KAJIAN PUSTAKA
6
siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang
siapa meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun
sakit.
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminologi /istilah,
para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat
berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah
menurut syarat–syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88). Adapun
secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat
dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau dengan kedua-duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59). Dalam
pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir
dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
Ada syarat wajib yang harus dipenuhi dalam melakukan sholat, yaitu:
1. Muslim (beragama Islam)
2. Berakal sehat
3. Baligh
4. Suci dari hadas kecil & hadas besar
5. Sadar
7
Adapun syarat sahnya shalat di antaranya adalah:
1. Telah masuk waktu sholat
2. Menghadap kiblat
3. Menutup aurat
4. Suci badan, tempat sholat dan pakaian yang digunakan dari najis
5. Tahu tata cara pelaksanaan shalat.
Ada beberapa rukun sholat yang wajib dimiliki, antara lain:
1. Niat
2. Berdiri tegap saat mampu, dan diizinkan duduk atau berbaring untuk
yang udzur
3. Takbiratul ihram
4. Membaca suratul fatihah pada setiap rokaatnya
5. Ruku '
6. I'tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud
9. Duduk Tasyahud Akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat Nabi
12. Mengucap salam pertama
13. Tertib (Dilaksanakan secara berurutan)
8
secara singkat sejarah shalat lima waktu yang sudah dikerjakan nabi-nabi
terdahulu.
Nabi Adam adalah Nabi pertama yang melaksanakan shalat subuh. Saat
beliau baru diturunkan dari surga ke dunia, bumi masih gelap gulita. Nabi
Adam merasa sangat ketakutan dengan kegelapan yang menyambutnya. Saat
subuh menjelang dan matahari mulai terbit, Nabi Adam melaksanakan shalat
dua rakaat sebagai tanda syukur karena sudah terbebas dari kegelapan
malam dan diberikan cahaya matahari sebagai gantinya.
Nabi Ibrahim adalah Nabi yang pertama yang mengerjakan shalat Dzuhur.
Beliau melakukan shalat sebanyak empat rakaat setelah beliau mendapat
wahyu dari Allah untuk menyembelih puteranya, Nabi Isma’il yang diganti
dengan seekor domba kurban. Sebagai rasa Syukur, Nabi Ibrahim shalat
empat rakaat pada saat matahari sudah tepat di atas ubun-ubun kepala.
Nabi Yunus adalah Nabi pertama yang mengerjakan shalat ‘Asar. Beliau
melaksanakan shalat empat rakaat sesaat setelah keluar dari perut ikan paus.
Shalat ini sebagai rasa syukurnya kepada Allah karena telah terbebas dari
dalam perut ikan paus dan kegelapan yang sudah menutupi mata selama ini.
Nabi Yunus mendirikan shalat ini ketika waktu sudah memasuki waktu
shalat ‘Asar.
Nabi Isa adalah Nabi pertama yang mengerjakan shalat Magrib. Beliau
melaksanakan shalat tiga rakaat pada saat matahari sudah terbenam. Nabi Isa
melakukan shalat ini sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Allah karena
sudah diselamatkan dari kejahilan kaumnya sendiri.
Nabi Musa adalah Nabi pertama yang mengerjakan shalat Isya’. Ketika
dalam perjalanan dari Madyan menuju Mesir, Nabi Musa bersama istrinya,
Shafura, takut tentara Fir’aun akan menemukannya dan menyerahkannya
pada Fir’aun yang zalim. Kegundahan Nabi Musa akhirnya didengar Allah.
Seketika Allah menghilangkan rasa gundah itu dari hati Nabi Musa. Sebagai
rasa syukur, Nabi Musa mendirikan shalat empat rakaat pada saat malam
hari.
Pada peristiwa Isra’ dan Mi’râj, Allah Saw memerintahkan Nabi
Muhammad Saw untuk menyempurnakan kelima shalat ini dalam lima
9
waktu yang harus dilaksanakan satu hari satu malam. Peristiwa Isra’ dan
Mi’râj ini menjadi awal kewajiban shalat lima waktu yang diwajibkan bagi
seluruh umat Islam.
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah
mewajibkan zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui
suatu proses yang luar biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu
melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses ini tidak dapat dipahami hanya secara
akal melainkan harus secara keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan
setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi
tiga golongan yaitu, yang secara terang-terangan menolak kebenarannya itu,
yang setengah-tengahnya dan yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari
prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan kewajiban yang utama,
yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal-amal yang lainnya,
dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang
lainnya.
10
sholat Isya’ ini menjadi waktu sholat terpanjang karena Malaikat Jibril As
baru membangunkan kembali Nabi Muhammad Saw ketika fajar kedua telah
mulai menjelang.
Kemudian waktu Subuh menjelang dan Malaikat Jibril As berkata :
Bangunlah wahai Rasulullah dan lakukanlah sholat. Maka Rasulullah Saw
melakukan sholat Subuh ketika waktu fajar menjelang.
(HR. Imam Ahmad dan Imam Nasa’i dan Imam Tirmidzi)
Tentang waktu sholat Subuh ini Abu Hurairah Ra meriwayatkan
bahwa suatu ketika Rasulullah Saw bersabda : Orang yang mendapatkan
satu rakaat dari shalat subuh sebelum terbit matahari, maka dia termasuk
orang yang mendapatkan sholat subuh. Dan orang yang mendapatkan satu
rakaat sholat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia termasuk
mendapatkan sholat Ashar. (HR Imam Muslim)
11
semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata-kata
melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka
yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan
munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga
mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan,
maka mereka tidak akan berbuat jahat.
12
1. Sekilas pengertian pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
13
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam
yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka
dasar lainnya, aqidah dan syariah. Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu
sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini
membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang
mulia. Nabi Muhammad Saw. bersabda:
2.1. Shiddiq, yang berarti jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam
perkataan dan perilakunya.
2.2. Amanah, yang berarti dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya.
2.3. Tabligh, yang berarti menyampaikan apa saja yang diterimanya dari
Allah (wahyu) kepada umat manusia.
2.4. Fathanah, yang berarti cerdas atau pandai, sehingga dapat mengatasi
semua permasalahan yang dihadapinya.
2.5. Ma’shum, yang berarti tidak pernah berbuat dosa atau maksiat kepada
Allah. Sebagai manusia bisa saja nabi berbuat salah dan lupa, namun
lupa dan kesalahannya selalu mendapat teguran dari Allah sehingga
akhirnya dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
14
3. Karakter siswa yang diharapkan oleh bangsa dan negara
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu
yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk
memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang
sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Dasar harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal
tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat.
15
sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan
(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan
mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness),
pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan
sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning),
keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self
knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta
didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu
kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good),
pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action
merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil
(outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka
harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence),
keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah
keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-
nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan
saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap
atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.
16
tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual.
Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut
dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang
dipelajari dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak
menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berarti
siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pendekatan kontekstual, siswa lebih memiliki
hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir),
tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor
(olah raga) (Puskur, 2011 : 8).
17
diintegrasikan dalam konseling serta dalam pembiasaan. Untuk itu
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Melalui Konseling
Konseling dalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri
dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan
perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b. Identifikasi Persoalan
Dalam konseling harus ditetapkan terlebih dahulu masalah
yang akan dikonsulkan oleh peserta didik pada guru kelas yang
memerankan guru konseling khususnya yang menyangkut perilaku
masalah kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan
sosial, kemandirian, dan kemampuan memecahkan masalah.
c. Pengintegrasian
Karena arah pemberian konseling memberikan solusi
berdasarkan norma-norma yang berlaku, masalah-masalah yang
teridentifikasi kemudian diintegrasikan dengan nilai-nilai yang ada
dalam pendidikan karakter.
d. Melalui Pembiasaan
Kegiatan pengembangan diri dapat dilaksanakan melalui
pembiasaan. Pembiasaan tersebut dapat dilaksanakan melalui
beberapa cara yaitu:
1) Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg
dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan
yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap
saat (Puskur, 2011: 8). Beberapa contoh kegiatan rutin antara
lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan,
pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah,
18
berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai
dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru,
tenaga pendidik, dan teman.
2) Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.
Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan
terlebih dahulu. seperti: pembentukan perilaku memberi salam,
membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang
pendapat (pertengkaran), mengumpulkan tugas tepat waktu,
meminta ijin jika ada keperluan, melaporkan kepada bidang
tertentu jika ada hal-hal yang dipandang kurang sesuai dengan
aturan, dan lain-lain.
3) Keteladanan
19
Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap
menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi
panutan bagi siswa lain (Puskur, 2011: 8). Contoh keteladanan
dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi,
berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau
keberhasilan orang lain, datang tepat waktu, dan lain-lain yang
nuansanya tertib aturan, hukum, dan norma.
20
C. Efektivitas pelaksanaan membangun karakter siswa melalui pembiasaan
implementasi ibadah di sekolah
Dari pembahasan pada kajian di atas, dikatakan bahwa pembiasaan
implementasi ibadah di sekolah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai-nilai karakter yang dimiliki siswa, membantu siswa dalam
mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan
remaja, menunjukkan sikap percaya diri, mematuhi aturan-aturan sosial yang
berlaku dalam lingkungan yang lebih luas, memanfaatkan lingkungan secara
bertanggung jawab, menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan baik.
Melalui kegiatan sholat berjamaah maka akan menghindarkan siswa
untuk menghindari dari hal-hal yang keji dan mungkar. Begitu juga dengan
membaca Al-qur’an akan mendatangkan ketentraman, ketenangan dan
kedamaian serta rahmat Allah selalu menyertainya. Sebagimana sabda
Rasulullaah saw: “Jika ada sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah
untuk membaca dan mempelajari Kitabullah, maka akan turun kepada mereka
ketentraman, kedamaian, dan mereka akan diliputi oleh rahmat serta dikelilingi
oleh para malaikat. Dan Allah selalu menyebut mereka di kalangan penduduk
langit (HR Muslim, Ibu Majah, Abu Daud dan Tirmidzi). http://www.asmaul-
husna.com/2015/06/keutamaan-al-quran-keutamaan-membaca-al.html
21