Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Teori Belajar Behavior dalam

Pembelajaran Matematika Keuangan


Dewi Nuur Rahmasari
dewi.rahmasari22@gmail.com

A. Teori Behaviorisme
Menurut Ertmer dan Newby (1993), cara kita menentukan
pembelajaran dan apa yang kita percaya tentang cara pembelajaran terjadi
mempunyai implikasi penting dalam situasi-situasi yang mana kita ingin
rubah tentang apa yang orang-orang pahami dan atau lakukan. Menurut
mereka, teori pembelajaran memberikan rancangan instruksional dengan
strategi dan teknik instruksi yang sudah diverifikasi.
Salah satu teori pembelajaran adalah teori behaviorisme. Teori
behaviorisme merupakan teori utama di psikologi Amerika pada setengah
awal abad ke-20 (Staddon, 2014). Para sejarahwan setuju bahwa teori
behaviorisme merupakan faktor utama pencetusnya psikologi Amerika
modern (Mills, 1998:1).
Dalam buku yang ditulis Slavin (2006:136), Teori pembelajaran
tingkah laku terfokus pada bagaimana sebuah tingkah laku individu saat
ini dapat mempengaruhi tingkah lakunya atau tingkah laku individu lain di
masa yang akan datang. Teori pembelajaran tingkah-laku mencoba untuk
menemukan prinsip-prinsip dari tingkah laku yang kemudian diterapkan di
dunia nyata.

B. Konsep Behaviorisme
Perkembangan dalam percobaan-percobaan guna memahami tentang
teori-teori perilaku (behaviorism) ini sudah mulai ada sejak akhir abad ke-
19 (Slavin, 2006:135). Terdapat beberapa peneliti yang mempelajari

1
tentang teori-teori perilaku. Berikut akan dijabarkan tentang para peneliti
teori behaviorisme.
1. Ivan Pavlov
Teori Ivan Pavlov dikenal sebagai pengkondisian klasik (classical
conditioning). Pengkondisian klasik terjadi secara otomatis dengan
melibatkan alam bawah sadar (Staddon, 2014:16).
Dalam buku yang ditulis oleh Todes (2000:39) diterangkan bahwa
pada awalnya Pavlov ingin mengetahui apa yang menyebabkan
binatang mengeluarkan air liur saat mereka makan. Untuk meneliti
penelitiannya tersebut, Pavlov melakukan penelitian dengan dengan
anjing.
Penjabaran selanjutnya mengenai penelitian Ivan Pavlov terkait teori
behaviorisme dijabarkan dari buku yang ditulis oleh Slavin (2006).
Dalam penelitiannya, Pavlov menggunakan anjing sebagai
percobaannya. Ivan Pavlon melihat bahwa anjing akan mengeluarkan
air liur ketika diberikan makanan, namun anjing tidak akan
mengeluarkan air liur ketika dibunyikan lonceng.
Pavlov kemudian membunyikan lonceng bebarengan dengan makanan
dalam waktu penelitian. Apabila perbuatan ini dilakukan secara
berulang-ulang, maka dalam suatu ketika hanya dengan membunyikan
lonceng tanpa memberikan makanan, maka air liur anjing akan keluar.

2
Sumber: Educational Research, 8th edition, Page: 137.
Dalam hal ini, makanan dan lonceng disebut ransangan (stimulus).
Makanan disebut dengan ransangan tanpa dikondisikan atau disebut
juga dengan ransangan wajar, sedangkan lonceng disebut sebagai
ransangan buatan. Proses ini kemudian disebut sebagai pengkodisian
klasik.
Dengan mengamati penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
suatu rangsangan buatan akan menghasilkan respon yang sama apabila
pada awalnya ransangan tersebut diberikan bersamaan dengan
ransangan wajar.
Berkenaan dari penelitian ini dapat kita lihat pada salah satu tingkah
laku siswa terhadap pembelajaran matematika oleh seorang guru,
seperti berikut:
2. E.L. Thorndike
Penjabaran mengenai penelitian ElL. Thorndike terkait teori
behaviorisme dijabarkan dari buku yang ditulis oleh Slavin (2006).
Penemuan Pavlov mengilhami para peneliti di Amerika Seikat seperti
E.L Thorndike yang dikenal dengan kaidah efek-nya. Thorndike
melakukan sebuah eksperimen dengan memasukkan kucing ke dalam

3
kotak dan kemudian kucing tersebut harus berusaha untuk keluar dari
kotak agar memperoleh makanan. Dia melakukan percobaan tersebut
beberapa kali. Dari percobaan ini dia mengamati bahwa semakin lama
waktu yang dibutuhkan kucing untuk keluar dari kotak semakin cepat.
Hal yang dilakukan kucing adalah dengan cara mengulangi perilaku
yang membuatnya lolos dan tidak mengulangi perilaku yang akan
mempersulitnya dalam keluar.
Thorndike kemudian menyimpulkan bahwa perilaku seseorang saat ini
dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut di masa yang akan
datang.

3. B.F. Skinner
B.F. Skinner dikenal dengan pengkondisian operan yang artinya
penggunaan konsekuensi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan untuk mengendalikan terjadinya perilaku (Slavin,
2006: 137). Dapat disimpulkan juga, Skinner menekankan tentang
pentingnya hubungan sebab-akibat antara kondisi lingkungan dan
perilaku individu (Harre, 2009:49).
Dalam buku Slavin (2006) dijelaskan bahwa Skinner menggunakan
kotak yang disebut dengan kotak Skinner dalam percobaannya. Kotak
ini dirancang sehingga setiap kali tikus memencet tombol pada kotak
maka akan memperoleh butiran makanan. Imbalan makanan ini
membuat tikut hanya terfokus untuk menekan tombol dan mengurangi
perilaku lain seperti berputar-putar dalam kotak.

C. Prinsip-prinsip Dasar Behaviorisme


a. Konsekuensi-konsekuensi
Salah prinsip yang terpenting adalah konsekuensi. Semua perilaku
pasti menanggung konsekuensinya tersendiri. Konsekuensi

4
menyenangkan atau penguatan (reinforce) dimana seseorang dapat
meningkatkan frekuensi perilakunya. Sedangkan konsekuensi yang
kurang menyenangkan atau hukuman (punisher) dapat melemahkan
bahkan sampai menghilangkan perilaku tersebut. (Slavin, 2006:138)
1. Tindakan penguatan
 Tindakan penguatan primer, sekunder.
Tindakan penguatan menyenangkan dapat diartikan sebagai
setiap konsekuensi dapat memperkuat atau meningkatkan
frekuensi perilaku seseorang (slavin 2006:139). Tindakan
penguatan menyenangkan dapat bersifat primer, sekunder
serta penguatan positif atau negatif. Tindakan penguatan
primer memuaskan kebutuhan dasar manusia. Sedangkan
penguatan sekunder adalah tindakan penguatan primer atau
penguatan sekunder lainnya yang sudah terbentuk. Ada tiga
macam penguatan sekunder antara lain tindakan penguatan
sosial misalnya pujian senyuman (Slavin, 2006:140). Kedua
tindakan penguatan sekunder kegiatan seperti permainan. Dan
yang ketiga adalah tindakan penguatan pertanda atau simbolik
misalnya tanda bintang atau poin.

Tabel konsekuensi dalam pembelajaran perilaku (Slavin,


2006:140)
Memperkuat perilaku Mematikan perilaku
Penguatan positif Tidak ada penguatan
Contoh memmberikan Contoh : mengabaikan
imbalan atau pujian
Penguatan negative Hukuman pencabutan
Contoh : membebaskan dari Contoh : melarang tugas atau
tugas yang tidak situasi yang
menyenangkan menyenangkan

5
Hukuman pemberlakuan
Contoh : memberikan tugas atau
situasi yang tidak
menyenangkan

Prinsip premack adalah kita dapat menggabungkan kegiatan


yang kurang kita sukai dengan kegiatan yang kita sukai
sehingga kesemua kegiatan akan terlaksana. Prinsip premack
sering disebut dengan “aturan nenek” (grandma’s rule) dari
penyataan zaman dahulu “makanlah sayuran ini dan kemudian
kamu dapat bermain (Dahar, 1988:31). Jadi prinsip premack
adalah kita dapat mengganti atau mengaitkan kegiatan yang
kita sukai dengan kegiatan yang tidak kita sukai sehingga
dapat menyelesaikan semua pekerjaan.

 Tindakan penguatan intrinsik dan ekstrinsik


Tindakan penguatan intrinsik adalah suatu tindakan penguatan
dari perilaku seseorang tanpa mengharapkan imbalan apapun
(Slavin,2006:141). Sedangkan tindakan penguatan ekstrinsik
adalah pujian atau imbalan yang diberikan untuk memotivasi
orang yang terlibat dalam perilaku tersebut (Slavin, 2006:141).

2. Tindakan penghukuman
Tindakan penghukuman (punisher) adalah suatu konsekuensi yang
tidak menyenangkan yang digunakan untuk melemahkan bahkan
sampai menghilangkan suatu perilaku (Slavin, 2006:143).
Hukuman memiliki dua bentuk yaitu hukuman pemberlakuan dan
hukuman pencabutan (Slavin, 2006:143).
Hukuman pemberlakuan (presentation punishment) adalah
konsekuensi yang tidak menyenangkan yang dicoba untuk
melarikan diri darinya yang mengikuti perilaku tertentu, dan

6
digunakan untuk memperkecil kemunculan perilaku kembali
(Slavin, 2006:143). Contohnya siswa yang diomeli oleh gurunya.
Hukuman pencabutan (removal punishment) adalah penarikan
kembali keadaan yang menyenangkan dalam penguatan perilaku
yang dirancang untuk memperkecil kemungkinan munculnya
perilaku tersebut (Slavin, 2006:143).

b. Kesegaran Konsekuensi (immediacy of consequence)


Salah satu prinsip terpenting dalam teori pembelajaran perilaku
ialah konsekuensi yang dilakukan dalam waktu terdekat lebih
berpengaruh pada perilaku dari pada konsekuensi yang tertunda.
Seperti halnya menurut Kulik dan Kulik, 1998 tindakan penguatan
yang lebih kecil tapi dilakukan secara langsung lebih berpengaruh
pada perilaku daripada penguatan besar yang dilakukan kemudian.
Di ruang kelas kesegaran konsekuensi (immediacy of consequence)
juga sangat penting. Khususnya untuk siswa kelas awal, dengan
memberikan pujian untuk pekerjaan yang diselesaikan dengan baik
secara langsung pada waktu itu juga lebih memiliki nilai penguatan
dari pada nilai yang bagus tapi pada kemudian hari. Begitu juga untuk
siswa yang berperilaku kurang pantas dengan menyentuh bahunya
dan memberikan pengarahan menjadi tindakan penguatan yang lebih
berpengaruh dari pada omelan bibir atau peringatan pada akhir
pelajaran (Jones dan Jones, 2004; Kauffman et al., 2002).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesegaran konsekuensi
adalah tindakan langsung dari seorang guru berupa konsekuensi
positif atau negatif untuk meningkatkan penguatan atau melemahkan
perilaku pada siswa tersebut.

c. Pembentukan (shaping)
Setelah kita membahas tentang peran kesegaran, selanjutnya kita
juga perlu untuk mengambil keputusan apa yang harus dilakukan

7
setelahnya. Misalnya ketika guru ingin menuntun siswa dengan
kemampuan baru atau perilaku baru dan mengarahkan agar memenuhi
sasaran yang diinginkan maka hal itu disebut dengan pembentukan
(Dahar, 1998).
Istilah pembentukan “shaping” digunakan dalam teori
behaviorisme dalam mengajarkan keterampilan atau perilaku baru pada
siswa sampai dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
(Dahar, 1998:32). Sedangkan menurut Bigge dan Shermis, 2004;
Driscoll, 2000 yang mana istilah “pembentukan” (shaping) digunakan
dalam teori pembelajaran perilaku untuk merujuk pada pengajaran
kemampuan atau perilaku baru dengan memperkuat siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian “pembentukan” (shaping) adalah suatu kegiatan
pembelajaran kemampuan atau perilaku baru pada siswa secara
bertahap dari mulai terkecil untuk menuju tujuan yang diinginkan.
Prinsip penguatan disini adalah siswa dikuatkan pada perilaku yang
berada pada kemampuan mereka sekarang tetapi juga memperluas
kearah kemampuan yang baru.

d. Pemunahan (extinction)
Prinsip pemunahan adalah suatu kejadian dimana tindakan
penguatan ditarik kembali sehingga perilaku yang sudah terbentuk
semakin melemah dan bisa saja menghilang (Slavin, 2006:147). Saat
terjadi kepunahan tidak selalu berjalan mulus. Ketika tindakan
penguatan ditarik kembali maka akan ada dorongan perilaku yang
lebih kuat untuk sementara waktu. Contohnya saat ada siswa yang
berbuat gaduh untuk memanggil gurunya dia diacuhkan maka dia akan
bersuara lebih keras untuk selanjutnya dan kemudian dia akan diam
karena dia selalu diacuhkan oleh gurunya. Hal inilah yang dinamakan
dengan pemunahan klasik. Perilaku mengalami peningkatan ketika

8
tindakan penguatan ditarik kembali pada awalnya yang kemudian
mulai melemah dan akhirnya menghilang.
Ledakan kepunahan yang lazim, yaitu kenaikan tingkat perilaku
pada tahap-tahap awal kepunahan, mempunyai konsekuensi penting
bagi pengelolahan ruang kelas. Kita ambil contoh dari paragraf diatas
jika guru tersebut terus mengacuhkan teriakan siswanya akan
mengakibatkan ledakan kepunahan klasik. Kemungkinan kita akan
menyimpulkan ketidakacuan tidak berhasil, padahal pada kenyataan
ketidakacuan terus-menerus terhadap teriakan siswa merupakan
strategi yang tepat kalau kita mempertahankannya (Kauffman et al.,
2002; Martella et al,. 2003). Hal terburuk adalah kalau kita akhirnya
menyerah dan melihat pada siswa yang berteriak yang nantinya
berakibat buruk. Menurut O‟Leary (1995) adalah jika kita tidak
berhasil diawal, maka coba, coba kembali.
Berikut adalah tabel jadwal penguatan yang digunakan untuk
meningkatkan probabilitas, frekuensi atau ketahanan perilaku yang
diinginkan. Jadwal penguatan didasarkan pada rasio tetap dan rasio
interval selama pola tanggapan selama penguatan dan pemunahan.

Jadwal Definisi Pola Tanggapan


Selama Selama
Penguatan Pemunahan
Rasio tetap Jumlah perilaku Tingkat Penurunan peast
tetap yang tanggapan dalam tingkat
diperlukan untuk menetap, tanggapan
memperoleh berhenti setelah setelah jumlah
penguatan penguatan tanggapan yang
diperlukan
berlalu tanpa
penguatan
Rasio Jumlah perilaku Tingkat Tingkat
variable tidak tetap yang tanggapan tanggapan tetap
diperlukan untuk menetap dan tinggi, kemudian
memperoleh tinggi menurun
penguatan
Interval Jumlah waktu tetap Tingkat tidak Penurunan pesat

9
Jadwal Definisi Pola Tanggapan
Selama Selama
Penguatan Pemunahan
tetap berlalu sebelum menetap, dengan tingkat
penguatan kecepatan tinggi tanggapan
disediakan pada akhir setelah interval
masing-masing berlalu tanpa
interval penguatan
Interval Jumlah waktu tidak Tingkat Penurunan
variable tetap sebelum tanggapan perlahan tingkat
penguatan menetap dan tanggapan
disediakan tinggi
(Slavin, 2006:151)
e. Pemeliharaan (maintenance)
Prinsip kepunahan menyatakan bahwa, ketika penguatan untuk
perilaku ditarik kembali maka perilaku tersebut menghilang.
Sedangkan prinsip jenis pemeliharaan (maintenance) terjadi pada
perilaku yang tidak perlu dikuatkan karena dikuatkan secata instrinstik
yang berarti keterlibatan perilaku tersebut menyenangkan (Slavin,
2006:151). Konsep perlawanan terhadap kepunahan berperan penting
dalam pemahaman tenang pemeliharaan perilaku. Sebagaimana jika
perilaku baru diperkenalkan maka penguatan untuk memperoleh
tanggapan yang baik harus diberikan dan diperkirakan. Namun begitu
perilaku tersebut sudah terbentuk penguatan tanggapan itu tidak
diberikan atau kurang diperkirakan.

f. Peran Antesenden
Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip diatas ada juga hal yang
mempengaruhi yaitu rangsangan. Isyarat (cue) adalah rangsangan
antesenden (actecenent stimuli) yang mendahului perilaku, karena
nantinya akan memberitahu kita tentang perilaku tertentu untuk
dikuatkan atau perilaku akan dihukum (Slavin, 2006:152). Sedangkan
diskriminasi (pembedaan) adalah penggunaan isyarat untuk
mengetahui perilaku mana yang akan dikuatkan atau perilaku mana
yang akan dihukum. Penggunnan diskriminasi adalah untuk

10
mendeteksi situasi stimulus-stimulus sedangkan generalisasi
melibatkan tanggapan pada kemiripan dengan rangsangan.
Generalisasi adalah upaya pengalihan atau pemindahan perilaku dari
keaadan satu ke keadaan yang lainnya tanpa merubah perilaku
tersebut.

Kelebihan dan Kelemahan Behaviorisme (Dahar, 1998:38)


 Behaviorisme sering digunakan dalam ilmu psikologi yang mana
prinsip dasarnya adalah dapat mengubah perilaku atau sifat
seseorang dalam proses pembelajaran
 Memiliki ruang lingkup yang terbatas
 Memusatkan pada perilaku seseorang yang tampak sementara
dalam matematika sering kali membahas pembentukan konsep,
serta pemecahan masalah

E. Penerapan Teori Belajar Behaviour dalam Pembelajaran Matematika


Sebagai mana disampaikan di bagian depan, para penganut
psikologi tingkah laku (behaviorism) memandang belajar sebagai hasil dari
pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) seperti „2 x
2‟ dan balasan dari siswa (response) seperti „4‟ yang dapat diamati.
Semakin sering hubungan antara rangsangan dan balasan terjadi, maka
akan semakin kuatlah hubungan keduanya (law of exercise). Hal ini
sejalan dengan peribahasa batu saja akan berlubang jika ditetesi air terus
menerus. Karena itu, para penganut teori belajar tingkah laku sering
menggunakan cara mengulang-ulang atau tubian (drill).
Ketika akan memulai proses pembelajaran, guru telah mengetahui
tingkat pemahaman siswa tentang materi prasyarat. Hal ini sejalan dengan
pendapat Yusuf (2010:41) bahwa jika seorang komunikator instruksional
ingin mengubah perilaku sasaran (komunikan) di masa yang akan datang,
ia perlu banyak tahu tentang manusia komunikan yang akan dihadapinya,
misalnya berusaha mengetahui tentang memorinya, tentang struktur

11
kognitifnya, dan tentang kapasitas pengetahuannya dalam belajar pada
masalah yang akan disampaikannya. Dengan mengetahui hal tersebut
dapat membantu guru dalam menentukan faktor awal yang ditengarai
dapat menjadi penyebab kesulitan belajar siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan teori
belajar behaviourisme, menurut Hartley dan Davis dalam Soekamto
(Yusuf, 2010: 140) adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila pihak sasaran ikut
terlibat.
2. Materi-materi pelajaran diberikan dalam unit-unit kecil diatur sehingga
sasaran hanya perlu memberikan respon tertentu.
3. Tiap-tiap respons diberikan umpan balik secara langsung sehingga
sasaran dapat dengan segera mengetahui apakah respons yang
diberikan itu benar atau tidak.
4. Perlu diberi penguatan setiap kali sasaran memberikan respons,
terutama penguatan positif sehingga ia berkeinginan untuk mengulangi
kembali respons yang telah diberikannya
Terhadap keempat butir diatas Yusuf (2010:140) menambahkan:
5. Pelajaran tidak hanya diberikan kepada murid-murid secara materi,
tetapi perlu disertai dengan contoh-contoh bagaimana seorang guru
berperilaku sewajarnya salam memberi teladan bagi murid-muridnya,
khususnya pelajaran-pelajaran yang menyangkut bidang sosial, etika,
dan moral. Hal ini akan lebih baik semua perilakunya sebagaian besar
akan dianggap sebagai panutan atau tiruan oleh murid-muridnya.

Karena memandang siswa sebagai obyek yang diberi respons,


maka sebaiknya guru dapat mengkondisikan diri siswa selama kegiatan
pembelajaran sesuai dengan aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan
terlebih dahulu secara ketat, serta mampu memberikan motivasi dan
penguatan kepada siswa. Sistem pembelajaran juga bersifat otomatis-
mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon. Jadi diperlukan
peran aktif guru sebagai sumber belajar. Guru juga perlu menyusun bahan
ajar yang memuat banyak latihan soal, sebagai penguatan atau stimulus.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara
terpisah. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Evaluasi
belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya menggunakan paper and pencil test serta

12
dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Penekanan evaluasi ini
pada kemampuan siswa secara individual. Evaluasi juga dapat digunakan
sebagai proses penguatan. Pemberian hadiah atas prestasi atau tingkah laku
siswa yang sesuai dengan keinginan guru juga dapat digunakan sebagai
penguatan.

Contoh langkah-langkah kegiatan pembelajaran Matematika


Keuangan sub bab bunga tunggal dan bunga majemuk, sebagai
berikut:
1. Pada bab ini pengetahuan awal atau materi prasyarat yang harus
dikuasai siswa adalah perkalian pada bilangan bulat yang sama serta
arti dari perkalian. Guru seyogyanya terlebih dahulu mengecek
pemahaman siswa tentang perkalian bilangan bulat tersebut. Agar
pengecekan ini dapat menyeluruh dan cepat, maka dapat dilakukan
dengan berpasangan antar teman seperti yang tersaji pada lembar
tugas. Hasil pengecekan ini akan digunakan guru sebagai deteksi awal
faktor kesulitan belajar siswa
2. Setelah semua siswa dipastikan telah dapat menguasai materi
prasyarat, maka guru mulai menyiapkan diri siswa dengan
memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran,
kemudian guru memberikan gambar apersepsi, agar dapat menarik
minat siswa.
3. Guru menjelaskan sub bab tentang pengertian bunga tunggal dan
bunga majemuk beserta contoh latihan soal. Perlu diingat, pemberian
materi ini dilakukan per unit kecil dilanjutkan dengan banyak latihan
soal.
4. Guru memberikan lembar kerja siswa yang berisi latihan soal bunga
tunggal dan bunnga majemuk dan meminta siswa mengerjakannya.
5. Setelah selesai guru meminta siswa untuk menukar lembar jawab
tersebut dengan teman satu bangku

13
6. Guru meminta siswa mengkoreksi jawaban temannya. Hal ini
dilakukan agar siswa mengetahui dengan segera letak kesalahan
sebagai umpan balik dari respon yang dia berikan.
7. Setelah dikoreksi guru meminta siswa mengembalikan lembar jawab
tersebut, agar siswa dapat mengetahui letak kesalahan dalam
pengerjaannya dengan segera sebagai umpan balik dari respon yang
dia berikan.
8. Guru memberikan ucapan selamat dan reward kepada siswa yang
mempunyai kesalahan paling sedikit. Hal ini dilakukan asebagi
penguatan, agar siswa mau mengulang kembali prestasinya.
9. Guru bersama siswa membuat suatu kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran
10. Guru melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan
post test, sebagai penguatan.
11. Guru memberikan umpan balik dari hasil post test siswa, dengan
memberikan pembetulan pada jawaban siswa yang salah serta
memberikan ucapan selamat dan reward kepada siswa yang
mempunyai kesalahan paling sedikit.
12. Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai latihan penguatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud


Ertner, Peggy A., Newby, Timothy J., 1993, Performance Improvement
Quarterly, vol. 6.

Mills, John A., 1998, Control: A History of Behavioral Psychology, New York:
New York University Press.

Harre, Rom, 2009, Pavlov‟s Dogs and Schrodinger‟s Cat: Scenes from the living
laboratory, New York: Oxford University Press.

Slavin, Robert E., 2006, Educational Psychology: Theory and Practice, 8 th


Edition, Pearson Education, Inc.

Staddon, John, 2014, The New Behaviorism, 2nd Edition, New York: Psychology
Press.

Todes, Daniel, 2000, Ivan Pavlov: Exploring the Animal Machine, New York:
Oxford University Press, Inc.

Yusuf, Pawit M. 2010. Komunikasi Intruksional Teori dan Praktik. Jakarta: PT


Bumi Aksara

15

Anda mungkin juga menyukai