Anda di halaman 1dari 6

i

METODE PENDIDIKAN PERSPEKTIF HADIST NABI SAW

“Metode Keteladanan Atau Demonstrasi”

MAKALAH

Tugas Kelompok Pada Matakuliah Studi Tafsir Dan Hadist Tarbawiy

Semester I, Tahun Akademik 2021

Disusun Oleh :

1. Sahabu Alkatiri
2. Ilham Kambose
3. Johra Lestaluhu

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2021
1

Metode Keteladanan/Demonstrasi
Dalam penanaman nilai-nilai keislaman, keteladanan merupakan metode
yang lebih efektif dan efisien. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al-Bantani
dalam Usus al-Tarbiyah al-islamiyah, bahwa metode keteladanan merupakan
metode yang paling berpengaruh dalam pendidikan manusia, karena individu
manusia senang meniru terhadap orang yang dilihatnya.
Sungguh Allah SWT telah menjadikan Rasul-Nya sebagai teladan bagi
setiap orang muslim, baik yang ada pada masanya, maupun orang-orang yang ada
setelahnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini :
             
   
: Artinya
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab : 21).1
Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan Nabi Muhammad adalah contoh
sempurna bagi kehidupan umat manusia. Tetapi, rahmat (keuntungan) yang
seutuhnya hanya untuk mereka yang kecintaannya kepada Tuhan begitu besar, yang
harapan dan aspirasinya terpusat semata-mata kepada yang maha Kuasa . hanya pada-
Nya menggantungkan harapan untuk kebahagiaan akhirat dan benar-benar
merindukan-Nya di segenap pori-pori tubuh yang mampu mencontoh kehidupan
Nabi2

Allah SWT mengutus seorang Nabi untuk menjadi teladan dalam semua hal,
sebagai hadiah bagi manusia, yaitu Muhammad Rasulullah SAW, seorang penuntun

1
Al-Qur-an Terjemahan dan Tajwid Warna, Al-Majid, (Jakarta : Beras), h.,420.
2
Maulana Wahiduddin Khan, Muhammad Nabi Untuk Semua, ( Jakarta: Pustaka Alvabet,
2016), 61.
2

yang sempurna dengan kehidupannya yang suci dan mode yang ideal.3 Dewasa ini
banyak sekali kegagalan guru mengajar murid. Faktor utama penyebabnya adalah
guru mengajar tidak dengan karakter sehingga murid tidak mendapat contoh yang
baik dari guru mereka, bahkan mereka ragu dan tidak mengerjakan apa yang
diberikan guru karena tidak mendapat contoh yang baik. Misal guru mengerjakan
sesuatu yang harus dikerjakan, tetapi guru tidak mengerjakan, atau guru menyuruh
meninggalkan sesuatu tetapi guru mengerjakan apa yang harus ditinggalkan itu.
Nabi SAW adalah contoh hidup (teladan) yang baik dari apa yang beliau
ajarkan kepada para sahabatnya. Tidak ada satu keutamaan yang dianjurkan kecuali
beliau lakukan, bahkan mendahului yang lain dalam mengamalkannya. Sebaliknya,
tidak ada kejelekan yang beliau larang, kecuali beliau orang yang paling jauh
darinya.4
Metode keteladanan dalam pendidikan Islam adalah metode yang paling
efektif dan efisien dalam membentuk kepribadian anak. Posisi pendidik sebagai
teladan yang baik pada anak-anaknya akan ditirunya dalam berbagai ucapan dan
prilaku. Keteladanan menjadi faktor menentukan baik buruknya sifat anak. Jika
pendidik jujur, dapat dipercaya berakhlak mulia, berani, menjauhkan diri dari
perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama, maka si anak akan tumbuh
kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia dan lain-lain.5
Umat islam meneladani Rasulullah SAW yang kepribadiannya
menggambarkan isi Al-Qur’an. Aisyah ra. Pernah mengatakan bahwa akhlak
Rasulullah itu adalah Al-Qur’an. Pernyataan Aisyah itu benar, karena memang
pribadi rasul itu merupakan interpretasi Al-Qur’an secara nyata; tidak hanya cara
beribadah, cara kehidupan sehari-harinya juga kebanyakan merupakan contoh
tentang cara kehidupan yang islami.

3
Utsman Nuri Topbas, Teladan Pribadi Rasulullah, terj. Zulkarnaen Ahmad (Istanbul:Erkam,
2013), 42.
4
Rahmat Hidayat, Muhammad Saw The Super Teacher ( Jakarta: Zaytuna Ufuk Abadi,
2015),108.
5
Nik Hariyati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), 70.
3

Istilah “teladan” dalam Al-Qur’an diproyeksikan dengan kata uswah, seperti


yang terdapat dalam ayat yang artinya : “Dalam diri Rasulullah itu kamu dapat
menemukan teladan (uswah) yang baik”. Contohnya tentang sifat nabi Muhammad
beserta pengikutnya yang digambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-Fath ayat 29,
bahwa Nabi Muhammad beserta pengikutnya itu bersikap keras terhadap orang-
orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, senantiasa rukuk dan sujud
(shalat), serta mencari keridhaan Allah.
Kemudian tentang keteladanan Nabi Ibrahim dijelaskan dalam ayat yang
artinya : “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang
baik bagimu” (QS. Al-Mumtahanah : 4). Keteladanan Nabi Ibrahim ini juga diikuti
oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini terbukti dari wahyu-wahyu yang disampaikan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad antara lain berisi perintah agar mengikuti
perintah Nabi Ibrahim. Itulah sebabnya dalam tradisi ritual keagamaan (islam), dua
tokoh ini (Ibrahim as. Dan Muhammad SAW) disampaikan sebagai figure yang
menjadi kerangka acuan umat pada masa sekarang dan seterusnya.6
Secara psikologis manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam
hidupnya, ini merupakan sifat pembawaan manusia. Peneladanan itu ada dua
macam, yaitu sengaja dan tidak sengaja. Keteladan yang tidak sengaja ialah
keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat keiklasan, dan sebangsanya.
Sedangkan, keteladanan yang tidak disengaja ialah seperti memberikan contoh
membaca yang baik, mengerjakan shalat yang benar (Nabi berkata, “Shalatlah
kamu sebagaimana Shalatku”, Bukhari). Keteladanan yang disengaja ialah
keteladanan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladani.7

Contoh Hadits Keteladanan Rasulullah SAW :

6
Heri Gunawan, Pendidikan Islam kajian teoretis dan pemikiran tokoh, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h., 265-266.
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h., 143.
4

Aisyah RA, dia berkata, “ Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila salah seorang di
antara kalian makan, hendaklah ia menyebut nama Allah Ta’ala. Apabila lupa
menyebut nama-Nya sewaktu memulai makan, hendaklah ia membaca, ‘Bismillahi
awwalahu wa akhirahu’ (dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan
penghabisan makan).’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) 8

8
Imam Nawawi, Shahih Riyadhush-Shalihin 2, (Jak-Sel : Pustaka Azzam, 2003), h., 35.
5

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur-an Terjemahan dan Tajwid Warna. Al-Majid. Jakarta : Beras

Gunawan, Heri. (2014). Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Rahmat. (2015). Muhammad Saw The Super Teacher . Jakarta: Zaytuna
Ufuk Abadi.

Hariyati, Nik. (2011). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Bandung


:Alfabeta.

Maulana Wahiduddin Khan. (2016) Muhammad Nabi Untuk Semua. Jakarta: Pustaka
Alvabet.

Nawawi, Imam. (2003). Shahih Riyadhush-Shalihin. Jak-Sel: Pustaka Azzam.

Topbas, Utsman Nuri. (2013). Teladan Pribadi Rasulullah, terj. Zulkarnaen Ahmad.
Istanbul:Erkam.

Tafsir, Ahmad. (2001). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai