Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Kondisi Ideal
Pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaban
manusia. Penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan oleh negara maupun
masyarakat, muaranya adalah membangun manusia beradab. Kurikulum
pendidikan sekolah didesain, tidak lain adalah menjadikan peserta didik
yang memiliki bekal dalam kehidupan untuk menuju hari esok yang lebih
baik. Dengan memiliki pengetahuan, keterampilan serta perilaku sesuai
dengan kaidah yang ada (Arif Habsyi, 2011: 56). Dengan kata lain,
pengetahuan dan keterampilan merupakan tujuan yang diharapkan
menjadi pengisi kepribadian seseorang sehingga kebaikan yang ada
karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Menapak pada situasi saat ini, dapat disimak dari generasi muda
didalamnya ada siswa (peserta didik) muncul suatu fenomena yang
memerlukan perhatian yang sangat tinggi dari berbagai pihak, terutama
pengelola pendidikan. Sikap permissif, dekadensi moral, sopan santun
yang makin menurun kualitasnya serta berbagai bentuk delequency di
kalangan pelajar. Tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai penyebab yang
satu dengan lain saling berkaitan dan bukan karena penyebab tunggal.
Kondisi ini pun telah diupayakan untuk direduksi dengan berbagai cara,
termasuk silih bergantinya kurikulum. Namun demikian, persoalan
karakter, watak, kepribadian, dan mentalitas siswa masih memerlukan
perhatian yang sangat besar. Jika tidak ada upaya konstruktif, inovatif,
bermartabat, dan sesuai dengan kondisi yang ada, bisa jadi kegagalan
besar dalam sejarah bangsa adalah membangun jati diri (Kholik 2010:
110).
Karakter atau kepribadian yang didalamnya adalah perilaku,
tindakan, sikap, termasuk motifnya tidak bersifat instan. Pengetahuan dan
1
ketrampilan dapat dibentuk dalam waktu yang relatif singkat namun
membutuhkan sebuah skenario yang komprehensif, berkesinambungan
dan terukur melalui kegiatan-kegiatan yang membangun jiwa, pikiran,
habit maupun sosok personal individu yang utuh. Adanya keterbelahan
kepribadian (spirit personality) seperti taat beribadah namun juga rajin
melakukan pelanggaran, berpengetahuan dan ketrampilan tinggi namun
kepribadiannya tidak sepadan (tidak baik), merupakan sebuah persoalan
yang memerlukan penanganan dari lembaga pedidikan, begitu pula guru
dalam memerankan diri sebagai manager dalam proses pembelajaran.
Ada yang perlu mendapat perhatian ulang tentang sebagian dari
sistem pendidikan dahulu, yang bisa dijadikan review dan menjadi kajian.
Bahkan di sekolah telah menjadi bagian penting dalam proses
pembentukan karakter peserta didik, yaitu penanaman karakter melalui
pembiasaan implementasi ibadah di sekolah.
Model tersebut dapat menjadi alternatif bagi lembaga pendidikan
untuk membangun karakter yang sesuai dengan harapan dan tuntunan dari
sunnah rosul atau tuntunan dari al-quran dan al hadits. Hal ini menyimak,
tentang berbagai upaya telah dilakukan namun belum dapat menjawab
tantangan ke depan, tentang kepribadian, karakter bangsa (siswa) yang
sampai saat ini masih mengkhawatirkan kondisinya.
Allah SWT berfirman: Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
seluruh alam, (Q S. Al – An’aam 162) dan “Laksanakanlah salat sejak
matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat)
subhuh. Sesungguhnya salat subhuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (Q S
Al – Isra’ 17: ayat 78).
2. Kondisi Nyata
Setelah melakukan pengamatan selama kurang lebih satu semester
pada tahun pelajaran 2018/2019 dapat disimpulkan bahwa masih banyak
siswa SDN 02 Nambangan Kidul khususnya yang beragama Islam tidak
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, yaitu shalat
berjamaah di masjid atau musholla yang terdekat dari tempat tinggalnya.

2
Peran orang tua dalam hal ini sangatlah berpengaruh terhadap
perilaku dan kebiasaan siswa. Orang tua seharusnya memberikan contoh
dan teladan kepada putera-puterinya tentang pentingnya melaksanakan
shalat tepat waktu terlebih lagi bila dilaksanakan secara berjamaah baik
itu dilaksanakan di masjid/mushalla maupun di rumah. Selain
memberikan contoh dan teladan, orang tua dapat memberikan motivasi
kepada putera-puterinya tentang pahala yang diperoleh bila melaksanakan
shalat berjamaah dibandingkan dengan melaksanakan shalat sendirian.
Selain peran orang tua yang masih belum maksimal, kepedulian
siswa juga harus menjadi perhatian khusus bagi orang tua dan guru. Siswa
masih kurang peduli terhadap panggilan shalat (adzan), mereka masih
terlihat asyik dengan dunianya sehingga mereka lupa bila telah tiba
saatnya untuk melaksanakan shalat. Hal inilah yang menjadi keprihatinan
kita sebagai orang tua terhadap kebiasaan dan perilaku siswa yang kurang
memperhatikan kewajibannya sebagai umat beragama terutama
melaksanakan shalat lima waktu secara tertib dan tepat waktu.
Kepedulian siswa yang kurang terhadap kewajibannya untuk
melaksanakan shalat tepat waktu dan berjamaah ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku mereka baik di rumah maupun di sekolah. Mereka tidak
bisa menghargai waktu yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang
positif, antara lain misalnya belajar dengan tekun dan tulus ikhlas,
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru secara tertib dan selesai
tepat waktu. Selain tidak bisa menghargai waktu, perilaku dan tutur kata
mereka yang tidak sesuai dengan norma, tata krama, dan kaidah yang
berlaku di lingkungan sekitar mereka. Mereka terkadang tidak bisa
mengontrol tutur katanya sehingga tutur kata mereka dapat menyakiti
orang lain terutama terhadap teman sebayanya maupun terhadap guru dan
orang tuanya.
3. Solusi Pemecahan Masalah

3
B. Rumusan masalah
Setiap orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah memiliki
harapan agar anaknya menjadi anak yang sholih, berakhlakul karimah,
berbakti kepada orang tua, mampu menguasai ilmu pengetahuan umum dan
pengetahuan agama. Untuk memenuhi harapan orang tua tersebut sekolah
berupaya mengemban amanah melalui proses pembelajaran baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Juga dilakukan melalui pembiasaan yang
bertujuan untuk memenuhi harapan para orang tua.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga
belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian
kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas
kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam
mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan
sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif
terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
SD N 02 Nambangan Kidul yang terletak di jalan Mliwis No. 26
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun memiliki siswa yang berjumlah tidak
terlalu banyak, dengan mayoritas profesi orangtua sebagai karyawan toko,
pedagang dan satpam.
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang menjadi permasalahan,
diantaranya:
1. Bagaimana proses pembiasaan shalat berjamaah di sekolah?
2. Bagaimana dampak shalat berjamaah terhadap kedisiplinan siswa?
Dari permasalahan yang diuraikan di atas menunjukkan betapa
Penguatan Pendidikan karakter di satuan pendidikan (sekolah) menjadi
sangat penting dan diharapkan dapat menjadi solusi dalam perbaikan kualitas
sumber daya manusia/siswa sehingga melahirkan generasi yang berkarakter
dan menghormati nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Dengan gambaran di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan
karakter bagi para peserta didik akan terwujud melalui kreatifitas guru dalam
menyajikan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan pengembangan diri
melalui pembiasaan.

4
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan best practice ini adalah:
1. Meningkatkan pembiasaan siswa untuk melaksanakan kewajiban-
kewajibannya tepat waktu sebagai umat beragama.
2. Meningkatkan kedisiplinan sehingga terbentuk siswa yang religi,
berdisiplin, bertanggung jawab, dan mandiri

D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan Best Practice ini adalah:
1. Bagi Kepala Sekolah
Menambah wawasan untuk selalu meningkatkan kualitas dari kegiatan-
kegiatan Best Practice lain.
2. Bagi siswa
Memiliki karakter yang religi, berdisiplin, bertanggung jawab dan mandiri
bagi dirinya maupun bagi bangsa dan Negara.
3. Bagi Warga Sekolah lainnya
Warga sekolah dapat terlibat secara aktif dalam mengikuti dan
mengembangkan setiap kegiatan Best Practice yang dilaksanakan oleh
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai