Anda di halaman 1dari 54

A.

Latar Belakang Masalah

Di era sekarang ini, perkembangan zaman sangat berpengaruh terhadap

berbagai bidang kehidupan seiring dengan munculnya sumber daya manusia

yang berkualitas. Maksudnya adalah manusia yang mempunyai dasar iman dan

takwa yang kuat. Hal ini juga diimbangi dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang tinggi. Dengan manusia yang berkualitas hasil pengembangan

dapat dipelihara dan dilestarikan oleh kekuatan iman dan takwa yang kuat

sebagai landasan hidup, maka bagaimanapun hebatnya keajaiban dunia yang

diciptakan oleh kekuatan teknologi manusia akan mudah hancur dan rusak oleh

tangan-tangan manusia. Dalam hal ini lembaga-lembaga pendidikan islam yang

diarahkan pada pembentukan bagian yang berkekuatan iman dan takwa yang

teguh sehingga mampu berfikir, memutuskan berbuat, bertanggung jawab

terhadap suatu masalah sesuai dengn nilai-nilai islam. Sebagaimana telah kita

ketahui bahwa sumber pendidikan islam adalah al Qur’an dan assunah yang

berisi nilai luhur dan mulia merupakan dari segala aspek kehidupan manusia

khususnya umat islam yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan

akherat.

Manusia dikatakan belajar jika mengalami perubahan tingkah laku yang

tetap, perubahan pengetahuan, pengalaman, pemahaman, keterampilan

yang terjadi dalam individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan seseorang dalam proses belajar, perlu

dilakukan pengukuran seberapa jauh pengalaman belajar telah tertanam pada

diri seseorang. Dengan kata lain harus dilakukan evaluasi terhadap proses
belajar. Di dunia pendidikan, biasanya pengukuran dilakukan secara kuantitatif

dan diwujudkan dalam bentuk prestasi akademik.

Al-qur’an adalah sebuah dokumen untuk umat manusia bahkan kitab ini

sendiri menamakan dirinya “petunjuk bagi manusia” (hudallinnas) dan

berbagai julukan lain yang senada didalam ayat-ayat yang lain1.

Sebagai umat Islam tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghafal al-

Quran karena al-Qur’an adalah kitab yang hak yang diturunkan kepada umat

manusia untuk dijadikan pedoman hidup.

Dalam surat al-Qomar ayat 17 Allah Swt. berfirman:

ِ ِ‫ولَ َق ْد ي َّسرََن الْ ُقراٰ َن ل‬


﴾۱۷ : ‫لذ ْك ِر فَ َه ْل ِم ْن ُّم َّدكِ ٍر ﴿القمر‬ ْ ْ َ َ

Artinya :

“Dan sungguh, telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan, maka

adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”2.

Hafalan yang diperoleh siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler tahfidz

al-Qur’an sangat tergantung pada aktifitas mereka pada kegiatan tersebut.

Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dengan bekerja sendiri, dengan

fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis.

1
Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-qur’an, (Bandung : Pustaka, 1996), hlm. 1.

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Tejemahnya, (Bandung : Diponegoro, 2005). ,


2

hlm..423
Hal ini menunjukan bahwa siswa harus aktif sendiri dalam mengikuti

suatu kegiatan. Demikian juga dengan kegiatan ekstrakurikuler tahfidz al-

Qur’an, tanpa aktifitas siswa tidak akan mendapatkan hafalan yang akan

menunjang prestasi mereka.

Al-Qur’an juga satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh ribuan umat

manusia dari seluruh penjuru dunia sepanjang zaman. Dalam usia muda, (usia

pra sekolah hingga MA) kegiatan menghafal Al-Qur’an sangat penting

ditanamkan dalam ingatan mereka agar ingatan mereka yang masih bersih terisi

dengannhal-hal yang bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik

hendaknya memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat agar generasi

mudanininmenjadi generasi yang bermanfaat bagi agama.

Ekstrakurikuler tahfidz al-Qur’an merupakan salah satu ekstrakurikuler

yang menjadi prioritas, hal ini bertujuan untuk menanamkan kemampuan

belajar membaca, mempelajari dan memahami Al-Qur’an. Dalam hal ini

siswa-siswi di MTs dan kegiatan ekstakurikuler al-Qur’an harus betul-betul

diperhatikan sebab fenomena yang terjadi banyak siswa yang tidak bisa

membaca al-Qur’an, hal ini disebabkan salah satu faktor utamanya adalah

siswa yang tak bisa membagi waktu untuk belajar membaca Al-Qur’an sedari

kecil dan lebih memilih bermain gejeg.

Menghafal kitab suci Alquran merupakan hal yang paling mulia. Selain

memiliki banyak keutamaan di akhirat, Allah juga berjanji akan meninggikan

derajat mereka yang hafal al-qur’an dibandingkan para hamba-Nya yang lain,

baik kelak diakhirat maupun semasa hidup didunia. Karena ketika kita
mempelajari Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya, sejatinya kita sedang

mengambil jalan kemuliaan dihadapan Allah sang pemilik ilmu. Berikut ini

adalah salah satu ayat Al-Qur’an yang menerangkan jaminan bagi penghafal

Al-Qur’an yaitu surah Al-Mujadilah : 11

‫ٱّللُ لَ ُكم ۖ َوإِذَا قِي َل‬


َّ ‫ح‬ِ ‫س‬
َ ‫س ُحوا يَف‬ َّ َ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓوا إِذَا قِي َل لَ ُكم تَف‬
َ ‫س ُحوا فِى ٱل َم َج ِل ِس فَٱف‬

َّ ‫ٱّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ِمن ُكم َوٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱل ِعل َم دَ َر َجت ۚ َو‬
َ‫ٱّللُ بِ َما تَع َملُون‬ َّ ‫ش ُزوا يَرفَ ِع‬
ُ ‫ش ُزوا فَٱن‬
ُ ‫ٱن‬

‫َخبِير‬

Artinya :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah 11)

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator untuk mengetahui sejauh

mana kaberhasilan pembelajaran yang telah di lakukan. Jika kita sesuaikan

dengan Kurikulum saat ini, keberhasilan proses belajar mengajar dinyatakan

berhasil apabila indikator dapat tercapai. Apabila indikator-indikator telah

tercapai maka prestasi belajar siswa dapat tercapai.

Setiap komponen pendidikan baik guru, siswa, orang tua, maupun

pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan menggunakan prestasi

siswa sebagai salah satu acuan untuk berbagai kaperluan.


Prestasi belajar yang diperoleh siswa mempunyai manfaat yang multi

dimensi, baik bermanfaat bagi siswa yang bersangkutan maupun pihak lain

yang terkait, seperti orang tua, guru, sekolah maupun pemerintah. Dengan

prestasi belajar, siswa akan mengetahui sejauh mana penguasaan ilmu

pengetahuan yang telah didapat. Dinamika letak kekurangan dan langkah apa

yang harus dilakukan siswa. Orang tua dapat memantau perkembangan prestasi

belajar anaknya, mata pelajaran apa yang telah berhasil dengan baik dan mata

pelajaran apa yang perlu perhaatian khusus, demikian pula dengan mengetahui

prestasi belajar siswa, memungkinkan guru untuk:

a. Menilai komprtensi pelajar, apakaah tujuan yang telah ditentukan tercapai,

b. Menentukan tujuan mana yang belum di realisasikan, sehingga tindakan

perbaikan yang cocok dapat diadakan,

c. Mendapatkan renking pelajar dalam mencapai tujuan yang disepakkati,

d. Memperoleh informasi tepat tidaknya setrategi mengajar yang digunakan,

e. Merencanakan prosedur perbaikan rencana pelajaran3.

“Yang menjadi ketentuan suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil

adalah daya serap tinggi baik secara perorangan maupun kelompok dan prilaku

yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah tercapai4. Jadi ada dua indikator

keberhasilan belajar yaitu:

a. Daya serap tinggi baik perorangan maupun secara kelompok

3
M. Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Amis-
sco 2005, cet. Ke-1) hal. 222
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Renika
Cipta) hlm. 120
b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau indikator telah

mencapai baik perorangan maupun kelompok.

Proses belajar mengajar menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar yang

dicapai merupakan ukuran hasil upaya yang dilakukan Oleh terdidik dan

pendidik dengan segala faktor yang terkait. Tingkaran keberhasiklan belajar

dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Istimewa/ maksimal bila semua bahan pelajaran dikuasai 100%

b. Baik sekali/ optimal bila sebagian besar materi dikuasai antara 76%-99%

c. Baik/ minimal, bila bahan pelajaran yang dikuasai hanya 60%-75%

d. Kurang, bila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%

Kriteria tingkatan keberhasilan belajar bervariasi antara lembaga satu

dengan lembaga pendidikan lainnya. Bahkan satuan pendidikan saat ini diberi

wewenang untuk menentukan standar minimal ketuntasan belajar. Dalam

satuan pendidika juga diperbolehkan menentukan standar ketuntasan yang

berbeda antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya disesuaikan dengan

tingkat kesukaran materi pelajaran disekolah tersebut. Meskipun demikian

tingkatan keberhasilan seperti tersebut diatas juga bisa dijadikan acuan dalam

menentukan tingkatan keberhasilan kegiatan belajar.

Penilaian hasil belajar siswa dikatakan baik apabila penilaian dilakukan

dengan baik, cermat, menggunakan alat penilaian yang valid dan reliabel,

obyektif ( objektive ), rasional, dan dapat diterima’’5. Penilaian yang baik

adalah penilaian yang dilakukan sesuai dengan syarat-syarat, prosedur dan

5
Ibid, hlm. 123
standar penilaian yang berlaku. Prosedur penilaian meliputi perencanaan,

pengumpulan data, verifikasi data, analisis data, dan penafsiran data”6.

Kecermatan perlu dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru harus cermat

dalam merumuskan instrumen penilaian maupun dalam pelaksanaan penilaian.

Siswa harus cermat dalam memahami soal dan cara menjawabnya sehingga

hasilnya bisa maksimal. Objektivitas guru dalam menilai hasil belajar siswa

harus dijaga sehingga didapatkan hasil belajar yang benar-benar menunjukan

kemampuan siswa. Semua pihak akan bisa menerima apapun hasil belajar

siswa apabila telah dilakukan secara objektif dan rasional maka Motivasi siswa

akan lebih terjaga tetapi sebaliknya jika penilaiannya tidak objektif apalagi

penilaiannya tidak benar maka siswa akan merasa kecewa dan malas untuk

belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memberi nilai dengan benar dan

objektif agar siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Prestasi belajar siswa, guru, pengelola sekolah, orang tua siswa dan

pemerintah dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan program, bagian-

bagian yang perlu diperbaiki, langkah-langkah apa yang perlu dilakukan.

Semua komponen yang terlibat dalam pendidikan dapat mengadakan

pembenahan-pembenahan yang di pandang perlu dalam rangka meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Paran diatas memberikan alasan penulis untuk mengambil judul

penelitian “Pengaruh Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar Siswa mata

6
M. Suparta dan Herry Aly, hlm. 222
Pelajaran Al-Qur’an Hadis Kelas VII MTs Ma’arif 20 Kalidadi kecamatan

Kalirejo kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah:” Adakah pengaruh yang positif dan signifikan dari ekstrakurikuler

tahfidz al-qur’an terhadap hasil belajar mata pelajaran al-quran hadits siswa

MTs Ma’arif 20 Kalidadi kabubaten Lampung Tengah tahun pelajaran

2020/2021”?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dan kegunaan penelitian adalah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan secara teoritis dan membantu mengatasi, memecahkan dan

mencegah masalah yang ada pada objek yang diteliti

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

ekstrakurikuler tahfidz Al-Qur’an terhadap hasil belajar mata pelajaran Al-

qur’an hadits siswa MTs Ma’arif 20 Kalidadi kecamatan Kalirejo kabupaten

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021”

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoris

1) Dapat memicu siswa untuk lebih memahami juga mengamalkan isi

yang terkandung dalam al-qur’an

2) Agar siswa mampu menjadi pribadi yang berjiwa akhlaqul karimah

b. Secara praktis
1) Menambah pengetahuan peneliti tentang Pengaruh Eksta kurikuler

Al-Qur’an Terhadap Prestasi Siswa

2) Memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan semangat

dalam menghafal Al-Qur’an dalam rangka meningkatkan prestasi

belajar.

C. Sistematika Pembahasan

BAB 1 Dalam bab ini mengemukakan pendahuluan yang di dalamnya

memuat latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II Dalam bab ini berisi tentang pengertian ekstrakurikuler,

pengertian tahfidz, pengertian al-qur’an, persiapan sebelum menghafal al-

qur’an, metode menghafal al-quran, hasilbelajar, pengertian hasil belajar,

tipe-tipe hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

BAB III Dalam bab ini berisi tentang metode penelitian yang meliputi,

desain dan jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.


BAB ll

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini penulis akan menguraikan tentang

penelitian yang terdahulu yang berkaitan tentang judul yang disampaikan

penulis, untuk menghindari kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi

yang pernah diteliti sebelumnya maka perlu ada tinjauan pustaka sebagai

tolak ukur terhadap judul yang akan dibahas nnantinya.

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otent

sitias suatu karya ilmiah serta posisinya diantara karya-karya dengan tema

manapun pendekatan yang serupa. Selanjutnya, penulis memapaparkan

beberapa penelitian yang telah berwujud skripsi, buku dan artikel yang

sedidkit banyak berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu

tentang ekstakurikulertahfidz al-qur’an. Dengan demikian skripsi-skripsi

yang sebelumnya memberikan gambaran dan inspirasi kepada skripsi

penulis yang akan di sajikan diantara skripsi tersebut antara lain:

Mazidatul Ilmia, didalam skripsinya yang berjudul “Hubungan

antara Hafalan Alqur’an Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Islam As-alam Malang” Peneliti Tersebut Menggunakan

Pendekatan Kuantitatif dengan jenis penelitian kolerasional. Semua data

dikumpulkan dengan metode dokumentasi kemudian dianalisis

menggunakan teknik Product momen Pearson. Dan menekankan pada

hafalan Al-quran dan prestasi siswa, sesuai dengan penelitian yang sudah
dilakukan bahwa dalam menghafal Al-quran dapat meningkatkan prestasi

siswa karena menghafal Al-qur’an merupakan suatu konsepsi yang

membantu Guru mengaitkan konten mata pelajaran yang Mampu

meningkatkan prestasi terhadap siswa.

Selain Mazidatul Ilmia, yang pernah melakukan penelitian

berkaitan dengan ekstrakulikuler tahfidz Al-qur’an ada juga Mar’atun

sholehah dengan judul “Pengaruh ekstra kurikuler tahfidz terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran tafsir di kelas 3 di MTs pondok Al-

qur’an Al-Majidiyah kecamatan bagan sinembah kabubaten Rokan-Hilir-

Riau tahun pelajaran 2016-2017” penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan teknik sampling random sampling dan

menekankan pada ekstra kurikuler tahfidz dan hasil belajar siswa. Adapun

hasil penelitian yang sudah dilakukan tersebut membuktikan bahwa ekstra

kurikuler tahfidz mampu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

siswa.

Selain Mazidatul Ilmia dan Mar’atun sholehah ada juga yang

meneliti berkaitan dengan ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an yaitu Umi

Latifaturrohmah dengan judul ”Korelasi kemampuan tahfidz al-qur’an

dengan hasil belajar peserta didik mata pelajaran al-qur’an hadits MI

Ma’arif Karang sari Tanggamus tahun ajaran 2018/2019” penelitian ini

berjenis kuantitatif, rancangan penelitian ini menggunakan desain korelasi,

teknik penelitian tersebut mengunakanteknik simple random sampling.


Berdasakan perhitungan koefisien korelasi terdapat hubungan yang positif

antara kemampuan tahfidz al-qur’an dan hasil belajar peserta didik.

Dari beberapa penelitian di atas, ada perbedaan dengan penelitian

yang akan penulis lakukan, penelitian ini memfokuskan pada penelitian

dalam bentuk pengaruh ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an terhadap hasil

belajar siswa mata pelajaran al-qur’an hadits di MTs Ma’arif 20 Kalidadi

Lampung Tengah. Penelitian ini yang nantinya akan menelusuri apakah

ada pengaruh ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an terhadap hasil belajar siswa

mata pelajaran al-qur’an hadits di MTs Ma’arif 20 Kalidadi Lampung

Tengah.

B. Landasan Teori

1. Kajian Teori

a. Ekstkurikuraler Tahfidz

1) Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Suharsimi AK dalam buku B. Suryosubroto,

kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur

program yang pada umumnya merupakan kegiatan

pilihan.Sedangkan defensi kegiatan ekstrakurikuler menurut

Direktorat Pendidikan Menengah kejuruan adalah: kegiatan yang

dilakukandi luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah

atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas

wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari


berbagai mata pelajaran dalam kurikulum7. Kegiatan

Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh

peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan

kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan

pendidikan8.

Menurut kejaksanaan Umum Berbasis Kompetensi

Pendidikan Dasar dan Menengah, kegiatan ekstrakurikuler

diartikan sebagai kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi

tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi

waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan

tiap sekolah. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa

kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan

program kurikuler atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu

yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu9

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

bahwakegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah guna memperkaya

wawasan pengetahuan dan keterampilan peserta didik serta sebagai

kegiatan penunjang materi pembelajaran di sekolah.Melihat betapa

pentingnya kegiatan tambahan yang diselenggarakan di luar jam

7
B. Suryosubroto, ProsesBelajar Mengajar Di Sekolah, hal. 287.
8
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
Tahun 2014 Tentang kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
pasal 1, hal. 2.
9
Asep Herry Hernawan, dkk, (2009), Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran,
Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 12.5.
pelajaran sekolah guna menunjang kemampuan anak dalam

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sesuai dengan firman

Allah SWT dalam

surah Al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

‫علَ ۚق اِق َرأ َو َربُّكَ اْلَك َر ُم ۙ الَّذِي‬


َ ‫سانَ ِمن‬ ِ َ‫اِق َرأ ِباس ِم َر ِبكَ الَّذِي َخلَقَ ۚۚ َخلَق‬
َ ‫اْلن‬

ِ ‫علَّ َم‬
ۗ‫اْلن َسانَ َما لَم يَعلَم‬ َ ‫علَّ َم بِالقَلَ ِۙم‬
َ

Artinya : Bacalah wahai (Muhammad) dengan nama Tuhanmu

yang menciptakan (sekalian alam), Ia menciptakan manusia

darisesuatu yang menempel, bacalah dan Tuhanmulah yang maha

pemurah, yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, Ia

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya10.

Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya kegiatan

ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari kegiatan belajar

mengajar yang diharapkan dapat mengembangkan bakat yang

dimiliki seorang peserta didik melalui kegiatan tambahan yang

dilakukannya diluar jam pelajaran sekolah.

2) Pengertian Tahfidz

Tahfidz Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz dan

Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. yaitu

tahfidz yang berarti menghafal. Menghafal dari kata dasar hafal yang

10
Departemen Agama RI, (1996), Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta : Bumi Pustaka,
hal. 597.
dari bahasa arab hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu

selalu ingat dan sedikit lupa11.

Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi menghafal

adalah “proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau

mendengar.” Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi

hafal.12 Seseorang yang telah hafal Al-Qur’an secara keseluruhan di

luar kepala, bisa disebut dengan juma’ dan huffazhul Qur’an.

Pengumpulan Al-Qur’an dengan cara menghafal (Hifzhuhu) ini

dilakukan pada masa awal penyiaran agama Islam, karena Al-Qur’an

pada waktu itu diturunkan melalui metode pendengaran. Pelestarian Al-

Qur’an melalui hafalan ini sangat tepat dan dapat

dipertanggungjawabkan, mengingat Rasulullah SAW tergolong orang

yang ummi13. Allah berfirman QS. Al a’raf 158:

َ‫ْل إِلَه‬ ِ ‫ت َوٱْلَر‬


َٰٓ َ ۖ ‫ض‬ َّ ‫ٱّلل إِلَي ُكم َج ِميعًا ٱلَّذِى لَ ۥهُ ُملكُ ٱل‬
ِ ‫س َم َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ َّ‫قُل يََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
ُ ‫اس إِنِى َر‬

ِ َّ ِ‫سو ِل ِه ٱلنَّبِ ِى ٱْل ُ ِم ِى ٱلَّذِى يُؤ ِمنُ ب‬


‫ٱّلل َو َك ِل َمتِِۦه‬ ِ َّ ِ‫امنُوا ب‬
ُ ‫ٱّلل َو َر‬ ‫إِ َّْل ه َُو يُح ِۦ‬
ِ َٔ‫ى َوي ُِميتُ ۖ فَـ‬

َ‫َوٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّ ُكم تَهتَدُون‬

Artinya : “Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan

Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit

dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang

11
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm, 105
12
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: Pt
Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, hlm, 49
13
Muhammad Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang: Effhar Offset
Semarang, 2001), hlm, 99
menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah

dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan

kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya

kamu mendapat petunjuk".14

Rasulullah amat menyukai wahyu, Ia senantiasa menunggu

penurunan wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan

memahaminya, persis seperti dijanjikan Allah. Allah berfirman QS. Al-

Qiyamah 17:

‫علَينَا َجمعَ ۥهُ َوقُر َءانَه ُُۥ‬


َ ‫إِ َّن‬

Artinya:“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya

(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”.15

Oleh sebab itu, Ia adalah hafidz (penghafal) Qur’an pertama

merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya.

Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam dada dan ditempatkan

dalam hati, sebab bangsa arab secara kodrati memang mempunyai daya

hafal yang kuat. Hal itu karena pada umumnya mereka buta huruf,

sehingga dalam penulisan berita-berita, syair-syair dan silsilah mereka

dilakukan dengan catatan hati mereka16.

14
Al- Qur'an dan Tafsirnya, op,. cit, hlm, 170
15
Ibid,. hlm, 577
16
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pent: Mudzakir, (Surabaya:
Halim Jaya, 2012), hlm, 179-180
3) Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an itu ialah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi

manusia dalam hidup dan kehidupannya, menurut harfiah, Qur’an itu

berarti bacaan17. Arti ini dapat kita lihat dalam QS. Al-Qiyamah 17-18

ُ‫إِ َّن َعلَْي نَا َجَْ َعهۥُ َوقُ ْرءَانَه‬

ُ‫فَإِذَا قَ َرأنَهُ فَٱت َّ ِبع قُر َءانَه‬

Artinya:“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya

(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami

telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu18.

Kebenaran Al-Qur’an dan keterpeliharaannya sampai saat ini justru

semakin terbukti. Dalam beberapa ayat AlQur’an Allah SWT telah

memberikan penegasan terhadap kebenaran dan keterpeliharaannya19

Firman Allah QS. AtTakwir 19-21

َ ‫ِى قُ َّوة ِع ۡندَ ذِى ۡالعَ ۡر ِش َم ِك ۡين ُّم‬


‫طاع ثَ َّم اَ ِم ۡين‬ ُ ‫ِإنَّ ۥهُ لَقَو ُل َر‬
ۡ ‫سول ك َِريم ذ‬

Artinya:“Sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang

dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan,

17
Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma’arif, 1997), hlm, 86
18
Al-Qur’an dan tafsirnya, op,. cit, hlm, 577
19
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm, 1
yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy,

yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.”20

Firman Allah QS. Al-Waqi’ah 77-79

َ ‫ون اَّل يَ َمس ُّۤٗه ا اَِّل ۡال ُم‬


َ‫ط اه ُر ۡون‬ ٍ ُ‫ب َم ْكن‬ ٌ ‫إِناهُۥ لَقُ ْر َء‬
ٍ ‫ان ك َِري ٌم فِي ِكتَا‬

Artinya:“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat

mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak

menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.”21

Keistimewaan yang demikian ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab

yang terdahulu, karena kitab-kitab itu diperuntukkan bagi satu waktu

tertentu22. Dengan demikian jelaslah, bahwa kalam Allah SWT, yang

disebut “Al-Qur’an) itu hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW, karena kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi-Nabi

yang lain seperti Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil Nabi Isa,

Zabur Nabi Dawud, namun selain itu semua, ada juga kalam Allah

SWT, yang tidak disebut dengan Al-Qur’an sebagaimana yang telah

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan orang yang

membacanyapun tidak di anggap sebagai ibadah, yaitu yang disebut

dengan hadits Qudsi23.

4) Persiapan Sebelum Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur’an dan Tafsirnya, op,. cit, hlm, 586


20
21
Ibid,. hlm, 537
22
Manna’ Khalil Qattan, Op. Cit,. hlm, 13
23
Mujadidul Islam Mafa, Jalaluddin Al-Akbar, Keajaiban Kitab Suci Al-Qur’an, (Sidayu:
Delta Prima Press, 2010), hlm, 14
1. Tekad yang kuat Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas yang sangat

agung dan besar. Tidak ada yang sanggup kecuali orang yang memiliki

semangat dan tekad yang kuat serta keinginan yang membaca. Allah

berfirman dalam QS. Al Isro’ 19.

َ َ‫سع َي َها َوه َُو ُمؤمِ ن فَأُولَئِكَ َكان‬


ً ‫سعيُ ُهم َمش ُك‬
‫ورا‬ َ ‫َو َمن أ َ َرادَ اْلخِ َرة َ َو‬
َ ‫س َعى لَ َها‬

“Dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan

berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin,

Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan

baik.”

2. Menentukan tujuan Agar tujuan dapat terwujud, maka kita harus

memenuhi tiga hal dalam menghafal Al-Qur’an :

a. Jangan pernah mengeluh bahwa kita tidak akan pernah dapat menghafal

Al-Qur’an

b. Jadikan seseorang sebagai teladan bagi kita, dalam hal menghafal Al-

Qur’an dan teladan dalam segala hal

c. Catatlah segala apa yang terjadi jika kita telah hafal AlQur’an.

3. Pentingnya tempat representatif Hendaknya kita duduk di depan dinding

yang putih bersih, seakan-akan kita duduk dibagian masjid paling depan

dan menghadap dengan pandangan mengarah kedepan.

4. Memilih waktu yang tepat

a. Sepertiga malam terakhir

b. Ketika hati sedang bersemangat


c. Waktu-waktu senggang.24

Memilih waktu yang tepat untuk Tahfidz (menghafal) adalah salah

satu metode pendidikan penting yang sangat membantu terciptanya rasa

cinta anak terhadap Al-Qur’an. Pendidik janganlah berkeyakinan bahwa

anak didik itu seperti sebuah alat yang bisa di bolak-balik kapan saja

sehingga ia melupakan kebutuhan dan tujuan pribadinya sendiri, dengan

alasan bahwa pengajaran Al-Qur’an itu diatas segalanya. Dengan catatan

pemilihan waktu itu jangan di saat-saat seperti dibawah ini:

a. Waktu sehabis begadang dan sedikit tidur

b. Sehabis olah raga atau aktifitas badan

c. Sehabis makan-makan berminyak

d. Sehabis seharian belajar intensif.

e. Pada waktu-waktu sempit atau terbatas

f. Ketika psikologi anak sedang tidak baik

g. Di tengah tegangnya hubungan anak dengan orang tua.25

5. Pentingnya berdo’a

6. Kekuatan motivasi dan kebenaran keinginan untuk menghafal Al-

Qur’an.26

24
Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Alqur’an, (Jogjakarta: Pro-U
Media, 2012), hlm, 38-39
25
Ibid,. hlm, 34
Motivasi adalah faktor eksternal yang sangat berpengaruh pada diri

kita. Seandainya kita mendapatkan faktor-faktor eksternal yang

mendorong kita untuk melakukan segala hal, maka ia adalah faktor yang

paling utama. Dan kenyataannya menunjukkan bahwa kita sekali-kali

tidak akan mendapatkan faktor eksternal yang lebih baik dari surga yang

luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orangorang yang

bertakwa.27

5) Metode Menghafal Al-Qur’an

Dalam menghafal Al-Qur’an memiliki beberapa metode diantaranya:

a) Metode (Thariqah)

Menghafal Al-Qur’an Ada beberapa metode yang mungkin bisa

dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal

Al-Qur’an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam

mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an. Metode itu

diantaranya:

(1) Metode wahdah

Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak

dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca

sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih sehingga proses

ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian

26
Yahya Ibn Abdur Razzaq Al-Ghautsani, Pent: Ahmad Yunus Naidi, Metode Sistematis
Menghafal Al-Qur’an
27
Baihirul Amali Herry, Op. Cit, hlm, 103-132
penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang

dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga

benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-

benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan

cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka.

(2) Metode kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif

lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih

dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas

yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut

dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

b) Metode sima’i Sima’i

artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah

mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan

sangat efektif bagi penghafal yang punya daya ingat ekstra, terutama

bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur

yang belum mengenal tulis baca Al-Qur’an. Metode ini dapat dilakukan

dengan dua alternatif:

(1) Mendengar dari guru pembimbingnya, terutama bagi para penghafal

tunanetra, atau anak-anak.

(2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya

kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.


Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil

mengikuti secara perlahan.

(3) Metode gabungan

Metode ini merupakan metode gabungan antara metode

pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode

kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini lebih memiliki

fungsional sebagai uji coba terhadap ayatayat yang telah

dihafalnya.28

c) Metode jama’

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang

dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara

kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama,

instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa

menirukan secara bersama-sama. Kedua, instruktur membimbingnya

dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.

Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar,

selanjutnya mereka mengikuti bacaan dengan sedikit demi sedikit

mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian

seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar

sepenuhnya masuk dalam bayangannya.29

d) Metode klasik dalam menghafal Al-Qur’an

(1) Talqin

28
Ibid,. hlm, 64
29
Ibid,. hlm, 63-66
Yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang

guru dengan membaca satu ayat, lalu ditirukan sang murid secara

berulang-ulang sehingga nancap di hatinya.

(2) Talaqqi

Presentasi hafalan sang murid kepada gurunya

(3) Mu’aradhah

Saling membaca secara bergantian, dalam praktiknya, tidak

ada perbedaan diantara ketiga cara tersebut. Tergantung instruksi sang

guru yang biasanya lebih dominan menentukan metode. Barangkali,

teknik mengajar dengan metode talqin lebih cocok untuk anak-anak.

Adapun talaqqi dan mu’aradhah, lebih cepat untuk orang dewasa

(sudah benar dan lancar membaca).

e) Metode modern dalam menghafal Al-Qur’an

1) Mendengar kaset murattal melalui tape recorder, MP3/4, handphone.

Komputer dan sebagainya.

2) Merekam suara kita dan mengulangnya dengan bantuan alat-alat

modern

3) Menggunakan program software Al-Qur’an penghafal


4) Membaca buku-buku Qur’anic Puzzle (semacam teka teki yang

diformat untuk menguatkan daya hafalan kita).30

Metode menghafal satu halaman mushaf setiap harinya. Lalu,

melakukan muraja’ah hafalan sebanyak empat halaman setiap harinya

sebelum menambah halaman hafalan berikutnya. Contoh:

a) Pada hari senin, misalnya seseorang akan menghafal halaman 15 dari

mushaf Al-Qur’an. Sebelum menghafal halaman tersebut, terlebih

dahulu dia harus melakukan muraja’ah pada halaman 11, 12, 13, dan

14

b) Selanjutnya pada hari selasa dia akan menghafal halaman 16.

Sebelum menghafal halaman tersebut, terlebih dahulu dia harus

melakukan muraja’ah pada halaman 12, 13, 14, dan 15 Ketika

hafalannya bertambah banyak murabbi telah menambahkan daftar

muraja’ah yang harus dia lakukan setiap bulannya. Hal itu

bertujuan agar hafalan yang diperoleh dalam bulan tersebut tetap

terjaga.31

5) Maudhawi Ma’arif

Metode ini memiliki tiga prinsip diantaranya adalah sebagai

berikut:

30
Baihirul Amaly Herry,. Op,. Cit, hlm, 83-90
31
Yahya Abdul Fatah Az-Zamawi, Op,. Cit, hlm, 64-65
a) Prinsip pertama adalah persiapan (Isti’dad) Persiapan ini

mewajibkan penghafal Al-Qur’an agar menghafalkan satu

halaman Al-Qur’an setiap harinya, dengan tepat dan benar

serta memilih waktu yang tepat untuk menghafal.

b) Prinsip kedua adalah pengesahan (Taskhih atau setor)

Setelah melakukan persiapan sebaik mungkin, dengan selalu

mengingat-ingat satu halaman tersebut, langkah berikutnya

taskhihkan (setorkan) hafalan tersebut kepada ustadz atau

ustadzah.

c) Prinsip ketiga adalah pengulangan Pengulangan (muraja’ah

atau penjagaan) dilakukan setelah para santri menyetor

hafalan kepada ustadz atau ustadzah. Setelah para santri

menyetor, tidak diperbolehkan untuk meninggalkan kelas

(majlis tahfidz) sebelum hafalan yang telah disetorkan

diulang beberapa kali (sesuai dengan anjuran ustadz atau

ustadzah).

b. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya terjadinya proses perubahan tingkah

laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang kurang baik menjadi

lebih baik, dari tidak terampil menjadi terampil pada peserta didik.

Menurut Nasution, keberhasilan belajar adalah Suatu perubahan yang


terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai

pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membentuk kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri

individu yang belajar32.

Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali,

dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan

keluesan kedalaman, kerumitan dan harus digambarkan secara jelas

serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu33. Hasil

belajar adalah pencapaian yang dihasilkan dari suatu proses penilaian

atau evaluasi yang berlangsung pada satuan waktu tertentu. Ngalim

Purwanto memberikan penjelasan bahwa “Hasil belajar adalah

prestasi yang dapat digunakan oleh guru untuk menilai hasil

pembelajaran yang diberikan pada siswa tertentu”. Pada kesempatan

lain Sudjana juga menegaskan bahwa Hasil belajar adalah sebagaian

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar, yang berupa penampilan, yang dapat diamati sebagai hasil

belajar yang disebut kemampuan.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah

tahap pencapaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang

32
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, Psikomotor, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2015), h. 2
33
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.26
meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat

dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan34.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan nilai yang

diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar

bisa disebut dengan akhir dari sebuah pembelajaran untuk mengetahui

sampai mana pahamnya materi yang diajarkan guru terhadap siswa.

Dalam hasil belajar selain memperoleh nilai juga harus mendapatkan

pencapaian aktual dari perilaku yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan

aspek psikomotorik.

Berkaitan dengan penilaian hasil belajar, Depdiknas

mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian adalah mengukur

hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan

kompetensi serta tujuan pembelajaran, mengukur sampel tingkah laku

yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup

dalam pengajaran, mencakup jenis-jenis instrumen penilaian yang

paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan,

direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang

digunakan secara khusus, dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-

besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati dan dipakai untuk

memperbaiki proses dan hasil belajar35.

Jadi dapat disimpulkan dalam menilai hasil belajar sesuai dengan

kompetensi atau pemahaman yang dicapai oleh siswa, tingkah laku

34
Supardi, Op.Cit. h. 2
35
Zainal Arifin, Op.Cit. h. 32
siswa terhadap guru dan materi pembelajaran serta sikap siswa

terhadap guru dan materi yang diajarkan. Menurut Benyamin

S.Bloom, dkk, hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga

domain, yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Setiap domain disusun

menjadi beberapa jenjang kompleks mulai dari hal yang mudah

sampai hal yang sukar, dan mulai dari hal yang kongkrit sampai

dengan hal yang abstrak.

Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut36.

1. Ranah Kognitif

Kognitif berasal dari kata cognitive. Kata kognitif sendiri“

berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti

mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah

perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam

perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai

salah satu wilayah/ranah psikologis hasil belajar manusia yang

meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

pemahaman, pertimbangan, pengolahan, informasi, pemecahan

masalah, kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang

berpusat di otak ini juga berhubungan dengan kehendak, perasaan

yang bertalian dengan ranah rasa37.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan

mental (otak). Menurut Bloom segala upaya yang menyangkut

36
Ibid., h. 21
37
Supardi, Loc.Cit. h. 152
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitf. Pembelajaran

kognitif merupakan kegiatan pembelajarn yang menuntut

kemampuan berpikir mulai dari yang paling sederhana hanya

sekedar tahu sampai kepada yang paling kompleks yaitu

memberikan penilaian tentang sesuatu baik atau buruk, benar atau

salah, bermanfaat atau tidak bermanfaat38.

Ranah kognitif merupakan suatu pembelajaran yang

memperoleh hasil belajar dengan menggunakan otak atau pikiran

untuk mendapatkan suatu kemampuan belajar yang baik dan

bermanfaat. Pembelajaran dalam ranah kognitif itu terdapat enam

jenjang proses berpikir, mulai jenjang terendah sampai dengan

yang paling tinggi. Ke enam jenjang dimaksud adalah39.

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui

konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat

menggunaknnya.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang

materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat

memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-

hal yang lain.

38
Ibid., h. 152
39
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 49-50
3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,

tatacara atau metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru

dan konkrit.

4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menguraikan situasi atau keadaan tertentu ke

dalam unsur-unsur dan komponen pembentuknya.

5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan beberapa faktor.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi keadaan,

pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.40

2. Ranah Afektif

Yaitu internalisasi sikap yang menunjuk kearah pertumbuhan

batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai

yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian

dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku41.

Afektif merupakan perasaan yang dimiliki seseorang dalam

bentuk kecenderungan untuk bertindak, berpikir, berpresepsi, dalam

mengahadapi objek, ide, sesuatau dan nilai. Afektif bukan perilaku

tetapi merupakan kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.

40
Zainal Arifin, Loc.Cit, h. 21-22
41
Ibid., h. 22
Sikap yang ada dalam diri seseorang cenderung tetap dan

dipertahankan. Dalam afektif terkandung perasaan menyenangkan

dan tidak menyenangkan. Afektif diperoleh melalui pengalaman dan

proses belajar. Dalam afektif tergantung motivasi dan perasaan42.

Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan yaitu :

a) Kemampuan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan

yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi

fenomena atau rangsangan tertentu.

b) Kemampuan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang

kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka

pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu

cara.

c) Menilai (valuing), yaitu jenjang keamampuan yang menuntut

peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah

laku tertentu secara konsisten.

d) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang

berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.43

3. Ranah Psikomotor

Yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan

gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang

42
Supardi, Loc.Cit, h. 37
43
Zainal Arifin, Op.Cit. h. 22-23
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks44. Ranah

psikomotor sebagai proses dan hasil belajar siswa merupakan

pemberian pengalaman kepada siswa untuk terampil mengerjakan

sesuatu dengan menggunakan motor yang dimiliki.

Dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang

merujuk pada hal, keadaan, dan kegiatan melibatkan otot-otot dan

gerakan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya

(pengeluaran cairan dan getah). Keterampilan jasmani (motor skill)

dipelajari melalui proses aktivitas latihan langsung yang disertai

dengan pengajaran-pengajaran, teori-teori pengetahuan yang

berlainan dengan motorskill itu sendiri. Sementara itu, aktivitas

latihan perlu dilaksanakan dalam bentuk praktik-praktik yang

berulang-ulang oleh siswa45.

Menurut Edwardes proses pembelajaran praktik mencakup tiga

tahap yaitu:

a. penyajian dari pendidik,

b. kegiatan praktekpeserta didik,

c. penilaian hasil kerja peserta didik.

Menurut Mils, “pembelajaran keterampilan akan efektif bila

dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan

(learning bodying). Leighbody, menjelaskan bahwa “keterampilan

44
Ibid.
45
Supardi, Op.Cit. h. 178
yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi

kebiasaan atau otomatis dilakukan”.

Proses pembelajaran psikomotorik, pertama, pendidik

melakukan penyajian dengan cara menjelaskan kepada peserta didik

kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas

tertentu. Kedua, peserta didik mempraktekkan kompetensi-kompetensi

tugas yang harus diselesaikan. Ketiga, pada bagian akhir pendidik

melakukan penilaian hasil kerja peserta didik46.

Ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan hasil

belajar, karena dalam aspek kognitif bisa melihat kemampuan peserta

didik melalu ingatan, kreativitas dan pengindraan, aspek afektif bisa

melihat kemampuan peserta didik melalui perasaan dan emosinya,

sedangkan aspek psikomotorik bisa melihat kemampuan siswa melalui

niat dalam belajarnya.

1. Tipe-Tipe Hasil Belajar

Mengacu kepada pendapat Bloom terdapat tipe keberhasilan belajar

dikaitkan dengan tujuan belajar meliputi:

a. Tipe keberhasilan belajar kognitif

Tipe keberhasilan belajar kognitif meliputi:

1) Hasil pengetahuan terlihat dari kemampuan (mengetahui tentang

hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip,

kaidah-kaidah).

46
Ibid.
2) Hasil belajar pemahaman terlihat dari kemampuan (mampu

menerjemahkan, menafsirkan, menentukan, memperkirakan,

mengartikan).

3) Hasil belajar penerapan terlihat dari kemampuan (mampu

memecahkan masalah, membuat bagan/grafik, menggunakan istilah

atau konsep-konsep).

4) Hasil belajar analisis terlihat pada siswa dalam bentuk kemampuan

(mampu mengenali kesalahan, membedakan, menganalisis unsur-

unsur, hubungan-hubungan dan prinsip-prinsip organisasi).

5) Hasil belajar sintesis terlihat pada diri siswa berupa kemampuan-

kemampuan (mampu menghasilkan, menyusun kembali,

merumuskan).

6) Hasil belajar evaluasi dapat dilihat pada diri siswa sejumlah

kemampuan (mampu menilai berdasarkan norma tertentu,

mempertimbangkan, memilih alternatif).47

b. Tipe keberhasilan afektif

Tipe keberhasilan afektif meliputi:

1) Hasil belajar penerimaan terlihat dari sikap dan perilaku (mampu

menunjukkan, mengakui, mendengarkan dengan sungguh-

sungguh).

2) Hasil belajar dalam bentuk partisipasi akan terlihat dalam sikap dan

perilaku (mematuhi, ikut serta aktif).

47
Ibid. h. 3
3) Hasil belajar penilaian/penentuan sikap terlihat dari sikap (mampu

menerima suatu nilai, menyukai, menyepakati, menghargai,

bersikap (positif atau negatif), megakui).

4) Hasil belajar mengorganisasikan terlihat dalam bentuk (mampu

membentuk sistem nilai, menangkap relasi antar nilai, bertanggung

jawab, menyatukan nilai).

5) Hasil belajar pembentukan pola hidup terlihat dalam bentuk sikap

dan perilaku (mampu menunjukkan, mempertimbangkan,

melibatkan diri)48.

c. Tipe keberhasilan belajar psikomotor

Tipe keberhasilan psikomotor meliputi:

1. Hasil belajar kesiapan dalam bentuk perbuatan (mampu

berkonsentrasi, menyiapkan diri (fisik dan mental).

2. Hasil belajar persepsi terlihat dari perbuatan (mampu menafsirkan

rangsangan, peka terhadap rangsangan, mendiskriminasikan).

3. Hasil belajar gerakan terbimbing akan terlihat dari kemampuan

(mampu meniru contoh).

4. Hasil belajar gerakan terbiasa dari penguasaan (mampu

berketerampilan, berpegang pada pola).

5. Hasil belajar gerakan kompleks terlihat dari kemampuan siswa yang

meliputi (berketerampilan secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah).

48
Ibid. h. 3-4
6. Hasil belajar penyesuaian pola gerakan terlihat dalam bentuk

perbuatan (mampu menyesuaikan diri, bervariasi).

7. Hasil belajar kreativitas terlihat dari aktivitas-aktivitas (mampu

menciptakan yang baru, berinisiatif).49

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

1) Faktor internal

2) Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan yang lelah dan capek, tidak dalam keadaan

cacat jasmani, dan sebagainya. Semuanya akan membantu dalam

proses dan hasil belajar. Demikian juga saraf pengontrol kesadaran

dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar.

3) Faktor psikologis

Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya

meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi,

dan kognitif dan daya nalar.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri

kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir

49
Ibid., hlm. 3
yang sesuai dengan tujuannya.50 Tingkat intelegensi siswa sangat

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. semakin tinggi

kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya

meraih sukses, demikian pula sebaliknya.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek untuk dapat menjamin

hasil belajar yang baik, maka siswa dihadapkan pada obyek-

obyek yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka

perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada objek yang

sedang dipelajarinya.

c) Minat dan bakat

Minat diartikan oleh Higard sebagai kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui

belajar dan berlatih51.

d) Motif dan motivasi

Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam

diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak

50
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 52
51
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : GP Press
Group, 2013), h. 27
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan”,

suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku

seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.52

e) Kognitif dan daya nalar

Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni

presepsi, mengingat dan berpikir. Presepsi adalah penginderaan

terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.

Penginderaan dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan

kebutuhan. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana

orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang

lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui

pengalaman di masa lampau. Berpikir ialah dalam menyesuaikan

diri dengan dunia nyata53.

Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran

yang dilakukan oleh guru adalah berusaha membawa para

siswanya kepada pemahaman yang realistis. Dengan demikian,

pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang

dan mengembangkan nalar siswa.

4) Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan

52
Ngalim Purwanto, Op.Cit. h. 71
53
Yudhi Munadhi, Op.Cit. h. 30-31
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil

belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam

dan dapat pula berupa lingkungan sosial.54 Lingkungan sosial

baik dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang baik,

efektif dan efisien.

b. Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya

dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang

direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa

kurikulum, sarana, fasilitas dan guru55.

Faktor instrumental ini mempunyai pengaruh yang sangat

besar dalam pembelajaran, karena dalam faktor instrumental

terdapat kurikulum, sarana, fasilitas dan guru, jadi sudah

mempunyai patokan yang pasti dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul”56. Dari pendapat diatas dapat diambil

54
Ibid., h. 31
55
Ibid., hlm. 32
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Reinika
Cipta, 2006) hal. 71
pengertian bahwa hipotesis adalah merupakan dugaan sementara, yang

kebenarannya perlu diakukan penelitian dan didukung data-data yang

valid.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha :“Ada Pengaruh pengaruh ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an terhadap

hasil belajar siswa matapelajaran al-qur’an hadits kelas VII di MTs

Ma’arif 20 kalidadi Tahun Pelajaran 2020/2021’’.

H0 :“Tidak Ada Pengaruh pengaruh ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an

terhadap hasil belajar siswa matapelajaran al-qur’an hadits kelas VII

di MTs Ma’arif 20 kalidadi Tahun Pelajaran 2020/2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitan menurut Sugiono adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.57 Langkah-

langkah berfikir yang dibuat serta disusun dengan sitematis dan

dipersiapkan dengan baik guna untuk mengadakan penelitian dan untuk

mencapai tujuan

1. Desain dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian

kuantitatif. Dengan desain penelitian sebagai berikut :

X Y

Gambar1. Desain Penelitian

Keterangan :

X : Ekstrakurikuler tahfidz al-qur’an

Y : hasil belajar siswa mata pelajaran al-qur’an hadits.

Pengaruh ekstrakurikuler tahfidz Al-qur’an sebagai variabel

X dan hasil belajar siswa mata pelajaran al-qur’an hadits sebagai

Variabel Y.
57
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 2
2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya.58 Maka populasi dalam penelitian ini dapat di

lihat dalam tabelberikut:

Table 3.1
Data Siswa

NO KELAS JUMLAH SISWA

1 A 35

2 B 37

3 C 34

4 D 12

5 E 27

JUMLAH 120

Sumber : Dokumentasi sekolah MTs Ma’arif 20 Kalidadi


Lampung Tengah
b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan

objek penelitian yang bersifat representatif (mewakili populasi).

Menurut Punaji Setyosari “Sampel penelitian mencerminkan

dan menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat

58
V.Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian, (Yogyakarta; PT Pustaka baru, 2014), hlm.
65.
dalam membuat kesimpulan penelitian”.59 Menurut Suharismi

Arikunto “untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang

dari 100 orang, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga

penelitiannya merupakan populasi, selanjutnya jika jumlah

sajeknya besar maka dapat diambil antara 10%-15%, atau 20%-

25% dan lebih”.60 Dalam penelitian ini penulis akan mengambil

sampel 20% dari populasi, maka sampel dari penelitian ini

adalah 24 siswa. Penulis menggunakan teknik sampling random

sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan setrata yang ada

dalam populasi itu atau tanpa pandang bulu.61

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah cara yang ditempuh peneliti

untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada sabyek

maupun obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam

penelitian penulis menggunakan beberapa metode diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan salah satu metode dalam

penelitian untuk menggali data yang dilakukan dengan jalan

59
Punaji setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 169.
60
Suharismi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1989), hlm. 113.
61
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1989), hlm. 107.
mendengarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-

formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah sabyek

untuk mendapatkan jawaban /tanggapan tertulis. “Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”62.

Angket digunakan untuk mencari data dengan menyebar

beberapa item pertanyaan disertai kemungkinan jawaban,

sehingga responden tinggal memilih jawaban yang nilainya

dianggap paling sesuai. Adapun kemungkinan jawaban pada

setiap item pertanyaan terdiri dari tiga jawaban atau alternative

jawaban. Oleh karena itu dapat diklasifikasikankepada angket

tertutup dengan multiple chois / pilihan ganda.

Angket yang dibuat memiliki empat jawaban, dimaksud

untuk menghindari kecenderungan responden yang bersikap

ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.

Penyusunan angket yang mengacu pada pengaruh Penilaian

Guru terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Dalam

penelitian ini terdapat dua instrument, yaitu instrument tentang

pengaruh penilaian guru dan instrument peningkatan motivasi

belajar siswa, masing masing instrument terdapat 15 butir

angket yang setiap pertanyaan memiliki empat pilihan jawaban

62
Ibid., hlm. 199.
dengan ketentuan skor 4 untuk jawaban a (sangat setuju), skor

3 untuk jawaban b (setuju), skor 2 untuk jawaban c (kurang

setuju, dan skor 1 untuk jawaban d(tidak setuju).

b. Observasi

Observasi atau yang biasa disebut pula dengan sesuatu

objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, observasi

dapat digunakan melalui penglihatan, penciuman, pengamatan,

meliputi kegiatan pengamatan, pendengaran, peraba, dan

pengecap.63Dalam melakukan observasi, peneliti mendapatkan

informasi seputar keadaan sekolah, mutu pendidikan sekolah,

kegiatan-kegiatan sekolah, dan sarana-prasarana pendidikan

yang ada di sekolah tersebut.

b. Wawancara

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu64.

Melalui interview ini penulis mengadakan tanya jawab dengan

bapak Taat Rianto S.E selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah

Al-Mahfuzhiyah 207 Kalidadi Kecamatan Kalirejo Kabupaten

Lampung Tengah dan bertanya seputar profil sekolahMadrasah

63
Sutrisno Hadi, Metodologi Penenlitian, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1981),
hlm. 60
64
Nasution, Metode Researtch (Penelliti ILmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.
113
Aliyah Al-Mahfuzhiyah 207 Kalidadi Kecamatan Kalirejo

Lampung Tengah yang meliputi visi, misi, sejarah singkat,

keadaan sarana prasarana, jumlah siswa, jumlah guru, karyawan

dan lain-lain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data

mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, notulen, rapot, agenda, dan sebagainya.

Dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data

berdasarkan sumber data yang ada disekolah, yaitu berupa:

1) Profil sekolah Madrasah Aliyah Al-Mahfuzhiyah 207

Kalidadi Lampung Tengah.

2) Jumlah siswa Madrasah Aliyah Al-Mahfuzhiyah 207

Kalidadi Lampung Tengah.

3) Daftar nama guru dan karyawan Madrasah Aliyah Al-

Mahfuzhiyah 207 Kalidadi Lampung Tengah BaruStruktur

organisasi Madrasah Aliyah Al-Mahfuzhiyah 207 Kalidadi

Lampung Tengah.

4) Keadaan guru dan siswa Madrasah Aliyah Al-Mahfuzhiyah

207 Kalidadi Lampung Tengah.

4. Analisis Data

Berdasarkan prasurvey yang dilakukan pada tanggal 27

september 2020 kepada bapak Buhori S.Pd.I selaku guru pengambu


mata pelajaran kidah akhlak tentang perilaku siswa kelas X

Madrasah Aliyah Al-Mahfuzhiyah 207 Kalidadi kecamatan Kalirejo

kabupaten Lampung Tengah diperoleh data perilaku siswa sesuai

dengan tabel di bawah ini.

Table 3.2
Hasil prediksi perilsku siswa kelas X Madrasah Aliyah Al-
Mahfuzhiyah 207 bidang studi Akidah Akhlak

No Kriteria Presentase Jumlah Siswa

1 Aktif 60% 72

2 Tidur di dalam kelas 10% 12

3 Ngobrol dengan teman 15% 18

4 Tidak memmbawa buku 5% 6

5 Rebut dalamkelas 10% 12

Jumlah 100% 120

Sumber: Wawancara dengan bapak Buhori S.Pd.I pada hariminggu


tanggal 27 september 2020 pukul 11.00 WIB di kantor sekolah.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, maka penulis

menggunakan penelitian kuantitatif, adapun rumusan yang di gunakan

dalam menganalisa data ang diperoleh adalah sebagai berikut:

Rumus ‘r’ Product Moment

𝑟𝑥𝑦 = ∑𝑥𝑦∑X2(∑𝑦2)

Keterangan : rxyn = angka indeks Korelasi ‘r’ Product Moment

∑𝑥2 = jumlah deviasi skor X setelah terlebih dahulu

dikuadratkan
∑𝑦2 = jumlah deviasi skor Y setelah terlebih dahulu di

kuadratkan.65

RENCANA OUT LINE

65
Anas Sudjono, Pengantar Setatistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014),
Cet Ke-25, hlm. 204.
HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN

PEDOMAN TRANSLITERASI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Hipotesis

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Landasan Teori

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Pembahasan

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Pembahasan tentang

B. Pembahasan Tentang Perilaku Siswa

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis yang di pakai

B. Populasi dan Sampel

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

B. Analisis Data

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-qur’an, (Bandung : Pustaka, 1996)


Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Tejemahnya, (Bandung : Diponegoro,

2005)

M. Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta:

Amis-sco 2005, cet. Ke-1)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:

Renika Cipta)

B. Suryosubroto, ProsesBelajar Mengajar Di Sekolah, hal. 287.

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 62 Tahun 2014 Tentang kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar

Dan Pendidikan Menengah pasal 1, hal. 2.

Asep Herry Hernawan, dkk, (2009), Pengembangan Kurikulum Dan

Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka,

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung,

1990), hlm, 105

Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah,

(Bandung: Pt Syaamil Cipta Media, 2004), Cet. 4, hlm, 49

Muhammad Nor Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang: Effhar Offset

Semarang, 2001), hlm, 99

Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pent: Mudzakir, (Surabaya:

Halim Jaya, 2012)

Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma’arif, 1997), hlm, 86


Al-Qur’an dan tafsirnya, op,. cit, hlm, 577

Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005), hlm,

Mujadidul Islam Mafa, Jalaluddin Al-Akbar, Keajaiban Kitab Suci Al-Qur’an,

(Sidayu: Delta Prima Press, 2010)

Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Alqur’an, (Jogjakarta: Pro-

U Media, 2012),

Yahya Ibn Abdur Razzaq Al-Ghautsani, Pent: Ahmad Yunus Naidi, Metode

Sistematis Menghafal Al-Qur’an

Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, Psikomotor,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015,

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014)

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2003),

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2007), h. 52

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : GP

Press Group, 2013),

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:

Reinika Cipta, 2006)

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008),


V.Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian, (Yogyakarta; PT Pustaka baru, 2014),

Punaji setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,

(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 169.

Suharismi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1989), hlm. 113.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1989),

Sutrisno Hadi, Metodologi Penenlitian, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi

UGM, 1981), hlm. 60

Nasution, Metode Researtch (Penelliti ILmiah), (Jakarta: Bumi Aksara,

1996), hlm. 113

Anas Sudjono, Pengantar Setatistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2014),

Anda mungkin juga menyukai