Anda di halaman 1dari 2

Nama : Moh.

Zamil Saifuddin
NIM   : 20030184029
Kelas  : PFA2020

1. Belajar merupakan sebuah proses untuk menjadi lebih baik dalam pemahaman,
keterampilam, maupun sikap. Yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku yang lebih
baik sebagi hasil dari belajar itu sendiri.
2. Teori belajar perilaku adalah hubungan antara stimulus dengan respon yang
ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Teori
ini menekankan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan seseorang merupakan akibat
dari interaksi antara stimulus dengan respon. Ciri dari implementasi sukses teori
belajar behavioristik ini adalah adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan
seseorang setelah mengalami kejadian di masa lampau. Seseorang dinyatakan belajar
jika telah merespon suatu kejadian dan menjadikannya pembelajaran untuk tidak
menggunakan respon yang sama di masa depan, guna menghindari akibat yang pernah
dialaminya.
3. Belajar secara sengaja adalah belajar yang sistematik dan tersusun rapi seperti halnya
dalam sebuah kelembagaan yang terstruktur dan siswa belajar dari guru yang
kompeten dalam bidangnya. Sementara belajar secara tidak sengaja adalah saat tanpa
sadar siswa akan mengalami perubahan tingkah laku akibat suatu hal yang dapat
memicu terjadinya perubahan tingkah laku terhadap siswa tersebut.
4. Teori belajar perilaku merupakan salah satu teori pembelajaran paling tua yang
berkembang pada abad ke-19. Yang hingga sekarang masih banyak ditemui di
Indonesia. Hal ini nampak mulai dari pembelajaran di Kelompok Bermain, Taman
Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Menengah, bahkan sekolah tinggi. Pembentukan
perilaku siswa dengan drill (pembiasaan) disertai reinforcement dan punishment
masih sering ditemui. Secara teori dan praktek yang telah dilaksanakan, teori ini
kurang menekankan aktivitas secara kognitif pada anak. Sehingga anak cenderung
belum dapat mengeksplorasi pegetahuan secara optimal. Teori behavioristik banyak
dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,
sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar
yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak
mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon. Selain itu, berdasarkan teori behavioristik ini, potensi alami yang
dimiliki oleh seorang anak seakan tidak dianggap bahkan cenderung diabaikan. Hal
inilah yang menyebabkan teori ini ditinggalkan kemudian mengalami pergeseran dari
teori behaviorisme ke teori belajar kognitivisme.
5. Secara garis besar, teori belajar perilaku menurut Ivan Palvov lebih condong terhadap
stimulus yang dapat mengeruhi respon sehingga dengan memberikan stimulus yang
tepat maka akan didapat respon yang diinginkan dan diharapkan. Sedangkan menurut
Thorndike lebih condong membahas tentang perubahan perilaku yang terjadi akibat
sebuah stimulus, baik berilaku tersebut konkret (dapat diamati) ataupun non-konkret
(tidak bisa diamati). Namun Thorndike sendiri tidak menjelaskan bagaimana cara
mengukur pelbagai tingkah laku yang konkret. Dan adapun Skinner lebih
menekankan terhadap konsekuensi yang akan didapat oleh sebuah respon yang
sebenarnya akan memengaruhi tingkah laku siswa.
6. Seorang siswa yang belajar membaca, meskipun dia sudah dapat melafalkan seluruh
hutuf abjad dan bahkan juga sudah menghafalnya dan gurunya sudah mengajarkan
dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat membaca, maka anak itu belum
dianggap belajar. Karena menurut teori belajar perilaku, seseorang dianggap belajar
jika sudah ada perubahan perilaku atau respon yang linear dengan stimulus.
7. Konsekuensi merupakan hal yang seharusnya diterima oleh siswa setelah mendapat
stimulus. Konsekuensi dibagi menjadi 2, yaitu: Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku

Anda mungkin juga menyukai