Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fachlul Azmi

Nim : 20329049

Tugas 9

1. Ditinjau dari berat- ringannya macam hukuman yang diancamkan berapa


klasifikasinya ? Menjelaskan
a. Jarimah qishas/diyat
Hukum  qishas  adalah  pembalasan  yang  setimpal  (sama)  atas
pelanggaran  yang  bersifat pengerusakan  badan.    Atau  menghilangkan
jiwa,  seperti  dalam  firman  Allah  SWT. Surah Jarimah qishas/diyat.
Hukum  qishas  adalah  pembalasan  yang  setimpal  (sama)  atas
pelanggaran  yang  bersifat pengerusakan  badan.    Atau  menghilangkan
jiwa,  seperti  dalam  firman  Allah  SWT, al-Maidah : 45, surah al-Baqarah :
178. Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan baik berupa barang
maupun uang oleh seseorang  yang  terkena  hukum  diad  sebab  membunuh
atau melukai  seseorang  karena ada  pengampunan,  keringanan  hukuman,
dan  hal  lain. Pembunuhan  yang  terjadi  bisa dikarenakan  pembunuhan
dengan  tidak  disengaja  atau pembunuhan  karena  kesalahan (khoto’). Hal
ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa’ : 92.
Jarimah qishash/ diyat meliputi:
 Pembunuhan sengaja.
 Pembunuhan semi sengaja.
 Pembunuhan tidak sengaja / tersalah.
 Pembunuhan di tanah haram
 Pembunhuan oleh muhrim
b. Jarimah hudud
Hudud, jamaknya had yang menurut bahasa berarti : menahan
(menghukum). Menurut istilah hudud berarti: sanksi bagi orang yang
melanggar hukum syara’ dengan cara didera/ dipukul (dijilid) atau dilempari
dengan batu hingga mati (rajam).
Sanksi tersebut dapat pula berupa dipotong tangan lalu sebelah atau
kedua-duanya atau kaki dan tangan keduanya,  tergantung kepada  kesalahan
yang  dilakukan.
Hukum  had  ini  merupakan hukuman yang maksimal bagi suatu
pelanggaran tertentu bagi setiap hukum, yang dalam beberapa kasus di
jelaskan pada QS An-Nuur/24: 2 dan 4,Al-Maidah/5: 33 dan 38
Jarimah hudud meliputi:
 Perzinaan
 Qadzaf (menuduh berbuat zina)
 Meminum minuman keras
 Pencurian
 Perampokan
 Pemberontakan
c. Jarimah Ta’zir
Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak di tetapkan
hukumannya dalam  Al-Quran  dan Sunnah  karena  bentuknya  sebagai
hukuman  ringan.
Menurut hukum Islam, pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan
sepenuhnya kepada Hakim Islam. Hukum ta’zir diperuntukkan bagi seseorang
yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau belum  memenuhi  syarat
untuk  dihukum  had  atau  tidak  memenuhi syarat  membayar diyat sebagai
hukum ringan untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya.
Jarimah ta’zir dibagi menjadi tiga bagian:
 Jarimah  hudud  atau  qishah/diyat  yang  syubhat  atau  tidak
memenuhi  syarat, namun sudah  merupakan  maksiat,  misalnya
percobaan  pencurian,  percobaan pembunuhan, pencurian dikalangan
keluarga, dan pencurian aliran listrik.
 Jarimah-jarimah yang ditentukan Al-Quran dan Hadis, namun tidak
ditentukan sanksinya, misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak
melaksanakan amanat dan menghina agama.
 Jarimah-jarimah  yang  ditentukan  oleh  Ulil  Amri  untuk
kemashlahatan  umum.

Sedangkan jarimah berdasarkan niat pelakunya dibagi menjadi menjadi


dua, yaitu:
 Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).
 Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-
khatha’).

2. Apa saja unsur-unsur tidak pidana dalam Islam? Menjelaskan


 Unsur formil (ar-rukn asy asy-syar’i), yakni ada nas yang melarang perbuatan
tersebut dan ancaman hukuman bagi pelakunya. Pada unsur formil ini, ulama
fiqh membuat kaidah: Tidak ada suatu tindak pidana dan tidak ada pula suatu
hukum tanpa ada nas. Senada dengan kaidah ini juga dikatakan: Sebelum ada
nas, tidah ada hukum bagi orang-orang berakan.
 Unsur materil (ar-rukn al-madi), yakni tingkah laku yang membentuk
perbuatan jarimah, baik berupa perbuatan nyata melanggar larangan syara’
(seperti mencuri) maupun dalam bentuk sikap tidak berbuat sesuatu yang
diperintahkan syart’ (seperti tidak melakukan shalat dan menunaikan zakat).
 Unsur moril (ar-rukn al-adabi), yakni pelaku jarimah, seseorang yang telah
mukalaf atau orang yang sudah bisa diminta pertanggungjawaban secara
hukum.  
Selain ketiga unsur di atas, setiap jarimah (tindak pidana) mempunyai
unsur-unsur khusus atau tersendiri pula yang antara satu bentuk tindak pidana
dan tindak pidana lain berbeda-beda.
3. Bagaimanakah penetapan hukuam dalam Hukum Islam bila dibandingkan dengan
hukum konvensional ? Analisis
Pensyariatan hukuman terhadap setiap tindak pidana dalam hukum Islam
bertujuan untuk mencegah manusia melakukan tindakan tersebut. Dalam hal ini,
walaupun hukuman ditetapkan untuk mewujudukan kemaslahatan umum, hakikat
pidana itu sendiri adalah suatu kebaikan, walaupun suatu perusakan bagi pelaku itu
sendiri (seperti hukuman mati, potong tangan, dan lainnya).namun di sisi lain
hukuman dapat membawa kemaslahatan yang hakiki bagi masyarakat, sekaligus
memelihara kemaslahatan tersebut. Dalam hal ini, hukum Islam sejalan dengan
hukum konvensional bahwa tujuan penetapan tindak pidana dan hukuman adalah
untuk melindungi kepentingan dan kemaslahatan masyarakat, menjaga sistem
masyarakat, dan menjamin keberlangsungan hidup mereka. Kendati memiliki tujuan
yang sama, namun dalam hal mencapai tujuan tersebut kedua sistem hukum memiliki
cara yang berbeda.
Hukum Islam menganggap akhlak yang utama sebagai sendi masyarakat.
Karena itu, hukum Islam sangat memerhatikan pemeliharaan akhlak sehingga setiap
perbuatan yang menyentuh dan bertentangan dengan akhlak utama tersebut akan
dijatuhi hukuman. Sedangkan hukum konvensional yang cenderung mengabaikan
persoalan akhlak. Hukum konvensional baru memerhatikan persoalan akhlak ini
apabila suatu perbuatan telah membawa kerugian langsung bagi individu
(perseorangan), keamanan, atau sistem umum masyarakat.Contohnya, perbuatan zina.
Pada hukum konvensional nyaris tidak menghukum perbuatan zina kecuali bila
terjadi pemaksaan salah satu pihak (perkosaan). Bahaya perbuatan tersebut menurut
hukum konvensional menyentuh secara langsung kebaikan individu dan keamanan
umum sekaligus. Sedangkan aturan hukum Islam menghukum perbuatan zina, dalam
keadaan dan bentuk apapun, karena, menurut hukum Islam, perbuatan tersebut masuk
ke dalam kategori tindak pidana yang ada pada ranah akhlak. Apabila akhlak rusak,
maka otomatis masyarakatnya juga akan rusak dan hancur

Anda mungkin juga menyukai