Anda di halaman 1dari 6

Pemahaman Hadis Tentang Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

(Studi Analisis Tahlily)

Quroti Ayuni
Program Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,
email: qurotiayuni1@gmail.com

Abstrak
Hadis berfungsi sebagai sumber pokok ajaran Islam sesudah Al-Quran, dalam tataran
aplikasinya hadis dapat dijadikan hujjah keagamaan dalam kehidupan dan menempati posisi
yang sangat penting dalam kajian keislaman. Secara struktural hadis merupakan sumber ajaran
Islam setelah Al-Quran yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak menemukan penjelasan
tentang berbagai problematika kehidupan di dalam Al-Quran, maka kita wajib merujuk pada
hadis. Oleh karena itu, hadis merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan dalam
menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam Al-Quran.

:‫س ْو ِل هللاِ صل هللا عليه وسلم‬ ُ ‫سا َم َع َر‬ ً ‫ ُكنَّا ُجلُ ْو‬:‫ َأنَّهُ قَا َل‬:‫ض َي هللاُ َع ْن ُه َما‬ ِ ‫عَنْ َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
ُ ‫ا َل َر‬DDَ‫ فَق‬،‫ي‬
‫ه‬DD‫ل هللا علي‬DD‫ ْو ِل هللاِ ص‬D‫س‬ ُّ ‫ا ِر‬D‫ص‬َ ‫ َر اَأْل ْن‬Dَ‫ ثُ َّم َأ ْدب‬،‫ ِه‬D‫لَّ َم َعلَ ْي‬D‫س‬ َ ‫ِإ ْذ َجا َءهُ َر ُج ٌل ِمنَ اَأْل ْن‬
َ َ‫ ف‬،‫ا ِر‬D‫ص‬
ُ ‫ا َل َر‬DDَ‫ فَق‬.‫صالِ ٌح‬
‫ل هللا‬DD‫ ْو ِل هللاِ ص‬D ‫س‬ َ ‫صا ِر! َكيْفَ َأ ِخي‬
َ :‫ فَقَا َل‬.)) ‫س ْع ُدبْنُ ُعبَا َدةَ؟‬ َ ‫(( يَا َأ َخا اَأْل ْن‬:‫وسلم‬
َ ‫ َعةَ ع‬D‫ض‬
‫ا ٌل َواَل‬D‫ا نِ َع‬Dَ‫ا َعلَ ْين‬D‫ َر َم‬D‫َش‬ ْ ِ‫ َونَ ْحنُ ب‬،ُ‫ه‬D‫ا َم َع‬Dَ‫ا َم َوقُ ْمن‬Dَ‫ فَق‬.)) ‫و ُدهُ ِم ْن ُك ْم؟‬D
ْ ‫ (( َمنْ يَ ُع‬:‫عليه وسلم‬
‫لم‬DD‫ه وس‬DD‫ل هللا علي‬DD‫ ْو ِل هللاِ ص‬D‫س‬ ُ ‫ا َر‬DDَ‫ َحتَّى َدن‬،‫اخ‬ ُّ َ‫ فِيتِ ْلك‬D‫شي‬
ِ َ‫ب‬D‫الس‬ ِ ‫ نَ ْم‬،‫ص‬ ٌ ‫س َوالَ قُ ُم‬ ُ ِ‫ِخفَافٌ َوالَ قَالَن‬
1
ْ ‫َوَأ‬
.ُ‫ص َحابُهُ الَّ ِذيْنَ َم َعه‬
Terjemahan:

1
al-Hafizh ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyyudin al-Mundziri, Mukhtasar Shahih Muslim, Kitab
Janaiz, Bab Menjenguk Orang Sakit, Dar Ibni Khuzaimah Riyadh, Cet. I, 1994 M, hal. 131. Lihat juga Terj. Drs.
Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), Cet II, hal. 254.
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk
bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba seorang laki-laki dari kaum Anshar datang kepada
belaiu lalu beliau memberi salam. Setelah laki-laki Anshar itu hampir pergi, Rasulullah
bertanya, “Hai saudara kaum Anshar! Bagaimana sakit saudaraku, Sa’ad bin Ubadah?”
Laki-laki itu menjawab menjawab “sudah membaik”. Maka Rasulullah Saw bertanya,
“Siapa diantara kalian yang ingin turut menjenguknya?” Beliau kemudian berdiri dan kami
pun berdiri bersama beliau. Kami berjumlah lebih dari sepuluh orang tanpa terompah,
tanpa tutup kepala, dan tanpa jubah dalam. Kami berjalan di tanah gersang hingga tiba di
rumah Sa’ad bin Ubadah, lalu orang-orang yang di sekitar Sa’ad mundur sehingga
Rasulullah Saw dan para sahabatnya yang mengikuti beliau bisa mendekat kepada Sa’ad
bin Ubadah. (HR. Muslim).

Hadits ini juga terdapat dalam kitab Adab al-Mufrad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
bab ‫ْض َو ْال َعاِئ ِد‬
ِ ‫ث لِ ْل َم ِري‬
ِ ‫ بَابُ ْال َح ِد ْي‬nomor hadis 521.2

Hadis di atas menunjukkan bahwa jika ada suadara seiman kita yang sedang sakit, maka
Rasulullah Saw memerintahkan atau menganjurkan kita sebagai umat Islam untuk
menjenguknya dan mendo’akannya agar cepat sembuh. Seperti hadis di atas yang dimana beliau
Nabi Saw dan para sahabatnya menjenguk Sa’ad bin Ubadah yang sedang sakit meski rumahnya
dekat atau amat sangat jauh. Sehingga beliau dan para sahabatnya berjalan tanpa terompah,
tutup kepala, dan tanpa memakai jubah dalam demi menyegerakan perjalanan menuju rumah
Sa’ad bin Ubadah. Karena orang yang menjenguk saudaranya yang sedang sakit akan diberikan
kemuliaan dan pahala yang baik sesuai dengan niat kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang paling utama, yang dapat mendekatkan
diri kita kepada Allah SWT, mendapatkan ampunan, rahmat, menumbuhkan rasa kecintaan, dan
menghilangkan permusuhan diantara sesama saudara Muslim.

2
Nurhadi &Elfen Khairi, Analisis Kitab Adab al-Mufrad Karya Imam Bukhari Tentang Pendidikan Adab
Dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia, (PALAPA: Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan), Vol. 8, No. 1, 2020, hal. 146.
Sebagaimana dalam hadis Nabi SAW berikut yang menjelaskan tentang hak muslim atas sesama
muslim:

D‫رنِي‬D َ Dَ‫ َأ ْخب‬:‫ا َل‬DDَ‫ب ق‬ ٍ ‫ َها‬D‫ش‬ِ ُ‫ َرنِي ابْن‬Dَ‫ َأ ْخب‬:‫اع َّي قَا َل‬ِ ‫َن اَأْل ْو َز‬ َ ‫َح َّد ثَنَا ُم َح َّم ٌد َح َّد ثَنَا َع ْم ُربْنُ َأبِي‬
ِ ‫ ع‬،َ‫سلَ َمة‬
‫ق‬َّ D‫و ُل َح‬D ْ Dُ‫لَ َم يَق‬D‫س‬
َ ‫ ِه َو‬D‫ ْو َل هللاِ َعلَ ْي‬D‫س‬ َ ‫ا َل‬DDَ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
ُ ‫ ِم ْعتُ َر‬D‫س‬ ِ ‫ب َأنَّ َأبَا ه َُر ْي َرةَ َر‬ َ ‫س ِع ْي ُد بْنُ ا ْل ُم‬
ِ َّ‫سي‬ َ
‫س‬
ِ ‫اط‬D ْ ‫ َّد ْع َو ِة َوت‬D‫ةُ ال‬Dَ‫اِئ ِز وَِإ َجاب‬DDَ‫ع ا ْل َجن‬
ِ D‫ ِم ْيتث ا ْل َع‬D‫َش‬ ِ ‫ساَل ِم َو ِعيَا َدةُ ا ْل َم ِر ْي‬
ُ ‫ض َواتِّبَا‬ َّ ‫س َر ُّد ال‬ ٌ ‫سلِ ِم َخ ْم‬ ْ ‫ا ْل ُم‬
3
‫ساَل َمةَ بْنُ عَنْ ُعقَ ْي ٍل‬ َ ُ‫ق قَا َل َأ ْخبَ َرنَا َم ْع َم ٌر َو َرا َوه‬ ِ ‫تَابَ َعهُ َع ْب ُد ال َّر َّز‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah menceritakan kepada kami
‘Amru bin Abu Salamah dari al Awza’iy berkata: telah mengabarkan kepada saya Ibnu
Syihab berkata: telah mengabarkan kepada saya Sa’id bin al Musayyab bahwa Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu: menjawab salam,
menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendo’akan orang
yang bersin”. Hadits ini diriwayatkan pulaleh ‘Abdur Razaq berkata:telah megabarkan
kepada kami Ma’mar dan meriwayatkan kepadanya Salamah bin Rauh dari ‘Uqail. (HR.
Bukhari).

Hadis tersebut memberikan anjuran kepada kita sebagai seorang Muslim untuk memenuhi
hak atas muslim yang lainnya, diantaranya yaitu menjenguk orang sakit. Karena dengan
menjenguk orang sakit kita akan peduli dengan lingkungan sosial yang dimana termasuk dalam
adab kepada sesama. Karena kita hidup di dunia tidak sendiri, ada hak orang lain yang harus kita
penuhi termasuk dalam menjenguk orang sakit.
Mengunjungi dan menjenguk orang sakit merupakan kewajiban setiap muslim terhadap
muslim lainnya dalam hal tolong menolong satu sama lain, terutama yang memiliki
hubungandengan diri kita, seperti: kerabat dekat, tetangga, saudara yang senasab, sahabat
dansebagainya. Menurut Ibnu Taimiyyah hukum menjenguk orang sakit yang beragama Islam
yaitu fardhu kifayah. Adapun menjenguk kafir dzimmi hukumnya sunnah.4 Sedangkan Ibn Hazm
berpendapat hukumnya menjenguk orang sakit yang beragama Islam itu fardhu, sekalipun hanya

3
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al Mugirah al-Ju’fy al-Bukhariy, al-Jami’ al-
Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Uur Rasulillah shallallahu ‘alahi wasallam wa Sunanih wa Ayyamih, Editor:
Muhammad Zuhair ibn Nasir al-Nasir, Cet I, (Beirut: Dar Tauq al-Najat, 1422 H), jilid 2, hal. 71.
4
Enang Hidayat, M. Ag, Fiqih Ibadah Bagi Orang Sakit dan Bepergian, (Cendekia Press: 2018), hal. 40.
sekali saja. Namun, beliau tidak menjelaskan perihal fardhu nya apakah fadhu ‘ain atau
kifayah.5
Sa’ad Yusuf Abu Aziz menjelaskan bahwa ketika seseorang akan menjenguk orang sakit,
ada hal perlu yang harus diperhatikan diantaranya adalah tentang etika (perilaku) nya.6 Artinya
bagaimana seseorang bersikap ketika berhadapan dengan orang sakit tersebut. Di antara etika
tersebut yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Memberi kabar gembira kepada orang sakit bahwa penyakitnya itu menjadi sebab
mendapatkan ampunan Allah dan ditinggikan derajatnya.
2. Meletakkan tangan di atas orang sakit dan menanyakan keadaannya.

َ ‫ثُ َّم َو‬........ :‫س ْع ٍد َأنَّ َأبَاهَا قَا َل‬


ُ‫ َده‬Dَ‫ض َع ي‬ َ ‫ت‬ َ ‫َح َّد ثَنَا ا ْل َم ِّك ُّي بْنُ ِإ ْب َرا ِه ْي َم َأ ْخبَ َرنَا ا ْل ُج َع ْي ُد عَنْ عَاِئ‬
ِ ‫ بِ ْن‬Dَ‫شة‬
‫ا‬D‫هُ فَ َم‬Dُ‫هُ ِه ْج َرت‬Dَ‫ ْعدًا َوَأ ْت ِم ْم ل‬D‫س‬
َ ‫ف‬ ْ ‫ا َل اللَّ ُه َّم‬Dَ‫ َدهُ َعلَى َو ْج ِهي َوبَ ْطنِي ثُ َّم ق‬Dَ‫ َح ي‬D‫س‬
ِ D‫اش‬ َ ‫ه ثُ َّم َم‬Dِ ِ‫َعلَى َج ْب َهت‬
7
َّ ‫ِز ْلتُ َأ ِج ُد بَ ْر َدهُ َعلَى َكبِ ِدي فِ ْي َما يُ َخا ُل ِإلَ َّي َحتَّى ال‬
.‫سا َع ِة‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami al Makki bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami al Ju’aid dari Aisyah bin Sa’ad bahwa Ayahnya
berkata:.............lalu beliau meletakkan tangan beliau di atas keningnya kemudian
beliau mengusap wajah dan perutku sambil berdo’a: Allahummasyfii Sa’d wa
Atmim Lahu Hijratuhu (Ya Allah, sembuhkanlah penyakit Sa’d dan sempurnakanlah
hijrahnya)”. Maka aku masih merasakan rasa sejuk di hatiku hingga sat ini”.(HR.
Bukhari).

Hadis di atas menunjukkan bahwa ketika kita menjenguk orang yang sakit maka
sudah menjadi kebiasaan kita untuk meletakkan tangan di dahinya, atau memegang
anggota tubuh yang sedang sakit dan menanyakan keadaannya. Karena dengan kita
melakukan kegiatan tersebut, bisa di anggap bahwa kita telah memberikan perhatian

5
Sa’di Abu Zaib, Ma’usuah al-Ijma’ fi al-Fiqh al-Islam, (Damaskus: t.p., 1416 H/1996 M). Juz III, Cet.
III, hal. 1039.
6
Sa’ad Yusuf Abu ‘Aziz, al-Fiqh al-Muyassar wa Adillatuhu min al-Quran wa al-Sunnah, (Kairo-Mesir:
al-Maktabah al-Taufiqiyah, hal. 209; lihat pula Lajnah al-Ifta al-Jamiah al-Islamiyah, op.cit., hal. 46-47; Wahbah
al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Suriah: Damaskus , 1405 H/ 1985 M), Juz II, Cet. II, hal. 446-448.
7
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al Mugirah al-Ju’fy al-Bukhariy, al-Jami’ al-
Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min Uur Rasulillah shallallahu ‘alahi wasallam wa Sunanih wa Ayyamih, Editor:
Muhammad Zuhair ibn Nasir al-Nasir, Cet I, (Beirut: Dar Tauq al-Najat, 1422 H), jilid 7, hal. 118.
yang lebih bahkan seperti kerabat dekat dan akan membuat senang/tenteram bagi
orang yang sakit.

3. Mendoakannya agar cepat sembuh dan menasehatinya agar sabar dalam menghadapi
cobaan penyakit yang sedang diderita tersebut.
4. Memberi semangat bahwa penyakitnya itu akan segera sembuh atas izin dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
5. Tidak terlalu lama ketika menjenguk, karena akan mengganggu istirahat orang yang
dijenguk kecuali orang yang sedang sakit tersebut menginginkan akan hal itu.
6. Mempertimbangkan waktu menjenguk (memilih waktu yang tepat) sehingga tidak
mengganggu saat istirahatnya orang sakit dan keluarganya.
7. Membawa makanan atau minuman secukupnya yang pantas untuk dimakan atau
diminum oleh orang yang kita jenguk.
8. Berbicara yang baik, sopan, tidak berisik dan seperlunya agar tidak mengganggu
orang yang sedang sakit dan keluarganya.
9. Tidak mengatakan bahwa ia akan segera mati. Adapun apabila telah yakin bahwa
sebentar lagi tanda-tanda kedatangan maut akan menghampiri, maka disunnahkan
menuntunnya dengan kalimat tauhid (la Ilaha Illallah) agar ia masuk surga-Nya
Allah.
10. Memuji karena amal baiknya ketika ia belum jatuh sakit. Tujuannya agar ia bisa
menghilangkan kekhawatiran mengenai penyakitnya.
11. Menanyakan keinginannya dalam bentuk makanan, minuman, atau suatu barang
yang ketika ia sehat belum bisa terpenuhi.8

Dapat disimpulkan bahwa ketika kita ingin menjenguk saudara kita yang sedang sakit,
ada beberapa adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW seperti: mendo’akannya dengan do’a
yang sudah dianjurkan oleh beliau, bershalawat, memberikan bantuan berupa makanan atau obat
yang dapat meringankan beban saudara kita yang sedang sakit, menentramkan atau memberikan
semangat kepadanya agar ia dapat bangkit kembali untuk sembuh dan lain sebagainya sesuai
dengan penjelasan yang sudah ditulis di atas.
8
Enang Hidayat, M. Ag, Fiqih Ibadah Bagi Orang Sakit dan Bepergian, (Cendekia Press: 2018), hal. 42-
48.

Anda mungkin juga menyukai