Anda di halaman 1dari 10

MAKNA DAN PERAN IJTIHAD

DALAM KONTEKS AJARAN ISLAM


Dosen: Dr. Rahmani Timorita Yulianti, M.Ag
CAPAIAN
PEMBELAJARAN

Mahasiswa dapat menjelaskan


makna dan peran ijtihad
dalam konteks ajaran Islam
PENGERTIAN IJTIHAD

Secara etimologi Secara terminologi

ijtihad berasal dari kata ijtahada–


yajtahidu–ijtihadan yang berarti Menurut istilah ulama ushul fiqih, ijtihad
mengerahkan segenap kemampuan. adalah mengerahkan segala kesanggupan
Ijtihad dalam pengertian bahasa adalah dalam mencari hukum syara’ yang zhanni
mengerahkan kesanggupan dlm (bersifat dugaan) sampai batas dia merasa
mewujudkan suatu perkara yg tak mampu lagi menambah
mengharuskan adanya beban dan kesanggupannya
kesulitan (Atha bin Khalil, Taisir Al Wushul Ilal Ushul, hlm. 257)
(Atha bin Khalil, Taisir Al Wushul Ilal Ushul, hlm. 257)
SYARAT MUJTAHID

Memiliki integritas yang kuat terhadap syariah Mengetahui Bahasa Arab dengan berbagai
turunanya

Memiliki pengetahuan yang luas tentang al-


Qur’an yang berhubungan dengan masalah- Mengetahui kaidah-kaidah ilmu ushul fiqih
masalah hukum yang seluas-luasnya karena ilmu ini menjadi
dasar ijtihad.
Memiliki pengetahuan yang luas tentang hadis
Nabi SAW yang berhubungan dengan hukum
Mengetahui ilmu logika agar dapat
menghasilkan kesimpulan yang benar dan
Mengetahui masalah-maslah ijma’ dan hukum dapat dipertanggungjawabkan.
yang telah diwariskan para ulama sebelumnya
DASAR IJTIHAD
َ ‫ « َكي‬:‫ فَقَا َل‬،‫ث ُمعَاذًا ِإلَى اليَ َم ِن‬
‫ْف‬ َ َ‫سلَّ َم بَع‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
ِ ‫ «فَإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن ِفي ِكتَا‬:‫ قَا َل‬،‫َّللا‬
‫ب‬ ِ َّ ‫ب‬ ِ ‫ضي ِب َما ِفي ِكتَا‬ ِ ‫ أ َ ْق‬:‫ فَقَا َل‬،»‫ضي؟‬ ِ ‫ت َ ْق‬
‫ «فَإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي‬:‫ قَا َل‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬ ُ ‫ فَ ِب‬:‫ قَا َل‬،»‫َّللا؟‬ ِ َّ
‫ «ال َح ْم ُد‬:‫ قَا َل‬،‫ أ َ ْجت َ ِه ُد َرأْ ِيي‬:‫ قَا َل‬،»‫سلَّ َم؟‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬
ُ
ِ َّ ‫سو ِل‬
‫َّللا‬ ُ ‫سو َل َر‬ ُ ‫ّلِل الَّ ِذي َوفَّقَ َر‬ ِ َّ ِ
Nabi mengutus Muaz ke Yaman. Maka Nabi bertanya kepadanya: “Bagaimana kamu akan memutuskan hukum
apabila dibawa kepada kamu sesuatu permasalahan?” Muaz menjawab: “Saya akan memutuskan hukum
berdasarkan kitab Allah” Nabi bertanya lagi: “Sekiranya kamu tidak mendapati didalam kitab Allah?” Jawab
Muaz: “Saya akan memutuskan berdasarkan Sunnah.” Tanya Nabi lagi: “Sekiranya kamu tidak menemui di
dalam Sunnah?” Muaz menjawab,’ Saya akan berijtihad dengan pandanganku. Nabi pun bersabda: “Segala puji
bagi Allah yang telah member taufiq kepada utusan Rasulullah.”
Hadis Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi
BUKAN WILAYAH IJTIHAD
Ijtihad Tidak bisa dilakukan dalam masalah:

Perkara-perkara yang
Hukum Syara’ yang tidak bisa di qiyaskan
(tidak dianalogikan)
ada nashnya, dan
Akidah nashnya itu qath’i
yaitu: hukum
makanan, minuman,
(pasti). pakaian, ibadah,
akhlak.
METODE BERIJTIHAD

Istihsan (Kemaslahatan
Qiyas/Analogi umat): Misalkan;
Pembukuan al Qur’an

Maslahah mursalah
(Kegunaan/ Kemanfaatan):
Misalkan; Pencatatan Nikah
MENGAPA HARUS ADA IJTIHAD?

Sebab banyak masalah-masalah baru yang tidak ada nash-nya


dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Misalnya : kloning, bayi tabung, dll.

Kewajiban mengikuti syara’

ٰ َ ََْ َٓ ْ ََُْ ْ ُ ْ ََ
ُ‫اّلل‬ ‫وا ِن احكم بينهم ِبما انزل‬
“Hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah.” (QS al-Maidah 5:49)
HUKUM IJTIHAD

Ijtihad hukumnya adalah Namun bukan fardhu ain,


fardhu (wajib) melainkan fardhu kifayah.

Artinya, jika sudah ada sebagian kaum muslimin yang


telah melaksanakannya (yaitu berijtihad), maka
gugurlah kewajiban sebagian yang lainnya.
(Atha bin Khalil, Taisir Al Wushul Ilal Ushul, hlm. 260)
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai