Anda di halaman 1dari 19

SHALAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih dan Tafsir Ayat Ahkam

Dosen Pengampu :

Dr. Abu Bakar, M.Ag

Disusun oleh :

Indra Mustafid (07020320046)

Ismy Izzah An-Nafsiyah (07030320096)

Istibsarotul Insiyah (07010320014)

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS


USLUHUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA 2021
ABSTRAK

Sholat merupakan bagian dari rukun Islam. Setiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan wajib melaksanakan sholat bagi mereka yang telah akil baligh. Sholat adalah
tiang dari agama Islam, barang siapa yang menegakkan shalat maka dia telah menegaakan
tiang agama dan juga sebaliknya, barang siapa yang tidak menegakkan sholat maka dia telah
merobohkan tiang agamanya sendiri. Shalat adalah bentuk nyata dari pengakuan hamba
sebagai seorang muslim.

Sholat dalam definisinya ialah ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul
ihram dan di akhiri dengan salam dengan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaanya kita juga telah diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW. yang telah
beliau wariskan kepada para sahabat hingga sampai kepada kita.

Dalam makalah ini kami juga menyajikan apa yang membuat seseorang wajib
menegakkan sholat, kemudian apa saja rukun-rukun sholat yang wajib dilaksanakan agar
sholatnya sah dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. juga tidak lupa ayat-ayat yang
berhubungan dengan sholat itu sendiri.

Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa shalat sebagai bentuk pendekatan diri
kepada Allah SWT, mempunyai kedudukan yaitu shalat adalah tiang agama, shalat adalah
fardhu yang mula mula difardhukan, shalat adalah akhir wasiat nabi Muhammad SAW,
shalat merupakan amal yang dihisap di akhirat, dan shalat merupakan seutama syi'ar islam
dan sekuat kuat tali perhubungan antara hamba dengan Allah SWT. Perintah shalat
mempunyai pengaruh yaitu mencegah perbuatan keji dan munkar, menciptakan ketenangan
jiwa, membina aqidah seorang muslim, membentuk pribadi yang disiplin dan shalat
merupakan pendidikan kebersihan dan kesehatan.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHOLAT

Agama Islam adalah agama yang di ridhoi Allah SWT., yang paling benar dan sempurna
serta agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Islam merupakan wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai nabi terakhir pilihan-nya. Didalamnya
terdapat aturan dan hukum yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi
seluruh umat agar selamat dan bahagia didunia sampai akhirat.

Dalam Islam yang menjadi tolak ukur penting dalam hal menyembah Allah SWT yaitu
ibadah sholat. Bahkan ketika Allah SWT mengutus umat Rasulullah SAW., untuk melaksanakan
ibadah sholat yang kita ketahui pada waktu isra’ mi’raj, saat itu banyak pelajaran sangat penting
yang dapat kita ambil. Untuk melaksanakan ibadah sholat, ada aturan-aturan tertentu yang harus
kita lakukan sebelum dan ketika melaksanakan sholat. Yang mana tata cara tersebut dalam
alqur’an sudah dijelaskan dan dibahas lebih detail lagi dalam ilmu fiqh. Maka dari itu, kita
sebagai pemateri dalam makalah ini akan membahas masalah fiqih dan tafsir alqur’an yang
membahas tentang sholat.

Sholat merupakan ibadah yang paling penting bagi kaum Muslimin, sebab ia merupakan
tiang agama bagi umat Islam. Adapun menurut M. Quraisy Shihab sholat adalah do’a, yaitu
permohonan yang ditujukan oleh pihak yang rendah lagi membutuhkan kepada pihak yang lebih
tinggi dan maha segalanya. Sholat menggambarkan kelemahan manusia dan kebutuhannya
kepada Allah sekaligus menggambarkan keagungan dan kebesarannya.

M. Quraisy Shihab menafsirkan hal yang paling penting atau subtansi dari sholat adalah
mengingat Allah. Artinya jika seseorang dalam melaksanakan sholat tidak mengingat Allah
maka sesungguhnya seseorang itu tidak dapat dikatakan sholat. Dalam maksud yang sama
Hamka dan Quraisy menafsirkan bahwa yang dimaksud oleh orang yang celaka dalam QS. Al-
Ma’un (107): 4-5 adalah orang-orang yang melaksanakan sholat namun mereka yang lupa, tidak
sadar atau lalai akan tujuan, makna dan hikmat dari pada sholat.

Sholat (shalat, solat, salat) secara bahasa adalah doa, rahmat, dan istighfar, sedang menurut
syara’ adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan , perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi syarat yang ditentukan. Hukumnya wajib bagi
setiap orang Islam, karena firman Allah : Dan dirikanlah shalat , sesungguhmya shalat itu
mencegah (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar “( AL AnKabut 45)

Dalam kitab fathul qarib syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazy menjelaskan bahwasannya
penegertian shalat secara bahasa adalah do’a sedangakan dalam terminologi fiqih shalat menurut
imam rafi’i adalah ucapan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan di
akhiri dengan salam dengan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan.

B. SEJARAH DIPERINTAHKANNYA SHALAT

Perlu kita ketahui bahwa perintah shalat ada sejak nabi-nabi terdahulu dimana para nabi
sebelum Nabi Muhammad semuanya mendapatkan perintah untuk shalat. Namun, kaifiyah dan
tata cara shalat para nabi sebelum Nabi Muhammad tidak dijelaskan secara detail.

Mengutip dari apa yang disampaikan oleh al-amanah asyahiid syaikh Muhammad Sa’id
Ramadhan Al-Buthi dalam fiqih sirah nabawiyah:

‫وكان عليه السالم قبل مشروعية الصالة يصلي ركعتين صباحا ومثليهما مساء كما كان يفعل إبراهيم عليه‬
‫السالم‬

“Sebelum persyari’atan shalat, nabi terdahulu melakukan shalat masing-masing 2 rakaat di pagi
dan sore hari sebagaimana dilakukan oleh nabi ibrahim.as”.

Bukti bahwa nabi sebelum Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk melakukan shalat
terdapat dalam al-qur’an surat maryam:55

‫ان عِ ْندَ َر ِّب ِه َمرْ ضِ ًّيا‬ َّ ‫ان َيْأ ُم ُر َأهْ لَ ُه ِبال‬


َّ ‫صاَل ِة َو‬
َ ‫الز َكا ِة َو َك‬ َ ‫َو َك‬

“Dan dia (ismail) menyuruh keluarganya untuk melaksanakan shalat dan zakat, dan ia adalah
seorang yang diridhoi disisi tuhan-nya”.

Juga surat maryam:31 yang menggambarkan tentang shalatnya nabi isa.as :

‫ت َح ًّيا‬ َّ ‫صاَل ِة َو‬


ُ ‫الز َكا ِة َما ُد ْم‬ َ ‫َوَأ ْو‬
َّ ‫صانِي ِبال‬
“Dan dia (Allah) memerlukan kepadaku (isa) (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup”.

Apakah Nabi Muhammad SAW sudah melakukan shalat sebelum shalat disyariatkan?

Mungkin ada dari kita yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad menjalankan shalat
setelah shalat disyariatkan. Memang pendapat dari mayoritas ulama’ mengatakan bahwa
kewajiban menjalankan shalat ditetapkan setelah peristiwa isra’ mi’raj, tetapi bukan berarti
sebelum nabi melakukan isra’ mi’raj nabi tidak melakukan shalat.

Imam daruquthni meriwayatkan sebuah hadits yang menjadi bukti bahwa nabi sudah
melaksanakan shalat sebelum isra’ mi’raj.

‫أن جبريل أتاه في أول ما أوحي إليه فعلمه الوضوء والصالة‬

Artinya: “Jibril datang kepada Rasul ketika menyampaikan wahyu pertama dan mengajarkan
Rasul wudhu’ dan shalat”. (HR.Ahmad dan Ad-Daruquthni).

Kemudian bukti yang menunjukkan bahwa nabi telah melakukan shalat sebelum
peristiwa isra’ mi’raj adalah seperti apa yang dikutip oleh ibnu rajab dalam fathul bari syarah
shahih Bukhari:

Artinya: “Ibnu Abbas berkata, dari Abu Sufyan tentang hadis herakilius, bahwa Nabi SAW
memerintahkan kami shalat, jujur, dan menjaga harga diri”. Dan tentunya masih banyak lagi
bukti-bukti bahwa nabi telah melakukan shalat sebelum peristiwa isra’ mi’raj.

C. PERINTAH SHALAT SETELAH NABI ISRA’ MI’RAJ

Selanjutnya penetapan sifat shalat nabi dengan ditentukanwaktu-waktunya menjadi 5 waktu


baru ditetapkan saat Rasulullah SAW menghadap Allah ta’ala pada malam isra’ mi’raj.

Peristiwa isra’ mi’raj adalah pengalaman spiritual yang sarat nilai dan sebagai tinggak awal
adanya 5 waktu shalat. Sebagaiman hadis nabi SAW yang artinya: “shalat yang diwajibkan atas
nabi SAW pada malam beliau di isra’kan sebanyak lima puluh kali kemudian dikurangi hingga
tersisa lima”.
Kemudian Allah berfirman: “Hai muhammad, keputusanku tidak dapat diubah lagi. Dan
dengan shalat lima waktu ini engkau tetap mendapat ganjaran lima puluh kali lipat” (Musnad
Ahmad. No. 12048; Sunan An-Nasa’i, no. 444).

D. SYARAT WAJIB SHOLAT

Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke
dua syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan
shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara
syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun.Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:

1. Islam

Orang yang bukan Islam tidak di wajibkan shalat, berarti ia tidak di tuntut untuk
mengerjakannya di dunia hingga ia masuk Islam, karena meskipun di kerjakannya, tetap tidak
sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat
mengerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu.

Firman Allah SWT:

ْ ُ‫ك ن‬
‫ط ِع ُم ْال ِم ْس ِكي ّْن‬ ُ َ‫صلِّي ّْن َولَ ْم ن‬
َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ َ‫ت يَتَ َسا َءلُوْ ّن َع ِن ْال ُمجْ ِر ِمي ّْن َما َسلَ َك ُك ْم فِى َسقَ ّر قَالُوْ لَ ْم ن‬
ٍ َّ‫فِى َجن‬

Artinya: “Berada di dalam surga mereka tanya menanya tentang keadaan orang-orang yang
berdosa, ‘Apakah yang memasukan kamu kedalam saqor(neraka)?’ Mereka menjawab, kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak pula memberi
makan orang miskin’”.(Al-mudassir; 40-44)

2. Baligh
Baligh adalah seseorang yang telah sampai umurnya lima belas tahuh hijriah atau sudah
mendapat kan satu tanda baik dengan inzal (mimpi basah) bagi laki laki atau perempuan dan
datang haidh khusus bagi perempuan

anak-anak yang baligh tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW, yang
artinya: Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam
tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia
bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3. Berakal

Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit SAWan (ayan) yang
sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan prinsip dalam  menetapkan
kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah hadits yang
diterima dari Ali r.a. yang artinya: “dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia
sembuh”

4. Suci dari haid dan nifas

Maka tidak wajib shalat bagi keduanya baik tunai ataupun qadha,kecuali datang haid atau
nifas setelah lewat waktu fardhu seukuran muat untuk bersuci dan shalat, maka shalat itu wajib
di qadha setelah suci,atau suci dalam waktu shalat yang sisa waktu nya muat untuk shalat,maka
wajib qadha shalat tersebut dan wajib qadha pula satu waktu sebelumnya bila suci dalam waktu
kedua shalat jama’ yaitu shalat asar dan shalat ‘isya,maka bila suci dalam waktu asar,shalat yang
wajib ditunaikan adalah shalat dhuhur dan asar, dan apa bila suci di waktu isya walau di ujung
waktu, maka shalat yang wajib di tunaikan adalah magrib dan isya.

5. Sampai dakwah

Bila satu balad atau pulau yang tidak sampai dakwah maka tidak wajib shalat bagi ahli pulau
tersebut kecuali setelah dating dakwah

6. Sejahtera anggota
Maka tidak wajib shalat bagi orang yang dilahirkan dalam keadaan buta dan tuli.

E. SYARAT SAH SHALAT


1. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
Sabda Rasulullah SAW:

‫ضَأ– رواه البخارى ومسلم‬ َ ‫صاَل َةاَ َح ِد ُك ْم اِ َذا اَ ْحد‬


َّ ‫َث َحتَّى َيتَ َو‬ َ ُ‫الَ يَ ْقبَ ُل هللا‬

Artinya: Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadas
hingga ia berwudhu (riwayat Bukhari dan Muslim)

Firman Allah SWT:

٦ ‫َواِنْ ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّ ُر ْوا – المائده‬

Artinya: jika kamu junub maka mandilah (al-maidah 6)

2. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

Untuk keabsahan shalat disyariatkan suci badan, pakaian dan tempat dari naJis
yang tidak dimaafkan.

Yang dimaksudkan dengan pakaian adalah yang dipakai dan yang di tanggung
dan yang dimaksudkan dengan badan adalah dhahir badan yang meliputi dalam mulut
dalam hidung serta dalam mata

Dan yang dimaksudkan dengan  shalat adalah sesuatu yang bersentuh dengan
badan dan pakaian orang yang sedang shalat.

3. Menutup aurat

Aurat pada istilah bahasa artinya kekurangan dan pada istilah syara’ adalah sesatu
yg wajib menutupnya dan haram Melihat nya
Aurat di tutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit.
Oleh karena itu tidak dianggab menutup aurat dengan keadaan gelab atau dalam satu
kurungan, Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut,aurat perempian seluruh badannya
kecuali muka dan dua tapak tangan.

Firman Allah SWT:

ْ ‫يبَنِى ا َد َم ُخ ُذ ْوا ِز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِّل َم‬


۳۱ ‫االعراف‬-‫س ِج ٍد‬

Artinya: Hai anak adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki
masjid (Al-a’raf; 31)

4. Mengetahui masuknya waktu shalat

Di antara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu shalat sudah tiba.
Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya tidak mengetahui secara pasti
dan cara mengetahui masuk waktu ada tiga:

a. Dengan cara yaqin yaitu mengetahui waktu dengan melihat matahari atau fajar
b. Dengan cara yaitu mengetahui waktu dengan pekerjaan tertentu
c. Dengan taklid yaitu mengetahui watu dengan perantara orang lain

Dalam mengetahui masuk waktu harus terhimpun dua perkara yaitu zan mukaaf
serta nafsul amri, bila saah atu tidak ada mak shalat tidak sah.

5. Menghadap ke kiblat (ka’bah)

Selama dalam shalat wajib menghadap ke kiblat. Kalau shalat berdiri atau shalat
duduk menghadapkan dada. Kalau shalat berbaring menghadap dengan dada dan muka.
Kalau shalat menelentang, hendaklah dua tapak kaki dan mukanya menghadap ke kiblat,
kalau mungkin, kepalanya di angkat dengan bantal.

Firman Allah SWT:

      144 ‫ البقرة‬. ‫ش ْط َره‬


َ ‫م‬Xْ ‫ث َما ُك ْنتُ ْم فَ َولُّ ْوا ُو ُج ْو َه ُك‬ ْ ‫ش ْط َرا ْل َم‬
ُ ‫س ِج ِد ا ْل َح َر ِام َو َح ْي‬ َ ‫فو ِّل َو ْج َه َك‬
Artinya: Palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya (Al-baqarah 144)

F. RUKUN SHALAT

Rukun shalat menurut mamazhab syafi’i ada 13, antara lain:

 Niat

Arti niat ada dua:

1. Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu perbuatan. Dengan adanya


kesengajaan ini, perbuatan dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri, bukan di
paksa).
2. Niat pada syara’ (yang menjadi rukun shalat dan ibadah yang lain), yaitu
menyengaja suatu perbuatan, karena mengikuti perintah Allah supaya
diridhoinya.

Sabda Rasulullah SAW:

ِ ‫اِنَّ َما ااْل َ ْع َم ُل ِبالنِّيَا‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫ت‬

Artinya: sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (riwayat Bukhari
dan Muslim)

Niat ada tiga tingkatan

1. Niat untuk Shalat Fardhu harus mencakup tiga macam yaitu Qashad
(menyengaja shalat),ta’radh (menyebut fardhu) dan ta’yin (menyebut waktu)
2. Niat untuk shalat Sunat berwaktu atau sunat yang mempunyai sebab harus ada
dua yaitu Qashad (menyengaja shalat) dan ta’yin (menyebut nama shalat)
3. Niat untuk shalat sunat mutak  hanya satu saja  yaitu qashad (menyengaja shalat)
 Berdiri bagi orang yang kuasa
Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil berdiri dengan lutut,kalau
tidak kuasa boleh duduk; kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau tidak
kuasa berbaring, boleh menelentang; kalau tidak kuasa juga demikian, salatlah
sekuasanya, meskipun dengan isyarat.yang penting shalat tidak boleh ditinggalkan
selama iman masih ada.

 Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”)

Syarat membaca takbiratu ihram ada 18

1. Harus didengar kan seluruh huruf nya


2. Dibaca dikala berdiri pada shalat fardhu
3. Harus dengan bahasa arab
4. Tertib
5. Haru dibaca dengan lafadh jalalah
6. Harus dibaca dengan lafadh akbar
7. Tidakmemanjang kan hamzah jalalah
8. Tidak memanjang kan baa akbar
9. Tidak mentasydidkan baa
10. Muwalat
11. Tidak melebihi alif jalalah lebih dari tujuh alif (14 harakat)
12. Tidak melebih kan waw diantara dua kalimat
13. Tidak melebih kan waw sebelum lafadh jalalah
14. Menjaga seluruh huruf
15. Masuk waktu pada shalat yg berwaktu
16. Menyertakan takbir dengan niat
17. Tertakkhir takbir makmum dari takbir imam
18. Membaca akbar dengan hamzah qa’ta

 Membaca surat Al-fatihah

ِ ‫صاَل ةَ ِل َم ْن لَ ْم يَ ْق َرْأبِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ رواه ا لبخارى‬. ‫ب‬ َ َ‫ال‬
Artinya: Tiadalah shalat bagi seorang yang tidak membaca fatihah (riwayat Bukhari)

Syarat membaca a fatihah ada 8

1. Tertib
2. Muwalat
3. Menjaga seluruh huruf dan Tasydidnya
4. Tidak saktah yang panjang
5. Tidak lahin yg Mencedrai makna
6. Memperdengarkan seluruh bacaan fatihah
7. Tidak diselangi dengan zikir yg lain
8. Dengan Bahasa arab

 Ruku’

Syarat ruku’ ada 4

1. Sah rukun sebelum nya


2. Tidak mengkashad kan yg lain
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda Rasulullah SAW:

ْ ‫ثُ َّم ارْ َك َع َحتَّى ت‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمِئ َّن َرا ِكعًا‬

Artinya: Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk


rukuk. (riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Condong ukuran didapati oleh telapak tangannya akan lutut

 I’tidal

I’tidal pada istilah bahasa adalah bersamaan dan arti I’tidal pada istialah syara’ adalah
kembali orang sembahyang kepada hal sebelum ruku’.

Syarat I’tidal ada 4


1. Sah rukun sebelum nya
2. Tidak mengkashadkan yang lain nya
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda Rasulullah SAW:

‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى تَ ْع ِد َل قَاِئ ًما‬

Artinya: Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk i’tidal.


(riwayat dukhari dan Muslim)

4. Tidak melebihi panjangnya ukuran fatihah, kecuai I’tidal rakaat terakhir


5. Kembali lurus seperti semula

 Sujud

Syarat sujud ada tujuh

1. Sah rukun sebelum nya


2. Tidak menqashadkan yang ain
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda Rasulullah SAW:

ْ ‫َط َمِئ َّن َجالِسًاثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬


‫ زواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمِئ َّن َسا ِجدًا‬ ْ ‫اجدًاثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى ت‬ ْ ‫ثً َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬
ِ ‫َط َمِئ َّن َس‬

Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud. Kemudian
bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian sujudlah
engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Sujud dengan tujuh anggota


5. Dahi harus terbuka
6. Tidak sujud atas sesuatu yg terbawa dalam shalat
7. Tahammul dengan kepala

 Duduk antara dua sujud serta tuma’ninah


Syarat syarat antara dua sujud

1. Sah rukun sebeum nya


2. Tidak mengkashadkan yang ain
3. Tuma’ninah dengan yakin

Sabda Rasulullah SAW:

ْ ‫َط َمِئ َّن َجالِسًاثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬


‫ رواه البخارى ومسلم‬. ‫َط َمِئ َّن َسا ِجدًا‬ ْ ‫َط َمِئ َّن َسا ِجدًاثُ َّم ارْ فَ ْع َحتّى ت‬
ْ ‫ثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتّى ت‬

Artinya: kemudian sujudlah engkau hingga diam sebentar untuk sujud.


Kemudian bangkitlah engkau hingga engkau bangkit untuk duduk. Kemudian
sujudlah engkau hingga diam untuk sujud. (riwayat Bukhari Muslim)

4. Duduk yang tegak


5. Tidak melebihi Ukuran zikir yg diperintahkan dan ukuran sekurang kurang
tasyahhud

 Duduk akhir

Untuk tasyahud akhir, shalawat atas nabi SAW, dan atas keluarga beliau, keterangan yaitu
amal Rasulullah SAW. (beliau selalu duduk ketika membaca tasyahud dan shalawat).

 Membaca Tasyahhud akhir

Dinamakan tasyahhud akhir karena pada padanya ada sebutan dua kaimat shahadat

Syarat syarat bacaan tasyahhud akhir ada 8

1. Sah rukun sebeum


2. Dengan bahasa arab
3. Menjaga huruf dan tasydid nya
4. Tidak ahin yang merusak maknanya
5. Mendengar seuruh bacaanya
6. Tertib
7. Muwalat menurut imam ramli sedang kan menurut pendapat ibnu hajar sunat

 Membaca salawat kepada Rasulullah

Syarat syarat nya seperti Syarat syarat bacaan tasyahhud Akhir

Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir. Adapun
membaca shalawat atas keluarga beliau menurut syafi’i tidak wajib melainkan hanya
sunah ab’az.

Sabda Rasulullah SAW:

َ ‫ اَللّهُ َّم‬: ْ‫صالَ ِة فَ ْليَقُل‬


‫رواه البيهقى والحاكم‬.‫ الخ‬.…‫ص ّل‬ َّ ‫ اِ َذا تَ َشهَّ َد اَ َح ُد ُك ْم فِى ال‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ع َِن اب ِْن َم ْسعُوْ ٍد َع ِن النَّبِ ِّي‬

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi SAW: apabila salah seorang diantara kamu telah
membaca tasyahud dalam shalat, hendaklah ia membaca: Allahumma solli… (shalawat)
sampai akhir (riwayat Baihaki dan Hakim)

 Memberi salam

Dalam mazhab syafii Yang wajib adalah salam pertama saja,namun demikian bila terjadi
hal yang membatal kan setelah salam pertama dan sebelum salam kedua maka shalat itu
dianggab batal kecuali ada rencana untuk sekali salam saja. Sebagian ulama berpendapat
bahwa memberi salam itu wajib dua kali, ke kanan dan ke kiri.

Sabda Rasulullah SAW:

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم كاَنَ يُ َسلِّ ُم ع َْن يَ ِم ْينِ ِ—ه َوع َْن يَ َس‬
‫ار ِه اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬ َّ ِ‫َع ِن اب ِْن َم ْسعُوْ ٍد اَنَ النَّب‬
َ ‫ي‬
‫ رواه الخمسه وصححه الترمذى‬.‫َو َرحْ َمةُ هللاِ َحتّى يُ َرى بَيَاضُ َخ ِّد ِه‬

Artinya: Dari ibnu mas’ud, sesungguhnya Nabi SAW. Memberi salam ke kanan dan ke
kiri, beliau mengucapkan, “Assalamualaikum warohmatullah, assalamualaikum
warohmatullah.”  Sehingga kelihatan putih pipi beliau. (riwayat lima ahli hadis dan di
sahkan oleh tirmidzi)

 Menertibkan rukun
Dengan meletakkan tiap rukun yang telah di jelaskan di atas pada tempat masing-masing
dengan tepat. Maka tertibnya rukun juga menjadi bagian dari rukun sholat itu sendiri agar
musholli senantiasa tertib dan tidak timbul perpecahan pendapat yang atau dengan
seenaknya membuat urutan sendiri yang tidak sesuai dengan ajaran yang telah dijelaskan
ssecara turun temurun dari masa Nabi Muhammad SAW dan masa-masa setelahnya,
sehingga sampai pada masa kita sekarang.

G. AYAT-AYAT YANG MEMBAHAS TENTANG SHOLAT


Surat Al Baqarah : 110

ِ َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو َما تُقَ ِّد ُموا َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َخي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِع ْن َد هَّللا ِ ۗ ِإ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
)110:‫صيرٌ(البقرة‬ َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬

Artinya: "Dan tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu
kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan." (Q.S Al-Baqarah: 110)

Di dalam al-Quran terdapat tiga ayat yang menerangkan tentang waktu -waktu sholat
wajib. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Surat Al-Isra’: 78

‫ق ٱلَّي ِْل َوقُرْ َءانَ ْٱلفَجْ ِر ۖ ِإ َّن قُرْ َءانَ ْٱلفَجْ ِر َكانَ َم ْشهُودًا‬ َّ ‫َأقِ ِم ٱل‬
ِ ‫صلَ ٰوةَ لِ ُدلُو‬
ِ ‫ك ٱل َّش ْم‬
ِ ‫س ِإلَ ٰى َغ َس‬

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”

Surat Ar-Rum: 17-18

ْ ُ‫ض َوع َِشيًّا َو ِحينَ ت‬


)18( َ‫ظ ِهرُون‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫) َولَهُ ْال َح ْم ُد فِي ال َّس َما َوا‬17( َ‫فَ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ ِحينَ تُ ْمسُونَ َو ِحينَ تُصْ بِحُون‬
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada
di waktu subuh, dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada
pada sore hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur.”

Para ulama menjelaskan bahwa perintah untuk bertasbih dalam ayat di atas adalah perintah untuk
melaksanakan shalat.

Surat Huud: 114

َ ِ‫ت ۚ ٰ َذل‬
َ‫ك ِذ ْك َر ٰى لِل َّذا ِك ِرين‬ ِ ‫ت ي ُْذ ِهب َ—ْن ال َّسيَِّئا‬
ِ ‫ار َو ُزلَفًا ِمنَ اللَّ ْي ِل ۚ ِإ َّن ْال َح َسنَا‬ َّ ‫َوَأقِ ِم ال‬
ِ َ‫صاَل ةَ طَ َرفَ ِي النَّه‬

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”

Al-Hajj: 78

۟ ‫ص ُم‬
ِ َّ‫وا بِٱهَّلل ِ هُ َو َموْ لَ ٰى ُك ْم ۖ فَنِ ْع َم ْٱل َموْ لَ ٰى َونِ ْع َم ٱلن‬
‫صي ُر‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬
ِ َ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوٱ ْعت‬ ۟ ‫فََأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬

“maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”

Al-Mujadilah: 13

۟ —‫—وا ٱل َّز َك— ٰ—وةَ َوَأ ِطي ُع‬


ۚ ُ‫—وا ٱهَّلل َ َو َر ُس—ولَ ۥه‬ ۟ —ُ‫ٱلص—لَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َاب ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ُك ْم فََأقِي ُم‬ ۟ ُ‫ت ۚ فَ ْذ لَ ْم تَ ْف َعل‬ ٰ َ ‫وا بَ ْينَ يَ َدىْ نَجْ َو ٰى ُك ْم‬
۟ ‫َءَأ ْشفَ ْقتُ ْم َأن تُقَ ِّد ُم‬
َّ ‫وا‬ َ ‫وا َوت‬ ‫ص َدقَ ٍ ِإ‬
َ‫َوٱهَّلل ُ َخبِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Al-Muzammil : 20

‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوَأ ْق ِرضُوا هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا ۚ َو َما تُقَ ِّد ُموا َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن خَ ي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِع ْن َد هَّللا ِ هُ َو خَ ْيرًا‬
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
‫َوَأ ْعظَ َم َأجْ رًا ۚ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ ۖ ِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحيم‬
dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman
yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Al-Bayyinah: 5

َ ِ‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو ٰ َذل‬


‫ك ِدينُ ْالقَيِّ َمة‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
PENUTUP

H. KESIMPULAN
Sholat merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang sudah memnuhi syarat
menurut syariat Islam yang sudah ditentukan waktunya. Sholat adalah tiang agama.
Sholatlah yang menjadi bukti bahwa seorang hamba benar-benar mengakui dan
mengimani bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT.
Sholat (shalat, solat, salat) secara bahasa adalah doa, rahmat, dan istighfar, sedang
menurut syara’ adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan , perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi syarat yang ditentukan.
Perintah sholat adalah mutlak adanya yang langsung Allah perintahkan tanpa
melalui perantara Jibril, ini menandakan urgensi dari sholat itu sendiri. Jika ibadah lain
menggunakan Jibril sebagai perantara maka lain halnya sholat yang Allah perintahkan
nabi untuk datang ke Sidratul Muntaha.
Ayat-ayat sholat dalam Al-Qur’an sudah seringkali kita jumpai karena sholat
merupakan tolak ukur dari seorang muslim, maka ayat-ayat tentang sholat sudah
termaktub dan menjadi dasar bagi para fuqaha’ untuk menuliskan kitab-kitab fiqig sholat,
sehingga dapat dipelajari dengan lebih mudah sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai