Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hukum Hudud; Mencuri, Merampok, dan Bughat


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih MA
Dosen Pengampu
Drs. H. Sokhibi, M.Pd.I

Disusun oleh:

Nama: Wahyu Budi Satria

Semester: V B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah
dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Hukum Hudud; Mencuri, Merampok, dan Bughat”. Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih MA”. Disamping itu penulis berharap
semoga isi dari makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya para
pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang yang kami kaji di
dalamnya.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang tidak dapat disebut satu persatu. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada Bapak
Drs. H. Sokhibi, M.Pd.I, selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Serta pihak-pihak lain yang
ikut memberikan kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun agar dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum hudud dan agama Islam sangat erat hubungannya, bahkan tidak bisa
dipisahkan satu dari keduanya. Hudud adalah hukuman-hukuman yang telah di tetapkan oleh
syara' (Al-Quran dan hadis) dan ditujukan kepada pelaku jinayah atau kejahatan, guna
mencegah seseorang terjerumus kepada kejahatan yang sama sebagai kafarah atau pensucian
pelaku kejahatan dari dosa. Konsep hukum hudud Islam selalu berlandaskan pada dua kitab
besar Islam yaitu Al-Quran dan hadis. Bukan hanya dalam perkara ibadah, Islam juga
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk mengatur hukuman bagi pelaku
kejahatan. Jadi, suatu hal yang sangat aneh jika konsep hukum hudud justru di abaikan dan
tidak di implementasikan oleh orang-orang yang mengatakan dirinya sebagai seorang muslim.
Namun, dalam perjalanan sejarah Islam yang sangat panjang, dari masa-masa kaum muslimin
yang masih taat dengan semua isi ajaran Islam hingga sampai di zaman modern seperti
sekarang ini, perlu dimaklumi jika ketaatan tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang karena
telah terjadinya percampuran isme-isme di luar ajaran Islam. Tidak diterapkannya hukum
Islam oleh kaum muslimin di zaman sepeninggal Rasulullah‫ ﷺ‬merupakan suatu hal yang
wajar, karena Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah menubuatkan tentang kejadian tersebut dalam sebuah
hadis dengan derajat yang jayyid, sebagai berikut:

6َ‫ ة‬6‫ َّدثَهُ ْم ع َْن َأبِي ُأ َما َم‬6‫ب َح‬


ٍ ‫لَ ْي َمانَ ْبنَ َحبِي‬6‫ ِد هَّللا ِ َأ َّن ُس‬6‫اعي َل ب ِْن ُعبَ ْي‬ ِ 6‫ ُد ْال َع ِزي‬6‫ َّدثَنِي َع ْب‬6‫لِ ٍم َح‬6‫َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد بْنُ ُم ْس‬
ِ ‫ َم‬6‫ز بْنُ ِإ ْس‬6
‫ْالبَا ِهلِ ِّي‬
ُ‫َّث النَّاس‬َ ‫ب‬6‫ت عُرْ َوةٌ ت ََش‬ ْ 6‫ض‬ َ َ‫ا ا ْنتَق‬66‫ض َّن ُع َرى اِإْل سْاَل ِم عُرْ َوةً عُرْ َوةً فَ ُكلَّ َم‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ َ‫ال لَيُ ْنق‬ َ ِ ‫ع َْن َرسُو ِل هَّللا‬
َّ ‫بِالَّتِي تَلِيهَا َوَأ َّولُه َُّن نَ ْقضًا ْال ُح ْك ُم َوآ ِخ ُره َُّن ال‬
ُ‫صاَل ة‬

Telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim[1], telah menceritakan


kepadaku 'Abdul 'Aziz bin Isma'il bin 'Ubaidillah[2] bahwa Sulaiman bin Habib[3]
menceritakan kepada mereka dari Abu Umamah Al Bahili[4] dari Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda;
Ikatan-ikatan Islam akan terburai satu demi satu, setiap kali satu ikatan terburai, orang-orang
bergantungan pada ikatan selanjutnya. Yang pertama kali terburai adalah masalah hukum
syariat dan yang terakhir adalah salat." (HR. Ahmad 21139)

Derajat hadis: jayyid.


Sanad hadis:
[1] Al Walid bin Muslim, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, Kuniyah Abu Al 'Abbas,
Negeri Hidup Syam, Tahun Wafat 195 H.
[2] Abdul 'Aziz bin Isma'il bin 'Ubaidillah bin Abi Al Muhajir, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua,
Kuniyah -, Negeri Hidup Syam, Tahun Wafat -.
[3] Sulaiman bin Habib, Tabi'in kalangan pertengahan, Kuniyah Abu Ayyub, Negeri Hidup
Syam, Tahun Wafat 126 H.
[4] Shadiy bin 'Ajlan, Shahabat, Kuniyah Abu Umamah, Negeri Hidup Syam, Tahun Wafat
86 H.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hukum hudud?
2. Apa sajakah sanksi yang di jatuhkan kepada pelaku kejahatan mencuri,
merampok, dan bughat dalam hukum hudud?

C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan tentang hukum hudud.
2. Mengetahui tentang layak atau tidaknya hukum hudud untuk diterapkan di era modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Hudud
Kata hudud merupakan bentuk plural dari kata had, yang secara bahasa berarti;
mencegah. Pemisah antara dua benda dinamakan dengan had karena mencegah
keduanya saling bercampur. Adapun had menurut istilah adalah sanksi-sanksi atas
kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa taala yang telah dipastikan bentuk dan
ukurannya menurut syariat.

B. Konsep Hukum Hudud


Hukum hudud wajib di terapkan kepada orang yang dekat maupun orang yang jauh, selama
orang tersebut masuk dalam wilayah kekuasaan seorang Khalifah, sebagaimana sabda
Rasulullah ‫ﷺ‬:

‫ا َدةَ ب ِْن‬66َ‫ق ع َْن َربِي َعةَ ب ِْن نَا ِج ٍد ع َْن ُعب‬ َ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َسالِ ٍم ْال َم ْفلُو ُج َح َّدثَنَا ُعبَ ْي َدةُ بْنُ اَأْل ْس َو ِد ع َْن ْالقَا ِس ِم ْب ِن ْال َولِي ِد ع َْن َأبِي‬
ٍ ‫صا ِد‬
َ َ‫ت ق‬
‫ال‬ ِ ‫الصَّا ِم‬
‫د َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم فِي هَّللا ِ لَوْ َمةُ اَل ِئ ٍم‬6ِ ‫ب َو ْالبَ ِعي‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأقِي ُموا ُحدُو َد هَّللا ِ فِي ْالقَ ِري‬
َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Salim Al Mafluj[1], telah menceritakan
kepada kami Ubaidah bin Al Aswad[2] dari Al Qasim bin Al Walid[3] dari Abu Shadiq[4]
dari Rabi'ah bin Najid[5] dari 'Ubadah bin Shamit[6], ia berkata; bersabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam: "Tegakkanlah hukum hudud Allah baik kepada orang dekat
maupun orang yang jauh, dan jangan sampai cercaan orang yang mencerca mempengaruhi
kalian dijalan Allah." (HR. Ibnu Majah: 2531)
1. Adapun sanksi yang telah ditetapkan oleh syariat yaitu;
a. Had zina
b. Had homoseksual
c. Qodzaf (menuduh orang lain berzina tanpa bukti)
d. Pencurian
e. Meminum khamar (arak dan apa saja yang memabukkan)
f. Had hirabah (begal atau merampok).
Sanksi-sanksi ini dinamakan hudud dikarenakan sanksi-sanksi tersebut
dibatasi, artinya ditentukan kadar hukumannya tidak boleh lebih atau kurang.
Atau juga karena untuk mencegah pelakunya kembali melakukan tindakan-
tindakan tersebut, atau mencegah orang lain (melakukan tindakan yang sama).

Orang yang telah telah melakukan salah satu dari kejahatan yang terdapat dalam
hukuman hudud harus di hukum jika kejahatan tersebut mengenai orang lain dan
orang lain tersebut tidak memaafkan, sebagaimana sabda Rasulullah ‫ﷺ‬:

ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا َأ َّن قُ َر ْي ًشا َأهَ َّمهُ ْم َشْأن‬ ِ ‫ي ع َْن عُرْ َوةَ ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬ ُّ ‫ْث ع َْن‬
ِّ ‫الز ْه ِر‬ ٌ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا لَي‬
َّ
‫ َّدثَنَا‬6‫ َّدثَنَا َعلِ ٌّي َح‬6‫ل َم ح و َح‬6‫ ِه َو َس‬6ْ‫لى ُ َعلَي‬6‫ص‬ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬ ُ ‫ُأ‬
َ ِ ‫و ِل‬6‫ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة فَقَالُوا َم ْن يَجْ ت َِرُئ َعلَ ْي ِه ِإاَّل َسا َمة بْنُ َز ْي ٍد ِحبُّ َر ُس‬
‫ال َو َج ْدتُهُ فِي‬6 َ َ‫ ٍد ق‬6‫هُ ع َْن َأ َح‬6‫ت لِ ُس ْفيَانَ فَلَ ْم تَحْ تَ ِم ْل‬ ُ ‫صا َح بِي قُ ْل‬
َ َ‫ث ْال َم ْخ ُزو ِميَّ ِة ف‬ ِ ‫ي ع َْن َح ِدي‬ ُّ ‫ْت َأ ْسَأ ُل‬
َّ ‫الز ْه ِر‬ ُ ‫ُس ْفيَانُ قَا َل َذهَب‬
ْ
‫ض َي ُ َعنهَا‬‫هَّللا‬ ِ ‫ي ع َْن عُرْ َوةَ ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬ ِّ ‫الز ْه ِر‬ ‫َأ‬
ُّ ‫ب َكانَ َكتَبَهُ يُّوبُ بْنُ ُمو َسى ع َْن‬ ٍ ‫ِكتَا‬
ُ‫ ه‬66‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَلَ ْم يَجْ ت َِرْئ َأ َح ٌد َأ ْن يُ َكلِّ َم‬ َّ ِ‫ت فَقَالُوا َم ْن يُ َكلِّ ُم فِيهَا النَّب‬
َ ‫ي‬ ْ َ‫وم َس َرق‬ ٍ ‫َأ َّن ا ْم َرَأةً ِم ْن بَنِي َم ْخ ُز‬
ْ‫و‬66َ‫ ِعيفُ قَطَعُوهُ ل‬6 ‫الض‬ َّ ‫ق فِي ِه ْم‬ َ ‫ق فِي ِه ْم ال َّش ِريفُ تَ َر ُكوهُ َوِإ َذا َس َر‬ َ ‫يل َكانَ ِإ َذا َس َر‬ َ ‫فَ َكلَّ َمهُ ُأ َسا َمةُ بْنُ زَ ْي ٍد فَقَا َل ِإ َّن بَنِي ِإ ْس َراِئ‬
ُ ‫َت فَا ِط َمةُ لَقَطَع‬
‫ْت يَ َدهَا‬ ْ ‫َكان‬

Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah bercerita kepada kami
Laits dari Az Zuhriy dari 'Urwah dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa orang-orang
Quraisy sedang menghadapi persoalan yang mengelisahkan, yaitu tentang seorang
wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata, "Siapa yang mau
merundingkan masalah ini kepada Rasulullah ‫ "?ﷺ‬Sebagian mereka berkata, "Tidak
ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Dan telah menceritakan kepada kami Ali, telah menceritakan kepada
kami Sufyan berkata, saya pergi untuk bertanya kepada Az Zuhri tentang hadits Al
Makhzumiy, lalu dia memanggilku. Saya katakan kepada Sufyan, 'apakah Anda tidak
meriwayatkan hadits ini dari seorang pun?' dia menjawab, 'saya menemukannya di
dalam kitab yang ditulis Ayyub bin Musa dari Az Zuhri dari 'Urwah dari 'Aisyah
radhiallahu'anha bahwa seorang wanita dari Bani Mahzum mencuri. Mereka berkata,
"Siapa yang akan menyampaikannya kepada Nabi ‫ﷺ‬. Ternyata, tidak ada seorangpun
yang berani mengutarakannya. Maka Usamah lah menyampaikan masalah tersebut,
lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran
terhadap aturan Allah?" Kemudian beliau berdiri menyampaikan khotbah lalu
bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadi bin asa karena apabila
ada orang dari kalangan terhormat mereka mencuri, mereka membiarkannya,
sebaliknya apabila ada orang dari kalangan rendah mereka mencuri, mereka
menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah bin ti
Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya". (HR. Bukhari 3453, 3216, 6290,
HR. Muslim 3196, 3198, HR. Nasai 4808, 4811, 4813, 4814, 4816, 4817, 4819, HR.
Ahmad 14711, 24134, HR. Ibnu Majah 2537, 2538, HR. Tirmidzi 1350, HR. Darimi
2200, 4808, 4810, 4812, HR. Abu Dawud 3802)
2. Hikmah Diterapkannya Hudud
Tidak boleh ada seorangpun yang menyangka bahwa Allah subhanahu wa
taala telah mensyariatkan hudud lalu membiarkan kita memilih antara menerapkannya
atau meninggalkannya. Namun yang harus kita ketahui adalah bahwa Allah
subhanahu wa taala telah mewajibkan hudud dan memerintahkan untuk
mengamalkannya.
Oleh karena itulah, siapa saja yang meninggalkan aturan hukum ilahi lalu
berhukum dengan undang-undang positif (hukum buatan manusia) maka
sesungguhnya dia telah berdosa.

Tidak diragukan lagi bahwa Allah subhanahu wa taala sang hakim yang maha
adil tidaklah mewajibkan penerapan hudud melainkan karena adanya hikmah yang
agung dan manfaat yang banyak.
Dengan diterapkannya hudud maka terjagalah wilayah Islam dan terwujudlah
rasa aman dan tentram (bagi individu maupun kelompok).
Umat telah sepakat bahwa hanyasanya syariat ini diterapkan untuk menjaga
lima perkara primer (perkara penting) yaitu;
(a). Perkara agama,
(b). Jiwa,
(c). Kehormatan,
(d). Harta benda,
(e). Akal.
Dan hudud syar’i inilah yang akan menjaga seluruh perkara-perkara primer
(penting) tersebut. Dengan diterapkannya had hirabah maka terpeliharalah jiwa,
dengan diterapkannya had pencurian harta benda akan terpelihara, dan dengan
menerapkan seluruh hukum had tersebut maka terjagalah agama ini (Islam).
Yang demikian itu karena sesungguhnya hudud mencegah orang untuk
berbuat jahat dan mencegah bagi yang lainnya (untuk melakukan perbuatan yang
sama).
Dalam penerapan hudud juga terdapat penawar kemarahan bagi korban
kejahatan.
Penerapan hudud juga merupakan bentuk penyucian dosa-dosa pelaku
kejahatan yang bertaubat.
Dalam penerapan hudud juga ada berkah sebagaimana sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬:

ِ 6ِ‫ َج َرةَ َكث‬6‫نَا ٍن ع َْن َأبِي ال َّزا ِه ِريَّ ِة ع َْن َأبِي َش‬6‫ار َح َّدثَنَا ْال َولِي ُد بْنُ ُم ْسلِ ٍم َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ ِس‬
‫ير‬6 ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم‬
‫ْب ِن ُم َّرةَ ع َْن اب ِْن ُع َم َر‬
‫ َّز‬6‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإقَا َمةُ َح ٍّد ِم ْن ُحدُو ِد هَّللا ِ َخ ْي ٌر ِم ْن َمطَ ِر َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَةً فِي بِاَل ِد هَّللا ِ َع‬َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫َو َج َّل‬

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar, telah menceritakan


kepada kami Walid bin Muslim, telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Sinan dari
Abu Zahiriyyah dari Abu Syajarah Katsir bin Murrah dari Ibnu Umar, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, "Melaksanakan salah satu dari hukum hudud lebih baik daripada hujan
empat puluh malam di negeri-negeri Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Ibnu Majah 2528)
3. Kondisi-Kondisi Diterapkannya Hudud
Hukum had diterapkan di salah satu keadaan berikut:

a. Ikrar (pengakuan); seluruh hukum had ditetapkan dengan adanya pengakuan


dan ikrar pelaku kejahatan.

b. Persaksian; had zina dan homoseksual ditetapkan dengan adanya empat


orang saksi yang adil sedangkan sisanya seperti had pencurian, khamr,
qodzaf ditetapkan dengan adanya dua orang saksi yang adil, dan persaksian
seorang wanita dalam penetapan hudud tidak dapat diterima.
c. Had zina ditetapkan dengan hamilnya seorang wanita merdeka yang tidak
memiliki suami dan budak wanita yang tidak memiliki majikan.

d. Bau khamr di mulut dan muntahnya dianggap sebagai praduga dalam


penetapan had meminum khamr (peminum arak).

4. Syarat-Syarat Ditegakkannya Hudud


a. Taklif atau pembebanan (pelaku kejahatan harus seorang mukallaf),
mukallaf yaitu baligh (dewasa), berakal.
Maka hukum had tidak dapat ditegakkan kepada anak-anak balita dan orang
gila.

b. Adanya pilihan; had tidak diterapkan pada orang yang dipaksa.

c. Tidak adanya syubhat; karena hudud dalam syariat islam akan dibatalkan
dengan adanya syubhat.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi maka gugurlah (penegakkan)
hukum had dan boleh bagi seorang hakim menta’zir (menghukum dengan maksud
mendidik) pelaku pelanggaran.
Ta’zir yaitu Mendidik, dikenakan pada setiap maksiat yang tidak ada had dan
kafarahnya, maksudnya yaitu hukuman atas maksiat yang syariat tidak menentukan
had tertentu bagi pelakunya.

Berikut ini merupakan tata cara diberlakukannya hukuman hudud yang berkaitan
dengan kejahatan mencuri, merampok, dan bughat.

1. Had Sariqah (mencuri)


Sanksi bagi pencuri, Allah subhanahu wa taala berfirman :
‫هّٰللا هّٰللا‬ ۤ
ِ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َج َزا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ ۗ َو ُ ع‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬

Adapun orang laki-laki yang mencuri maupun perempuan yang mencuri,


potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan
dan (sebagai) siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Al
Maidah: 38)

Ada Empat Syarat Agar Had Ini Dapat Diterapkan:


a. Harta benda yang dicuri harus yang tersimpan (dipelihara), Tempat
penyimpanan ini itu sesuai dengan kebiasaan yang berlaku pada masing-masing
daerah yang bisa jadi berbeda-beda, misalnya, rumah adalah tempat penyimpanan
perabotannya, toko adalah tempat penyimpanan barang dagangannya, dan manusia
adalah tempat penyimpanan bagi pakaiannya

b. Harta yang dicuri harus berupa benda terhormat, dan tidak ada had potong
tangan dalam pencurian alat musik, daging babi, khamr dan lain sebagainya.

c. Barang yang dicuri harus sampai batas nishab, yaitu seperempat dinar
sebagaimana sabda Nabi ‫ ﷺ‬:

َ‫ب ع َْن َع ْم َرةَ ع َْن عَاِئ َشة‬ٍ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َم ْسلَ َمةَ َح َّدثَنَا ِإ ْب َرا ِهي ُم بْنُ َس ْع ٍد ع َْن اب ِْن ِشهَا‬
‫صا ِعدًا‬ ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تُ ْقطَ ُع ْاليَ ُد فِي ُرب ُِع ِدين‬
َ َ‫َار ف‬ َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬
ْ ُّ ْ
ِّ‫ي َو َم ْع َم ٌر عَن الزه ِري‬ ْ ُّ ‫َأ‬
ِّ ‫تَابَ َعهُ َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن ب خَالِ ٍد َواب ِخي الزه ِر‬
ُ‫ْن‬ ُ‫ْن‬

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, telah menceritakan


kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari 'Amrah dari 'Aisyah mengatakan;
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Tangan pencuri dipotong jika senilai seperempat dinar keatas."
Hadis ini diperkuat oleh Abdurrahman bin Khalid dan Ibnu Akhi Az Zuhri dan
Ma'mar dari Az Zuhri. (HR. Bukhari 6291, 6292, 6293, HR. Muslim 3189, 3190, HR.
Abu Dawud 3811, HR. Nasai 4841, HR. Ahmad 22949, 22950, 24141, HR. Darimi
2198)

Seperempat dinar yang disebutkan di sini setara dengan seperempat mitsqal


emas, dan untuk mengetahui jumlah nishab potong tangan maka dikembalikan pada
harga mitsqal emas ketika terjadi pencurian.

d. Tidak adanya syubhat, diantara syubhat yang dapat menghalangi hukum


potong tangan adalah:
Seorang istri yang mencuri barang milik suaminya.
Mengambil sesuatu (karena) mirip dengan miliknya, seperti mengambil
sebuah tas yang mirip dengan tas miliknya.
Salah seorang mitra perusahaan yang mencuri harta yang bercampur bersama
mitra lainnya dan lain-lain.

2. Had Hirabah (begal atau merampok)


Hirabah (begal atau merampok) merupakan tindakan merampas harta,
membunuh, atau menakut-nakuti dengan kekuatan tanpa ada kemungkinan meminta
tolong (bagi korban). Begal merupakan perbuatan yang tercela dalam Islam dan di
hukumi sebagai dosa besar, sebagaimana sabda Rasulullah ‫ﷺ‬:

َ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ آ َد َم َح َّدثَنَا ُزهَ ْي ٌر ع َْن حُ َم ْي ٍد الطَّ ِوي ِل َع ِن ْال َح َس ِن ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح‬
َ َ‫صي ٍْن ق‬
‫ال‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ا ْنتَه‬
َ ‫ب نُ ْهبَةً فَلَي‬
َّ‫ْس ِمنا‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada
kami Zuhair dari Humaid Ath Thawil dari Al Hasan dari 'Imran bin Hushain dia
berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa merampok, maka ia bukan dari
golongan kami." (HR. Ahmad 19082)
Adapun sanksi yang dijatuhkan kepada para pembegal atau merampok jalan,
sebagaimana kalam Allah subhanahu wa taala:
‫هّٰللا‬ ۤ
‫ ِد ْي ِه ْم‬6‫لَّب ُْٓوا اَوْ تُقَطَّ َع اَ ْي‬6 ‫ُص‬ ْٓ َّ‫ادًا اَ ْن يُّقَت‬6 ‫ض فَ َس‬
َ ‫لُوا اَوْ ي‬ ِ ْ‫اربُوْ نَ َ َو َرسُوْ لَهٗ َويَ ْس َعوْ نَ فِى ااْل َر‬ ِ ‫اِنَّ َما َج ٰزُؤا الَّ ِذ ْينَ يُ َح‬
ِ ‫ي فِى ال ُّد ْنيَا َولَهُ ْم فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َع َذابٌ ع‬
‫َظ ْي ٌم‬ ٌ ‫ض ٰذلِكَ لَهُ ْم ِخ ْز‬ ٍ ‫َواَرْ ُجلُهُ ْم ِّم ْن ِخاَل‬
ِ ۗ ْ‫ف اَوْ يُ ْنفَوْ ا ِمنَ ااْل َر‬

Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu
kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. (QS.
Al-Maidah: 33)

Al-Quran menamakan para pembegal sebagai orang-orang yang memerangi


Allah subhanahu wa taala dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, dan
menetepkan sanksi untuk mereka yaitu dibunuh atau disalib, atau dipotong kaki dan
tangannya, dan pilihan jenis hukuman kembali kepada pendapat imam atau ketetapan
hakim tergantung kondisinya.

3. Had Bughat (pemberontakan)


Menentang amirul mukminin atau khalifah yang memimpin rakyatnya dengan
kitabullah (Al-Quran) merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam,
sebagimana hadis yang diucapkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:

‫ ِه‬66ِ‫صي ٍْن ع َْن َج َّدت‬ َ ‫ب َح َّدثَنَا ْال َح َسنُ بْنُ َأ ْعيَنَ َح َّدثَنَا َم ْعقِ ٌل ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َأبِي ُأنَ ْي َسةَ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن ُح‬ ٍ ‫و َح َّدثَنِي َسلَ َمةُ بْنُ َشبِي‬
ُ َ ُ
‫ُص ْي ِن قا َل َس ِم ْعتهَا تقو ُل‬َ َ ‫ِّم الح‬ ْ ‫ُأ‬
‫هُو َعلَى‬ َ ‫ َرفَ َو‬6‫ص‬ َ ‫ ِة َوا ْن‬6َ‫رةَ ْال َعقَب‬6 َ 6‫َاع فَ َرَأيْتُهُ ِحينَ َر َمى َج ْم‬ ِ ‫ َود‬6‫لَّ َم َح َّجةَ ْال‬6‫ ِه َو َس‬6‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬6‫ص‬ َ ِ ‫و ِل هَّللا‬6‫ت َم َع َر ُس‬ ُ ْ‫َح َجج‬
‫لَّ َم‬6‫ ِه َو َس‬6‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬6‫ص‬ ‫هَّللا‬ ‫ْأ‬ َ َ ‫آْل‬ َ ُ ‫َأ‬ ُ ‫ُأ‬
َ ِ ِ ‫ل‬ ‫و‬ 6 ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ ِ َ‫س‬ ‫ر‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ُ ‫ه‬6
َ َ ْ‫َ ِ و‬ ‫ب‬ ‫ث‬ ‫ع‬ ٌ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ر‬
ُ َ‫خ‬ ‫ا‬ ‫و‬
َ ُ ‫ه‬َ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫اح‬‫ر‬ ‫ه‬
ِ َ ِِ ‫ب‬ ُ
‫د‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ُ ‫ه‬
َ َ َ َ َ َ‫د‬ُ ‫ح‬ ‫ة‬ ‫م‬‫ا‬‫س‬ ‫و‬ ‫ل‬
ٌ ‫اَل‬ِ َ َ َ ‫احلَتِ ِه‬
‫ب‬ ُ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬‫و‬ ِ ‫َر‬
‫ُأ‬ ُ ُ َّ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬ ْ َ‫س قَال‬
‫ ْبتُهَا‬6‫ع َح ِس‬ ٌ ‫ َّد‬6‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَوْ اًل َكثِيرًا ث َّم َس ِم ْعتُهُ يَقو ُل ِإ ْن ِّم َر َعلَ ْي ُك ْم َع ْب ٌد ُم َج‬ َ ِ ‫ت فَقَا َل َرسُو ُل‬ ِ ‫ِم ْن ال َّش ْم‬
‫ب هَّللا ِ تَ َعالَى فَا ْس َمعُوا لَهُ َوَأ ِطيعُوا‬ ‫َا‬
ِ ِِ ْ ‫ت‬‫ك‬ ‫ب‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ُ
‫د‬ ‫و‬ ُ ‫ق‬ ‫ي‬
َ َُ
‫د‬ ‫و‬ ْ
‫س‬ ‫َأ‬ ْ
‫ت‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬

Dan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib[1] Telah menceritakan kepada


kami Al Hasan bin A'yan[2] Telah menceritakan kepada kami Ma'qil[3] dari Zaid bin
Abu Unaisah[4] dari Yahya bin Hushain[5] dari kakeknya[6] Ummul Hushain, ia
berkata, saya mendengar mendengarnya berkata; Aku ikut menunaikan haji bersama-
sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika haji wada'. Aku melihat
ketika beliau melempar Jamrah Aqabah. Sesudah itu, beliau pergi dengan
kendaraannya bersama Bilal dan Usamah; yang satu memegang tali Unta, dan yang
satu lagi memayungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan bajunya dari terik
matahari. Kata Ummul Hushain; Ketika itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
banyak bicara. Yang aku dapat mendengarnya, beliau bersabda: "Sekalipun yang
memegang kekuasaan adalah seorang budak hitam, tetapi dia memerintah dengan
Kitabullah, maka dengarkan dan patuhilah dia." (HR. Muslim: nomor 2287, 3422,
HR. Ibnu Majah: 2852, HR. Ahmad: 16052, 22150, 25999, 26001, 26005, 26007,
26009)

Derajat hadis: shahih.


Sanad hadis:
[1] Salamah bin Syabib, An Naisaburiy As Sam'iy, Abu 'Abdur Rahman, Tabi'ul Atba'
kalangan pertengahan, wafat tahun 247 H, hidup di Marur Rawdz, wafat di Marur
Rawdz.
[2] Al Hasan bin Muhammad bin A'yan, Abu 'Ali, Tabi'ul Atba' kalangan biasa, wafat
tahun 210 H, hidup di Jazirah.
[3] Ma'qil bin 'Ubaidillah, Al Harraniy Al 'Abasiy, Abu 'Abdullah , Shahabat, wafat
tahun 166 H, hidup di Jazirah.
[4] Zaid bin Abi Unaisah, Al Jazariy, Abu Usamah, Tabi'in (tdk jumpa Shahabat),
wafat tahun 125 H, hidup di Jazirah, wafat di Ruha.
[5] Yahya bin Al Hushain, Al Ahmasiy Al Bajaliy, Tabi'in kalangan biasa.
[6] Ummu Al Hushain binti Ishaq, Al Ahmasiyyah, Ummu Al Hushain, Shahabat.

Para penentang seorang khalifah akan mendapat perundingan terlebih dahulu. Jika
masih menentang maka diperbolehkan untuk melawan dan membunuh pemberontak.
Langkah tersebut menauladani sikap sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika beliau
menjabat menjadi seorang khalifah ada sekelompok orang Islam yang memberontak
dengan enggan membayar zakat, sebagaimana hadis berikut:

‫ةَ ب ِْن‬6َ‫ ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع ْتب‬6‫ ُد هَّللا ِ بْنُ َع ْب‬6‫ َّدثَنَا ُعبَ ْي‬6‫ي َح‬ ُّ ‫زَ ةَ ع َْن‬66‫َح َّدثَنَا َأبُو ْاليَ َما ِن ْال َح َك ُم بْنُ نَافِ ٍع َأ ْخبَ َرنَا ُش َعيْبُ بْنُ َأبِي َح ْم‬
ِ 6‫الز ْه‬
ِّ ‫ر‬6
ُْ‫ض َي هَّللا ُ َعنه‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫َم ْسعُو ٍد َّن بَا هُ َري َْرةَ َر‬
‫ ُر‬6‫ال ُع َم‬6 َ َ‫ب فَق‬ ِ ‫ َر‬6‫ َر ِم ْن ْال َع‬6َ‫ر َم ْن َكف‬6 َ 6َ‫هُ َو َكف‬6‫ض َي هَّللا ُ َع ْن‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َكانَ َأبُو بَ ْك ٍر َر‬ َ ِ ‫ال لَ َّما تُ ُوفِّ َي َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ق‬
َ ‫اَل‬
َ‫ه‬6‫اس َحتى يَقولُوا ِإل‬ ُ َّ َّ َ ‫ُأ‬ ْ ‫َأ‬ ُ ‫ُأ‬
َ ‫ َل الن‬6ِ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم ِمرْ ت ن قات‬َّ َ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫اس َوقد قا َل َرسُو ُل‬ َ ْ َ َّ َ ُ
َ ‫ض َي ُ َعنهُ َك ْيفَ تقاتِ ُل الن‬ْ ‫هَّللا‬ ِ ‫َر‬
‫اَل ِة‬6‫الص‬ َّ َ‫ق بَ ْين‬ َ ‫ َّر‬6َ‫اتِلَ َّن َم ْن ف‬66َ‫ا َل َوهَّللا ِ ُأَلق‬66َ‫ابُهُ َعلَى هَّللا ِ فَق‬6‫هُ ِإاَّل بِ َحقِّ ِه َو ِح َس‬6‫هُ َونَ ْف َس‬6َ‫ َم ِمنِّي َمال‬6‫َص‬ َ ‫ ْد ع‬6َ‫ا فَق‬66َ‫ِإاَّل هَّللا ُ فَ َم ْن قَالَه‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَقَات َْلتُهُ ْم َعلَى‬ َ ِ ‫ال َوهَّللا ِ لَوْ َمنَعُونِي َعنَاقًا َكانُوا يَُؤ ُّدونَهَا ِإلَى َرسُو ِل هَّللا‬ ِ ‫ق ْال َم‬
ُّ ‫َوال َّز َكا ِة فَِإ َّن ال َّز َكاةَ َح‬
‫َم ْن ِعهَا‬
‫ق‬ ُّ ‫ت َأنَّهُ ْال َح‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ فَ َع َر ْف‬ ِ ‫ص ْد َر َأبِي بَ ْك ٍر َر‬ َ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ فَ َوهَّللا ِ َما ه َُو ِإاَّل َأ ْن قَ ْد َش َر َح هَّللا‬ ِ ‫قَا َل ُع َم ُر َر‬

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi', telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah dari Az Zuhriy, telah
menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa
Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat yang kemudian
Abu Bakar radhiallahu'anhu menjadi khalifah maka beberapa orang Arab ada yang
kembali menjadi kafir (dengan enggan menunaikan zakat). Maka (ketika Abu Bakar
radhiallahu'anhu hendak memerangi mereka), 'Umar bin Al Khaththab
radhiallahu'anhu bertanya, "Bagaimana Anda memerangi orang padahal Rasulullah
‫ ﷺ‬telah bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengucapkan laa ilaaha illallah. Maka barang siapa telah mengucapkannya berarti
terlindunglah dariku darah dan hartanya kecuali dengan haknya sedangkan
perhitungannya ada pada Allah." Maka Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu'anhu
berkata, "Demi Allah, aku pasti akan memerangi siapa yang memisahkan antara
kewajiban salat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya
mereka enggan membayarkan anak kambing yang dahulu mereka menyerahkannya
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, pasti akan aku perangi mereka disebabkan keengganan itu."
Berkata, 'Umar bin Al Khaththab radhiallahu'anhu, "Demi Allah, ketegasan dia ini
tidak lain selain Allah telah membukakan hati Abu Bakar Ash-Shidiq
radhiallahu'anhu dan aku menyadari bahwa dia memang benar". (HR. Bukhari 1312,
1364, 6413, 6741, HR. Muslim 29, HR. Tirmidzi 2532, HR. Nasai 2400, 3906, 3907,
3910, HR. Ahmad 112, 232)
Memberontak kepada seorang khalifah yang telah sah di baiat dengan cara membaiat
khalifah kedua atau ketiga dan seterusnya juga di hukum bunuh, sebagaimana yang
diucapkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:

َ َ‫ي ع َْن َأبِي نَضْ َرةَ ع َْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ ق‬
‫ال‬ ِّ ‫و َح َّدثَنِي َو ْهبُ بْنُ بَقِيَّةَ ْال َوا ِس ِط ُّي َح َّدثَنَا خَ الِ ُد بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ع َْن ْال ُج َري ِْر‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا بُويِ َع لِ َخلِيفَتَي ِْن فَا ْقتُلُوا اآْل َخ َر ِم ْنهُ َما‬
َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Dan telah menceritakan kepadaku Wahb bin Baqiyah Al Wasithi, telah menceritakan
kepada kami Khalid bin Abdullah dari Al Jurairi dari Abu Nadlrah dari Abu Sa'id Al
Khudri dia berkata, "Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Apabila ada dua khalifah yang dibaiat,
maka bunuhlah yang paling terakhir dari keduanya." (HR. Muslim 3444)

Adapun dalil dalam Al-Quran yang berkaitan dengan perbuatan bughat firman Allah azza wa
jalla:
‫ر هّٰللا‬6‫اتلُوا الَّتي تَ ْبغي ح ٰتّى تَف ۤيء ا ٰلٓى اَم‬6َ‫ ٰرى فَق‬6‫ ٰدىهُما َعلَى ااْل ُ ْخ‬6ْ‫َت اح‬
ِ ِ ْ ِ َ ْ ِ َ ْ ِ ْ ِ ِ َ ِ ْ ‫ا ِ ۢ ْن بَغ‬6َ‫ط ۤا ِٕىفَ ٰت ِن ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ا ْقتَتَلُوْ ا فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَهُ َم ۚا ف‬
َ ‫َواِ ْن‬
‫هّٰللا‬
َْ‫ت فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِل َواَ ْق ِسطُوْ ا ۗاِ َّن َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط ن‬
‫ي‬ ۤ
ْ ‫ۖفَا ِ ْن فَا َء‬

Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka
perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil. (QS. Al-Hujurat: 9)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum hudud merupakan salah satu dari hukum Allah azza wa jalla yang muhkam
(baku) dan wajib untuk di terapkan oleh kaum muslimin atau orang-orang Islam.
Banyak sekali dalil baik dalam Al-Quran maupun hadis yang memerintahkan orang
Islam untuk menerapkan dan menegakkan hukuman hudud. Hukum hudud merupakan
hukum yang paling adil untuk menghukumi para pelaku kejahatan, karena hukum
hudud bukanlah hukum buatan manusia yang memiliki banyak celah ketidakadilan.

B. Saran
Sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim mempelajari dan mengetahui
semua isi ajaran Islam serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
agar kita menjadi termasuk orang-orang yang sempurna imannya di sisi Allah
subhanahu wa taala.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim
Kitab Shahih Al-Bukhari
Kitab Shahih Muslim
Kitab Sunan Ibnu Majah
Kitab Sunan Darimi
Kitab Sunan Abu Dawud
Kitab Musnad Ahmad
Kitab Sunan Tirmidzi
Kitab Sunan Nasai
Syarah riyadhus Shalihin, Abu Usamah Salim bin 'ied Al-Hilali, Jakarta : Pustaka Imam Asy-
Syafi'i, 2012

Anda mungkin juga menyukai