannya yang terjaga dan rapi dengan maksud
untuk dimiliki. Pengambilan harta milik orang lain secara terang-terangan tidak
termasuk pencurian tetapi Muharobah (perampokan) yang hukumannya lebih
berat dari pencurian. Dan Pengambilan harta orang lain tanpa bermaksud
memiliki itupun tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab (memanfaatkan milik
orang lain tanpa izin).
d) Khamar
Khamar berasal dari kata khamara-yakhmuru atau yakhmiru yang secara
etimologi berarti tertutup, terhalang atau tersembunyi. Secara terminology
menurut Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad, khamar adalah minum
minuman yang memabukkan baik minuman tersebut dinamakan khamar
maupun bukan khamar, baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari
bahan-bahan yang lain.6

5
Mardani, Kejahatan Pencurian dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: CV. INDHILL CO, 2008), hal 91.
6
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hal 74.

4
Pengertian asy-syarbu menurut Imam Abu Hanifah adalah:

Artinya: “menurutnya, meminum minuman beralkohol saja, baik yang


diminum itu banyak maupun sedikit.”
Dapat disimpulkan bahwa khamar adalah cairan yang di hasilkan dari
peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah sari patinya menjadi
alkohol dan menggunakan katalisator (enzim) yang mempunyai kemampuan
untuk memisah unsur-unsur tentu yang berubah melalui proses peragian atau
khamr adalah minuman yang memabukkan.
e) Hirabah (Perampokan)
Hirabah adalah bentuk masdar dari kata kharoba- yukharibu-
mukharobatan yang secara etimologi berarti memerangi. Dalam ensiklopedia
fiqih:

‫الحرابة هى قطع الطريق او هى تعرض انسا ن مسلح مجا هرة ال موال الناس او نفو‬
‫سهم او اعرا ضهم‬

“Hirabah adalah perampokan atau perampasan terhadap harta, jiwa


dan kehormatan manusia, yang dilakukan oleh orang yang bersenjata dengan
terang-terangan.”
Hirabah adalah keluarnya gerombolan bersenjata di daerah islam untuk
mengadakan kekacauan, penumpahan darah, perampasan harta, mengoyak
kehormatan, merusak tanaman, peternakan, citra agama, akhlak, ketertiban dan
undang-undang baik gerombolan tersebut dari orang islam sendiri maupun
kafir zimmi atau kafir harbi.
Menurut syafi’iyah hirabah adalah keluar untuk mengambil harta, atau
membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang
kepada kekuatan, dan jauh dari pertolongan (bantuan).
f) Pemberontakan
Secara etimologis, al-baghyu berasal dari kata ‫ بغى – يبغي – بغيا‬yang
berarti menuntut sesuatu. Kalau ada kalimat ‫ بغى على الناس بغيا‬artinya ‫ظلم واعتدى‬
berbuat zalim dan menganiaya. Pelakunya disebut ‫ باغ‬yang bentuk jamaknya

5
adalah ‫بغاة‬. Kata ‫ بغى‬juga berarti ‫ تكبر‬sombong, takabbur. Dikatakan demikian
karena pelaku jarimah bersikap takabbur dengan melampaui batas dalam
menuntut sesuatu yang bukan haknya.
Pengertian secara terminologis, al-baghyu adalah usaha melawan suatu
pemerintahan yang sah secara nyata, baik dengan mengangkat senjata atau
tidak mengindahkan ketentuan yang digariskan pemerintah. Asy-Syafi’i,
seperti dikutip H.A.Dzajuli, mengatakan, pemberontak adalah orang muslim
yang menyalahi iman, dengan cara tidak menaatinya dan melepaskan diri dari
iman, menolak kewajiban, yang memiliki kekuatan, argumentasi dan
pimpinan.7
g) Murtad
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja’a (kembali), sehingga
apabila dikatakan irtadda ‘andiinihi maka artinya orang itu telah kafir setelah
memeluk Islam (lihat Mu’jamul Wasith, 1/338). Perbuatannya yang
menyebabkan dia kafir atau murtad itu disebut sebagai riddah (kemurtadan).
Secara istilah makna riddah adalah : keluar dari agama Islam dalam bentuk
niat, perkataan, atau perbuatan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir
atau tidak beragama sama sekali. Allah ta’ala berfirman yang
artinya,“Barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya kemudian
mati dalam keadaan kafir maka mereka itulah orang-orang yang terhapus
amalannya di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka
kekal berada di dalamnya.
Menurut Ensiklopedia Islam, berlakunya kemurtadan ditentukan oleh
dua hal. Pertama, berakal. Tidak sah kemurtadan orang gila atau anak kecil
yang belum berakal. Kedua, memiliki kekebasan dan kemerdekaan bertindak
serta menentukan pilihan. Seseorang yang dipaksa murtad, sedangkan hatinya
masih tetap dalam keadaan beriman, tak bisa disebut murtad. Orang yang
murtad, menurut fikih, kehilangan hak perlindungan atas jiwanya. Selain itu,
orang yang murtad juga gugur dan hilang hak-hak perdatanya, kepemilikannya,
dan batal perkawinannya.

7
Rahmat hakim, hukum pidana islam (fiqh jinayah), Bandung; Pustaka setia, 2000, hal. 108

6
Para ulama menetapkan, jika orang tersebut masuk Islam lagi, semua
haknya yang hilang akan dikembalikan. Dalam hal waris, secara umum orang
murtad tak dapat mewarisi dari pihak mana pun, baik dari pihak Muslim
maupun kafir, karena tak mempunyai wali dan tak diakui oleh Islam.
Sebagian ulama berpendapat, kemurtadan merupakan penghalang
khusus atas pewarisan, bukan perbedaan agama. Menurut jumhur
(kesepakatan) ulama, harta benda orang murtad tak dapat diwarisi. Namun,
sebagian pengikut Abu Hanifah berpendapat hartanya boleh diwarisi. Harta,
menurut Abu Hanifah, adalah yang didapatkan dalam keadaan Islam,
sedangkan yang didapatkan dalam keadaan murtad menjadi rampasan (fai) bagi
kas negara.

3. Ketentuan Jarimah Hudud


Hudud ditetapkan Allah Swt. setidaknya untuk beberapa macam kategori
hukum, yaitu:
a) Hukum suatu tindakan yang dikategorikan terlarang pada waktu-waktu
tertentu, misalnya larangan melakukan hubungan suami istri pada saat I’tikaf,
seperti yang telah dijelaskan pada Qur’an Surat Al Baqarah ayat 187.
b) Batas hukum Allah di mana sesorang dilarang untuk melampaui batas. Yang
dimaksudkan di sini adalah segala sesuatu yang dibolehkan Allah Swt. untuk
melakukannya melalui hukum wajib, sunah, atau hukum mubah. Menganiaya
berarti melampaui batas-batasnya. Alquran mengungkapkan hal semacam ini
dalam firman-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 229.
Ayat Alquran semacam ini berlaku bagi orang-orang yang melewati batas
kebolehan yang diperkenankan Allah Swt. Misalnya, ketika seorang suami
tidak menjaga dan mempertahankan istrinya dengan baik atau menceraikannya
juga tidak secara baik, ia dianggap telah melanggar sesuatu yang dibolehkan
Allah Swt menuju sesuatu yang diharamkan Nya. Contoh lain, perbuatan zina
yang dilakukan orang yang belum menikah (bujang atau perawan) dihukum
dengan 100 kali dera dan diasingkan selama 1 (satu) tahun, dan yang sudah
menikah dengan hukuman rajam.
c) Jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak
melakukan perbuatan yang haram. Selain itu bertujuan untuk kepentingan

7
masyarakat dan menjaga stabilitas keamanan umum dan untuk menjunjung
tinggi keadilan.
Hudud merupakan salah satu bentuk hukuman dari sekian banyak jenis
hukuman yang dapat menyakiti pelaku dan mencemari reputasinya. Islam
melarang umatnya untuk menodai kehormatan diri dan menyakiti seseorang,
kecuali dengan cara yang benar. Kebenaran tidak bisa ditetapkan, kecuali
dengan bukti yang cukup. Jika bukti masih diragukan, tidak bisa menjadi dasar
bagi penegakan hukum. Karena itu, tuduhan dan keraguan tidak bisa dianggap
sebagai sesuatu yang pasti dan dijadikan sebagai patokan karena mengandung
kemungkinan tidak benar.
Alquran dan Sunah Nabi Saw. telah menetapkan hukuman-hukuman tertentu
bagi tindakan kriminal (jara‘im al-hudud). Tindakan kriminal (jara‘im al-
hudud) itu ada 7 (tujuh) macam, yaitu: (1) zina, (2) tuduhan zina tanpa disertai
bukti yang cukup (qadzaf), (3) pencurian (sariqah), (4) perampokan (hirabah),
(5) minum khamar (syurb al-khamar), (6) pemberontakan (al-baghyu), dan (7)
murtad. Siapa yang melakukan salah satu tindak kriminal di atas, akan
mendapatkan hukuman yang sudah ditentukan Allah Swt. dan rasul-Nya.8
4. Dalil-Dalil Jarimah Hudud
Dalil Nash Al Qur’an tentang Jarimah Hudud9:
a) Al Baqarah ayat 187

ِ َّ ُ‫اج ِد ۗ ِت ْلكَ ُحدُود‬


ۗ ‫َّللا فَ ََل تَ ْق َربُوهَا‬ ِ ‫س‬َ ‫عا ِكفُونَ فِي ْال َم‬ َ ‫اش ُروه َُّن َوأَ ْنت ُ ْم‬
ِ َ‫ َو َال تُب‬...
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُون‬ َّ ‫َك َٰذَلِكَ يُبَ ِي ُن‬
ِ َّ‫َّللاُ آيَاتِ ِه ِللن‬
Artinya: “(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf
dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya
mereka bertakwa.”

b) Al Baqarah ayat 229

8
Fuad Thohari, “Hadis Ahkam Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qishas, dan Ta’zir)”,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal 54-56.
9
Fuad Thohari, “Hadis Ahkam Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qishsas, dan Ta’zir)”, hal
47.

8
َّ ‫َّللا فَأُو َٰلَئِكَ هُ ُم‬
َ‫الظا ِل ُمون‬ ِ َّ ُ‫ ِت ْلكَ ُحدُود‬...
ِ َّ َ‫َّللا فَ ََل تَ ْعتَدُوهَا ۚ َو َم ْن يَتَعَدَّ ُحدُود‬
Artinya: “Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang
yang zalim.”

c) Al Talaq ayat 1

َ ‫ظلَ َم نَ ْف‬
...ۚ ُ‫سه‬ َ ْ‫َّللا فَقَد‬ ِ َّ ُ‫ َو ِت ْلكَ ُحدُود‬...
ِ َّ َ‫َّللا ۚ َو َم ْن يَتَ َعدَّ ُحدُود‬
Artinya: “Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-
hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya
sendiri.”
5. Hukuman Jarimah Hudud
a) Zina
Hukuman terhadap pelaku zina adalah dicambuk seratus kali
berdasarkan firman Allah swt. surat an-Nur ayat 2:10

َّ ‫اح ٍد ِمنْ ُه َما ِمائَةَ َجلْ َدةٍ ۖ َوََل ََتْ ُخ ْذ ُك ْم ِبِِ َما َرأْفَةٌ ِِف ِدي ِن‬
‫اَّللِ إِ ْن ُكنْ تُ ْم‬ ِ ‫الزِاِن فَاجلِ ُدوا ُك َّل و‬
َ ْ َّ ‫الزانِيَةُ َو‬
َّ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫تُ ْؤمنُو َن ِِب ََّّلل َوالْيَ ْوم ْاْلخ ِر ۖ َولْيَ ْش َه ْد َع َذ َاِبُ َما طَائ َفةٌ م َن الْ ُم ْؤمن‬
‫ني‬
Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”
b) Qadzaf
Qadzaf (penuduh zina) dengan tidak mendatangkan empat orang saksi
dijilid delapan puluh kali berdasarkan surat an-Nur 4 (empat):11

‫ني َجلْ َدةً َوََل تَ ْقبَ لُوا ََلُْم‬ِ ِ َ‫ات ُُثَّ ََل َيْتُوا ِِبَرب ع ِة ُشه َداء ف‬
ِ َ‫والَّ ِذين ي رمو َن الْمحصن‬
َ ‫وه ْم ََثَان‬
ُ ‫اجل ُد‬
ْ َ َ َ َْ َ ْ َ ْ ُ ُ َْ َ َ
ِ ‫ك هم الْ َف‬
‫اس ُقو َن‬ َِٰ
ُ ُ َ ‫َش َه َادةً أَبَ ًدا ۚ َوأُولَئ‬

10
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif Hukum Islam”, SAMARAH:
Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, 2018, vol 2 no. 2, hal 535.
11
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif Hukum Islam”, hal 536.

9
Artinya: “Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik [1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka
Itulah orang-orang yang fasik.”
c) Sariqah (Mencuri)
Hukuman terhadap pelaku pencuri adalah potong tangan berdasarkan
surat al-Maidah ayat 38:12

‫اَّللُ َع ِز ٌيز َحكِ ٌيم‬ َّ ‫السا ِرقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْ ِديَ ُه َما َجَزاءً ِبَا َك َسبَا نَ َك ًاَل ِم َن‬
َّ ‫اَّللِ ۗ َو‬ َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫َو‬
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
d) Khamr (Minuman yang memabukkan)
Hadd bagi peminum khamr dan segala jenis minuman memabukkan lainnya
yaitu di dera dengan empat puluh kali deraan cambuk, tangan, sandal, atau
dengan ujung pakaian. Hal ini sesuai dengan hadits dalam Shahih Muslim dari
Anas, “Nabi mendera dalam kasus khamr dengan pelepah daun kurma dan
sandal sebanyak empat puluh kali deraan. “Apabila mengonsumsi minuman
memabukkan dilakukan lebih dari satu kali sebelum dijatuhi hadd. Hadits yang
menunjukkan perintah menghukum mati peminum dalam perbuatan yang
keempat kalinya dinasakh oleh ijma’ ulama. Menurut pendapat yang ashas,
hadd boleh dijatuhkan hingga mencapai delapan puluh kali deraan sebagai
bentuk takzir. Keharaman ini bukan saja karena daya rusaknya bagi akal fikiran
dan fisik, namun khamr juga disinyalir sebagai induk kejahatan dalam
kehidupan bermasyarkat yang dapat menyebabkan manusia lalai dari
mengingat Allah SWT.13
e) Hirabah

12
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif Hukum Islam”, hal 537.
13
Dwi Dasa Suryantoro, dan Ainur Rofiq, “Hudud Syar’iyah Hadd Kharm dan Minuman Memabukkan
Perspektif Hukum Islam”, At Turost Journal of Islamic Studies, 2021, vol 8 no. 1, hal 143.

10
Hukuman terhadap pelaku hirabah adalah dibunuh atau disalib atau dipotong
tangan dan kakinya secara berseling, atau diasingkan.14 Dasar hukum hirabah
adalah firman Allah surat al-Maidah ayat 33:
ِ ِ
‫صلَّبُوا أ َْو تُ َقطَّ َع‬ ِ ‫اَّللَ َوَر ُسولَهُ َويَ ْس َع ْو َن ِِف ْاْل َْر‬
َ ُ‫ض فَ َس ًادا أَ ْن يُ َقتَّلُوا أ َْو ي‬ َ ‫إََّّنَا َجَزاءُ الَّذ‬
َّ ‫ين ُُيَا ِربُو َن‬

ِ‫ي ِِف الدُّنْيَا ۖ َوََلُْم ِِف ا ْْل ِخرة‬ ِ َ ِ‫ض ۚ ََٰذل‬ ٍ ‫أَي ِدي ِهم وأَرجلُهم ِمن ِخ ََل‬
ِ ‫ف أ َْو يُْن َف ْوا ِم َن ْاْل َْر‬
َ ٌ ‫ك ََلُْم خ ْز‬ ْ ُْ ُ ْ َ ْ ْ
‫اب َع ِظ ٌيم‬
ٌ ‫َع َذ‬
Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka
beroleh siksaan yang besar.
f) Pemberontakan
Sanksi pidana terhadap pemberontakan adalah dihukum mati,15 berdasarkan
firman Allah surat al-Hujurat ayat 9:

‫ُخَر َٰى فَ َقاتِلُوا‬ ِ ‫ان ِمن الْمؤِمنِني اقْ ت ت لُوا فَأ‬


ْ ‫ت إِ ْح َد ُاُهَا َعلَى ْاْل‬
ْ َ‫َصل ُحوا بَْي نَ ُه َما ۖ فَإِ ْن بَغ‬
ْ َ َ َ ْ ُ َ ِ َ‫َوإِ ْن طَائَِفت‬

‫ب‬ َّ ‫َصلِ ُحوا بَْي نَ ُه َما ِِبلْ َع ْد ِل َوأَقْ ِسطُوا ۖ إِ َّن‬


ُّ ‫اَّللَ ُُِي‬ َِّ ‫الَِِّت تَبغِي ح ََّّت تَِفيء إِ َ ََٰل أَم ِر‬
ْ َ‫اَّلل ۚ فَإِ ْن فَاء‬
ْ ‫ت فَأ‬ ْ َ َٰ َ ْ
‫ني‬ ِِ
َ ‫الْ ُم ْقسط‬
Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar
perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
g) Murtad
Dasar hukum jarimah riddah adalah surat al Baqarah ayat 217:

14
Reni Surya, “Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam Perspektif Hukum Islam”, hal 541.
15
Ahmad Hanafi, “Asas-asas Hukum Pidana Islam”, cet. 5, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), hal. 278.

11
ۖ ِ‫ت أ َْع َما َُلُْم ِِف الدُّنْيَا َو ْاْل ِخَرة‬ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ ِ‫ت َو ُه َو َكافٌر فَأُوَٰلَئ‬
ْ َ‫ك َحبِط‬ ْ ‫َوَم ْن يَ ْرتَد ْد منْ ُك ْم َع ْن دينه فَيَ ُم‬

‫اب النَّا ِر ۖ ُه ْم فِ َيها‬


ُ ‫َص َح‬ َ ِ‫َوأُوَٰلَئ‬
ْ ‫كأ‬
‫َخالِ ُدو َن‬
Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
E. Kesimpulan
1. Jarimah hudud yang merupakan hak mutlak Allah adalah untuk kemashlaha-tan
manusia secara umum dan mencegah penguasa/hakim dari penyelewen-gan hukum
dan tindakan sewenang-sewenang.
2. Macam-macam Jarimah hudud: zina, khamar, qadzaf, riddah, mencuri, muharabah.
3. Hudud ditetapkan Allah Swt. setidaknya untuk beberapa macam kategori hukum,
yaitu: Hukum suatu tindakan yang dikategorikan terlarang pada waktu-waktu
tertentu, Batas hukum Allah di mana sesorang dilarang untuk melampaui batas,
Jenis hukuman yang telah ditentukan yang bisa membuat jera, agar tidak melakukan
perbuatan yang haram.
4. Dalil Nash Al Qur’an dan Hadis tentang Jarimah Hudud: Al- Baqoroh 187, dan 229,
Al Talaq ayat 1
5. Hukuman Jarimah Hudud:
a) Zina: Hukuman terhadap pelaku zina adalah dicambuk seratus kali.
b) Khamr: peminum khamr dan segala jenis minuman memabukkan lainnya yaitu
di dera dengan empat puluh kali deraan cambuk, tangan, sandal, atau dengan
ujung pakaian.
c) Sariqoh (mencuri): Hukuman terhadap pelaku pencuri adalah potong tangan
berdasarkan.
d) Qadzaf (penuduh zina): dengan tidak mendatangkan empat orang saksi dijilid
delapan puluh kali.
e) Hirabah: Hukuman terhadap pelaku hirabah adalah dibunuh atau disalib atau
dipotong tangan dan kakinya secara berseling, atau diasingkan.
f) Pemberontakan: Sanksi pidana terhadap pemberontakan adalah dihukum mati.
g) Murtad: seseorang yang meninggal dalam keadaan murtad akan kekal di neraka.

12
F. DAFTAR PUSTAKA

‘Awdah, ‘Abd al-Qadir. (1997). Al-Tasyri‘ al-Jina’i al-Islami Muqaranah bi al-Qanun


al-Wad‘i Jilid I. Beirut: Mua’assasah al-Risalah.
Abdi Fathuddin, (2014), "Keluwesan Hukum Pidana Isi dalam Jurnal Hudud", Jurnal
Al Risalah.
Al-Jurjani, Ali bin Muhammad al-Syarif. 1985. al-Ta’rifat. Beirut: Maktabah Libanon.
Hanafi, A. (1993). Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Cet 5. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Komson, (2018), "Relevansi Jarimah Hudud dengan Perkembangan Kontemporer",
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah).
Mardani. (2008). Kejahatan Pencurian dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: CV.
INDHILL CO.
Muslih, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Surya, R. (2019). Klasifikasi tindak pidana hudud dan sanksinya dalam perspektif
hukum islam. SAMARAH: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam. 2(2).
Suryantoro, D. D., & Rofiq, A. (2021). Hudud Syar’iyah Hadd Kharm Dan Minuman
Memabukkan Perspektif Hukum Islam. At Turost Journal of Islamic Studies, 8.
Surya Reni, (2018), "Klasifikasi Tindak Pidana Hudud dan Sanksinya dalam
Perspektif Hukum Islam", Jurnal Hukum Islam dan Hukum Keluarga.
Thohari, F. (2018). Hadis Ahkam: kajian hadis-hadis hukum pidana Islam (hudud,
qishash, dan ta’zir). Yogyakarta: Deepublish.

13

Anda mungkin juga menyukai