Disusun oleh:
Semester: V B
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah
dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Hukum Hudud; Mencuri, Merampok, dan Bughat”. Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih MA”. Disamping itu penulis berharap
semoga isi dari makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya para
pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang yang kami kaji di
dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada Bapak
Drs. H. Sokhibi, M.Pd.I, selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Serta pihak-pihak lain yang
ikut memberikan kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun agar dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum hudud dan agama Islam sangat erat hubungannya, bahkan tidak bisa
dipisahkan satu dari keduanya. Hudud adalah hukuman-hukuman yang telah di tetapkan oleh
syara' (Al-Quran dan hadis) dan ditujukan kepada pelaku jinayah atau kejahatan, guna
mencegah seseorang terjerumus kepada kejahatan yang sama sebagai kafarah atau pensucian
pelaku kejahatan dari dosa. Konsep hukum hudud Islam selalu berlandaskan pada dua kitab
besar Islam yaitu Al-Quran dan hadis. Bukan hanya dalam perkara ibadah, Islam juga
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk mengatur hukuman bagi pelaku
kejahatan. Jadi, suatu hal yang sangat aneh jika konsep hukum hudud justru di abaikan dan
tidak di implementasikan oleh orang-orang yang mengatakan dirinya sebagai seorang muslim.
Namun, dalam perjalanan sejarah Islam yang sangat panjang, dari masa-masa kaum muslimin
yang masih taat dengan semua isi ajaran Islam hingga sampai di zaman modern seperti
sekarang ini, perlu dimaklumi jika ketaatan tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang karena
telah terjadinya percampuran isme-isme di luar ajaran Islam. Tidak diterapkannya hukum
Islam oleh kaum muslimin di zaman sepeninggal Rasulullah ﷺmerupakan suatu hal yang
wajar, karena Rasulullah ﷺsudah menubuatkan tentang kejadian tersebut dalam sebuah
hadis dengan derajat yang jayyid, sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hukum hudud?
2. Apa sajakah sanksi yang di jatuhkan kepada pelaku kejahatan mencuri,
merampok, dan bughat dalam hukum hudud?
C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan tentang hukum hudud.
2. Mengetahui tentang layak atau tidaknya hukum hudud untuk diterapkan di era modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Hudud
Kata hudud merupakan bentuk plural dari kata had, yang secara bahasa berarti;
mencegah. Pemisah antara dua benda dinamakan dengan had karena mencegah
keduanya saling bercampur. Adapun had menurut istilah adalah sanksi-sanksi atas
kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa taala yang telah dipastikan bentuk dan
ukurannya menurut syariat.
ا َدةَ ب ِْن66َق ع َْن َربِي َعةَ ب ِْن نَا ِج ٍد ع َْن ُعب َ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َسالِ ٍم ْال َم ْفلُو ُج َح َّدثَنَا ُعبَ ْي َدةُ بْنُ اَأْل ْس َو ِد ع َْن ْالقَا ِس ِم ْب ِن ْال َولِي ِد ع َْن َأبِي
ٍ صا ِد
َ َت ق
ال ِ الصَّا ِم
د َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم فِي هَّللا ِ لَوْ َمةُ اَل ِئ ٍم6ِ ب َو ْالبَ ِعي ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأقِي ُموا ُحدُو َد هَّللا ِ فِي ْالقَ ِري
َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Salim Al Mafluj[1], telah menceritakan
kepada kami Ubaidah bin Al Aswad[2] dari Al Qasim bin Al Walid[3] dari Abu Shadiq[4]
dari Rabi'ah bin Najid[5] dari 'Ubadah bin Shamit[6], ia berkata; bersabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam: "Tegakkanlah hukum hudud Allah baik kepada orang dekat
maupun orang yang jauh, dan jangan sampai cercaan orang yang mencerca mempengaruhi
kalian dijalan Allah." (HR. Ibnu Majah: 2531)
1. Adapun sanksi yang telah ditetapkan oleh syariat yaitu;
a. Had zina
b. Had homoseksual
c. Qodzaf (menuduh orang lain berzina tanpa bukti)
d. Pencurian
e. Meminum khamar (arak dan apa saja yang memabukkan)
f. Had hirabah (begal atau merampok).
Sanksi-sanksi ini dinamakan hudud dikarenakan sanksi-sanksi tersebut
dibatasi, artinya ditentukan kadar hukumannya tidak boleh lebih atau kurang.
Atau juga karena untuk mencegah pelakunya kembali melakukan tindakan-
tindakan tersebut, atau mencegah orang lain (melakukan tindakan yang sama).
Orang yang telah telah melakukan salah satu dari kejahatan yang terdapat dalam
hukuman hudud harus di hukum jika kejahatan tersebut mengenai orang lain dan
orang lain tersebut tidak memaafkan, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ُض َي هَّللا ُ َع ْنهَا َأ َّن قُ َر ْي ًشا َأهَ َّمهُ ْم َشْأن ِ ي ع َْن عُرْ َوةَ ع َْن عَاِئ َشةَ َر ُّ ْث ع َْن
ِّ الز ْه ِر ٌ َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا لَي
َّ
َّدثَنَا6 َّدثَنَا َعلِ ٌّي َح6ل َم ح و َح6 ِه َو َس6ْلى ُ َعلَي6ص هَّللا َّ هَّللا ُ ُأ
َ ِ و ِل6ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة فَقَالُوا َم ْن يَجْ ت َِرُئ َعلَ ْي ِه ِإاَّل َسا َمة بْنُ َز ْي ٍد ِحبُّ َر ُس
ال َو َج ْدتُهُ فِي6 َ َ ٍد ق6هُ ع َْن َأ َح6ت لِ ُس ْفيَانَ فَلَ ْم تَحْ تَ ِم ْل ُ صا َح بِي قُ ْل
َ َث ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة ف ِ ي ع َْن َح ِدي ُّ ْت َأ ْسَأ ُل
َّ الز ْه ِر ُ ُس ْفيَانُ قَا َل َذهَب
ْ
ض َي ُ َعنهَاهَّللا ِ ي ع َْن عُرْ َوةَ ع َْن عَاِئ َشةَ َر ِّ الز ْه ِر َأ
ُّ ب َكانَ َكتَبَهُ يُّوبُ بْنُ ُمو َسى ع َْن ٍ ِكتَا
ُ ه66صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَلَ ْم يَجْ ت َِرْئ َأ َح ٌد َأ ْن يُ َكلِّ َم َّ ِت فَقَالُوا َم ْن يُ َكلِّ ُم فِيهَا النَّب
َ ي ْ َوم َس َرق ٍ َأ َّن ا ْم َرَأةً ِم ْن بَنِي َم ْخ ُز
ْو66َ ِعيفُ قَطَعُوهُ ل6 الض َّ ق فِي ِه ْم َ ق فِي ِه ْم ال َّش ِريفُ تَ َر ُكوهُ َوِإ َذا َس َر َ يل َكانَ ِإ َذا َس َر َ فَ َكلَّ َمهُ ُأ َسا َمةُ بْنُ زَ ْي ٍد فَقَا َل ِإ َّن بَنِي ِإ ْس َراِئ
ُ َت فَا ِط َمةُ لَقَطَع
ْت يَ َدهَا ْ َكان
Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah bercerita kepada kami
Laits dari Az Zuhriy dari 'Urwah dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa orang-orang
Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang
wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata, "Siapa yang mau
merundingkan masalah ini kepada Rasulullah "?ﷺSebagian mereka berkata, "Tidak
ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan
Rasulullah ﷺ. Dan telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada
kami Sufyan berkata, saya pergi untuk bertanya kepada Az Zuhri tentang hadits Al
Makhzumiy, lalu dia memanggilku. Saya katakan kepada Sufyan, 'apakah Anda tidak
meriwayatkan hadits ini dari seorang pun?' dia menjawab, 'saya menemukannya di
dalam kitab yang ditulis Ayyub bin Musa dari Az Zuhri dari 'Urwah dari 'Aisyah
radhiallahu'anha bahwa seorang wanita dari Bani Mahzum mencuri. Mereka berkata,
"Siapa yang akan menyampaikannya kepada Nabi ﷺ. Ternyata, tidak ada seorangpun
yang berani mengutarakannya. Maka Usamah lah menyampaikan masalah tersebut,
lalu Rasulullah ﷺbersabda, "Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran
terhadap aturan Allah?" Kemudian beliau berdiri menyampaikan khotbah lalu
bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadi bin asa karena apabila
ada orang dari kalangan terhormat mereka mencuri, mereka membiarkannya,
sebaliknya apabila ada orang dari kalangan rendah mereka mencuri, mereka
menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah bin ti
Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya". (HR. Bukhari 3453, 3216, 6290,
HR. Muslim 3196, 3198, HR. Nasai 4808, 4811, 4813, 4814, 4816, 4817, 4819, HR.
Ahmad 14711, 24134, HR. Ibnu Majah 2537, 2538, HR. Tirmidzi 1350, HR. Darimi
2200, 4808, 4810, 4812, HR. Abu Dawud 3802)
2. Hikmah Diterapkannya Hudud
Tidak boleh ada seorangpun yang menyangka bahwa Allah subhanahu wa
taala telah mensyariatkan hudud lalu membiarkan kita memilih antara menerapkannya
atau meninggalkannya. Namun yang harus kita ketahui adalah bahwa Allah
subhanahu wa taala telah mewajibkan hudud dan memerintahkan untuk
mengamalkannya.
Oleh karena itulah, siapa saja yang meninggalkan aturan hukum ilahi lalu
berhukum dengan undang-undang positif (hukum buatan manusia) maka
sesungguhnya dia telah berdosa.
Tidak diragukan lagi bahwa Allah subhanahu wa taala sang hakim yang maha
adil tidaklah mewajibkan penerapan hudud melainkan karena adanya hikmah yang
agung dan manfaat yang banyak.
Dengan diterapkannya hudud maka terjagalah wilayah Islam dan terwujudlah
rasa aman dan tentram (bagi individu maupun kelompok).
Umat telah sepakat bahwa hanyasanya syariat ini diterapkan untuk menjaga
lima perkara primer (perkara penting) yaitu;
(a). Perkara agama,
(b). Jiwa,
(c). Kehormatan,
(d). Harta benda,
(e). Akal.
Dan hudud syar’i inilah yang akan menjaga seluruh perkara-perkara primer
(penting) tersebut. Dengan diterapkannya had hirabah maka terpeliharalah jiwa,
dengan diterapkannya had pencurian harta benda akan terpelihara, dan dengan
menerapkan seluruh hukum had tersebut maka terjagalah agama ini (Islam).
Yang demikian itu karena sesungguhnya hudud mencegah orang untuk
berbuat jahat dan mencegah bagi yang lainnya (untuk melakukan perbuatan yang
sama).
Dalam penerapan hudud juga terdapat penawar kemarahan bagi korban
kejahatan.
Penerapan hudud juga merupakan bentuk penyucian dosa-dosa pelaku
kejahatan yang bertaubat.
Dalam penerapan hudud juga ada berkah sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ِ 6ِ َج َرةَ َكث6نَا ٍن ع َْن َأبِي ال َّزا ِه ِريَّ ِة ع َْن َأبِي َش6ار َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد بْنُ ُم ْسلِ ٍم َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ِس
ير6 ٍ َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم
ْب ِن ُم َّرةَ ع َْن اب ِْن ُع َم َر
َّز6صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإقَا َمةُ َح ٍّد ِم ْن ُحدُو ِد هَّللا ِ َخ ْي ٌر ِم ْن َمطَ ِر َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَةً فِي بِاَل ِد هَّللا ِ َعَ ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا
َو َج َّل
c. Tidak adanya syubhat; karena hudud dalam syariat islam akan dibatalkan
dengan adanya syubhat.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka gugurlah (penegakkan)
hukum had dan boleh bagi seorang hakim menta’zir (menghukum dengan maksud
mendidik) pelaku pelanggaran.
Ta’zir yaitu Mendidik, dikenakan pada setiap maksiat yang tidak ada had dan
kafarahnya, maksudnya yaitu hukuman atas maksiat yang syariat tidak menentukan
had tertentu bagi pelakunya.
Berikut ini merupakan tata cara diberlakukannya hukuman hudud yang berkaitan
dengan kejahatan mencuri, merampok, dan bughat.
b. Harta yang dicuri harus berupa benda terhormat, dan tidak ada had potong
tangan dalam pencurian alat musik, daging babi, khamr dan lain sebagainya.
c. Barang yang dicuri harus sampai batas nishab, yaitu seperempat dinar
sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
َب ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَاِئ َشةٍ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َم ْسلَ َمةَ َح َّدثَنَا ِإ ْب َرا ِهي ُم بْنُ َس ْع ٍد ع َْن اب ِْن ِشهَا
صا ِعدًا ٍ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تُ ْقطَ ُع ْاليَ ُد فِي ُرب ُِع ِدين
َ ََار ف َ قَا َل النَّبِ ُّي
ْ ُّ ْ
ِّي َو َم ْع َم ٌر عَن الزه ِري ْ ُّ َأ
ِّ تَابَ َعهُ َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب خَالِ ٍد َواب ِخي الزه ِر
ُْن ُْن
َ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ آ َد َم َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر ع َْن حُ َم ْي ٍد الطَّ ِوي ِل َع ِن ْال َح َس ِن ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح
َ َصي ٍْن ق
ال
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ا ْنتَه
َ ب نُ ْهبَةً فَلَي
َّْس ِمنا َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada
kami Zuhair dari Humaid Ath Thawil dari Al Hasan dari 'Imran bin Hushain dia
berkata, Rasulullah ﷺbersabda, "Barang siapa merampok, maka ia bukan dari
golongan kami." (HR. Ahmad 19082)
Adapun sanksi yang dijatuhkan kepada para pembegal atau merampok jalan,
sebagaimana kalam Allah subhanahu wa taala:
هّٰللا ۤ
ِد ْي ِه ْم6لَّب ُْٓوا اَوْ تُقَطَّ َع اَ ْي6 ُص ْٓ َّادًا اَ ْن يُّقَت6 ض فَ َس
َ لُوا اَوْ ي ِ ْاربُوْ نَ َ َو َرسُوْ لَهٗ َويَ ْس َعوْ نَ فِى ااْل َر ِ اِنَّ َما َج ٰزُؤا الَّ ِذ ْينَ يُ َح
ِ ي فِى ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ ع
َظ ْي ٌم ٌ ض ٰذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز ٍ َواَرْ ُجلُهُ ْم ِّم ْن ِخاَل
ِ ۗ ْف اَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ ااْل َر
Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu
kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. (QS.
Al-Maidah: 33)
ِه66ِصي ٍْن ع َْن َج َّدت َ ب َح َّدثَنَا ْال َح َسنُ بْنُ َأ ْعيَنَ َح َّدثَنَا َم ْعقِ ٌل ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َأبِي ُأنَ ْي َسةَ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن ُح ٍ و َح َّدثَنِي َسلَ َمةُ بْنُ َشبِي
ُ َ ُ
ُص ْي ِن قا َل َس ِم ْعتهَا تقو ُلَ َ ِّم الح ْ ُأ
هُو َعلَى َ َرفَ َو6ص َ ِة َوا ْن6َرةَ ْال َعقَب6 َ 6َاع فَ َرَأيْتُهُ ِحينَ َر َمى َج ْم ِ َود6لَّ َم َح َّجةَ ْال6 ِه َو َس6لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي6ص َ ِ و ِل هَّللا6ت َم َع َر ُس ُ َْح َجج
لَّ َم6 ِه َو َس6لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي6ص هَّللا ْأ َ َ آْل َ ُ َأ ُ ُأ
َ ِ ِ ل و 6 س
ُ ر
َ ِ َس ر ى ل ع ُ ه6
َ َ َْ ِ و ب ث ع ٌ ف ا ر ر
ُ َخ ا و
َ ُ هَ ت ل احر ه
ِ َ ِِ ب ُ
د و ق ي ا مُ ه
َ َ َ َ َ َدُ ح ة ماس و ل
ٌ اَلِ َ َ َ احلَتِ ِه
ب ُ ه ع مو ِ َر
ُأ ُ ُ َّ هَّللا َّ هَّللا ْ َس قَال
ْبتُهَا6ع َح ِس ٌ َّد6صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَوْ اًل َكثِيرًا ث َّم َس ِم ْعتُهُ يَقو ُل ِإ ْن ِّم َر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد ُم َج َ ِ ت فَقَا َل َرسُو ُل ِ ِم ْن ال َّش ْم
ب هَّللا ِ تَ َعالَى فَا ْس َمعُوا لَهُ َوَأ ِطيعُوا َا
ِ ِِ ْ تك ب م ُ
ك ُ
د و ُ ق ي
َ َُ
د و ْ
س َأ ْ
ت َ ل اَ ق
Para penentang seorang khalifah akan mendapat perundingan terlebih dahulu. Jika
masih menentang maka diperbolehkan untuk melawan dan membunuh pemberontak.
Langkah tersebut menauladani sikap sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika beliau
menjabat menjadi seorang khalifah ada sekelompok orang Islam yang memberontak
dengan enggan membayar zakat, sebagaimana hadis berikut:
ةَ ب ِْن6َ ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع ْتب6 ُد هَّللا ِ بْنُ َع ْب6 َّدثَنَا ُعبَ ْي6ي َح ُّ زَ ةَ ع َْن66َح َّدثَنَا َأبُو ْاليَ َما ِن ْال َح َك ُم بْنُ نَافِ ٍع َأ ْخبَ َرنَا ُش َعيْبُ بْنُ َأبِي َح ْم
ِ 6الز ْه
ِّ ر6
ُْض َي هَّللا ُ َعنه َأ َأ
ِ َم ْسعُو ٍد َّن بَا هُ َري َْرةَ َر
ُر6ال ُع َم6 َ َب فَق ِ َر6 َر ِم ْن ْال َع6َر َم ْن َكف6 َ 6َهُ َو َكف6ض َي هَّللا ُ َع ْن ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َكانَ َأبُو بَ ْك ٍر َر َ ِ ال لَ َّما تُ ُوفِّ َي َرسُو ُل هَّللا َ َق
َ اَل
َه6اس َحتى يَقولُوا ِإل ُ َّ َّ َ ُأ ْ َأ ُ ُأ
َ َل الن6ِصلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم ِمرْ ت ن قاتَّ َ هَّللا َّ هَّللا
َ ِ اس َوقد قا َل َرسُو ُل َ ْ َ َّ َ ُ
َ ض َي ُ َعنهُ َك ْيفَ تقاتِ ُل النْ هَّللا ِ َر
اَل ِة6الص َّ َق بَ ْين َ َّر6َاتِلَ َّن َم ْن ف66َا َل َوهَّللا ِ ُأَلق66َابُهُ َعلَى هَّللا ِ فَق6هُ ِإاَّل بِ َحقِّ ِه َو ِح َس6هُ َونَ ْف َس6َ َم ِمنِّي َمال6َص َ ْد ع6َا فَق66َِإاَّل هَّللا ُ فَ َم ْن قَالَه
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَقَات َْلتُهُ ْم َعلَى َ ِ ال َوهَّللا ِ لَوْ َمنَعُونِي َعنَاقًا َكانُوا يَُؤ ُّدونَهَا ِإلَى َرسُو ِل هَّللا ِ ق ْال َم
ُّ َوال َّز َكا ِة فَِإ َّن ال َّز َكاةَ َح
َم ْن ِعهَا
ق ُّ ت َأنَّهُ ْال َح ُ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ فَ َع َر ْف ِ ص ْد َر َأبِي بَ ْك ٍر َر َ ُ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ فَ َوهَّللا ِ َما ه َُو ِإاَّل َأ ْن قَ ْد َش َر َح هَّللا ِ قَا َل ُع َم ُر َر
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi', telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah dari Az Zuhriy, telah
menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa
Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Setelah Rasulullah ﷺwafat yang kemudian
Abu Bakar radhiallahu'anhu menjadi khalifah maka beberapa orang Arab ada yang
kembali menjadi kafir (dengan enggan menunaikan zakat). Maka (ketika Abu Bakar
radhiallahu'anhu hendak memerangi mereka), 'Umar bin Al Khaththab
radhiallahu'anhu bertanya, "Bagaimana Anda memerangi orang padahal Rasulullah
ﷺtelah bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan laa ilaaha illallah. Maka barang siapa telah mengucapkannya berarti
terlindunglah dariku darah dan hartanya kecuali dengan haknya sedangkan
perhitungannya ada pada Allah." Maka Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu'anhu
berkata, "Demi Allah, aku pasti akan memerangi siapa yang memisahkan antara
kewajiban salat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya
mereka enggan membayarkan anak kambing yang dahulu mereka menyerahkannya
kepada Rasulullah ﷺ, pasti akan aku perangi mereka disebabkan keengganan itu."
Berkata, 'Umar bin Al Khaththab radhiallahu'anhu, "Demi Allah, ketegasan dia ini
tidak lain selain Allah telah membukakan hati Abu Bakar Ash-Shidiq
radhiallahu'anhu dan aku menyadari bahwa dia memang benar". (HR. Bukhari 1312,
1364, 6413, 6741, HR. Muslim 29, HR. Tirmidzi 2532, HR. Nasai 2400, 3906, 3907,
3910, HR. Ahmad 112, 232)
Memberontak kepada seorang khalifah yang telah sah di baiat dengan cara membaiat
khalifah kedua atau ketiga dan seterusnya juga di hukum bunuh, sebagaimana yang
diucapkan oleh Rasulullah ﷺ:
َ َي ع َْن َأبِي نَضْ َرةَ ع َْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ ق
ال ِّ و َح َّدثَنِي َو ْهبُ بْنُ بَقِيَّةَ ْال َوا ِس ِط ُّي َح َّدثَنَا خَ الِ ُد بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ع َْن ْال ُج َري ِْر
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا بُويِ َع لِ َخلِيفَتَي ِْن فَا ْقتُلُوا اآْل َخ َر ِم ْنهُ َما
َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا
Dan telah menceritakan kepadaku Wahb bin Baqiyah Al Wasithi, telah menceritakan
kepada kami Khalid bin Abdullah dari Al Jurairi dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id Al
Khudri dia berkata, "Rasulullah ﷺbersabda, "Apabila ada dua khalifah yang dibaiat,
maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya." (HR. Muslim 3444)
Adapun dalil dalam Al-Quran yang berkaitan dengan perbuatan bughat firman Allah azza wa
jalla:
ر هّٰللا6اتلُوا الَّتي تَ ْبغي ح ٰتّى تَف ۤيء ا ٰلٓى اَم6َ ٰرى فَق6 ٰدىهُما َعلَى ااْل ُ ْخ6َْت اح
ِ ِ ْ ِ َ ْ ِ َ ْ ِ ْ ِ ِ َ ِ ْ ا ِ ۢ ْن بَغ6َط ۤا ِٕىفَ ٰت ِن ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ا ْقتَتَلُوْ ا فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَهُ َم ۚا ف
َ َواِ ْن
هّٰللا
َْت فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِل َواَ ْق ِسطُوْ ا ۗاِ َّن َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط ن
ي ۤ
ْ ۖفَا ِ ْن فَا َء
Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka
perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil. (QS. Al-Hujurat: 9)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum hudud merupakan salah satu dari hukum Allah azza wa jalla yang muhkam
(baku) dan wajib untuk di terapkan oleh kaum muslimin atau orang-orang Islam.
Banyak sekali dalil baik dalam Al-Quran maupun hadis yang memerintahkan orang
Islam untuk menerapkan dan menegakkan hukuman hudud. Hukum hudud merupakan
hukum yang paling adil untuk menghukumi para pelaku kejahatan, karena hukum
hudud bukanlah hukum buatan manusia yang memiliki banyak celah ketidakadilan.
B. Saran
Sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim mempelajari dan mengetahui
semua isi ajaran Islam serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
agar kita menjadi termasuk orang-orang yang sempurna imannya di sisi Allah
subhanahu wa taala.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim
Kitab Shahih Al-Bukhari
Kitab Shahih Muslim
Kitab Sunan Ibnu Majah
Kitab Sunan Darimi
Kitab Sunan Abu Dawud
Kitab Musnad Ahmad
Kitab Sunan Tirmidzi
Kitab Sunan Nasai
Syarah riyadhus Shalihin, Abu Usamah Salim bin 'ied Al-Hilali, Jakarta : Pustaka Imam Asy-
Syafi'i, 2012