Apa saja problematika ada dan akhlak dama pendidikan agama Islam
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Swasta di Kota Surabaya, peneliti melihat siswa SD
Swasta di Kota Surabaya sangat heterogen (beraneka ragam) latarbelakangnya. Dalam pendidikan
agama, siswa ada yang sudah bisa membaca al-Qur’an, tetapi ada yang masih belum bisa sama sekali
Sehingga siswa tersebut mulai dari awal dengan belajar membaca dan mengenal huruf hijaiyah,
tajwid, makhorijul huruf dan lain-lain. Sehingga, upaya yang dilakukan oleh Ustad dan Ustadzah
(panggilan guru) SD Swasta di Kota Surabaya dalam mendidik dan membina siswa dalam penguatan
keimanan dan ketakwaan siswa serta akhlak dengan cara:
1. Belajar membaca al-Qur’an dan hafalan juz 30. Sekolah ini memberikan pembinaan kepada siswa
dalam membaca dan menghafal al-Qur’an, hal ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan
pelajaran agama pada siswa. Sehingga lulusan yang dihasilkan tidak hanya pandai pengetahuan
umum saja, tetapi pengetahuan tentang agama juga. Model yang digunakan dalam pembelajaran
adalah model drill, metode dalam pengajaran digunakan untuk melatih siswa terhadap bahan yang
sudah diajarkan/diberikan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah
dipelajari. Hafalan do’a sehari-hari
2. Do’a merupakan alat untuk berkomunikasi sekaligus untuk mensyukuri segala nikmat yang
diberikan Allah pada hambanya. Untuk itu do’a adalah penting, jadi dengan anak menghafalkan do’a
dalam kesehariannya anak secara langsung diajak belajar mensyukuri segala nikmat yang diberikan
Allah kepadanya. Dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari2, contohnya doa makan,
keluar masuk masjid, doa ketika hujan, dan lain-lain.
3. Sholat dhuha, dhuhur dan asar berjamuah. Sholat adalah rukun islam kedua setelah syahadat,
Sholat merupakan bentuk ketakwaan kita sebagai hamba Allah, setelah kita mengimani-Nya. Dan
sholat juga merupakan perintah yang diberikan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw
tanpa perantara malaikat, jadi bisa dibilang sholat adalah panggilan langsung dari Allah. Pelaksanaan
sholat berjamaah yang dilakukan di sekolah merupakan bentuk pembinaan kedisiplinan kepada
anak. Disiplin yang dimaksud anak diajarkan menjaga waktu sholat, dengan itu anak terlatih untuk
sholat tanpa harus dipaksa. Jadi ketika adzan anak langsung bergegas untuk ke mushola untuk
menjalankan sholat berjamaah.
4. Penanaman akhlak pada siswa Siswa diajarkan untuk saling menghormati, saling berbagi, saling
mengingatkan dan toleransi sesama, seperti menghormati orang tua, guru, saudara dan teman. 27
Dari cara di atas menunjukkan keseriusan ustad dan ustadzah dalam membina akhlak siswa
sebagaimana moto sekolah education for better life (pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik).
Moto tersebut yang dijadikan motivasi dalam mengajar dan mendidik siswa agar lebih baik dalam
pelajaran maupun akhlaknya. (http://e-jurnal.unisda.ac.id)
Akhlak dan adab mempunyai tali perhubungan yang akrab dengan iman dan takwa. Tanpa
Akhlak bermakna iman dan takwa menjadi gersang. Akhlak yang baik yang disarankan oleh al-
Quran banyak sekali seperti iman, takwa, amal saleh, ikhlas, sabar, amanah, zuhud, adil, suka
Memaaf, pemurah dan sebagainya. Antara sifat-sifat mahmudah yang yang disarankan dalam
Islam bagi melahirkan insan yang baik dan berakhlak tinggi sejajar dengan akhlak Rasulullah
s.aw.
Dalam tafsir Tematik dijelaskan bahwa, maksiat dan dosa merupakan prilaku manusia
Dalam keseharian mereka (Ali, 1997, p. 619). Manusia biasa tidak terlepas dari prilaku dosa
Setiap harinya, baik dosa kecil maupun dosa besar, hanya frekuensinya yang berbeda, kecuali para
nabi, karena mereka terpelihara dari dosa (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2012, p. 151).
Muncul dan lahirnya sikap yang tidak terpuji saat sekarang, salah satu akibat dari individu yang
menerima budaya yang datang dari luar, tanpa ada usaha penyeleksian baik dan
Buruknya terhadap mereka. Karena mengambil suatu budaya katakanlah itu barat yang tidak sesuai
dengan budaya bangsa yang budaya timur, mereka terpengaruh dengan kebiasaan yang buruk
melalui berbagai pengaruh baik media elektronik, style, dan gaya hidup yang serba lebih ke modern-
modernan. Disisi lain dampak perkembangan teknologi yang beriringan dengan
Budaya membuat sebagian orang di negeri ini menyalahgunakannya dengan berbagai kemauan dan
kehendak mereka sendiri.
Zakiah Derajat (1985) menjelaskan beberapa penyebab terjadinya dekadensi moral atau
Budaya dalam masyarakat, rasa pesimis terhadap masa depan di kalangan pemuda, serta
Akhlak yang buruk berasal dari penyakit hati seperti dengki, ujub, sombong, suudzaan
(berprasangka buruk), nifaq (munafik), hasud, dan penyakit hati yang lainnya. Akhlak buruk
Berimplikasi kepada berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain maupun
Kerusakan lingkungan sekitarnya, sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk akhlak
Mulia pada manusia sama seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi, sebagai mana firman
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
Manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
Mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Sumber : Journal of Ushuluddin, Adab and
Dakwah Studies
http://journal.iain-kerinci.id/index.php/JIS)
*Orang tua*
Faktor keluarga (orang tua) yang ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan
Perhatian pada anak untuk selalu mengajarkan yang baik dan selalu menjadi
Tauladan yang baik bagi anak-anak mereka. Seorang anak yang telah mendapatkan
Pendidikan akhlak dari keluarganya akan lebih membantu guru dalam menjadi
Teladan di dalam proses pembinaan akhlak, faktor keluarga menjadi sangat dominan dalam
mewujudkan generasi berakhlak mulia. Faktor guru sebagai figur teladan,
Orang tua juga tidak lepas dari pengamatan anak, apa yang mereka lihat dari
Orang tua sebenarnya memiliki tanggung jawab yang berat kaitannya dengan perkembangan akhlak
anaknya. Anak tidak cukup disekolahkan saja , tapi harus dipantau lebih jauh ketika mereka berada
di rumah. Yang menjadi penghambat
Dalam pembinaan akhlak di sekolah adalah kebanyakan dari orang tua hanya terbiasa
mengarahkan/memerintahkan sesuatu tanpa dibarengi perbuatan yang;nyata.
Sehingga anaknya sendiri beranggapan bahwa orang tuanya belum mampu dijadikan
Figur/pimpinan yang patut ditiru. Dampak dari kebiasaan orang tuanya itu
Teknologi, misalnya Televisi, kaset, handpone dan alat teknologi lainnya yang
Disalahgunakan sangat memberikan pengaruh yang tidak sedikit. Dan terakhir adalah
Adanya sebagian kecil figur guru yang rendah terdapat. Figur guru yang rendah ini bisa menimbulkan
problemtika dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya
Dalam menerapkan keteladanan untuk menanamkan akhlak mulia.
*Pendidik /guru*
Faktor guru, guru yang selalu menjadi tauladan utama dalam sekolah sebagai
Orang yang membina akhlak anak didiknya, maka guru di MTs Al Inayah khususnya
Selalu menjadikan apa yang dilakukannya menjadi perbuatan yang baik dan mengajarkan segala
sesuatu yang baik, sehingga anak yang melihat dan kemudian mencontohnya akan menjadi baik
pula. Dalam melaksanakan metode keteladanan
Dalam pembinaan akhlak guru merupakan media utama untuk keberhasilan proses
Tersebut, guru yang mempunyai tingkah laku yang baik akan menjadi tauladan bagi
Metode ini, guru dituntut untuk saling bekerja sama dan membantu peserta didik
*Peserta didik*
Faktor ini terbagi kedalam dua bagian meliputi faktor fisiologis (jasmani) dan
Kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan
Berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Belajar pada
Mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang masih mudah untuk
diarahkan dan dibina menjadi faktor penujang keberhasilan pembinaan
Akhlak.
Kenakalan anak/remaja sebagai suatu fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita dapat timbul
karena disebabkan oleh beberapa hal. Sebab-sebab timbulnya kenakalan anak menurut Syafaat
(2008: 75-76) antara lain:
Yang masih kurang dari guru bagi peserta didik yang tidak mengikuti
Husna, tadarus Al-Qur`ān dan şalat ḍuḥa mereka belum serius, gaduh dalam
Kreativitas anak, pembentukan klub olah raga, pembinaan mental dan spiritual,
Dan lain-lain.
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat