Anda di halaman 1dari 8

Klasifikasi jarimah

1) Pembagian jarimah menurut berat dan ringannya hukuman meliputi :

a) Jarimah hudud
Kata hudud adalah bentuk jama’ dari kata (‫)حد‬.Secara etimologi, kata (‫ )حد‬berarti batas
pemisah antara dua hal agar tidak saling bercampur atau supaya salah satunya tidak sampai
masuk pada wilayah yang lainnya.Menurut Ahmad Hanafi, jarimah hudud adalah jarimah yang
diancamkan hukuman hadd yaitu hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan
menjadi hak Tuhan.
Hukuman yang termasuk hak Tuhan ialah setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan
umum (masyarakat) seperti untuk memelihara ketentraman dan keamanan masyarakat, dan
manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan oleh keseluruhan masyarakat,penjatuhan
hukuman merupakan sebagian tujuan agama. Oleh karena hukuman didasarkan atas hak Allah,
maka tidak bisa digugurkan, baik oleh individu mapun oleh masyarakat. Sedangkan kata ‫حد‬
secara terminologi adalah suatu perbuatan atau tidak berbuat yang menurut nash syar’i telah
ditetapkan keharamannya dan sekaligus hukumannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jarimah hudud memiliki beberapa ciri khas yaitu :
pertama, hukumannya tertentu dan terbatas. Kedua¸merupakan hak Allah semata kalaupun ada
hak manusia maka hak Allah yang paling menonjol.
Hubungannya dengan hukum hadd ialah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh
perseorangan maupun oleh masyarakat yang diwakili negaranya.
Jumhur fuqaha’ menetapkan macam-macam jarimah yang diancam dengan hukuman hudud
ada tujuh macam, yaitu: zina,tuduhan zina, minuman keras, pencurian, perampokan,keluar dari
Islam,dan pemberontakan.
b) Jarimah Qishas-Diyat
Menurut bahasa kata qishas adalah bentuk masdar, sedangkan bentuk madhinya adalah
qashasha yang artinya memotong. Atau juga berasal dari kata Iqtashasha yang
artiny“mengikuti”, yakni mengikuti perbuatan si pelaku sebagai balasan atas perbuatannya.
Jarimah qishash diyat ialah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman qishash atau
hukuman diyat.24 Hukuman yang berupa qishash maupun hukuman yang berupa diyat adalah
hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai batas terendah maupun
batas tertinggi, tetapi menjadi perseorangan (hak manusia), dengan pengertian bahwa korban
bisa memaafkan pelaku jarimah dan apabila dimaafkan oleh korban, maka hukumannya menjadi
hapus.
Ciri-ciri dari jarimah qishas diyat adalah pertama, hukumannya sudah tertentu dan terbatas,
yakni sudah ditentukan oleh syara’ dan tidak terdapat batas maksimal dan minimal.
Kedua,hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam artian bahwa, korban
atau keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku.
Jarimah qishash diyat hanya ada dua macam yaitu pembunuhan dan penganiayaan namun
apabila diperluas jumlahnya ada lima macam
yaitu: pembunuhan sengaja , pembunuhan semisengaja , pembunuhan tersalah/ tidak
sengaja,ِpenganiayaan sengaja, dan penganiayaan tidak sengaja
Dasar dari hukuman qishash dan hukuman diyat adalah sebagaimana tercantum dalam al-
Qur’an surat al-Baqarah ayat 178:
‫صاصُ فِى ْٱل َق ْتلَى ۖ ْٱلحُرُّ ِب ْٱلحُرِّ َو ْٱل َع ْب ُد ِب ْٱل َع ْب ِد َوٱأْل ُن َث ٰى ِبٱأْل ُن َث ٰى ۚ َف َمنْ ُعف َِى لَهُۥ مِنْ أَخِي ِه َشىْ ٌء َفٱ ِّت َبا ۢ ٌع‬َ ِ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ْٱلق‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫وا ُكت‬
‫ك َفلَهُۥ َع َذابٌ أَلِي ٌم‬ ٰ ٰ
َ ِ‫ِب ْٱل َمعْ رُوفِ َوأَدَٓا ٌء إِلَ ْي ِه ِبإِحْ ٰ َس ٍن ۗ َذل َِك َت ْخ ِفيفٌ مِّن رَّ ِّب ُك ْم َو َرحْ َم ٌة ۗ َف َم ِن ٱعْ َتد َٰى َبعْ َد َذل‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui
batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.

c) Jarimah Ta’zir

Menurut etimologi, lafadz ‫التعزر‬


ِ berasal dari kata ‫ عزر‬yang sinonimnya mencegah dan
menolak, mendidik, mengagungkan dan menghormati, membantunya, menguatkan dan
menolong.28 Sedangkan secara terminologi, ِ ‫التعزر‬
ِ didefinisikan oleh al-Mawardi adalah sebagai
berikut: Ta’zir adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatandosa (maksiat) yang
hukumannya belum ditetapkan syara’. Wahbah Zuhairi memberikan definisi ta’zir yang mirip
dengan al-Mawardi adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang
tidak dikenakan hukuman hadd dan tidak pula kifarat.

Istilah jarimah ta’zir menurut hukum pidana Islam adalah tindakan yang berupa edukatif
(pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd dan kifaratnya. Atau
dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim. Jadi
ta’zir merupakan hukuman terhadap perbuatan pidana/delik yang tidak adaketetapan dalam nash
tentang hukumannya. Hukuman-hukuman ta’zir tidak mempunyai batas-batas hukuman
tertentu, karena syara’ hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, mulai dari yang seringan-
ringannya sampai hukuman yang seberat beratnya. Dengan katan lain, hakimlah yang berhak
menentukan macam tindak pidana beserta hukumannya, karena kepastian hukumnya belum
ditentukan oleh syara’.

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa beberapa hukuman ta’zir tidak mempunyai
batas-batas hukuman tertentu, karena syara’ hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, mulai
dari yang seringan-ringannya sampai hukuman yang seberat-beratnya. Hemat penulis, penguasa
(hakim) berhak menentukan macam delik beserta hukumannya, karena kepastian hukumnya
belum ditentukan oleh syara’. Penjatuhan hukuman ta’zir atas meninggalkan mandub atau

mengerjakan makruh merupakan pendapat yang dapat diterima, apalagi kalau hal itu
membawa kemashlahatan bagi masyarakat yang merupakan tujuan dilaksanakannya hukuman.
Perbuatan-perbuatan yang bukan golongan maksiat tidak dapat ditentukan, karena perbuatan
tersebut tidak diharamkan karena zatnya, melainkan karena sifatnya. Sifat yang menjadikan
alasan (illat) dikenakannya hukuman atas perbuatan tersebut adalah membahayakan atau
merugikan kepentingan umum. Maka apabila dalam suatu perbuatan terdapat unsur merugikan
kepentingan umum, perbuatan tersebut dianggap jarimah dan pelaku dikenakan hukuman.30
Menurut Abdul Qadir Awdah membagi jarimah ta'zir menjadi tiga yaitu:

1) Jarimah hudud dan qishas diyat yang mengandung unsur syubhat atau tidak memenuhi
syarat, namun hal itu sudah dianggap perbuatan maksiat, seperti pencurian harta syirkah,
pembunuhan ayah terhadap anaknya, pencurian yang bukan harta benda.

2) Jarimah ta'zir yang jenis jarimah-nya ditentukan oleh nash, tetapi sanksinya oleh syar'i
diserahkan kepada penguasa, seperti sumpah palsu, saksi palsu, menipu, mengingkari janji,
mengkhianati amanat, dan menghina agama.

3) Jarimah ta'zir yang jenis jarimah sanksinya secara penuh menjadi wewenang penguasa
demi terealisasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini unsur akhlak menjadi pertimbangan yang
paling utama. Misalnya pelanggaran terhadap peraturan lingkungan hidup, lalu lintas, dan
pelanggaran terhadap peraturan pemerintah lainnya.31 Hukuman-hukuman ta’zir ditinjau dari
segi tempat dilakukannya hukuman, yaitu:

a. Hukuman badan, yaitu yang dijatuhkan atas badan seperti hukuman mati, dera, penjara
dan sebagainya.

b. Hukuman jiwa, yaitu dikenakan atas jiwa seseorang, bukan badannya, seperti ancaman,
peringatan dan teguran.

c. Hukuman harta, yaitu yang dikenakan terhadap harta seseorang, seperti diyat, denda dan
perampasan harta.1

1
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN skripsi ROJIHAH Tahun 2014 BAB II KETENTUAN TENTANG
JARIMAH DAN PENADAHAN
2) Pembagian Jarimah Menurut Niat, meliputi :

a) Jarimah sengaja
yaitu pelaku melakukan tindak pidana yang sudahdirencanakan. Misalnya: seseorang masuk
kedalam masjid hanya untuk mencuri kotak Amal
b) Jarimah tidak sengaja
yaitu pelaku tidak-sengaja untuk melakukan perbuatan yang dilarang dan perbuatan tersebut
terjadi sebagai akibat kelalaiannya (kesalahannya). Misalnya: seseorang melempar petasan hanya
untuk bermain-main namun tak diduga ada orang lain lewat kemudian mengenai orang tersebut
dan membuat celaka. 2

3) Pembagian jarimah berdasarkan segi tertangkapnya,meliputi :

a) Jarimah tertangkap basah


adalah jarimah dimana pelakunya tertangkap pada waktu melakukan perbuatan tersebut atau
sesudahnya tetapi dalam masa yang dekat.
b) Jarimah tidak tertangkap basah
adalah jarimah dimana pelakunya tidak tertangkap pada waktu melakukan perbuatan
tersebut, melainkan sesudahnya dengan lewatnya waktu yang 24 tidak sedikit.
Pentingnya pembagian ini dapat dilihat dalam dua segi, yaitu:
a) Dari segi pembuktian
Apabila jarimah dilakukan berupa jarimah hudud dan pembuktiannya dengan saksi
maka dalam jarimah yang tertangkap basah, para saksi harus menyaksikan dengan
mata kepalanya sendiri pada saat terjadinya jarimah tersebut.
b) Dari segi amar ma’ruf nahi munkar
Dalam jarimah yang tertangkap basah, orang yang kedapatan sedang melakukan
tindak pidana dapat dicegah dengan kekerasan agar ia tidak meneruskan tindakannya.
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dari Said Al
Khudhari, bahwa Rasulullah bersabda:3

‫ َفإِنْ َل ْم‬،ِ‫ َمنْ َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً َف ْل ُي َغيِّرْ هُ ِب َي ِده‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم َيقُ ْو ُل‬ ِ ‫ت َرس ُْو َل‬ ُ ْ‫ َسمِع‬: ‫َعنْ أَ ِبي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َقا َل‬
َ ْ
َ ِ‫ َفإِنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف ِب َقل ِب ِه َو َذل‬،ِ‫َيسْ َتطِ عْ َف ِبل َِسا ِنه‬
ِ ‫ك أضْ َعفُ ْا‬
ِ ‫إل ْي َم‬
‫ان‬

HUKUMAN BAGI PELAKU JARIMAH DIBAWAH UMUR DI TINJAU DARI FIQIH JINAYAH SKRIPSI TUTI ALAWIYAH Bab III TINJAUN
UMUM TENTANG JARIMAH DAN HUKUMAN DITINJAU MENURUT FIQIH JINAYAH tahun 2012

3
BAB II JARIMAH HAK MILIK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM Skripsi Arifin Tahun 2011
[‫]رواه مسلم‬

Terjemahan Hadits : Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya


mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah
dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman.4

4) Jarimah menurut cara melakukannya

a) Jarimah positif
Terjadi karena mengerjakan suatu perbuatan yang dilarang, seperti membunuh, zina,
mencuri , dan sebagainya.
b) Jarimah Negatif
Terjadi karena tidak melakukan sesuatu perbuatan yang diperintahkan, seperti tidak
membayar fidyah puasa .5

5) Jarimah menurut objeknya

a) Jarimah Perserorangan
yaitu suatu jarimah di mana hukuman terhadap pelakunya dijatuhkan untuk melindungi
hak perseorangan (individu). Misalnya: penghinaan, penipuan, dan sebagainya.

b) Jarimah masyarakat,
yaitu suatu jarimah di mana hukuman terhadap pelakunya dijatuhkan untuk melindungi
kepentingan masyarakat. Misalnya: penimbunan bahan-bahanpokok, korupsi, dan sebagainya.

6) Jarimah menurut Tabiatnya

a) Jarimah Biasa

4
Hadits Arba’in Nawawi 34
5
MAKALAH ILMU FIQHJINAYAH (HUKUM PIDANA ISLAM)JARIMAH HUDUD DAN TAZIR oleh sholiha nur wulan d.l.l
yaitu jarimah(tindak pidana) yangdilakukan oleh seseorang tanpa mengaitkannya dengan
tujuan-tujuan politik. Misalnya: mencuri ayam, membunuh, menganiaya dan sebagainya.

b) Jarimah politik
yaitu jarimah (tindak pidana) yangmerupakan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah
atau pejabat-pejabat pemerintah atau terhadap garis-garis politik yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Misalnya: pemberontakan bersenjata, mengacaukan perekonomian dengan
maksud politik,perang saudara, dan sebagainya6

6
HUKUMAN BAGI PELAKU JARIMAH DIBAWAH UMUR DI TINJAU DARI FIQIH JINAYAH SKRIPSI TUTI ALAWIYAH Bab III TINJAUN
UMUM TENTANG JARIMAH DAN HUKUMAN DITINJAU MENURUT FIQIH JINAYAH tahun 2012
Kesimpulan : Jinayah dan Jarimah adalah dua istilah yang memiliki kesamaan dan
perbedaannya secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti yang sama
serta ditujukan bagi perbuatan yang berkonotasi negative, salah atau dosa. Adapun perbedaannya
terletak pada pemakaian, arah pembicaraan, serta dalam rangkaian apa kedua kata itu digunakan.
Adapun unsur-unsur jarimah adalah :
1. Unsur Formal
2. Unsur Moriel
3. Unsur Material
Jarimah Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
A. Dilihat dari berat-ringannya hukuman :
a. Jarimah Hudud
b. Jarimah Qisas Diyat
c. Jarimah Ta’zir
B. Dilihat dari niat si pelaku
a. Jarimah sengaja
b. Jarimah tidak sengaja
C. Menurut segi tertangkapnya
a. Jarimah Tertangkap Basah
b. Jarimah Tidak Tertangkap Basah
D. Menurut cara Melakukannya
a. Jarimah Positif
b. Jarimah Negatif
E. Menurut Obyeknya
a. Jarimah Perorangan
b. Jarimah Masyarakat
F. Menurut Tabiatnya
a. Jarimah Biasa
b. Jarimah politik
Daftar pustaka

http://repository.uin-suska.ac.id/8939/4/BAB%20III.pdf
HUKUMAN BAGI PELAKU JARIMAH DIBAWAH UMUR DI TINJAU DARI FIQIH
JINAYAH (STUDI KASUS KEPUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKINANG PADA
TAHUN 2012) SKRIPSI TUTI ALAWIYAH
http://eprints.walisongo.ac.id/3812/3/092211032_Bab2.pdf
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN skripsi
ROJIHAH Tahun 2014
http://eprints.walisongo.ac.id/1997/3/2105131_Bab2.pdf
BAB II JARIMAH HAK MILIK DALAM HUKUM PIDANA ISLAM Skripsi Arifin Tahun
2011
https://www.academia.edu/11774497/Makalah_Jinayah_dan_Jarimah
MAKALAH ILMU FIQHJINAYAH (HUKUM PIDANA ISLAM)JARIMAH HUDUD DAN
TAZIR oleh sholiha nur wulan d.l.l
Kitab Hadits Arbain Nawawi

Anda mungkin juga menyukai