Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IJTIHAD DAN PERMASALAHANNYA

Mata Kuliah Pengantar Studi Islam


Dosen Bpk. Dr. Abdul Basith Junaidy M.Ag

Disusun oleh: Jundullah Faqihudin Ramadhan

Fakultas Syari'ah dan Hukum jurusan Hukum Pidana Islam


BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ijtihad merupakan upaya untuk menggali suatu hukum yang
sudah ada pada zaman Rasulullah SAW. Hingga dalam
perkembangannya, ijtihad dilakukan oleh para sahabat,
tabi’in serta masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini.
Meskipun pada periode tertentu apa yang kita kenal dengan
masa taqlid, ijtihad tidak diperbolehkan, tetapi pada masa
periode tertentu pula (kebangkitan atau pembaharuan),
ijtihad mulai dibuka kembali. Karena tidak bisa dipungkiri,
ijtihad adalah suatu keharusan, untuk menanggapi
tantangan kehidupan yang semakin kompleks
problematikanya¹.
Ijtihad merupakan kunci untuk menyelesaikan problem yang
dihadapi oleh umat Islam sekarang dan yang akan datang,
hal inilah yang membuat Islam dinamis, sesuai dengan
tempat dan zaman.Ijtihad muncul disebabkan karena adanya
masalah-masalah yang kontemporer dimana nash-nash atau
dalil tidak membicarakannya secara khusus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ijtihad ?
2. Apa hukum berijtihad dan bagaimana pahalanya ?
3. Apa saja syarat-syarat untuk berijtihad ?
4. Bagaimana metode dalam berijtihad ?
5. Bagaimana kehujjahan ijtihad ?

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ijtihad
ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dan
mendalam yang dilakukan oleh individu atau
sekelompok untuk mencapai atau memperoleh
sesuatu hukum syariat melalui pemikiran yang
sungguh-sungguh berdasarkan dalil naqli yakni Al
Quran dan HaditsHadits¹.

2. Hukum Ber ijtihad Dan Pahalanya

Wajib bagi seorang mujtahid dalam memutuskan


sebuah perkara apa bila perkara tersebut tidak
ditemukan nashnya didalam Al Qur'an dan As Sunnah
(Hadist) dan pahala yg diterima oleh seorang mujtahid
ketika ber ijtihad seperti sabda Rosulullah SAW:
)‫اب فَلَهُ اَجْ َرا ِن َواِ َذا َح َك َم فَاجْ تَهَ َد ثُ َّم أَ ْخطَا َء فَلَهُ أَجْ ٌر (رواه البخاري و مسلم‬
َ ‫ص‬َ َ‫الحا ِك ُم فَاجْ تَ ِه ُد ثُ َّم أ‬
َ ‫اِ َذا َح َك َم‬
“apabila seorang hakim memutuskan masalah dengan jalan ijtihad kemudian
benar,maka ia mendapat dua pahala. Dan apabila dia memutuskan dengan
jalan ijtihad kemudian keliru, maka dia mendapat satu pahala”¹

3. Syarat-syarat untuk Ber ijtihad


Para ushul fiqih sepakat bahwa syarat ber ijtihad
adalah:
A.Mengetahui dan memahami Al Qur'an dan
Sunnah, karena Al Qur'an dan As Sunnah adalah
sumber utama hukum dalam islam.
B.Mengetahui nasakh dan mansukh dari Al-Qur’an dan
As-Sunah, supaya tidak salah dalam menetapkan
hukum
C.Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan
melalui ijma’ ulama, sehingga ijtihad-nya tidak
bertentangan dengan ijma’.
D.Mengetahui ilmu Ushul Fiqih yang merupakan
fondasi dari ijtihad².
E.Mengetahui Bahasa Arab sebab Al Quran diturunkan
dengan bahasa arab, dan As Sunnah juga dipaparkan
dalam bahasa arab¹.
F.Mengetahui maqashidu Asy-Syari’ah (tujuan syari’at)
secara umum, karena bagaimanapun juga syari’at itu
berkaitan dengan maqashidu Asy-Syari’ah atau rahasia
disyari’atkannya suatu hukum².
4. Metode dalam Ber-ijtihad
A. Ijma' adalah persetujuan atau kesesuaian padahal
para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat
di suatu masa.
B. Qiyas, adalah menyamakan hukum suatu hal yang
tidak terdapat ketentuannya didalam Al-Qur'an dan
As-Sunah dengan hal (lain)
C. Istidlal, adalah menarik kesimpulan dari dua hal
yang berlainan.
D. Masalin Al-Mursalah, adalah cara menemukan
hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya
baik didalam Al-Qur'an maupun dalam kitab-kitab
hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan
masyarakat atau kepentingan umum
E. Istishan, cara untuk mengambil keputusan yang
tepat menurut suatu keadaan.
F. Istisab , adalah menetapkan hukum suatu hal
menurut keadaan yang terjadi sebelumnya, sampai
ada dalil yang mengubahnya.
G. Urf, adalah yang tidak bertentangan hukum islam
dapat dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat
yang bersangkutan³.
5. Kehujjahan Ijtihad
Para jumhur ulama sepakat membolehkan Ijtihad
sebagai sumber penggalian suatu hukum sebagai mana
Firman Allah SWT Q.S. An-Nisa' ayat 96:

‫إِن‬,َ‫ر ِمن ُك ْم ف‬, ُ ,َ ,‫َّس‬


ِ ,‫ول َوأ ۟ولِى ٱأْل َ ْم‬
۟ ,‫وا ٱهَّلل َ َوأَ ِطي ُع‬,
ُ ‫وا ٱلر‬, ۟ ,‫و ۟ا أَ ِطي ُع‬, َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ٓ ,ُ‫ين َءا َمن‬
ْ ,َ‫ون بِٱهَّلل ِ َو ْٱلي‬,
‫و ِم‬, َ ,ُ‫ول إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬ ُ ‫ ُر ُّدوهُ إِلَى ٱهَّلل ِ َوٱلر‬, َ‫ ْى ٍء ف‬, ‫ َز ْعتُ ْم فِى َش‬,َ‫تَ ٰن‬
ِ , ‫َّس‬
٥٩﴿ ‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َس ُن تَأْ ِوياًل‬ َ ِ‫اخ ِر ٰ َذل‬
ِ ‫﴾ٱلْ َء‬
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya².
Perintah mengembalikan sesuatu yang diperbedakan
kepada Al-Qur’an dan sunnah, menurut Ali Hasaballah
adalah peringatan agar orang tidak mengikuti hawa
nafsunya, dan mewajibkan untuk kembali kepada
Allah dan Rasul-Nya dengan jalan ijtihad dalam
membahas kandungan ayat atau hadis.
Adapaun dalam hadist Nabi yang menerangkan
tentang Ijtihad adalah dialog Rasulullah SAW dengan
Mu’adz bin Jabal, ketika Muadz diutus menjadi hakim
di Yaman berikut ini:
‫ ْو ُل هللاِ لَ َّما‬, ‫ل إِ َّن َر ُس‬,
ِ ,َ‫اذ ب ِْن َجب‬,,‫ب ُم َع‬ ْ َ‫ل َح َمص ِم ْن أ‬,
ِ ‫ َحا‬, ‫ص‬ ِ ,‫س ِّم ْن اَ ْه‬ ٍ َ ‫َع ْن أُنا‬
:‫ال‬,َ ,َ‫ضا ٌء؟ ق‬ َ َ‫ك ق‬ َ َ‫ض ل‬ َ ‫ض إِ َذا َع َر‬ِ ‫ْف تَ ْق‬ َ َ‫ث ُم َعا ًذا الِ َي ْاليَ َم ِن ق‬
َ ‫ َكي‬:‫ال‬ َ ‫أَ َرا َد أَ ْن يَ ْب َع‬
.ِ‫ ْو ِل هللا‬, ‫نَّ ِة َر ُس‬, ‫ فَبِ ُس‬:‫ال‬,
َ ,َ‫ب هللا؟ ق‬ ِ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ِج ْد ِفي ِكتَا‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.ِ‫ب هللا‬ِ ‫ضى بِ ِكتَا‬ ِ ‫أَ ْق‬
‫ ُد َراي ِْئ‬,‫ اَجْ تَ ِه‬:‫ال‬,َ ,َ‫ب هللاِ؟ ق‬ ِ ‫ا‬,,َ‫ ْو ِل هللاِ َواَل فِي ِكت‬, ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ِج ْد فِي ُسنَّ ِة َر ُس‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
َ َّ‫ اَ ْل َح ْم ُدهَّلِل ِ الَّ ِذيْ َوف‬:‫ال‬
‫ق َرس ُْو َل َرس ُْو ِل‬ َ َ‫ص ْد َرهُ َوق‬
َ ِ‫ب َرس ُْو ُل هللا‬ َ َ‫ ف‬.‫َواَل آلُ ْو‬
َ ‫ض َر‬
)‫ضي َرس ُْو ُل هللاِ (رواه ابوداود‬ َ ْ‫هللاِ لَ َّما يَر‬.
“Diriwayatkan dari penduduk homs, sahabat Muadz
ibn Jabal, bahwa Rasulullah saw. Ketika bermaksud
untuk mengutus Muadz ke Yaman, beliau bertanya:
apabila dihadapkan kepadamu satu kasus hukum,
bagaimana kamu memutuskannya?, Muadz
menjawab:, Saya akan memutuskan berdasarkan Al-
Qur’an. Nabi bertanya lagi:, Jika kasus itu tidak kamu
temukan dalam Al-Qur’an?, Muadz menjawab:,Saya
akan memutuskannya berdasarkan Sunnah Rasulullah.
Lebih lanjut Nabi bertanya:, Jika kasusnya tidak
terdapat dalam Sunnah Rasul dan Al-Qur’an?,Muadz
menjawab:, Saya akan berijtihad dengan seksama.
Kemudian Rasulullah menepuk-nepuk dada Muadz
dengan tangan beliau, seraya berkata:, Segala puji bagi
Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan
Rasulullah terhadap jalan yang diridloi-Nya.”(HR.Abu
Dawud)².

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Ijtihad adalah suatu upaya dalam memutuskan
sebuah perkara yang hukum perkara tersebut
tidak terdapat dalam nash Al Qur'an dan As
Sunnah.
Hukum ber Ijtihad itu wajib bagi seorang mujtahid
dan sebagai jeri payah penggalian hukum tersebut
Allah SWT berikan satu pahala apa bila Ijtihad nya
salah dan dua pahala apa bila ijtihadnya hanya
benar.

DAFTAR PUSTAKA
 [1].wardacheche.blogspot.com
 [2].http://hafizahrayani.blogspot.com/2016/05/
makalah-ijtihad.html?m=1
 [3].https://www.google.com/amp/s/www.komp
asiana.com/amp/rezarachmawati/5dac51d4097f
3659bc2914a2/metode-metode-ijtihad

Anda mungkin juga menyukai