Anda di halaman 1dari 89

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI

PONDOK PESANTREN NURUL IHSAN


AMPELU MUDO KECAMATAN MUARA TEMBESI KABUPATEN
BATANGHARI

MINI RESEARCH
Dianjurkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Kualitatif

Oleh :

Dila Febriani
NIM : 2019.151.3463

Dosen Pembimbing :

Iwan Aprianto., S.Pd.I., M.Pd


NIDN. 21050189
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
NUSANTARA BATANGHARI
TAHUN 2021
ABSTRAK

Dila Febriani. Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan


Santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam (IAI)
Nusantara Batanghari. 2020
Kata Kunci : Tata tertib, strategi guru, disiplin

Penelitian ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengetahui


strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri Pondok pesantren
Nurul Ihsan Ampelu Mudo. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui
proses bagaimana strategi guru, kendala dan upaya strategi guru dalam
meningkatkan kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu
Mudo.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif.
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah pendidik dalam
lingkungan pesantren, yaitu ustadz dan Ustadzah, Pimpinan Pondok dan
Seluruh Santri di Pondok Pesntren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi
teknik dan sumber. Sedangkan teknik analisis meliputi pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa santri sudah menjalankan
disiplin di pondok seperti disiplin melakukan sholat berjamaah, disiplin
waktu dalam pembelajaran dikelas, tiba di sekolah tepat waktu, menjaga
kebersihan asrama, berpakaian rapi dan mengikuti proses pembelajaran
dengan kondusif. Strategi guru dalam penerapan disiplin menggunakan
beberapa metode, yaitu metode pembiasaan, keteladanan, nasihat,
teguran, pengawasan dan metode hukuman.
Secara umum kendala yang dihadapi yaitu adanya sikap kurang
konsisten dalam menjalankan program kedisiplinan, sikap tidak terbuka
terhadap masalah yang dihadapi oleh santri yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran, kesadaran orang tua dalam penerapan disiplin terhadap
anak serta kurangnya melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
pihak sekolah.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala strategi guru
dalam meningkatkan disiplin santri yaitu, pengawasan yang ketat terhadap
tata tertib, dengan menggunakan metode pengawasan, teguran dan
hukuman serta koordinasi dengan orang tua murid terhadap
perkembangan santri di pesantren. Dengan upaya tersebut siswa lebih
menyadari akan tertib aturan dan menjadi pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
mengembangkan kualitas kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 Tahun
2003 yang dikutip oleh Supriyadi tentang sistem pendidikan nasional
adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
1
Negara.
Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang
No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
2
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1
Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta:Cakrawala Ilmu, 2015), hal. 55
2
Ibid., hal. 57
5

Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan


secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa setiap guru
terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu
kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Berkaitan dengan ini maka
sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks
didalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan
siswa ke taraf yang dicita-citakan.
Proses penyelenggaraan pendidikan sebagai usaha membantu
anak mencapai kedewasaan masing-masing harus diselenggarakan
dalam satu kesatuan terorganisir, sehingga antara usaha yang satu
dengan usaha yang lain saling berhubungan dan saling menunjang, dan
salah satu diantaranya adalah penerapan kedisiplinan di sekolah sebagai
tolak ukur ketertiban dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sebuah aturan di buat yaitu agar siswa mempunyai sikap dan
perilaku yang baik serta patuh dengan aturan yang ditetapkan. Seorang
guru harus bisa menerapkan kedisiplinan bagi dirinya serta anak didiknya.
Jika seorang guru tidak mampu menerapkan kedisiplinan untuk dirinya
dengan baik, maka penerapan kedisiplinan untuk siswa disekolah juga
akan sulit, karena guru sebagai tolak ukur terciptanya kedisiplinan bagi
siswa maka harus mampu menerapkan kedisiplinan, baik dalam kegiatan
pembelajaran atau pun dalam perilaku siswa.
Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah
yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa dengan
penuh kesadaran akan membawa siswa kearah yang lebih baik. Dengan
demikian dalam proses belajar mengajar senantiasa dibutuhkan situasi
dan kondisi yang aman, tertib, sehingga siswa dapat belajar dengan baik
dan tenang dan pada akhirnya berhubungan positif dengan peningkatan
prestasi belajar siswa.
6

Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik


dalam konteks pendidikan formal maupun nonformal. Disiplin sangat
diperlukan dalam kehidupan, karena disiplin adalah kunci utama meraih
sukses.Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan
disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan
kehidupanlainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit termaktub
dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11:

ُ ‫ع ٱهَّلل‬CC
ِ ‫ش ُزو ْا َي ۡر َف‬ ُ ‫ِس َف ۡٱف َسحُو ْا َي ۡف َس ِح ٱهَّلل ُ َل ُك ۡۖم َوِإ َذا قِي َل ٱن‬
ُ ‫ش ُزو ْا َفٱن‬ ۡ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
ِ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ْا ِإ َذا قِي َل لَ ُكمۡ َت َف َّسحُو ْا فِي ٱل َم ٰ َجل‬
١١ ‫ير‬ٞ ‫ون َخ ِب‬ َ ُ‫ِين ُأو ُتو ْا ۡٱلع ِۡل َم َد َر ٰ َج ۚتٖ َوٱهَّلل ُ ِب َما َت ۡع َمل‬
َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا مِن ُكمۡ َوٱلَّذ‬
َ ‫ٱلَّذ‬
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al
3
Mujaadilah:11)

Dalam surat Al Mujadilah ayat 11 tersebut menjelaskan bahwa


Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan menunjukkan sikap
yang arif dan bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang
mantap dan agung. Ini berarti pada ayat tersebut membagi kaum beriman
kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal
saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki
pengetahuan.
Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena
nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada
pihak lain baik secara lisan, tulisan maupun dengan keteladanan. Kita bisa

3
Al-Quran dan terjemahan (Semarang:Asy Syifa’), hal. 434
7

saksikan, orang-orang yang dapat menguasai dunia ini adalah orang


orang yang berilmu, mereka dengan mudah mengumpulkan harta benda,
mempunyai kedudukan dan dihormati orang. Ini merupakan suatu
pertanda bahwa Allah Swt mengangkat derajatnya.
Jadi antara iman dan ilmu harus selaras dan seimbang, sehingga
kalau menjadi ulama, ia menjadi ulama yang berpengetahuan luas. Pada
akhir ayat juga dijelaskan bahwasanya Allah Swt itu selalu melihat apa
yang kamu kerjakan, jadi tidak ada yang samar di hadapan Allah Swt. Dan
Allah Swt akan membalas semua apa yang kita kerjakan.
Di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo yang merupakan
satu-satunya pesantren yang ada di Ampelu Mudo juga menerapkan tata
tertib yang wajib di patuhi oleh seluruh santri. Aturan tata tertib pesantren
merupakan pedoman bagi pesantren untuk menciptakan suasana sekolah
yang aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian
yang bersifat negatif. Dengan adanya tata tertib juga mencerminkan
budaya pesantren yang baik terutama dalam membina ahklak santri.
Observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap Pondok Pesantren
Nurul Ihsan Ampelu Mudo menimbulkan kesan positif terhadap
pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren tersebut karena dari
observasi awal terhadap kualitas pengajar dan kurikulum yang diterapkan
di pondok pesantren ini sudah menunjukkan bahwa pondok pesantren ini
4
menggunakan kurikulum Islam dan umum. Namun menurut peneliti dan
berdasarkan wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo penerapan tata tertib di Pondok Pesantren Nurul
Ihsan awalnya masih agak sulit untuk diterapkan, hal tersebut terjadi
karena dari santri pribadi sendiri maupun lingkungan asal santri tersebut
yang tidak terbiasa dengan disiplin pondok.
Salah satu upaya guru yang dapat dilakukan untuk menerapkan
kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah adalah menyusun tata tertib

4
Observasi, Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. 04 Desember 2019
8

pesantren yang merupakan acuan norma yang harus dibuat dan


dilaksanakan oleh setiap santri, peraturan tata tertib tersebut pada
umumnya ditulis dengan jelas sehingga dapat diketahui oleh publik
terutama oleh orang tua dan santri dimana mereka memahami terlebih
dahulu tata tertib di pesantren sebelum memutuskan untuk belajar di
pesantren.
Tata tertib wajib di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
yaitu antara lain; setiap santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu
Mudo dalam kesehariannya diwajibkan mengikuti peraturan dan ketentuan
serta kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan. Kegiatan yang wajib
diikuti antara lain: sholat barjama’ah (maghrib, isya’, subuh), mengaji kitab
(setelah isya’ dan subuh), membaca Sholawat/diba’an (seminggu sekali)
dan khitobah (senin malam) serta khataman dan dzikir bersama (sebulan
sekali) Bagi santri yang memang ada halangan dalam mengikuti kegiatan,
diwajibkan untuk izin kepada pengurus yang menangani kegiatan
tersebut.
Santri yang tidak mengikuti shalat berjama’ah harus izin terlebih
dahulu, mereka yang tidak bisa mengikuti pengajian, maka wajib izin/lapor
kepada seksi pendidikan dan begitupun seterusnya. Adapun bagi mereka
yang melanggar peraturan, mereka harus berani menanggung sanksi
yang sudah ditetapkan, biasanya sangsinya berupa hukumam yang
mendidik dari pengurus dan pengasuh.
Namun meskipun demikian masih ada saja santri yang melanggar
peraturan peraturan yang sudah ditetapkan. Di antara beberapa peraturan
yang dilanggar antara lain tidak mengikuti sholat berjama’ah (maghrib,
isya’ dan subuh), tidak masuk ketika waktu mengaji kitab (setelah isya’
dan subuh), tidak piket ketika jadwal bagiannya piket, serta sering tidak
memperhatikan ustadnya ketika sedang menjelaskan.
Tata tertib yang diterapkan di pondok pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo meliputi peraturan terkait kegiatan akademik maupun
peraturan yang mengatur kegiatan harian santri, seperti kewajiban datang
9

tepat waktu ke sekolah, mengenakan seragam yang sudah ditentukan


oleh sekolah, larangan membawa dan menggunakan barang elektronik,
larangan membawa dan membaca majalah atau novel, kewajiban
melaksanakan sholat berjama’ah di masjid, larangan keluar asrama tanpa
izin dan peraturan lainnya sebagai upaya membentuk ketertiban sekolah.
Walaupun demikian masih masih ada saja pelanggaran yang
dilakukan santri misalnya membolos, terlambat mengikuti pembelajaran
atau sholat berjamaah, membuat keributan, tidak mengerjakan tugas yang
diberikan guru, membawa HP dan sebagainya.
Dari wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap Kepala
Pondok Pesantren dan Guru di Pondok Pesantren Nurul Ihsan tentang
kondisi kedisiplinan santri terhadap aturan tata tertib sudah cukup baik
walaupun masih banyak pelanggaran, hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Masih ada santri yang kurang peduli terhadap disiplin waktu sehingga
ketika waktu belajar, waktu sholat berjamaah dan waktu piket sering
tidak hadir atau terlambat.
2. Masih ada santri belum sepenuhnya taat pada tata tertib terutama pada
larangan membawa HP dan larangan bolos pada saat pembelajaran.
3. Sanksi sekolah terhadap santri yang tidak disiplin masih agak sulit
dilakukan sepenuhnya, hal itu dikarenakan adakalanya orang tua murid
5
keberatan atas sanksi yang diberikan sekolah.
Dari hasil wawacara tampak bahwa pelanggaran masih terjadi dan
kedisiplinan santri harus ditingkatkan lagi. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap bagaimana strategi
guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo.

B. Rumusan Masalah

5
Observasi. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. 04 Desember 2019
10

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat


dirumuskan masalah pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo?
2. Apa saja kendala strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan mengatasi kendala strategi guru
dalam meningkatkan kedisiplininan santri Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo?

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar penelitian bisa lebih terfokus. Masalah yang
diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada santri yang menetap di pondok
pesantren tahun ajaran 2020/2021 dengan fokus penelitian “Strategi Guru
Dalam Meningkatkan Disiplin Santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo”.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tindakan penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui bagaimana strategi guru dalam meningkatkan
kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
b. Mengetahui apa saja kendala strategi guru dalam meningkatkan
kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
c. Mengetahui Bagaiamana upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan bahan masukan untuk perbaikan serta sebagai
11

bahan pertimbangan dalam rangka peningkatan dan pembinaan sikap


disiplin santri pondok pesantren khususnya di Pondok Pesantren
Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pengetahuan
dalam rangka mengarahkan, mendidik dan membina santri yang
melanggar kedisiplinan secara bijaksana dan efektif.
12

Bagi peserta didik, penelitian ini dapat dijadikan


pemahaman dalam meningkatkan kedisiplinan pada
peserta didik dan memberikan efek jera untuk melakukan
pelanggaran selanjutnya, serta memberikan sumbangan
pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya
disiplin bagi peserta didik itu sendiri maupun bagi orang
lain disekitarnya.BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Strategi
Strategi menurut pengertian bahasa adalah “siasat, kiat atau
rencana”.Strategi berarti prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan
6
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) strategi adalah
ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan tertentu; rencana yang cermat
7
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sedangkan menurut
Wina Sanjaya strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method or series
activities designed to echieves a particular education goal (J.R David,
8
1976).

6
Supriyadi. Op.Cit., hal. 59
7
Kamus besar bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakara: Balai Pustaka, 1994) hal. 964
8
Ali asrun Lubis, Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 01, No. 02, 2013
13

Dari pernyataan-pernyataaan di atas dapat disimpulkan bahwa


strategi pengajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang sengaja didesain untuk mencapai tujuan
tertentu.
14

Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi


adalah daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem pembelajaran
yang tepat agar tujuan dari suatu pembelajaran yang telah dirumuskan
dapat tercapai. Dalam penelitian ini merujuk pada strategi yang digunakan
guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri pondok pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo.
Menurut Supriyadi baik buruknya situasi proses belajar mengajar
dan tingkat pencapaian hasil pembelajaran tergantung pada factor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar mengajar yaitu :
a. Karakteristik siswa
b. Karakteristik guru
c. Interaksi dan metode
d. Karakteristik kelompok
e. Fasilitas fisik
f. Mata pelajaran
9
g. Lingkungan.
Kegiatan belajar-mengajar adalah suatu kondisi yang sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakannya untuk membelajarkan anak
didik. Dengan kata lain, guru yang mengajar dan peserta didik yang
belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi
edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Dalam
kegiatan belajar mengajar, anak adalah subyek dan obyek dari kegiatan
pengajaran. Tujuan pengajaran akan tercapai bila peserta didik berusaha
aktif untuk mencapainya.
Kedisiplinan siswa sangat menentukan tertibnya proses kegiatan
belajar mengajar di kelas. Pembelajaran akan berhasil bila siswa disiplin
akan waktu, belajar dan bermain. Disiplin harus termotivasi pada diri siswa
itu sendiri, namun bila pembiasaan siswa yang berasal dari keluarga
maupun lingkungan yang tidak disiplin maka akan sangat sulit untuk

9
Supriyadi, Op.Cit., hal. 67
15

menerapkan kedisiplinan. Guru sebagai pedidik berkewajiban mendidik,


bukan hanya mendidik dalam ilmu pengetahuan saja tetapi juga ilmu
kepribadian agar tercipta insan yang cerdas juga mempunyai kepribadian
yang mumpuni.
2. Pengertian Guru
Dalam pengertian sederhana, guru merupakan orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru berasal dari dua
kata yaitu gu dan ru. “Gu” artinya kegelapan, kekelaman sedangkan “ru”
artinya melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan. Jadi guru adalah
manusia yang berjuang terus menerus dan secara gradual untuk
10
melepaskan manusia dari kegelapan. Sedangkan menurut Supriyadi,
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengeva-
11
luasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru
adalah seseorang yang berjuang terus menerus untuk mendidik, mengajar
dan membimbing, melatih dan menilai serta mengevaluasi peserta didik
untuk menjadi lebih baik melalui jalur formal.maupun informal. Tanggung
jawab guru tidak terbatas pada pencapaian kecakapan tertentu saja tetapi
lebih jauh lagi yakni mencapai tujuan-tujuan ideal meliputi :
1) Tujuan pengembangan pribadi para siswa sebagai individu mandiri
2) Tujuan pengembangan pribadi para siswa sebagai warga dunia dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Konsep Pondok Pesantren


Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan islam
tradisional tempat para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu
keagamaan dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan

10
Hamka Abdul Azis, Karakter Guru Profesional, (Jakarta : AMP Press, 2016), hal. 19
11
Supriyadi, Op.Cit., hal. 11
16

kiai. Secara etimologi perkataan pesantren berasal dari akar kata santri
dengan awal “Pe” dan akhiran “an” berarti tempat tempat tinggal santri.
Selain itu asal kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata
“sant” (manusia baik) dengan kata “ira” (suka menolong), sehingga kata
12
pesantren dapat dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Istilah pondok berasal dari pegertian asrama para santri, tempat
mondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu. Kata tersebut
13
berasal dari “fundug” (bahasa Arab) yang berarti hotal atau asrama.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok
pesantren adalah tempat tinggal santri dan tempat dimana pendidikan
dilakukan untuk menjadikan manusia sebagai insan yang baik.
Sebuah pondok pesantren pada dasarnya merupakan lembaga
pendidikan yang menyediakan asrama atau pondok (pemondokan)
sebagai tempat tinggal bersama sekaligus tempat belajar para santri di
bawah asuhan kiai. Asrama untuk santri ini berada dalam lingkungan
kompleks pesantren. Kyai serta keluarganya juga bertempat tinggal
disekitar kompleks. Menurut Samsul Nizar ada beberapa karakteristik
pondok pesantren, yaitu :
a) Pondok pesantren menggunakan batasan bagi santri-santrinya.
b) Tidak menerapkan batas waktu pendidikan, sifat pendidikan pesantren
bersifat seumur hidup (long life education).
c) Di pesantren tidak diklasifikasi dalam jenjang-jenjang menurut
kelompok usia sehingga siapapun diantar masyarakat yang ingin, bias
belajar menjadi santri.
d) Santri boleh bermukim selamanya dan jika dikehendaki santripun
boleh pindah ke pesantren lain.
e) Pesantren tidak memiliki peraturan administrasi tetap, dimana seorang
dapat bermukim diterima tanpa mengaji kitab asal ia memperoleh
12
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara
(Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 2013), hal. 87
13
Ibid. hal. 113
17

nafkah sendiri dan tidak menimbulkan masalah dalam tingkah


14
lakunya.
Dalam suatu pondok pesantren terdapat beberapa unsur kelembagaan,
diantara unsur kelembagaan tersebut adalah:
a) Adanya Kyai yang mengajar
b) Adanya Santri
c) Adanya Masjid atau Mushola tempat beribadah dan belajar
d) Adanya asrama atau pondok tempat tinggal para santri
15
e) Pengajaran kitab
Menurut Wahjoetomo pesantren berkembang ditanah air di bawa
oleh wali songo dan pondok pesantren pertama didirikan oleh Syekh
Maulana Malik Ibrahim atau terkenal denan sebutan Syekh Maulana
16
Maghribi pada 12 Rabiul Awal 822 H atau 08 April 1419 di Gresik.
Pada saat ini pesantren berkembang terus dan sangat pesat.
Sehingga terdapat perubahan dari segi jumlah, sistem dan materi yang
diajarkan. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di pesantren
didasarkan atas ajaran islam dengan tujuan ibadah untuk mendapatkan
ridha Allah. Pengajar di pesantren di sebut kyai dan siswa disebut santri.
Unsur-unsur sebuah pondok pesantren terdiri dari: adanya kiai yang
mengajar, santri, adanya masjid atau mushalla dilingkungan pesantren
dan adanya asrama atau pondok tempat inggal para santri, dan adanya
pengajaran kitab.

4. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan

14
Ibid., hal. 136
15
Ibid., hal.128-137
16
Ibid. hal. 89
18

17
layak. Dalam menjalankan kewenangannya guru dituntut memiliki
kecakapan, meliputi :
1) Kecakapan kognitif (kecakapan ranah cipta)
2) Kecakapan afektif (kecakapan ranah rasa).
Kompetensi ranah ini meliputi seluruh fenomenda perasaan dan
emosi seperti; cinta, benci, senang, sedih dan sikap tertentu terhadap
diri sendiri dan orang lain.
3) Kecakapan psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Kecakapan keterampilan yang bersifat jasmaniah yang
pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
18
4) Kecakapan kepribadian.
Dari keempat kompetensi di atas, kompetensi kepribadian yang
berhubungan langsung dengan pembentukan moral anak didik. Guru
harus menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik dari segala sisi
kepada anak didik karena apa yang kita berikan dapat ditiru anak didik.
Dalam suatu pondok pesantren guru disebut dengan Kyai. Kyai
adalah unsur yang esensial dari suatu pesantren. Kyai adalah gelar bagi
seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang luas, memiliki
19
kesalehan yang baik dan mempunyai kepribadian yang tepuji. . Para kiai
dari suatu pondok pesantren harus memiliki kemampuan lebih dibidang
pembelajaran agama. Pondok pesantren pada masa sekarang ada yang
memiliki kekhasan tertentu, ada yang khusus mengajarkan disiplin ilmu
Hadist dan Fiqih, Ilmu Bahasa Arab, Ilmu Tafsir, Ilmu tasawuf dan lain-lain.
Kyai menurut Dhofier yang di kutip oleh Samsul Nizar, adalah gelar
yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang
memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik

17
Supriyadi.,Op.Cit. hal. 42
18
Ibid., hal. 43
19
Samsul Nizar, Op.Cit., hal. 123
19

20
kepada para santrinya. Untuk menjadi Kiai ditentukan oleh beberapa
faktor, yakni : Pengetahuan, Keturunan, Kesalehan, murid-muridnya, dan
21
cara yang digunakan dalam mengabdikan diri kepada masyarakat.
Menurut Zakiyah Daradjat, guru atau pendidik Islam yang
profesional harus memiliki kompetensi-kompetensi yang lengkap, meliputi:
1) Taqwa kepada Allah, sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, tidak
mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri
tidak bertaqwa kepadaNya;
2) Berilmu, ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti,
bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan
kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan;
3) Sehat jasmani ;
4) Berkelakuan baik, budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan
watak murid. Guru harus menjadi suri teladan, karena anak-anak
bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan ialah membentuk
akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru berakhlak baik
22
pula.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam memenuhi segala
kewajibannya dengan segala kecakapan yang dimilikinya, yaitu
kecakapan kognitif, kecakapan afektif kecakapan psikomotor, kecakapan
kepribadian, meliputi: taqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan
berkelakuan baik
5. Pengertian Santri
Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang
menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren. Meskipun secara
umum santri identik dengan peserta didik, murid, siswa, atau pelajar yang

20
Ibid., hal. 126
21
Ibid., hal. 131
22
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2017),hal.40-42.
20

sedang menuntut ilmu pada suatu lembaga pendidikan. Zamakhsyari


Dhofier mengklasifikasikan santri yang belajar di pondok pesantren
menjadi dua bagian, yaitu :
a) Santri mukim, yaitu murid murid yang berasal dari darah yang jauh
dan menetap dalam kompleks pesantren.
b) Santri kalong, yaitu murid yang berasal dari desa-desa disekeliling
pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren untuk
mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka pulang pergi dari rumah
23
sendiri.
Para santri yang belajar dalam satu pondok biasanya memiliki rasa
solidaritas dan kekeluargaan yang kuat baik antara santri dengan santri
maupun antara santri dengan kiai. Situasi sosial yang berkembang di
antara para santri menumbuhkan sistem sosial tersendiri, di dalam
pesantren mereka belajar untuk hidup bermasyarakat, berorganisasi,
memimpin dan dipimpin, dan juga dituntut untuk dapat mentaati dan
meneladani kehidupan kiai, di samping bersedia menjalankan tugas
apapun yang diberikan oleh kiai, hal ini sangat dimungkinkan karena
mereka hidup dan tinggal di dalam satu komplek. Dalam kehidupan
kesehariannya mereka hidup dalam nuansa religius, karena penuh
dengan amaliah keagamaan, seperti puasa, sholat malam dan sejenisnya,
nuansa kemandirian karena harus mencuci, memasak makanan sendiri,
nuansa kesederhanaan karena harus berpakaian dan tidur dengan apa
adanya. Serta nuansa kedisiplinan yang tinggi, karena adanya penerapan
peraturan-peraturan yang harus dipegang teguh setiap saat, bila ada yang
melanggarnya akan dikenai hukuman, atau lebih dikenal dengan istilah
ta’zirat seperti membersihkan kamar mandi dan lainnya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa santri adalah pelajar
yang sedang menuntut ilmu yang menetap dalam kompleks pesantren
maupun yang berada disekeliling pesantren yang hidup kesehariannya

23
Samsul Nizar,Op.Cit., hal. 131-132
21

dalam nuansa religius.


6. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin timbul dari dalam
jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib. Disiplin yang
dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi ada juga
karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan
seseorang menyadari bahwa hanya dengan disiplinlah akan didapatkan
kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplinlah kita mampu mengatur
semua pekerjaan dan keinginan lain dengan baik.
Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan
dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku
tertentu walaupun bawaannya adalah malas. Disiplin diperlukan dalam
rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya
tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.
Di dalam Al-Qur’an ajaran disiplin ini dapat kita petik dari firman
Allah SWT, surat Al-Ashr ayat 1-3:
َ ‫اص ۡو ْا ِب ۡٱل َح ِّق َو َت َوا‬
٣ ‫ص ۡو ْا ِبٱلص َّۡب ِر‬ َّ ٰ ‫ِين َءا َم ُنو ْا َو َعمِلُو ْا ٱل‬
ِ ‫صل ٰ َِح‬
َ ‫ت َو َت َو‬ ۡ ‫َو ۡٱل َع‬
َ ‫ ِإاَّل ٱلَّذ‬٢ ‫ ِإنَّ ٱِإۡلن ٰ َس َن َلفِي ُخ ۡس ٍر‬١ ‫ص ِر‬
Artinya: demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-
24
Ashr : 1-3).

Ayat tersebut menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat


menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, maka mereka itu
termasuk golongan orang-orang yang merugi, Islam menganjurkan agar
manusia memanfaatkan waktu dan kesempatan yang dimiliki sehingga ia
tidak termasuk golongan orang yang  merugi.Dan sumpah Allah demi

24
Al-quran dan terjemahan (Semarang:Asy Syifa’), hal. 482
22

masa ini menunjukkan bahwa waktu itu sangat penting sehingga Allah
bersumpah dengannya.
Sebagaimana sumpah manusia untuk meyakinkan seseorang akan
kebenaran, maka Allah pun meyakinkan manusia akan pentingnya sebuah
waktu bagi manusia. Sangat disayangkan bahwa kerugian manusia
tersebut tidak banyak yang menyadarinya, sehingga Allah bersumpah
akan hal tersebut untuk meyakinkan manusia bahwa mereka sungguh
berada dalam kerugian karena tidak dapat menggunakan waktu di dunia
ini dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu kita hendaknya dapat memanfaatkan waktu dengan
sebaik-baiknya sebagai perwujudan dari sikap disiplin. Dengan demikian
disiplin dalam aturan tata tertib, disiplin waktu maupun, disiplin belajar
dan disiplin dalam hal lainnya sangat diperlukan sebab dengan sikap
disiplin akan membawa hidup teratur, dan akan menjadikan seseorang
mudah mencapai keberhasilan dari yang dicita- citakan.
Sikap disiplin merupakan proses hasil dari sebuah perjalanan
waktu. Artinya sikap itu muncul berkaitan dengan mau atau tidaknya untuk
tetap menjalankan setiap tindakannya sesuai dengan apa yang ingin
dicapai dari tujuan yang telah ditetapkan. Bila keinginan kita untuk
mentaati tata tertib dalam sekolah sudah menjadi kesadaran maka
keinginan yang lain akan kita kesampingkan terlebih dahulu dan lebih
mendahulukan mentaati tata tertib.
Kedisiplinan erat kaitannya dengan pengetahuan serta perilaku
yang positif, seperti kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, tolong
menolong, kasih sayang, patuh atau taat, serta hormat kepada guru.
Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu disciplina yang
berarti perintah dan discipulus yang berarti peserta didik. Jadi disiplin
dapat dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didiknya.
Kemudian dalam New World Dictionary disiplin diartikan sebagai latihan
23

untuk mengendalikan diri, karakter, atau keadaan yang tertib dan


25
efisien.
Tu’u dalam Tanshzil mendefinisikan disiplin sebagai kesadaran diri
yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-
peraturan, nilai-nilai hukum yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu.
Tujuan ditegakkannya disiplin di kalangan santri adalah untuk
mempersiapkan santri sebagai generasi muda yang bertanggung jawab
sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan pada diri sendiri
26
khususnya serta keluarga, agama dan Negara pada umumnya.
Selama ini banyak orang memahami disiplin sebagai bentuk
kekakuan dan kekerasan, banyak pula orang yang merasa tidak terlalu
penting untuk melakukannya. Kedisiplinan merupakan tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Kedisiplinan dapat dilakukan dan diajarkan pada anak di
sekolah maupun di rumah dengan cara membuat semacam peraturan
27
atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap anak.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian disiplin sebagai berikut:
a. The Liang Gie mengartikan disiplin sebagai suatu keadaan tertib
yang mana orang – orang yang tergabung dalam suatu organisasi
tunduk pada peraturan – peraturan yang telah ada dengan
senanghati.
b. Good’s dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai
berikut:
1) Proses atau hasil pengamatan atau pengendalian keinginan,
motivasi atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk

25
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, Teori dan Aplikasinya untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif (Jakarta: Ar-Ruzz media, 2013),hal.159
26
Anggie Meiliyana Putri, dkk. Peningkatan Disiplin Belajar Santri Melalui Bimbingan Dan
Konseling. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice &Research. 2018. Hal. 28
27
Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini:
Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 192
24

mancapai tindakan yang lebihefektif.


2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dan diarahkan sendiri
walaupun menghadapihambatan.
3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan
hukuman atauhadiah.
4) Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman bahkan
28
menyakitkan.
Dari berbagai pengertian diatas maka disiplin dapat diartikan
sebagai tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan baik di madrasah, di rumah maupun di
sebuah organisasi, yang mana semua yang terikat oleh disiplin akan
melakukannya dengan senanghati.
7. Indikator Kedisiplinan
Penerapan kedisiplinan pada peserta didik terdiri dari banyak
aspek, baik itu dari diri sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan. Aspek-
aspek kedisiplinan menurut Arikunto kedisiplinan siswa dapat dilihat dari 3
aspek yaitu, aspek disiplin siswa di lingkungan keluarga, aspek disiplin
siswa di lingkungan sekolah, dan aspek disiplin siswa di lingkungan
pergaulan.
Disiplin di lingkungan keluarga adalah peraturan dirumah
mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan di
rumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Disiplin keluarga
mempunyai peran penting agar anak segera belajar dalam hal perilaku.
Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan pertama didalam
pendidikan dan sangat penting untuk membetuk pola kepribadian anak,
karena di keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
Aspek disiplin di lingkungan keluarga, meliputi; mengerjakan tugas
sekolah di rumah, mempersiapkan keperluan sekolah dirumah. Selain

28
Novan Ardy Wiyani,Op.Cit., hal. 159-160
25

disiplin di lingkungan keluarga selanjutnya adalah disiplin di lingkungan


sekolah.
Disiplin di lingkungan sekolah adalah peraturan, peraturan ini
mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dilakukan sewaktu dilingkungan sekolah. Disiplin sekolah merupakan hal
yang sangat penting dalam peraturan dan tata tertib yang ditunjukan pada
siswa. Apabila disiplin sekolah telah menjadi kebiasaan belajar, maka
nantinya siswa benar-benar menganggap kalau belajar disekolah adalah
merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai kewajiban atau tekanan.
Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi:
a) Sikap siswa dikelas
b) Kehadiran siswa
29
c) Melaksanakan tata tertib di sekolah.
Indikator kedisiplinan siswa dari aspek-aspek disiplin menurut
Arikunto yang telah diuraikan, dapat kita ketahui bahwa disiplin ada
diberbagai aspek kehidupan dan sudah semestinya dijalankan agar
tercipta ketertiban dari berbagai segi kehidupan. Sedangkan jenis-jenis
disiplin menurut Asmani yaitu sebagai berikut.
a) Disiplin waktu, adalah mematuhi atau menaati waktu yang telah
ditetapkan sekolah, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan tidak
menunda-nunda waktu untuk melakukan tugas atau kewajiban
sebagai siswa, sehingga hidup kita menjadi efektif dan efisien.
b) Disiplin menegakkan aturan, disiplin peserta didik dapat dipupuk
dengan memberikan tata tertib yang mengatur dalam lingkungan
sekolah. Tata tertib disertai pengawasan akan membuat terlaksananya
peraturan dan memberikan pengertian pada setiap pelanggaran, yang
membuat timbulnya rasa keteraturan dan disiplin diri. Adapun tata
tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh peserta didik, peserta didik
wajib berpakaian sesuai dengan ketentuan yang ditentukan sekolah,

29
Aulia, Nisak Choriun, Jurnal Pedagogia 2,No.1
26

peserta didik wajib memelihara dan menjaga ketertiban serta


menjunjung nama baik sekolah, selama
jam sekolah berlangsung, peserta didik dilarang meninggalkan
sekolah tanpa izin, peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran
harus dengan menunjukkan keterangan yang sah dan peserta didik
dilarang membawa segala sesuatu yang dapat menggangu kegiatan
belajar mengajar.
c) Disiplin sikap, sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
laku perorangan atau siswa berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap
30
peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku .
8. Cara Menanamkan Disiplin
Tata tertib adalah salah satu tindakan preventif atau pencegahan
pada santri agar tidak melakukan tindakan diluar batas. Tata tertib dan
aturan dalam pesantren dibuat untuk dipatuhi seluruh santri dan jajaran
sekolah termasuk pendidik. Meskipun tata tertib pesantren sudah ada
akan tetapi tidak sedikit santri yang melakukan tindakan buruk dengan
melanggar tata tertib tersebut.
Banyak cara yang ditempuh oleh sekolah dalam menanamkan
sikap disiplin siswa terutama terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah.
Penerapan tersebut berimbas langsung terhadap proses pembelajaran
disekolah. Pada era sebelum reformasi pendidik cenderung menerapkan
kedisiplinan dengan cara menghukum, seperti memukul tangan murid
dengan penggaris kayu atau orang tua yang memukul anak dengan sapu
lidi karena malas mengerjakan PR atau pekerjaan rumah lainnya. Dari
semua hukuman tersebut alasan yang sering muncul karena ingin
menerapkan kedisiplinan dan diharapkan anak akan jera dan taat pada
turan.
Hukuman merupakan tindakan yang diperbolahkan dalam Islam
dan itupun sudah diatur dan batasan-batasnya. Sedangkan kekerasan
30
Risma, Waode Surani, Alber Tigor Arifuanto. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok
Terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa. Jurnal BENING Volume 4 Nomor 1. 2020
27

sama sekali tidak boleh dalam Islam. Kekerasan itu sama dengan
perbuatan dhalim kepada seorang. Hukuman bisa menjadi kekerasan
manakala sanksi yang diberikan bagi pelanggar secara berlebihan atau
diluar batas kewajaran sehingga menyebabkan orang merasakan sakit
secara fisik maupun mental. Menurut Hurlock ada 3 cara penerapan
disiplin, yaitu :
a) Cara Mendisiplin Otoriter
Peraturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan
menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencangkup
hukuman yang berat bila terjadi kegagalan, atau sama sekali tidak ada
persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya. Disiplin
otoriter bisa berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar
hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang
sesuai dengan standar yang ditentukan. Disiplin otoriter berarti selalu
mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman,
terutama hukuman badan.
b) Cara Mendisiplin Yang Permasif
Disiplin permasif sebetulnya berarti sedikit disiplin atau tidak
berdisiplin. Biasanya disiplin permasif tidak membimbing anak ke pola
perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.
Beberapa orang tua dan guru yang menganggap kebebasan
(permissiveness) sama dengan laissez-faire, membiarkananak-anak
meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh
mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.
Bagi banyak orang tua disiplin permasif merupakan protes terhadap
disiplin yang kaku dan keras masa kanak-kanak mereka sendiri. Dalam
hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang
mengatur apa saja yang boleh dilakukan. Mereka diizinkan untuk
mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak merekasendiri.
c) Cara Mendisiplin Demokratis
Disiplin demokratis menggunakan penjelasan demokratis dengan
28

menggunakan penjelasan, diskusi, penalaran untuk membantu anak


mengerti mengapa perilaku tertentu dihadapkan. Metode ini lebih
menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya.
Bila anak masih kecil, mereka diberi penjelasan mengenai
peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang dapat dimengerti.
Dengan bertambahnya usia mereka tidak hanya diberi penjelasan tentang
peraturan, melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat
31
mereka tentang peraturan.
Disiplin dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternal dapat bersumber dari lingkungan tempat individu berada, baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Faktor internal yaitu
dipengaruhi kondisi fisik, perkembangan, dan psikologis yang mendorong
perilaku siswa disertai konsekuensi yang mungkin terjadi atas perilakunya
tersebut. Salah satu faktor internal dari sisi kondisi psikologis yang
mempengaruhi disiplin pada siswa yaitu penilaian terhadap pengalaman
selama di sekolah. Pengalaman negatif yang diperoleh siswa dan
membuatnya kurang nyaman dapat berimbas langsung kepada kondisi
32
psikologis.
Mayoritas pendidikan saat ini tidak lagi menerapkan metode
hukuman khususnya hukuman fisik terhadap pelanggaran siswa, hal ini
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini dimana payung
hukum hak azasi manusia dan hukum peradilan anak dibawah umur.
namun pendidik menyebutnya sebagai tindakan konsekuensi. Setiap
sekolah mempunyai aturan dan tata tertib yang wajib diikuti oleh seluruh
jajaran di sekolah. Toleransi terhadap suatu pelanggaran juga berbeda-
beda di tiap sekolah

B. Penelitian Yang Relevan


31
Ibid., Jurnal Pedagogia 2,No.1
32
Nikmah Sofia Afiat. Kualitas Kehidupan Sekolah Dan Disiplin Pada Santri asrama
Pondok Pesantren. Jurnal InSight, Vol.20 No.1,Februari.ISSN: 1693–2552. 2018. Hal. 18
29

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Latief dengan judul “Strategi


Guru Dalam Membina Karakter Siswa di Diniyah Takmiliyah Awaliyah
Darul Haq Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi”.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Latief dilakukan dengan
menggunakan jenis penelitian kualitatif yang diuraikan peneliti secara
deskriptif. Pengumpulan data juga dari tiga sumber data yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa strategi guu dalam membina karakter siswa dilakukan dengan
metode pembiasaan dalam pembelajaran, pemberian nasehat, teladan
dari guru dan orang tua, serta upaya memberi perhatian dan kasih sayang
kepada orang tua.
Dalam penelitian ini juga terdapat kendala berupa, minimnya
perhatian orang tua terhadap anak, pengaruh lingkungan dan pengaruh
tontonan televisi yang tidak terkontrol. Namun hasil dari strategi
pembinaan karakter siswa ini adanya perbaikan dan perubahan perilaku
33
siswa dalam belajar menjadi lebih baik.
2. Penelitian yang dilakukan Susi Susanti dengan judul “Strategi Guru
Dalam Penanaman Akhlak Anak Pad Ataman Kanak-Kanak
Nurunnajah Desa Lopak Aur Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batanghari”
Jenis penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui bgaimana
strategi guru dalam penanaman akhlak anak pada taman kanak-kanak.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini guru memberikan keteladanan,
menagajarkan anak bernyanyi dan bercerita. Dengan metode ini ini
terdapat peningkatan pada sikap anak sehari-hari terutama pada sikap
terhadap teman, hormat kepada guru dan mengikuti proses belajar

33
Abdul Latief . Skripsi. Strategi Guru Dalam Membina Karakter Siswa di Diniyah
Takmiliyah Awaliyah Darul Haq Desa Tantan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi.2016
30

mengajar. Walaupun terdapat kendala berupa kurang nya waktu belajar


disekolah, perhatian anak yang tidak focus pada pelajaran agama namun
dengan tambahan kegiaan dirumah dan bimbingan orang tua sikap
34
menjadi harapan akhlak anak dapat berkembang menjadi lebih baik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Agsutina dengan judul “Strategi Guru
Dalam Proses Pembelajaran Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SDN 29/I Terusan Kecamatan Maro Sebo Ilir”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk
mengembangkan metode pembelajaran PAI yang selama ini hanya
menggunakan menggunakan metode ceramah, latihan dan Tanya jawab.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kesulitan belajar
siswa dikarenakan kurangnya motivasi belajar, metode guru yang kurang
bervariasi dan sumber belajar yang masih kurang. Metode yang dilakukan
yaitu dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi dan menambah buku referensi
35
sumber pembelajaran.
Dari ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan banyak metode
yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam rangka meningkatkan hasil
dalam suatu proses pembelajaran. Semua metode yang dilakukan oleh
pendidik bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik menjadi
insan yang mandiri, kreatif, bertanggung jawab dan memiliki moral dan
akhlak yang baik. Metode tersebut juga harus dilakukan dengan disiplin
dari guru itu sendiri maupun peserta didik agar hasil pembelajaran sesuai
dengan kompetensi yang diinginkan.

34
Susi Susanti . Skripsi. Strategi guru dalam penanaman akhlak anak pad ataman
Kanak-Kanak Nurunnajah Desa Lopak Aur Kecamatan Pemayung Kabupaten
Batangahari. 2014
35
Agustina. Skripsi. Strategi Guru Dalam Proses Pemebalajaran PAI di SDN 29/I Terusan
Kecamatan Maro Seboi Ilir. 2013.
31
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yang diharapkan nantinya dapat membawa hasil
yang terbaik. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
36
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Selain itu, Sugiono juga mengemukakan penelitian kualitatif
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
37
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dalam penelitian ini cenderung dilakukan menurut perspektif
peneliti sehingga apa saja yang nantinya ditemukan dalam proses
penelitian dapat menjadi temuan baru bagi peneliti itu sendiri.

36
Lexy J.Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.6
37
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2012), hal.9
34

Dalam penelitian kualitatif peneliti sekaligus berperan serta sebagai


instrumen penelitian, yang memfokuskan perhatian pada proses daripada
hasil yang akan diperoleh dari lapangan penelitian. Berlangsungnya
proses pengumpulan data ini dilakukan secara berulang-ulang ke lokasi
penelitian melalui kegiatan membuat catatan data dan informasi yang
dilihat, didengar serta selanjutnya dianalisis. Dalam proses ini peneliti
benar-benar diharapkan mampu berinteraksi dengan obyek yang dijadikan
sasaran penelitian. Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data
lapangan, maka ketetapan, ketelitian, rincian dan kelengkapan pencatatan
informasi yang diamati di lapangan amat penting.
Penelitian ini akan diuraikan secara deskriptif, Pendekatan bersifat
deskriptif digunakan untuk menghimpun data secara sistematis, faktual,
dan cepat sesuai dengan gambaran saat dilakukan penelitian. Desain
penelitian tersebut digunakan peneliti untuk menggambarkan strategi guru
menerapkan kedisiplinan siswa dalam di Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo.

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian


1. Situasi Sosial
Situasi sosial adalah suatu keadaan atau tempat subjek berdomisili
yang mempengaruhi kegiatan, keadaan, dan yang berhubungan dengan
38
perilaku subjek. Menurut Sugiyono situasi sosial terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di rumah berikut
keluarga dan aktivitasnya, atau orang orang di sudut-sudut jalan yang
sedang ngobrol, atau di tempat kerja dikota, desa, sekolah, atau wilayah
39
satu Negara.

38
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Sekolah Tinggi Agama Islam: Muara
Bulian. 2017), hal. 5
39
Sugiyono. Op.Cit., hal. 297
35

Dalam Penelitian kualitatif inipeneliti memasuki situasi social


tertentu dan yang menjadi situasi sosial dalam penelitian ini adalah
seluruh perangkatPondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo dan
aktivitas pembelajarannya.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang yang memberikan informasi
tentang hal-hal yang tengah di teliti atau orang yang mempunyai informasi
banyak, sekaligus paham dengan masalah yang akan diteliti. Informasi
pertama adalah Kepala Pondok Pesantren, Guru/Kyai Dan Santri. Dalam
hal ini penelitian ini disebut dengan informan maupun responden.
Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
guru/Kiai. Sedangkan objek dari penelitian adalah semua santri di Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo yang diteliti menggunakan metode
sampling dengan indkator bahwa adanya peningkatan kedisiplinan santri
setelah adanya strategi yang diterapkan guru dalam meningkatkan
kedisiplinan. Pengambilan sampling ini menggunakan metode “purposive
sampling” dan bersifat “snowball sampling” dimana pengambilan sampling
pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power
dan otoritas pada situasi social atau obyek yang diteliti, sehingga mampu
“membuka pintu” kemana saja penulis akan melakukan pengumpulan
data.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis data
Dalam penelitian kualitatif sumber data yang digunakan ada 2
sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data yang akan
dipergunakan dalam penelitian adalah:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data
sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan dengan
36

40
penelitian yang bersangkutan. Data primer yang peneliti maksudkan
dalam penelitian ini adalah data wawancara dan observasi mengenai
strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo, yang meliputi:
1) Bagaimana Strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo?
2) Apa kendala guru dan bagaimana upaya yang dilakukan terhadap
strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri pondok
pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo?
b. DataSekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, Koran
41
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data yang diambil dari Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo:
a. Historis dan geografis
b. Struktur organisasi Pesantren
c. Keadaan guru/Kiai dan Santri
d. Keadaan sarana dan prasarana
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Pondok Pesantren,
ustadz dan ustadzah serta Santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu
Mudo yang didapat dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam suatu penelitian tekhnik pengumpulan data adalah hal yang
sangat penting untuk menentukan kualitas keabsahan dari hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

40
Ibid, hal. 139
41
Ibid., hal. 139
37

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan


42
data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara
1. Observasi
Observasi bertujuan untuk mengadakan pengamatan secara
langsung pada obyek yang diteliti sehingga dari hasil pengamatan
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjadi hasil dari
penelitian serta untuk mengetahui bagaimana gambaran strategi guru
mendisiplinkan siswa. Observasi adalah teknik pengumpulan data untuk
mengamati perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam, dan
43
responden.
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung, dimulai
dengan rentang pengamatan yang bersifat umum atau luas, kemudian
terfokus pada permasalahan dan penyebab utama yakni informan atau
ruang, peralatan yang terlibat secara langsung dalam implementasi
strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri pondok pesantren
Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
Pengamatan tahap awal observasi masih merupakan tahap
memahami situasi untuk memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan
tata tertib pondok pesantren. Pada tahap ini lebih banyak dimanfaatkan
untuk berkenalan dengan Kepala Pondok, pendidik, Staff dan yang
terpenting adalah mengatakan tujuan sebenarnya, yaitu ingin mencari
informasi ataupun data tentang situasi mengenai implementasi strategi
guru tentang penerapan sikap disiplin pada proses pembelajaran peserta
didik di pondok pesantren tersebut. Setelah tahap ini, peneliti meyakini
terjadinya pembauran dengan lingkungan pesantren sehingga observasi
yang akan dilakukan lebih dapat terfokus dan lebih mudah untuk
dilakukan.

42
Ibid., hal. 224
43
Ibid., hal.166
38

2. Wawancara
Wawancara merupakan tekhnik dalam pengumpulan data penelitian
yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lisan baik dari
guru bersangkutan maupun dari siswa yang diteliti. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua
belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewier) yang memberikan jawaban
44
atas pertanyaan itu.
Pengertian di atas bahwasanya dapat diketahui bahwa wawancara
merupakan sebuah percakapan antara dua orang pihak dengan maksud
mencari informasi kepada narasumber. Dalam metode wawancara ini
terlebih dahulu dari pewawancara menyusun sebuah pertanyaan yang
akan ditanyakan.
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk menambahi penjelasan-penjelasan terkait penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu
kepala/Waka pondok, pendidik, santri dan staff di Pondok Pesantren Nurul
Ihsan.
Dalam proses penelitian ini peneliti mempersiapkan instrument
yang diperlukan untuk pelaksanaan wawancara dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a) Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai.
Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa
orang yang memenuhi persyaratan sesuai observasi yang dilakukan
peneliti dan diskusi dengan informan yaitu kepala sekolah.
b) Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya
untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden
adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang
ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya.

44
Ibid., hal.186
39

c) Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan


wawancara. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang
lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang
diteliti.
3. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data tertulis
tentang gambaran umum yang berkaitan dengan kajian deskriptif
mengenai strategi guru meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses
pembelajaran pada Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
Studi dokumentasi yaitu mengadakan pengkajian terhadap semua
dokumen- dokumen yang dianggap mendukung hasil penelitian. Analisis
dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
dokumentasi baik yang berada di pondok pesantren ataupun yang berada
di luar sekolah. Peneliti berupaya memperoleh dokumen yang berkaitan
dengan fokus penelitian, untuk melengkapi data dan informasi yang
diperoleh.
Studi dokumen yang dikaji dalam penelitian ini adalah suatu tulisan
atau catatan yang berupa laporan, arsip, profil atau catatan lain yang
dimiliki Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo, yang tidak
dipersiapkan secara khusus untuk merespon permintaan peneliti.
Dokumen yang tergolong sumber informasi dalam penelitian ini antara lain
menyangkut sejarah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa dan catatan
tentang pelanggaran tata tertib atau hal-hal lainnya yang dianggap
mendukung penelitian ini. Data-data yang berasal dari studi dokumen ini
untuk selanjutnya dikelompokkan pada temuan umum maupun khusus
dalam penelitian ini.
Penggunaan ketiga teknik pengumpulan data di atas didukung
dengan menggunakan alat bantu berupa daftar wawancara maupun
kamera. Akan tetapi tidak ada penggunaan secara khusus, satu dan
lainnya saling melengkapi. Pengumpulan data yang dilakukan dalam
40

penelitian ini pada mulanya didapat dari informan sesuai dengan sudut
pandang informan/responden.Data yang sudah dianalisis berdasarkan
dari sudut pandang peneliti.

E. Teknik Analisis Data


Analasis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Analisis data data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian,
karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dilapangan untuk
selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.
1. Analisis Domain (Domain analysis).
Analisis Domain dalam penjelasan Sugiyono dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial
yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan
minitour questions. Hasilnya adalah gambaran umum tentang obyek yang
45
diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam,
masih di permukaan, namun sudah menemukan domain-domain atau
kategori dari situasi sosial yang diteliti. Di sini, dalam permulaan
penelitian, peneliti mengumpulkan data apa saja yang diperlukan untuk
mendapatkan gambaran umum dari penerapan disiplin terhadap
pelaksanaan tata tertib pesantren dan tingkat keberhasilan pelaksanaan.
Semua kemungkinan data yang bisa digunakan dalam penelitian
dikumpulkan satu per satu. Kemudian data yang berhasil dipisah-pisahkan
berdasarkan kebutuhan peneliti dan dilakukan pengamatan terhadap data
tersebut, sehingga peneliti dapat membuat kesimpulan awal. Setelah
didapatkan gambaran secara umum, peneliti mulai menyusun pedoman

45
Ibid., hal. 256
41

wawancara yang berisi pertanyaan yang masih bersifat umum, guna


mendapatkan konfirmasi dari kesimpulan awal.
2. Analisis Taksonomi
Analisis Taksonomi dalam penjelasan Sugiyono adalah kelanjutan
dari Analisis Domain. Domain-domain yang dipilih oleh peneliti, perlu
diperdalam lagi melalui pengumpulan data di lapangan. Pengumpulan
data dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, wawancara
mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi
46
banyak. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami
domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian.
Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan
membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang
tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa
mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi teman
sejawat dan sumber pustaka lain untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam. Pengamatan lebih terfokus kepada masing-masing kategori,
sehingga mendapatkan gambaran lebih terperinci dari masing-masing
data yang telah terkumpul. Apabila data yang terkumpul dianggap kurang,
peneliti akan melakukan pengumpulan data kembali dengan kriteria data
yang lebih spesifik.
3. Analisis komponensial
Pada analisis komponensial peneliti mencoba mengontraskan antar
unsur dalam ranah yang diperoleh. Pada analisis komponensial, yang
dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah keserupaan dalam
47
domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang kontras.
Adapun jenis data yang dianalisis dengan menggunakan analisis

46
Ibid., hal. 261
47
Ibid., hal. 114
42

komponensial adalah jenis data diperoleh melalui teknik observasi,


wawancara dan dokumentasi yang sudah terseleksi.

F. Triangulasi Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian triangulasi dibedakan atas triangulasi
48
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Pada penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan
tiga teknik pengumpulan data. Adapun skema model triangulasi dengan
tiga teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

WAWANCARA

OBSERVASI DOKUMENTASI

Gambar 1.
Skema triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data

Dari gambar tersebut, triangulasi teknik dalam menguji kredibilitas


data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
49
dengan teknik yang berbeda. Artinya, data yang diperoleh dengan

48
Ibid., hal. 372
49
Ibid., hal. 373
43

wawancara kemudian dicek dengan menggunakan observasi dan


dokumentasi. Pada penelitian ini, data tentang proses meningkatkan
disiplin diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Pondok Pesantren,
Kyai/Ustadz/Ustadzah dan para santri di cek melalui data yang diperoleh
dengan metode observasi dan dokumentasi, sehingga dengan
pengecekan tersebut, didapat deskripsi yang konkrit tentang proses
peningkatan disiplin di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini bahan
referensiyang diperoleh meliputi rekaman wawancara dan dokumentasi
pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam contoh penelitian kualitatif Buku Pedoman Penulisan
Skripsi STAI Muara Bulian, triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif, hal itu dapat tercapai dengan jalan:
1. Membedakan data hasil pengamatan dengan hasil datawawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum, dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan pesrpektif seorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan lain, orang biasa, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi
50
yang berkaitan.

G. Rencana dan Waktu Penelitian


1. Rencana Penelitian
Rencana penelitian yang berjudul “Strategi Guru Dalam

50
Pedoman Penulisan Skripsi, Op.Cit. Hal. 12
44

Meningkatkan Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu


Mudo” direncanakan dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Desa
Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dengan
maksud meneliti strategi guru, kendala guru dan upaya yang dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan kedisiplinan santri pondok
pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu untuk melakukan penelitian ini yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Mei 2020 pada Semester II Tahun Pelajaran
2019/2020.

H. Jadwal Penelitian
Untuk kelancaran pelaksanaan penelitian, maka peneliti membuat
rincian jadwal penelitian sebagai berikut:
45
46

Tabel 1.
Jadwal Penelitian

N Jadwal Jan Feb Mar Aprl Mei Juni


o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi √ √ √
Pendahuluan
2 Pengajuan judul √
Proposal Skripsi
3 Pembuatan Draf √ √
Proposal Skripsi
4 Konsultasi √ √
Pembimbing
5 Seminar Proposal √
6 Revisi Draf √ √ √
Proposal setelah
Seminar
7 Pengesahan Riset √
Penelitian

8 Penelitian √ √ √ √
Lapangan/
pengumpulan data
9 Penulisan draf √ √ √
skripsi
10 perbaikan draf √ √
skripsi
11 Pendaftaran √
ujian muna-
qasyah
12 Ujian Muna √
47

qoysah
13 Skripsi setelah √
ujian
14 Penggandaan √
15 Penyerahan √
skripsi
48

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi
1. Letak Geografis
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo terletak di Jalan
Sarolangun KM. 7 RT. 01 Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, kode pos 36653. Secara geografis
Desa Ampelu Mudo Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batang Hari
terletak pada posisi 1.15’ Lintang Selatan sampai 2.2’ Lintang Selatan dan
diantara 102,30’ bujur timur sampai 104.30’ bujur timur, dengan batas
wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Maro Sebo Ilir, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batin
XXIV, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Bulian,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mersam. Kecamatan
Muara Tembesi terdiri dari 2 (dua) Kelurahan dan 12 (Dua Belas Desa).
Desa Ampelu Mudo dengan jumlah penduduk pada tahun 2018
sebanyak 1.136 orang dengan Karakteristik masyarakat adalah rumpun
masyarakat Melayu dan kecenderungan tetap mempertahankan adat
istiadat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Profil Pondok Pesantren Nurul Ihsan Desa Ampelu Mudo


Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo berdiri sejak tahun
2000 dan beroperasi pada tahun 2001 sampai sekarang. Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo mempunyai bangunan sekolah yang
didirikan di atas tanah milik hibah seluas 22400 M 2 dengan luas bangunan
144 M2. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo merupakan satu-
satunya pondok pesantren yang ada di Desa Ampelu Mudo. Pondok
Pesantren ini terdiri 6 kelas yaitu kelas VII, VIII, IX, X, XI, dan XII.
49

Pondok pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo juga menyediakan beberapa


fasilitas diantaranya Mushola, Perpustakaan, Ruang Komputer, Ruang
Kesenian, UKS, dan Aula yang digunakan untuk menunjang kegiatan-
kegiatan keagamaan dan kegiatan lainnya. Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo menerapkan kedisiplinan, berakhlak islam dan
mengedepankan kejujuran, keterampilan dan kesopanan terhadap semua
santri. Berikut adalah profil Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
a) Identitas
Nama Pondok Pesantren : Nurul Ihsan
Nomor Statistik : 512015042003
NPWP : 02.961.503.6-331.000
No.Rekening : 3553-01-014063-53-1
BRI Unit Muara Tembesi
b) Alamat Lembaga
Jalan : Jl. Jambi-Sarolangun KM 7
Desa : Ampelu Mudo
Kecamatan : Muara Tembesi
Kabupaten : Batanghari
Propinsi : Jambi
Kode POS : 36653
c) Informasi Dokumen dan Perijinan
Tahun Berdiri : 2000
No. SK Pendirian : W.e/6-e/PP.00.7/1495/2000
Tgl. SK Pendirian : 19Agustus 2000
No. SK Izin Operasional : W.e/6-e/PP.00.7/1495/2000
Tgl. SK Izin Operasional : 19 Agustus 2000
Penyelenggara Madrasah : Yayasan
Nama Yayasan : Nurul Ihsan
No. Akte Pendirian : Nomor 11
Tgl. SK Pendirian Yayasan : 18 April 2001
d) Tanah dan Bangunan
50

Status Tanah : Hibah


Luas Tanah : 22400 M2
Status Bangunan : MilikSendiri
Luas Bangunan : 144 M2
e) Sumber Penerangan
Penerangan : PLN
Kwh : 1300 Kwh
3. Struktur Kelembagaan
51

Gambar 2.
Struktur Kelembagaan
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
52

4. Visi Dan Misi :


Visi : Terwujudnya lembaga pendidikan Ma’arif sebagai rahmatan
lil’alamin, memiliki keunggulan dalam bidang keilmuan dan
berakhlakul karimah
Misi:
a) Mendidik dan menyiapkan santri yang profesional dalam bidang
keilmuan umum dan agama.
b) Membentuk santri yang berkepribadian mandiri dan berakhlakul
karimah.

5. Sarana Pendukung Belajar/Mengajar


Pondok pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo dilengkapi dengan
sarana pendukung pembelajaran yang cukup lengkap yang dapat
dipergunakan oleh santri.
Tabel 2.
Sarana Pendukung Belajar Mengajar
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
No Sarana Pendukung Jumlah
1. Ruang Kelas 6
2. Ruang Guru 1
3. Ruang Tata Usaha 1
4. Ruang Komputer 1
5. Ruang Perpustakaan 1
6. Pendopo 1
7. Ruang Konseling 1
8. Ruang UKS 1
9. Tempat Ibadah/Masjid 1
10. Asrama Santri 21
11. Dapur Umum 1
12. Lapangan 1
53

13. Gudang 1
14. Toilet Guru 1
15. Toilet Siswa 10
6. Jumlah Peserta didik dan Guru
Tabel 3.
Jumlah Peserta didik dan Guru
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo

JUMLAH  
N
Siswa Guru Pegawai
O
L P L+P L P L+P L P L+P

1 79 50 129 10 12 22 -  1 1

Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo adalah lembaga


pendidikan islam yang telah berdiri kurang lebih 20 tahun. Jumlah
pendidik dan tenaga kependidikan Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu
Mudp berjumlah cukup banyak, hal ini memungkinkan untuk tegaknya
peraturan dan tata tertib kedisiplinan yang bagus dan mumpuni. Apalagi
dalam pengawasannya dibantu oleh Organisasi Pondok Pesantren
(OSPOP) yang dibentuk untuk membantu pengurus dalam melakukan
pengawasan terhadap santri khususnya terhadap pelaksanaan tata tertib
dan aturan pondok. Tentunya guru yang mampu menegakkan disiplin
santri, adalah guru yang memulai disiplin dari dirinya sendiri. kedisiplinan
menjadi hal yang wajib diusahakan bersama untuk terwujudnya
lingkungan pondok yang kondusif dan agar semua tujuan dari
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tepat guna dan sasaran.
Para guru yang tinggal di asrama pondok biasanya adalah para
guru muda yang bertugas dan bertanggung jawab atas berjalannya
peraturan dan kedisiplinan santri sehari-hari. Tetapi para guru yang lebih
54

senior dan telah mengajar cukup lama dan telah berkeluarga, biasanya
hanya ada dan hadir saat waktu sekolah saja, sehingga hanya
bertanggung jawab untuk mengawasi kedisiplinan santri saat di kelas.
Para guru yang tinggal di asrama mengawasi dan mengontrol santri,
kehadirannya bisa dibilang sebagai pengganti orang tua santri saat di
pondok.

B. Temuan Penelitian
Penerapan kedisiplinan di Pondok Pesantren Nurul Ihsan
merupakan suatu kewajiban. Kedisiplinan di pondok ini terus diupayakan
perbaikannya dari waktu ke waktu oleh pendidik. Berkaitan dengan sikap
disiplin, pondok pesantren Nurul Ihsan Ampelu mudo menuntut santri
untuk disiplin terhadap semua aturan pondok. Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo telah membuat suatu aturan berupa tata tertib
pondok dan berisi tentang semua aturan, larangan dan sanksi
terhadap seluruh jajaran pondok pesantren dan wajib untuk dipatuhi.
Adapun aturan tersebut, yaitu:
PASAL 1
KETENTUAN UMUM
1. Selalu mentaati syariat Islam, peraturan yang berlaku dan Tata Tertib
Pondok Pesantren
2. Menjaga nama baik pondok pesantren
3. Taat kepada kyai pengasuh Pondok Pesanter serta hormat kepada
dewan guru (ustadz)
PASAL 2
KEWAJIBAN SANTRI
Setiap santri diwajibkan untuk:
1. Selalu bersikap jujur, ramah serta saling menghargai
2. Mengerjakan sholat fardlu secara berjamaah. Mengikuti pengajian
sesuai dengan jadwal serta belajar menurut waktu yang telah
ditentukan
55

3. Wajib memelihara gedung dan alat-alat inventaris pondok pesantren,


serta menjaga dan memelihara barang milik Pondok Pesantren;
4. Melaksanakan kebersihan secara bergiliran
5. Selalu menjaga ketertiban, ketenangan, dan kebersihan serta
keamanan di lingkungan Pondok Pesantren;
6. Selalu menerapkan nilai-nilai ukhuwah islamiyah;
7. Berpakaian rapi, sopan, dan sesuai dengan tuntunan syariah selama
berada di pondok pesantren maupun di sekitar pondok pesantren;
8. Wajib meminta izin dari pengasuh atau kepala sekolah bila hendak
keluar dari lingkungan Pondok Pesantren dan melaporkan diri kepada
pengasuh atau kepala sekolah bila telah kembali ke Pondok
Pesantren;
9. Tidur malam paling lambat pukul 22.00 dan bangun pada pukul 04.00
WIB
PASAL 3
HAK SANTRI
Setiap santri berhak untuk:
1. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran sesuai ketentuan yang
berlaku di Pondok Pesantren
2. Menempati Pondok Pesantren dan mempergunakan fasilitas yang
diperuntukkan bagi santri sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Pondok Pesantren.
3. Mendapat perlakuan yang sama
4. Bebas bertanya dan mengeluarkan pendapat pada saat proses belajar
mengajar dengan tidak melupakan adab
5. Mendapat pendidikan dan pengajaran yang sama sesuai dengan
tingkatanya
6. Mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup
7. Mendapatkan pertolongan pertama pada kecelakaan maupun
menderita sakit
Dari aturan tersebut dapat dilihat bahwa memang aktivitas
56

pembelajaran yang dilaksanakan di pondok pesantren Nurul Ihsan


kedisiplinan sangat ditekankan. Dan dengan adanya tata tertib ini
maka santri diharapkan mematuhi segala peraturan yang tertulis dan
menjadikannya suatu pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal pelanggaran, hukuman atau punishment terhadap santri
yang melanggar dapat berupa hukuman ringan, sedang, berat dan sangat
berat. Aturan pelaksanaan hukuman juga diatur dalam tata tertib pondok,
yaitu:
PASAL 4
PELANGGARAN
1. Pelanggaran Katagori Ringan
a) Ghosob (mengambil/memakai milik orang lain tanpa izin)
b) Membuang sampah sembarangan.
c) Mencoret-coret atau mengotori tembok dan lain-lain yang terkait
dengannya.
d) Menggunakan peralatan atau sarana pondok tanpa seizin yang
berwenang.
e) Membuat kegadungan di lingkungan pondok pesantren.
f) Mengeluarkan kata-kata kotor atau jorok yang bertentangan dengan
adab islam.
g) Berada di sakan (asrama) pada saat jam pelajaran atau halaqoh
walaupun asatidznya tidak hadir.
h) Tiga kali berturut-turut atau lima kali tidak berturut-turut menggunakan
bahasa selain bahasa resmi (bahasa arab) yang ditetapkan pondok
pesantren.
i) Tiga kali berturut-turut atau lima kali tidak berturut-turut terlambat
masuk kelas atau halaqah.
j) Tidak memakai pakaian sesuai dengan tata tertib di kelas dan masjid.
k) Masuk kelas atau asrama lewat jendela.
l) Tidak memakai sepatu/sandal dalam kegiatan waktu hetajar, halaqah
atau ke masjid.
57

m) Makan di asrama atau masjid atau di halaman.


n) Makan/minum dengan berdiri, berjalan atau tangan kiri.
o) Berpakaian tidak syar'i (ketat, isbal, bergambar makhluk bernyawa,
berkain jeans dll).
p) Tidak piket/kerja bakti.
q) Tempat tidur tidak rapi.
r) Alpa lebih dari 2 hari
2. Pelanggaran Dengan Katagori Sedang
a) Mencuri uang atau barang katagori ringan.
b) Menjalani hubungan (pacaran) secara tidak langsung (via surat,
telepon, dll).
c) Melakukan perbuatan atau hal-hal yang bisa menjurus ke arah liwath
(homo).
d) Penyalagunaan perijinan.
e) Mengintimidasi atau mengancam santri atau orang lain.
f) Merusak atau sengaja menghilangkan barang milik orang lain.
g) Terlambat datang di pesantren setelah ijin atau liburan.
h) Tiga kali berturut-turut atau lima kali tidak berturut-turut terlambat
sholat jama'ah di masjid perpekan.
i) Memiliki atau menyimpan kartu HP, Walk Man, Kaset music, VCD
Musik atau Film, MP3/MP4 atau barang elekttronik lainnya yang
terlarang untuk santri.
j) Memiliki atau menyimpan senjata tajam.
k) Memiliki atau menyimpan buku-buku bacaan maupun majalah yang
menyimpang dari agama islam.
l) Sengaja tidak ikut serta dalam kegiatan kegiatan yang diadakan
pondok pesantren.
m) Mendengarkan musik.
n) Bermain kartu remi, gaple, playstation, time zone, internet atau
sejenisnya.
o) Merusak sarana dan prasarana milik pondok pesantren.
58

p) Tidak masuk kelas tanpa keterangan atau bolos.


q) Keluar pondok tanpa izin pihak yang berwenang.
r) Alpa lebih dari 5 hari
3. Pelanggaran Dengan katagori Berat
a) Berbohong
b) Bermain bilyard
c) Merokok
d) Memiliki, menyimpan atau melihat VCD dan gambar-gambar semi
porno atau porno.
e) Menonton bioskop.
f) Melakukan pemukulan terhadap santri atau orang lain dengan
sengaja.
g) Memiliki alat musik atau memainkan alat musik.
h) Berkelahi dalam atau di luar lingkungan pondok pesantren.
i) Melakukan pemerasan kepada santri atau orang lain.
j) Pemalsuan tanda tangan stempel ma'had.
k) Penyalagunaan syahriyah/SPP
l) Membuat Kelompok gank.
m) Alpa lebih dari 10 hari
4. Pelangaran Dengan Katagori Sangat Berat :
a) Terlibat, memiliki, mengkonsumsi atau mengedarakan narkoba dan
sejenisnya.
b) Melakukan tindakan asusila (homoseks, lesbian atau zina).
c) Terlibat tindak pidana sampai pada proses penyelidikan atau
pemeriksaan oleh pihak kepolisian, baik pidana kriminal atau
terorisme.
d) Tidak hadir di pesantren lebih dari 15 hari tanpa pemberitahuan dan
51
alasan.

51
Dokumentasi Tata Tertib. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
59

Dari aturan diatas, kita dapat simpulkan bahwa aturan yang


diwajibkan dipondok kesemuanya diterapkan dengan kesadaran akan
disiplin, antara lain, kedisiplinan ibadah, disiplin kesopanan, disiplin
pendidikan dan pengajaran, disiplin berorganisasi, disiplin menjaga
kebersihan, keamananan dan ketertiban lingkungan, disiplin hidup sehat
dan disiplin hidup bersosialisasi di asrama.
Namun Penerapan peraturan pondok tidak serta merta menjadi
berhasil dengan hanya memerintahkan santri untuk mematuhinya.
Peraturan yang telah tertulis memang harus dilaksanakan tanpa terkecuali
namun sebuah peraturan juga membutuhkan sistem dimana orang-orang
yang terlibat didalamnya mengerti dan memahami tentang peraturan itu
sendiri. Hal ini diharapkan dapat menjadi sebuah kesadaran dalam
melaksanakannya dan menjadi sebuah pembiasaan dalam kehidupan
sehari-hari santri di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
Pengawasan pihak sekolah terhadap berjalannya sistem dari
sebuah aturan juga harus efektif. Pihak sekolah harus melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan penerapan disiplin siswa. Hal ini dimaksudkan agar
menjadi suatu masukan apakah sistem yang berjalan saat ini dapat
dikatan berhasil atau malah mengalami kemunduran. Oleh karena itu,
pendidik di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo menggunakan
strategi-strategi khusus dalam meningkatkan kedisiplinan santri.

1. Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Di Pondok


Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
Penelitian yang dilakukan peneliti dari tanggal 12 Maret sampai
dengan 12 Mei 2020 di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
khususnya terhadap strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri
di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo dengan menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi menghasilkan temuan-
temuan yang peneliti uraikan dalam bentuk deskripsi.
60

Untuk kepentingan penelitian ini, secara langsung peneliti


memohon untuk dapat menginap di pondok agar peneliti dapat melakukan
observasi langsung bagaimana strategi guru dalam meningkatkan
kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo ini
52
dilakukan. Dari hal tersebut dapat peneliti gambarkan bahwa kegiatan
dipondok pesantren ini dimulai pada jam setengah empat pagi.
Pada jam setengah empat pagi para santri yang belum bangun
akan dibangunkan langsung oleh OSPOP yang membantu pengurus
pondok dalam pengawasan santri dan bertugas secara terjadwal. Ada
pula santri dengan kesadaran bangun untuk melaksanakan sholat sunnah
sambil menunggu waktu subuh. Setelah sholat subuh ada sebagian santri
yang membaca Al-Qur’an ada pula yang langsung pulang ke asrama
untuk menjalankan tugas seperti menyapu dan mencuci pakaian.
Pada jam 07.00 pagi aktifitas pembelajaran disekolah dimulai.
Ustadz atau ustadzah ada yang sudah datang untuk melakukan
pengawasan terhadap kegiatan ini. Pengawasan dilakukan terhadap adab
berpakaian yang diharuskan oleh pondok dan sesuai syariat islam. Pada
saat pembelajaran dimulai semua santri absen kehadiran dan
pembelajaran dimulai dengan membaca surat-surat pendek terlebih
dahulu dan aktifitas belajar mengajar dilanjutkan sesuai dengan jadwal
pembelajaran yang telah ditetapkan masing-masing kelas.
Peneliti juga mengkonfirmasi temuan ini dengan melakukan
wawancara terhadap salah satu pendidik Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Ampelu Mudo, yaitu Ustadzah Yusnida, S.Ag dan mendapati
hasil wawancara tidak begitu berbeda dengan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu:
“Aktivitas keagamaan di pondok pesantren Nurul ihsan ini
dimulai dari pagi jam setengah empat. Semua santri sudah mulai
dibangunkan untuk melaksanakan qiyamul lail, yaitu tahajud atau

52
Observasi. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. 13 Maret 2020
61

sholat-sholat sunnah yang lainnya sampai memasuki shalat subuh.


Sholat subuh dilakukan dengan berjamaah. Setelah sholat subuh
kegiatan selanjutnya adalah qiroatul Quran. Pada jam 07.00 sampai
jam 14.30 WIB seluruh santri mengikuti pembelajaran disekolah.
Kemudian aktivitas keagamaan dilaksanakan lagi pada saat istirahat
siang sekitar jam dua belas yaitu shalat dzuhur berjamaah. Kemudian
dilaksanakan lagi sholat ‘ashar berjamaah setelah pulang sekolah,
sekitar jam setengah empat sore. Kemudian dimulai lagi qiroatul
Qur’an mulai jam lima sore sampai maghrib dengan terjadwal. Sholat
maghrib dilaksanakan dengan berjamaah. Kemudian setelah maghrib
mengaji dengan didampingi guru. Setelah mengaji kemudian makan
53
malam dan dilaksanakan sholat isya’ secara berjamaah”.
Dari kegiatan tersebut tampak kedisiplinan santri Pondok
Pesantren Nurul Ihsan terhadap tata tertib pondok sudah cukup baik.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan pengajar di pondok
pesantren Nurul Ihsan yaitu dengan Bapak Ustadz Rasjamsi, S.Pd.I
juga mengemukakan hal yang sama terkait dengan kedisiplinan
aktivitas santri di Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
“Kedisiplinan di pondok ini diterapkan dalam segala hal, dari
kegiatan keagamaan sampai kegiatan pembelajaran umum bahkan
kegiatan yang dilakukan dalam asrama pondok. Jadi santri di sini
memang harus disiplin. Jadi kedisiplinan tentang mengajinya seperti
itu. Adapun mengaji setelah subuh itu mandiri. Tapi kalau ada yang
berminat untuk hafalan itu langsung bisa dengan ustadz Salmi Abadi,
selaku pimpinan pondok itu dihari senin selasa rabu tepatnya ba’da
54
‘ashar itu setoran ke tempat beliau di ruang guru.”
Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren

53
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Yusnida, S.Ag.,M.Pd, Wawancara, 12 Maret
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Pelaksanaan Kegiatan Rutin
54
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Rasjamsi, S.Pd.I, Wawancara, 26 Maret
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Pelaksanaan Kegiatan Rutin
62

Nurul Ihsan ini, setiap kelas mempunyai jadwalnya sendiri-sendiri


yang wajib diikuti oleh setiap santri. Pondok juga memberikan
relaksasi terhadap kegiatan diluar pembelajaran atau ekstrakurikuler.
Untuk kegiatan ini pihak sekolah memberikan kebebasan santri
mengikuti kegiatan olahgara ataupun kegiatan lain yang ada
disekolah dengan jadwal yang telah di sesuaikan.
Dari observasi yang telah dilakukan peneliti, terdapat runtutan
kegiatan sehari-hari yang telah dijadwalkan oleh tiap-tiap kelas.
Namun untuk kegiatan keagamaan dilakukan oleh semua kelas
dengan jadwal yang sudah tetap. Pada hari biasa santri di pondok
pesantren Nurul Ihsan belajar sesuai dengan jadwal pelajaran pada
kelas masing-masing. Sedangkan untuk kegiatan keagamaan seperti
sholat berjamaah dan kegiataan keagamaan lain dilakukan secara
55
terjadwal untuk seluruh kelas.
Untuk meningkatkan kedisiplinkan santri, pendidik ataupun
pengurus pondok menggunakan strategi pengawasan terhadap
penerapan tata tertib, strategi pembiasaan, strategi hukuman dan
yang paling penting adalah keteladanan. Semua metode tersebut
bertujuan mendidik santri untuk taat aturan sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kedisiplinan santri. Digunakannya metode-
metode tersebut agar para santri mau untuk mengikuti aktivitas yang
sudah ditetapkan di pondok. Adapun berbagai metode yang
digunakan usaha sekolah meningkatkan kedisiplinan santri seperti
yang diungkapkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ihsan yaitu
Bapak Ustadz Drs. Zulkifli:
“Untuk metode penerapan tata tertib, kita menggunakan
beberapa metode. Ada metode pembiasaan, metode keteladanan,
ada teguran ada hukuman serta ada motivasi juga. Dalam peraturan
pondok tentang tata tertib ini sudah dijelaskan terkait dengan
55
Observasi peneliti, Pondok pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.Kegiatan Santri. 26
Maret 2020
63

berbagai peraturan, ketertiban serta sanksi yang diberikan bagi santri


yang melanggar. Jadi hukumanpun juga ada tapi sifatnya tidak
berupa hukuman fisik. Semua itu sudah dijalankan dan dibuat langsung
56
oleh pengurus pondok”.
Selain dari itu semua, Ustadz Salmi Abadi, LC sebagai
pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ihsan juga memberikan tanggapan
terkait dengan metode untuk mendisiplinkan santri, yaitu:
“Memang menggunakan metode. Dan kegiatan keseluruhan
santri itu sebagian besar diurus oleh OSPOP-nya dan tugas ustadz
itu hanya mengawasi, kendati demikian ustadz ya tidak serta merta
mengawasi saja, tapi juga memberikan tindakan bagi santri yang
memang itu sudah melanggar pada taraf yang berat. Seperti ini
contohnya itu kalau ada pelanggaran yang dilakukan santri seperti
tidak ikut shalat berjamaah, ya ketika itu langsung dihukum oleh
pengurus OSPOP. Sebaliknya jika ketika itu pengurus OSPOP ada
yang tidak taat disiplinnya ya yang menghukum ustadz pengasuhan.
Pengasuhan misalnya tidak mau menjalankan itu ya ditegur sama
57
pimpinan, jadi gitu.”
Menurut pendapat ustadzah Yusnida, S.Ag terkait dengan
metode yang digunakan, beliau memberikan pendapat bahwa
keteladanan dan pembiasaan dan hukuman atau sanksi sangat
penting dalam penerapan disiplin.
“Ada banyak metode untuk meningkatkan disiplin santri. Tapi
saya pribadi lebih baik dengan memberikan tauladan, namanya guru
kan digugu dan ditiru jadi itu memang harus ada. Kami sebagai
ustadz dan ustadzah yang mendidik para santri harus mampu
memberikan tauladan kepada anak-anak. Kami juga menggunakan

56
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Drs. Zulkifli, Wawancara, 26 Maret 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan metode hukuman
57
Kepala Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Salmi Abadi, Lc. Wawancara, 09 April 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
64

metode pembiasaan. Salah satu metode yang cukup efektif untuk


menumbuhkan disiplin dan tanggung jawab. Contohnya, jam lima sore
memang anak-anak sudah harus di masjid ya, kalau ada anak yang
terlambat pasti dihukum. Hukuman juga tidak lagi hukuman fisik,
sekarang ini hukuman tugas yang lebih mendidik. Misalnya hukuman
menulis surah yassin, hafalan surah atau membersihkan ruangan
58
masjid. Kira-kira seperti itu”
Ustadzah Dede Yunia, S.Pd.I juga menambahkan tentang
metode-metode yang digunakan dalam meningkatkan kedisiplinan
santri, beliau mengatakan bahwa:
“Kedisiplinan di sini menjadi kunci dari seluruh kegiatan. Jadi
santri itu kalau dengan sengaja meninggalkan hal-hal yang tertulis
dalam tata tertib maka akan mendapat hukuman. Hukuman ini
sifatnya mendidik. Kalau dulu itu ada hukuman yaitu sifatnya fisik, tapi
kalau sekarang itu hukuman yang sifatnya fisik ditakutkan santri itu
tidak krasan di pondok. Hukuman yang diberikan kepada santri
pelanggar itu ada yang dihukum bersih-bersih, kemudian ada yang
disuruh nulis surat yasin, ada yang disuruh hafalan surat-surat. yang
paling berat yakni dipanggilkan wali santri atau dipulangkan. Tapi kita
sebagai pendidik di sini memberi contoh yang baik, seperti ya ikut
shalat jamaah dengan santri, ya tujuannya agar diikuti oleh santrinya.
Ada lagi metode memberi motivasi kepada santri agar mau mengikuti
59
kegiatan yang ada.”
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan
bahwa strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo sudah cukup baik dengan
penggunaan beberapa strategi dalam pelaksanaannya, yaitu metode

58
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Yusnida, S.Ag.,M.Pd, Wawancara, 26 Maret
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
59
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Dede Yunia, S.Pd.I, Wawancara, 09 April
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
65

nasihat, pembiasaan, tauladan, pengawasan, teguran bahkan dengan


metode hukuman. Semua metode tersebut dilakukan sebagai strategi
untuk mendisiplinkan santri agar taat terhadap aturan yang ada di
pondok pesantren dan tertib dalam pembelajaran selama berada
60
diwilayah lingkungan pondok. Gambaran pelaksanaan setiap metode
dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Metode Nasihat
Ustadz dan Ustadzah di pondok ini memberikan nasehat-
nasehat kepada santri, khususnya santri baru atau santri yang berbuat
kesalahan ringan dengan menekankan bahwa di pondok itu tujuannya
adalah mencari ilmu, selain itu karena ini termasuk sebuah pondok,
maka aktivitas keagamaan juga diatur disini. Jadi memang ustadz
sudah memberikan nasihat di awal masuk agar santri tersebut
meminimalisir pelanggaran yang dilakukan. Khusus pada aktivitas
keagamaan ada yang diwajibkan dan ada yang dianjurkan, seperti
yang tertulis pada tata tertib, jadi dari pemberian nasihat tersebut
maka diharapkan seluruh santri itu bisa mendisiplinkan diri dalam
segala aspek pembelajaran, khususnya aktivitas keagamaan.
2. Metode Pembiasaan
Menurut pengasuh pondok Pesantren Nurul Ihsan, metode ini
termasuk metode yang paling sukses selain metode hukuman dalam
penerapan peningkatan kedisiplinan santri di pondok. Pembiasaan dalam
segala aturan dan penerapan tata tertib menjadi salah satu cara yang
dapat menjadikan santri sadar aturan. Pembiasaan menjadikan santri
melaksanakan tata tertib tanpa harus di tegur, dinasehati apalagi
dihukum. Pembiasaan dalam pengaturan waktu dan penerapan tata
tertib menjadi hal yang wajib bagi santri. Pembiasaan juga dapat
menghindari metode hukuman, karena dengan pembiasaan pendidik
tidak perlu menegur dan mengingatkan, hanya melakukan pengawasan

60
Observasi peneliti. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. 26-09 april 2020
66

agar pembiasaan itu berjalan sesuai aturan.


3. Metode tauladan
Metode tauladan ini jelas dilakukan oleh sekolah. Hal ini terbukti
ketika adzan sudah dikumandangkan, ustadz dan ustadzah yang
berada di pondok itu langsung bersiap-siap menuju ke masjid,
gunanya agar dapat menjadi tauladan yang baik bagi santri-santrinya.
Keteladanan dari pengasuh dicontohkan kepada ustadz dan para santri,
seperti: sholat jama’ah tepat waktu, mengaji dengan sungguh-sungguh,
sholat sunnah malam, sholat dhuha berjama’ah, puasa hari senin dan
kamis, puasa hari-hari disunahkan berpuasa, bertutur kata yang baik,
berperilaku sopan santun, selalu tanggap pada kebersihan, menyayangi
para santri-santri yang ada dibawahnya, hal tersebut bertujuan agar
senantiasa melekat pada diri seorang Ustadz dan santri untuk senantiasa
meniru yang dilakukan oleh pengasuh.
Banyak santri yang berlomba-lomba menempati shof paling depan
sebelum sholat dilaksanakan, santri terbiasa bertutur kata yang baik, baik
kepada Pengasuh dan kepada teman sejawat, santri membantu
membersihkan kamar halaman pesantren tanpa disuruh, dan Pengasuh
tersebut menjadi panutan atau idola oleh santri dalam semua hal yang
berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh pendidik.
4. Metode Pengawasan
Metode ini memastikan pelaksanaan tata tertib dilakukan oleh
santri. Pengawasan di pondok pesantren Nurul Ihsan dilakukan langsung
oleh pendidik dan dibantu oleh OSPOP (Organisasi Pondok Pesantren).
Metode pengawasan ini menjadi salah satu metode yang sangat penting,
karena dengan pengawasan yang baik terhadap semua kegiatan pondok
dapat menjadikan suasana pondok lebih nyaman dan aman sehingga
santri lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dan betah berada di
dilingkungan pondok.
Pengawasan yang dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Ihsan
meliputi pengawasan terhadap semua tata tertib dan aturan pondok.
67

Diharapkan dengan disiplin yang baik, pengawasan akan lebih mudah


dan terarah.
5. Metode teguran
Dalam hal mendisiplinkan santri, ustadz maupun ustadzah juga
memakai metode teguran sebelum memberikan hukuman kepada
santri yang melanggar. Teguran ini gunanya sebagai peringatan
kepada santri agar mau disiplin. Dalam hal ini dibuktikan pada saat
akan melaksanakan shalat berjamaah. Dalam shalat berjamaah itu
santri diharuskan berada di masjid sebelum adzan dikumandangkan.
Kemudian ketika adzan dikumandangkan maka pengurus OSPOP
langsung stand-by sambil mengkomando santri agar segera ke
masjid. Setelah selesai adzan ketika ada santri yang terlambat maka
akan diberi teguran agar selanjutnya tidak terlambat, jika
keterlambatan itu sering dilakukan maka akan diberikan hukuman.
6. Metode hukuman
Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran. Hukuman
diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran, untuk menakuti si
pelanggar, agar meninggalkan perbuatannya yang melanggar itu.
Hal ini terbukti bahwa dalam meningkatkan kedisiplinan santri
melalui aktivitas keagamaan ustadz menggunakan metode hukuman.
Dalam setiap kegiatan yang sengaja ditinggalkan santri maka santri
yang melanggar tersebut biasanya langsung ditindak di tempat. Kalau
tidak bisa ditindak di tempat maka oleh bagian keamanan dicatat dan
pada malam harinya akan dipanggil dan selanjutnya akan diberikan
hukuman. Dalam menghukum santri itu juga beragam sesuai dengan
jenis pelanggaran yang dilakukan. Dalam menghukum santri yang
melanggar ustadz juga tidak semena-mena. Karena ada kriterianya
juga dalam memberikan hukuman.
Hal ini tampak dari hasil wawancara dengan Ustadz Salmi Abadi.
Lc selaku Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo:
“Salah satu cara dari penegakan disiplin di pondok ini dengan
68

menetapkan berbagai peraturan yang disebut tata tertib, tentu saja -, nah,
santri wajib mentaati semua yang termuat dalam peraturan tata tertib
pondok termasuk berbagai sanksi yang akan dijatuhkan apabila santri
melakukan pelanggaran tata tertib di pondok pesantren ini.”
Lebih jauh Beliau juga mengatakan bahwa:
“Peraturan yang ada di pondok ini -, selalu mengedepankan
pendidikan agama dan akhlak terlebih dahulu. Walaupun bidang studi
yang lain juga menjadi prioritas, tapi kami yakin agama dan akhlak akan
menjadikan murid lebih baik lagi. Nah, kalo’ ndak disiplin, tata tertib yang
sudah kami buat sia-sia nantinya. Pasti banyak pelanggarannya. saya
sebagai pimpinan pondok pesantren Nurul Ihsan berkewajiban
memastikan bahwa segala peraturan dan tata tertib pondok dilaksanakan
oleh semua jajaran, baik oleh ustadz dan ustadzah maupun oleh seluruh
61
santri.”
Metode-metode penerapan disiplin terhadap seluruh kegiatan
pondok diharapkan mampu meningkatkan disiplin santri. Metode nasihat,
teguran, pembiasaan, tauladan, pengawasan, bahkan metode hukuman
dapat menjadikan santri memahami dan mengaplikasikan kedisiplinan di
dalam diri mereka agar dapat hidup serasi dengan lingkungannya.
Menjadikan disiplin bukan karena diawasi dan takut hukuman, namun
menjadi suatu pembiasaan baik sehingga nantinya diharapkan mampu
terus menerus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidik juga harus menjadi tauladan yang baik bagi peserta didik.
Tauladan sebagai figur yang harus dicontoh, ditiru dan digugu. Tauladan
dalam pembelajaran dan tingkah laku sehari-hari. Diharapkan dengan
sikap tauladan ini dapat memberikan sumbangsih terhadap sikap santri
kearah yang lebih baik. Lembaga pendidikan harus menggunakan
metode-metode disiplin bukan hanya mematuhi keinginan tuntutan
pendidikan semata saja, akan tetapi pendidik harus juga dapat
61
Kepala Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Salmi Abadi, LC, Wawancara, 12 Maret 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis, Tata Tertib Pesantren
69

menunjukkan secara konsisten pada anak didik mengenai tingkah laku


mana yang dinilai baik dan mana yang tidak.

2. Kendala Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri Di


Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
Tata tertib yang telah dibuat sekolah akan terlaksana secara
optimal jika siswa memiliki kesadaran melakukan setiap aturan tata tertib
dengan baik dan terus menerus. Hal ini membutuhkan pembiasaan dan
kedisiplinan dalam melakukan hal tersebut. Sebaliknya, jika siswa tidak
disiplin maka tata tertib yang dibuat akan sia-sia dalam arti akan
menimbulkan masalah yang dapat merugikan pihak sekolah dan juga
siswa yang bersangkutan.
Perilaku tidak disiplin santri terhadap pelaksanaan tata tertib di
pondok Pesantren Nurul Ihsan, antara lain:
a) Terlambat masuk sekolah
b) Tidak memakai atribut sekolah sesuai yang telah ditetapkan
c) Bolos saat jam pelajaran berlangsung
d) Berpakaian tidak rapi
e) Tidak mengerjakan tugas sekolah
f) Membawa HP
g) Tidak mengikuti sholat berjamaah
h) Sesudah sholat langsung pulang ke asrama tanpa berzikir dan do’a
i) Kamar asrama berantakan (tidak rapi)
j) Pulang ke rumah orang tua tanpa meminta izin terlebih dahulu
k) Terlambat pulang ke pondok setelah libur
l) Merusak fasilitas pesantren
m) Makan sambil berjalan
n) Berkelahi
o) Merokok
p) Mengucapkan kata yang tidak sopan kepada teman
70

Hal tersebut menandakan bahwa pelanggaran masih terjadi di


Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. Santri yang melanggar
aturan pondok pesantren masih melakukan pelanggaran walaupun tidak
dapat kategori pelanggaran sangat berat. Hal ini menunjukkan tidak
semua tata tertib dapat langsung efektif untuk para santri. Masih ada
santri yang tetap saja melanggar walaupun telah diingatkan tentang
peraturan pondok.
Aturan memang tidak dapat efektif sempurna untuk semua santri,
untuk itulah efektifnya suatu pengawasan terhadap suatu aturan sangat
penting. Dalam beberapa kasus pelanggaran ringan pengasuh pondok
melakukan tindakan pendekatan langsung terhadap yang bersangkutan
dengan memberikan nasihat dan teguran dari kesalahan santri.
Sedangkan pelanggaran yang tergolong pelanggaran sedang dan berat
akan didiskusikan kepada pengasuh pondok dan orang tua wali untuk
penanganan lebih lanjut. Bila pengasuh pondok masih dapat
mengatasinya maka tidak akan melibatkan orang tua, hanya memberi
informasi bahwa anak mereka melanggar aturan tata tertib sekolah,
namun bila sudah melakukan pelanggaran berat dan pengasuh pondok
tidak bisa mengatasinya, akan diserahkan kepada orang tua wali.
Dari observasi peneliti, ada beberapa hal yang membuat aturan
62
dipondok tidak cukup efektif untuk santri, yaitu:
1) Latar belakang dan pola pengasuhan yang berbeda.
Faktor latar belakang dan pola asuh yang berbeda setiap keluarga
menjadi salah satu kendala sulitnya penerapan kedisiplinan santri. Pola
asuh orang tua yang kadang tidak peduli terhadap perkembangan perilaku
anaknya, kurang kasih sayong, orang tua sibuk dengan pekerjaannya
sehingga tidak sempat memperhatikan kedisiplinan anaknya atau orang
tua santri yang broken home, yang mengakibatkan santri kurang
mendapat perhatian dari kedua orang tuanya.
62
Observasi Peneliti. Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo. 09 April 2020.
Kendala Penerapan Disiplin.
71

Hal ini sangat berpengaruh negatif bagi perkembangan perilaku


santri ketika berada di pondok Santri menjadi semaunya sendiri, tidak
memperhatikan apakah itu benar atau salah. Santri menjadi tidak
termotivasi belajar di pondok, misalnya, anak tidak mengerjakan tugas
sekolah, tidak mau belajar, dan bahkan anak bolos sekolah. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kedisiplinan anak. Begitu juga halnya dengan
orang tua yang terlalu memanjakan anak-anaknya, mengakibatkan anak
selalu ingin berbuat sekehendak hatinya.
Tidak dipungkiri bahwa pola pengasuhan yang tidak disiplin
mengakibatkan pihak pondok agak kewalahan menerapkan pola hidup
disiplin pada santri. Orang tua yang tidak disiplin juga terkadang
membiarkan anaknya libur lebih dari yang diizinkan pondok. Hal ini juga
yang menjadi hambatan dalam menciptakan suasana kedisiplinan bagi
para santri. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Ustadzah Dewi
Hasnawati, S.Pd.I selaku pendidik di pondok pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo.
“Sebenarnya pengawasan kita sudah bagus dalam penerapan
disiplin aturan, karena disini pengajarnya cukup banyak, apalagi ditambah
dengan adanya OSPOP yang membantu pendidik dalam pengawasan
pelaksanaannya, cuma terkadang kurangnya kerjasama orang tua dan
santri itu sendiri menyebabkan penerapan disiplin agak terkendala.”
Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa:
“Di pondok ini banyak santri yang berbeda suku, latar belakang
juga. Jadi penerapan disiplin memang butuh pengawasan ekstra terhadap
santri yang memang dasarnya kurang disiplin, agar penerapan disiplin
aturan lebih baik kita terus menganjurkan kepada orang tua untuk
bekerjasama dalam penerapan disiplin ini. Cara kita ya melakukan
penerapan latihan berdisiplin melalui kebiasaan sehari-hari dalam
melakukan disiplin secara berulang-ulang selain itu baik dari ustad,
pengasuh, maupun kepala pondok juga harus dapat memahami dari
72

masing-masing latar belakang atau karakteristik yang ada pada diri santri,
63
jadi nanti lebih mudah dalam penanganannya.“
Selanjutnya ustadzah Ira Bima, S.Pd.I berpendapat terkait
tingkat keberhasilan dalam penggunaan metode-metode tersebut.
Beliau berpendapat bahwa metode pengawasan dan hukuman sudah
sangat efektif karena memang dari dulu sudah diberlakukan adanya
hukuman. Lebih detailnya beliau mengatakan bahwa:
“Namanya anak-anak punya karakter yang berbeda-beda dan
lingkungan tinggal yang berbeda pula. Ada yang tertib ada yang tidak,
tapi disini ya ustadz berupaya semaksimal mungkin untuk bisa
membuat tertib anak-anak. Memang kalau dilihat secara umum,
metode pengawasan dan metode hukuman yang diterapkan disini itu
bisa membuat santri menjadi tertib, karena mungkin dari santri sendiri
ada yang takut dihukum. Jadi dengan paksaan diharapkan agar
terbiasa begitu. Pembiasaan akan menjadi hal baik dalam tata tertib.
Kalau anak sudah terbiasa tertib maka pelanggaran dapat cepat
64
berkurang. Kesadaran tata tertib anak akan meningkat.”
2) Pengawasan yang longgar
Pondok Pesantren Nurul Ihsan melakukan pengawasan terhadap
kedisiplinan santri dibantu oleh OSPOP, namun demikian banyaknya
santri yang belajar di pondok menyebabkan pengawasan terkadang
menjadi longgar. Hal ini sering dimanfaatkan santri untuk membolos,
merokok atau sekedar ngobrol dengan teman disuatu tempat tertentu.
Perilaku santri yang seperti ini juga berpengaruh terhadap santri
yang lain, hal ini menyebabkan pelanggaran di pondok akan semakin
meningkat. Kepedulian santri terhadap lingkungan sekitar dan terhadap
teman sejawat sangat dibutuhkan karena kepedulian santri lain akan
membawa dampak baik bagi pihak pondok. Misalnya ada santri yang
63
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Dewi Hasnawati, S.Pd.I, Wawancara, 09 April
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
64
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan. Ibu Ira Bima, S.Pd.I., Wawancara.
73

membolos keluar pondok, maka informasi dari santri lain sangat


dibutuhkan dalam kondisi ini. Hal ini Nampak dari wawancara peneliti
dengan salah ustadzah di Pondok yaitu Ibu Yusnida, S.Pd.
“Begini, terkadang tidak semua santri dapat kami awasi setiap
waktu. Memang sudah ada OSPOP yang membantu, namun tetap saja
ada santri yang lolos dari pengawasan kami. Tapi sekarang ini banyak
santri yang lebih kooperatif, jadi kalau ada temanya yang melakukan
pelanggaran, bolos misalnya, mereka juga tidak segan untuk
menginformasikan kepada OSPOP atau pendidik disini. Jadi kami dapat
65
segera melakukan pemanggilan kepada santri tersebut”.
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo menerapkan pola
kedisplinan sesuai dengan aturan pondok. Bila santri melanggar maka
sanksi yang diberikan pondok juga sesuai dengan aturan yang berlaku di
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo.
Penerapan perilaku disiplin sangat penting ditanamkan dalam diri
siswa, jika tidak akan banyak masalah yang terjadi. Hubungan dengan
tata tertib misalnya, jika siswa tidak memiliki perilaku disiplin maka tata
tertib dibuat di sekolah tidak akan terlaksana sebagaimana yang
diharapkan. Disiplin sangat diperlukan untuk menyalurkan perilaku dan
menunjukkan ke arah yang benar, memberi batas perilaku, serta
mengarahkan perilaku sesuai dengan yang diharapkan lingkungan sekitar.

3. Upaya Yang Dilakukan Mengatasi Kendala Strategi Guru Dalam


Meningkatkan Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo
Meningkatkan disiplin santri memang cukup sulit dilakukan jika
tidak menggunakan metode yang tepat. Pelanggaran aturan tata tertib
pondok menjadi hal yang biasa jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, pendidik
65
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Yusnida, S.Pd, Wawancara, 09 April 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
74

menerapkan beberapa strategi sebagai upaya pihak pondok pesantren


dalam mengatasi santri yang melakukan pelanggaran.
Adapun jika bentuk pelanggaran dilakukan secara berulang-ulang
oleh santri, maka pengurus akan bekerja sama dengan dewan guru untuk
menanganinya. Begitu halnya pada pelanggaran dengan kategori berat,
pengurus akan melibatkan dewan guru dalam menangani santri dan
memberi keputusan terkait hukuman yang diterima santri. Penanganan
bagi santri laki-laki yang menyimpang dilakukan oleh pengurus santri laki-
laki, adapun penanganan santri perempuan dilakukan oleh pengurus
santri perempuan juga. Namun hal tersebut hanya berlaku bagi santri
yang melakukan pelanggaran pada kategori ringan.
Sementara bagi santri laki-laki dan santri perempuan yang
melakukan perilaku menyimpang pada kategori sedang dan berat, maka
penanganannya dilakukan dengan kerjasama antara pengurus santri laki-
laki dan pengurus santri perempuan. Pihak pondok pesantren terutama
pengurus selalu melakukan upaya untuk mengatasi santri yang
melanggar. Upaya pertama yang dilakukan pesantren adalah pemberian
tindakan langsung berupa teguran. Jika pengurus melihat santri yang
melakukan pelanggaran, maka santri yang bersangkutan akan langsung
diberikan teguran dan ancaman sanksi jika tetap melakukan pelanggaran.
Teguran tersebut berlaku bagi semua santri yang melanggar, baik
pelanggaran ringan, sedang, maupun berat.
Upaya selanjutnya yaitu dengan memberikan sanksi terhadap santri
yang melanggar. Sanksi tersebut ditetapkan oleh pengurus dari hasil
musyawarah dengan persetujuan dewan guru dan pimpinan pesantren.
Sanksi berlaku bagi santri yang sekurang-kurangnya tiga kali melakukan
pelanggaran, kecuali bagi santri yang melakukan pelanggaran pada
kategori berat dan sangat berat, setelah diberi teguran, santri yang
bersangkutan langsung diberikan sanksi oleh pengurus. Adapun sanksi
yang telah ditetapkan terdiri atas empat tingkatan, yaitu:
1) Sanksi ringan
75

Sanksi ringan ini diberikan kepada santri yang melakukan


pelanggaran ringan. Sanksi tersebut berupa pemanggilan santri ke ruang
pengurus, kemudian santri diberikan nasihat-nasihat dan motivasi
mengenai pentingnya memiliki akhlak yang mulia. Adapun bagi santri yang
keluar pesantren tanpa seizin pengurus dan santri yang pulang kerumah
lebih dari batas waktu yang ditetapkan akan diberikan hukuman lain
seperti membersihkan toilet, membersihkan halaman komplek pesantren,
dan membersihkan asrama. Dengan adanya hukuman tersebut,
diharapakan dapat menumbuhkan sikap rajin dalam diri santri. Berbeda
halnya dengan santri laki-laki yang melakukan pelanggaran seperti tidak
shalat berjamaah dan tidak mengikuti pengajian, santri tersebut akan
diberikan hukuman langsung dengan dihukum didepan kelas dengan
hafalan surah oleh dewan guru di depan kelas. Bila masih melakukan
pelanggaran yang sama maka pengurus dan dewan guru akan
berkomunikasi dengan orangtua wali untuk penanganan lebih lanjut. Hal
itu terjadi karena santri tersebut tidak menunjukkan perubahan perilaku
setelah diberikan sanksi oleh pengurus dan karena intensitas pelanggaran
yang dilakukannya.
2) sanksi sedang
Sanksi ini diberikan kepada santri yang melakukan pelanggaran
pada kategori sedang. Santri yang melakukan pelanggaran sedang akan
diberikan sanksi berupa pemberian nasihat di depan semua santri dan
membacakan kesalahan yang telah dilakukannya. Sebelum membacakan
kesalahannya, santri tersebut disuruh menulis terlebih dahulu mengenai
kesalahan atau pelanggaran yang telah dilakukannya. Tujuan pemberian
sanksi tersebut agar santri merasa malu atas kesalahan yang telah
dilakukan dan menyadarkan santri bahwa perilaku yang ia lakukan telah
melanggar aturan nilai dan norma yang berlaku di pesantren. Kemudian
sanksi dilanjutkan dengan hafalan surah dan membersihkan ruangan
pendopo, toilet dan menyapu halaman pondok dengan tugas pengerjaan
selama 1 minggu.
76

3) Sanksi berat
Sanksi jenis ini diberikan kepada santri yang melakukan
pelanggaran berat, sanksi diberikan dengan membacakan kesalahan
santri di depan semua santri, pengurus, serta dewan guru kemudian santri
dihukum hafalan surah, membersihkan seluruh halaman pondok, toilet
dan pendopo. Pengurus juga memanggil orang tua santri untuk
berkomunikasi tentang perilaku santri yang bersangkutan. Bila orang tua
tidak dapat menerima kesalahan santri atau santri yang bersangkutan
tidak menunjukkan perubahan perilaku maka pihak pesantren akan
memberhentikan santri dan mengembalikannya kepada orang tua wali.
4) Sanksi sangat berat
Sanksi ini diberikan kepada santri yang melakukan pelanggaran
pada kategori sangat berat. Sanksi tersebut yaitu dengan membacakan
kesalahannya di depan semua santri, pengurus, serta dewan guru
kemudian santri tersebut langsung dikeluarkan secara tidak terhormat dan
tidak diperbolehkan lagi kembali ke pesantren. Hukuman tersebut berlaku
bagi santri yang telah merusak citra dan nama baik pesantren,
menggunakan narkoba atau terlibat dalam tindakan kriminal lain. Adapun
bagi santri yang berkhalwat atau berduaan dengan lawan jenis yang
bukan muhrim, maka santri yang bersangkutan masih akan diberikan
kesempatan untuk menetap di pesantren dengan syarat melakukan
perjanjian bahwa ia tidak akan mengulangi perilaku yang melanggar nilai
dan norma tersebut. Perjanjian dibacakan di depan semua santri,
pengurus, dan dewan guru. Namun, jika mengingkari perjanjian tersebut,
maka santri tetap akan dikeluarkan dan tidak diperbolehkan lagi kembali
ke pesantren.
Dari kesemua sanksi tersebut, dapat peneliti katakan bahwa
penerapan sanksi yang diberikan oleh podok terhadap pelanggaran
tata tertib sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan santri. Semakin
santri memahami sanksi tersebut diharapkan santri akan menyadari
bahwa ada konsekuensi dari semua pelanggaran. Dari itu semua,
77

ustadz Salmi Abadi, LC. Sebagai pimpinan di Pondok Pesantren


Nurul Ihsan Ampelu Mudo mengatakan terkait tingkat keberhasilan
dalam penggunaan metode tersebut, beliau mengatakan:
“Ya alhamdulillah itu semua berjalan baik. Dari metode
hukuman itu sendiri ya memang kita menghindari adanya kekerasan
atau hukuman fisik. Menghukum yang lebih pada ranah mendidik
seperti itu. Ya memang kalau di kita itu sama sekali tidak
menggunakan kekerasan dalam menghukum. Jadi kalau ada santri
yang sering melanggar dan pengurus OSPOP tidak sanggup
mengatasi ya dilaporkan saja ke pangasuhan, atau kalau perlu lapor
ke saya nanti saya yang akan menghukumnya. Ya anak-anak itu
melanggarnya masih pada taraf yang tidak terlalu fatal, seperti
berpakaian tidak sesuai aturan pondok, kadang membawa HP,
berkelahi dan bolos sekolah. Yah, seperti itulah. itu kalau ada yang
melanggar ya pertama dinasehati, kalau dinasehati tidak bisa ya
ditegur, kalau ditegur tidak bisa ya dihukum juga sesuai aturan pondok.
tujuan kita agar mereka jera, biar mereka kapok tidak mengulang lagi,
66
itu saja.”
Seperti pendapat dari ustadz Pengasuh Pondok Pesntren
Bapak Ustadz Drs. Zulkifli sebagai berikut:
“Ya alhamdulillah untuk pemberian hukuman itu kan dari dulu
sudah berlaku, dan dari adanya hukuman tersebut memang santri
menjadi lebih disiplin dalam mengikuti aktivitas-aktivitas di pondok.
Yang penting -, kita harus saling mengerti dan bekerjasama dalam
pengawasan karena kan, keteraturan dan pelaksanaan tata tertib
juga harus di imbangi dengan pengawasan yang baik supaya apa
67
yang telah diatur dapat dilaksanakan juga dengan baik”

66
Kepala Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Salmi Abadi, Lc.. Wawancara. 30 Mei 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Jenis pelanggaran santri
67
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Drs. Zulkifli. Wawancara. 30 April 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Metode Hukuman dan Pengawasan
78

Penelitian yang dilakukan tidak hanya terfokus pada pendidik


saja, tapi peneliti juga mewawancarai santri dan santriwati di Pondok.
Hasil wawancara lebih kepada sikap mereka terhadap tata tertib
pondok pesantren. Seperti hasil wawancara peneliti terhadap Sdr. M.
Romadhon Firmansyah kelas XI:
“Kami semua yang belajar disini sudah tahu tentang aturan
pondok -. Dari awal masuk kelas khan sudah dikasih tau tentang tata
tertib tu. Kalau ada yang melanggar ya dihukum di tempat -. Tapi
biasonyo, diingatkan dulu, kalau tidak bisa diperingatkan ya langsung
68
hukum di tempat kaya membersihkan WC atau nyapu aula”
Selain itu peneliti mewawancarai santri yang lain terkait metode
yang digunakan oleh pendidik, murid dengan nama Sati Nur Hikmah
ini mengatakan:
“Dari saya mulai masuk itu memang hukuman sudah menjadi
tradisi. Ada lagi kalau santri yang melanggar dan masih kategori
ringan ya diperingatkan. Tapi kalo agak berat memang kena hukuman -.
Hukumanya macam-macam, ado yang membersihkan ruangan tapi ado
jugo hukuman lainnyo. Misalnyo nulis surah yassin atau hafalan surah.
69
Semakin berat hukuman semakin banyak pulo jumlahnyo”
Tidak dipungkiri bahwa karakter-karakter santri itu berbeda-
beda ada yang ketika dihukum atau diberikan teguran, nasehat dan
sebagainya itu langsung tertib tapi ada juga santri yang bahkan
hukuman pun tidak mempan baginya dan oleh sebab itu peneliti juga
menanyakan tingkat keberhasilan metode yang digunakan oleh
pendidik, dan sebagian besar penggunaan metode itu bisa membuat
santri lebih tertib. Namun mereka juga menyatakan bahwa sangat

68
Peserta didik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, M. Romadhan. Wawancara. 12 Maret
2020. Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Penerapan Displin Santri
69
Peserta didik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Sati Nurhikmah. Wawancara. 12 Maret
2020. Ampelu Mudo. Rekan Tertulis. Penerapan Disiplin Santri
79

penting untuk dilakukan pengawasan terhadap berjalannya setiap


metode. Menurut mereka, pengawasan adalah hal yang paling
penting untuk berjalannya suatu system. Namun karena jumlah murid
dan pengawasan guru tidak sesuai maka pengawasan di bantu oleh
OSPOP (Organisasi Pondok Pesantren).
Peran pengawas dipondok pesantren sangat mendukung dalam
pelaksanaan pendidikan dan kedisiplinan santri , karena tanpa adanya
pengawas maka tidak mungkin juga sebuah pondok pesantren akan
berjalan baik dan bermutu. Di dalam pondok pesantren para pengurus
harus mengawasi para santri selama didalam pondok untuk melakukan
segala kegiatan seperti memasak, mengaji, sholat wajib maupun sunah,
dan mengikuti pembelajaran. Semua harus tepat pada waktunya. Para
santri diharuskan menerapkan kedisiplinan, baik dalam melakukan
apapun itu. Jika para santri ada yang melanggar peraturan di dalam
pondok pesantren para pengurus wajib menegurnya agar santri tidak
mengulanginya kembali bila perlu setiap ada yang melanggar peraturan
yang dibuat di dalam pondok itu harus ada sanksi atau hukuman.
Ustadzah Ira Bima, S.Pd.I selaku pendidik di Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo juga mengatakan hal yang
sama terkait dengan pentingnya pengawasan, beliau mengatakan
bahwa:
“Untuk pengawasan santri secara penuh, yaitu dikelas dan di
asrama, kami sebagai pendidik masih belum menggunakan metode
secara penuh. Pendidik dibantu oleh pengurus OSPOP melakukan
pengawasan terhadap santri dan memberikan nasihat. Dalam
menggunakan metode tersebut sifatnya masih bertahap. Kalau
misalkan ada yang tidak bisa mengajar nanti bisa menggabung ke
ustadz yang lain atau bagian ta’mir mem-back up-nya. Jadi kami ya
berusaha meskipun ada kekurangannya tetap berusaha untuk
bagaimana caranya santri tetap terarah atau disiplin, meskipun masih
80

banyak kekurangannya dan masih ada hal yang perlu dibenahi


70
lagi.”
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti kepada Pimpinan Pondok Pesantren Nurul ihsan, yaitu Ustadz
Salmi Abadi, LC. Yang mengungkapkan bahwa kompetensi santri
mengalami kemajuan dari waktu ke waktu sejak santri masuk sekolah
sampai sekarang.
“Metode yang kami lakukan disini seperti pembiasaan,
pengawasan yang lumayan ketat, teguran maupun hukuman sangat
membantu kami dalam menerapkan disiplin santri, karena dengan
adanya itu semua santri lebih termotivasi untuk lebih baik dari yang
lainnya dan semangat berlomba dalam pembelajaran juga meningkat.
Dari catatan pelanggaran juga menurun. Memang bila pada tahun awal
santri masih kesulitan beradabtasi dengan peraturan pondok, namun
dengan pembiasaan mereka mulai terbiasa dan menjadi suatu kewajiban
sendiri untuk mereka mematuhinya. Itulah kenapa pelanggaran tercatat
71
menurun dari tahun ke tahun.”
Dari hasil observasi, wawancara peneliti dengan nara sumber
dan dokumentasi yang ada di Pondok Pesantren Nurul Ihsan yang
telah peneliti lakukan selama penelitian, dapat disimpulkan bahwa
upaya guru dalam mengatasi kendala strategi guru meningkatkan
kedisiplinan santri pondok Pesantren Nurul Ihsan yaitu dengan upaya
pembiasaan, pengawasan, teguran, dan hukuman. Hukuman yang
diterapkan pondok juga memiliki tingkatan sesuai dengan jenis
pelanggaran yang diberikan, antara lain:
1) Hafalan Alquran Atau Hadist

70
Pendidik Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Ira Bima, S.Pd.I. Wawancara. 30 April 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Metode Hukuman dan Pengawasan
71
Kepala Pondok Pesantren Nurul Ihsan, Salmi Abadi, Lc.. Wawancara. 30 Mei 2020.
Ampelu Mudo. Rekam Tertulis. Tingkat keberhasilan strategi guru
81

Menghafal Alquran atau hadist diwajibkan pada santri yang telat


atau ketinggalan sholat berjamaah, lalai mengerjakan tugas atau tidur saat
kegiatan belajar berlangsung. Hukuman ini membuat santri harus
menghafal apa yang diminta dalam waktu tertentu dan mengujinya
langsung dengan melakukan hafalan didepan Ustadz yang bertanggung
jawab. Hukuman ringan ini tentu sangat bagus untuk menambah
pengetahuan santri, sebab mereka menjadi belajar lebih banyak. Hafalan
ini selain hafalan umum yang dibebankan setiap harinya.
2) Membersihkan Lingkungan Pesantren
Membersihkan lingkungan pondok seperti, halaman, pendopo dan
ruang kelas merupakan hukuman yang lumayan dihindari oleh santri di
Pondok Pesantren Nurul Ihsan, karena hukuman ini akan dilakukan
selama 1 minggu melakukan pelanggaran sedang dan akan lebih lama
jika melakukan pelanggaran berat. Hukuman ini akan melatih santri untuk
mandiri.
3) Menguras dan Membersihkan Kamar Mandi
Sanksi ini diberikan kepada santri yang kadang menyelinap ke luar
pondok tanpa izin atau membolos pada saat pembelajaran di kelas.
Hukuman ini tergolong agak berat, sebab jumlah kamar mandi di
pesantren bukan hanya satu atau dua saja, oleh sebab itu banyak santri
yang menghindari tugas ini, karena santri yang melanggar harus membuat
kamar mandi benar-benar bersih baru bisa dibebas tugaskan.
4) Menyita barang larangan
Hampir semua pondok pesantren tidak mengizinkan santrinya
membawa alat elektronik. Sebab itu, jika ada yang barang elektronik
seperti vcd, handphone, dan alat elektronok serta buku yang yang dlarang
dipondok maka barang tersebut akan disita oleh pengurus. Sedangkan
handphone akan diberikan pada santri seminggu sekali atau pada waktu
tertentu untuk mengabari orang tua. Pelanggaran penggunaan alat
elektronik, membaca buku majalah dewasa, ataupun membawa hanphone
82

juga akan dihukum dengan membersihkan halaman pondok dan


menghafal surah atau hadist.
5) Dibotaki
Walaupun sudah sangat jarang dilakukan, hukuman yang paling
berat levelnya dari semua hukuman adalah digunduli. Santri yang
mendapat hukuman ini biasanya telah melakukan pelanggaran berkali-kali
atau mengulangi pelanggaran yang sama. Misal mencuri, merusak
fasilitas pesantren, bolos lebih dari 15 hari, dan lain sebagainya. Dampak
dari hukuman ini membuat santri malu karena santri yang lain pasti
mengetahui bahwa yang digunduli melakukan pelanggaran. Hal ini bisa
membuat efek jera dan santri tak akan mengulangi lagi kesalahannya.
6) Memanggil Orang Tua Santri
Memanggil orang tua santri merupakan suatu keputusan yang
biasanya dilakukan di situasi yang sangat genting atau bisa dibilang santri
kurang bisa dikendalikan. Hukuman-hukuman yang ada tak membuat
santri jera dan terus mengulang pelanggaran. Saat itu, orang tua dipanggil
untuk mengajak santri berbicara dari hati ke hati tentang hal yang
membuat santri seperti itu. Jika santri bisa merubah diri menjadi lebih baik
maka pihak pesatren akan membolehkan santri untuk terus belajar,
namun jika tidak berubah, maka pihak pesantren akan mengembalikan
santri tersebut ke orang tua atau mengeluarkannya dari pesantren.
7) Mengeluarkan santri
Sanksi akhir yang diberlakukan di pondok pesantren nurul ihsan
adalah langsung mengeluarkan santri dari pondok. Pelanggaran dengan
sanksi ini adalah pelanggaran sangat berat, biasanya berhubungan
dengan tindak kriminimal misalnya narkoba, membunuh atau tindakan lain
yang melanggar hukum Negara.
Dari paparan data di atas dapat peneliti kemukakan bahwa
strategi guru dalam upaya mengatasi kendala strategi guru dalam
meningkatkan kedisiplinan santri pondok pesantren nurul ihsan
adalah dengan menggunakan metode-metode yang dianggap tepat
83

mulai dari upaya pembiasaan, metode pengawasan terhadap aturan


dan tata tertib, metode teguran terhadap pelanggaran yang dilakukan
santri, dan metode hukuman yang terdiri dari tingkatan ringat,
sedang, berat dan sangat berat. Semua metode tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudah mendisiplinkan santri pondok
pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo dan menjadikan santri
mempunyai karakter religius, bertanggung jawab dan berkepribadian
yang baik untuk hari depannya kelak.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa upaya mengatasi
kendala strategi guru dalam meningkatkan kedisiplinan santri pondok
pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo tersebut sudah cukup baik dan
metode tersebut berpengaruh terhadap peningkatan hasil proses
pembelajaran yang ada di pondok.
84

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah mengadakan penelitian dan penelaahan serta analisis,
maka selanjutnya penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi guru dalam
meningkatkan kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu
Mudo adalah sebagai berikut:
1. Penerapan kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan,
menggunakan beberapa strategi dalam pelaksanaannya yaitu, dengan
metode pembiasaan, metode tauladan, metode teguran, pengawasan
dan metode hukuman. Dari Observasi dan wawancara yang telah
dilakukan, metode yang diterapkan oleh pendidik dalam meningkatkan
kedisiplinan santri Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo
sudah berjalan baik dan sesuai dengan harapan, hal ini terlihat dari
teraturnya kehidupan santri di asrama dan proses kegiatan belajar
mengajar yang efektif dan catatan pelanggaran santri yang makin
sedikit.
2. Kendala yang dihadapi dalam proses penerapan kedisiplinan di
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Ampelu Mudo adalah:
a. Latar belakang santri yang berbeda sehingga mempunyai tingkat
kesadaran kedisiplinan yang berbeda pula.
b. Pengawasan yang longgar dari pihak pesantren menjadi salah
satu kendala, banyaknya murid di pesantren menyebabkan
pengawasan menjadi longgar hingga memungkinkan santri untuk
melakukan pelanggaran seperti membolos, berpakaian tidak
sesuai aturan pondok, tidak mengikuti kegiatan piket, dan lainnya.
3. Upaya Pondok Pesantren Nurul Ihsan dalam mengatasi kendala
85

kedisiplinan santri ini yaitu:


a. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan santri selama
di pondok
86

b. Menggunakan metode hukuman serta kontrol kedisiplinan melalui


pengurus dan organisasi-organisasi yang ada.
c. Melakukan evaluasi terhadap aturan yang telah dijalankan dan
menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya untuk lebih
meningkatkan kualitas kedisiplinan pondok.
4. Implikasi
1) Strategi peningkatan kedisiplinan santri melaui melalui metode
pembiasaan, nasihat, teguran, hukuman, reward dan pengawasan
yang baik mampu menciptakan perubahan positif terhadap perilaku
dan kebiasaan santri.
2) Peningkatan kedisiplinan santri mendukung berkembangnya proses
pembelajaran yang baik dalam lingkungan pesantren.

5. Rekomendasi
1) Melalui penelitian ini pendidik dapat menerapkan bermacam strategi
penerapan kedisiplinan dengan tujuan meningkatkan kedisiplinan
siswa.
2) Penelitian ini dapat dijadikan suatu masukan terhadap penerapan
disiplin baik dilembaga pendidikan umum maupun pesantren.
3) Peserta didik diharapkan mampu memahami suatu aturan dan tata
tertib dan menjadi pembiasaan untuk mentaati aturan tersebut dalam
semua aspek kehidupan.

6. Saran
Untuk meningkatkan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Nurul
Ihsan Desa Ampelu Mudo terutama berkaitan dengan santri yang
jumlahnya banyak, perkenankan penulis memberikan masukan dan saran-
saran, kepada:
a. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ihsan Desa Ampelu Mudo
1) Hendaknya sering mengontrol keadaan santri terutama saat
kegiatan di pondok berlangsung.
87

2) Mengadakan presentase ataupun impelementasi tentang


kedisiplinan, sebagai usaha memberikan pemahaman awal
kapada santri tentang pentingnya kedisiplinan.
3) Mengadakan evaluasi rutin terhadap proses penanaman
kedisiplinan pada khususnya dan seluruh kegiatan dan aktivitas
santri pada umumnya.
b. Diharapkan organisasi yang ada Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Ampelu Mudo hendaknya:
1) Menjalankan tugas lebih maksimal lagi dan berusaha untuk
istiqomah.
2) Tingkatkan komunikasi dengan sesama anggota organisasi
maupun dengan organisasi yang lain.
c. Santri
1) Hendaknya santri memperhatikan aturan-aturan yang telah
ditetapkan dan melaksanakan sebagaimana mestinya. Mengikuti
setiap kegiatan di pondok dengan ikhlas dan penuh kesadaran.
2) Seharusnya santri tidak hanya mengandalkan pengasuh,
pengurus, atau organisasi dalam membantru proses penanaman
kedisiplinan. Baiknya diimbangi dengan kontrol kedisiplinan antar
santri satu dengan yang lainnya.
3) Janganlah kalian beranggapan bahwa peraturan di pondok
pesantren hanya bersifat mengekang saja tanpa adanya tujuan
yang jelas. melainkan belajarlah untuk senantiasa takdzim
terhadap pihak pengasuh pondok pesantren. Karena disiplin
merupakan kunci menuju sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Al-quran dan terjemahan. Semarang : CV. Asy Syifa’

_______Kamus besar bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakara: Balai


Pustaka. 1994

______, Pedoman Panduan Penulisan Skripsi. Muara Bulian: 2017

Abdul Latief . Skripsi. Strategi Guru Dalam Membina Karakter Siswa di


Diniyah Takmiliyah Awaliyah Darul Haq Desa Tantan Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.2016

Agustina. Skripsi. Strategi Guru Dalam Proses Pemebalajaran PAI di SDN


29/I Terusan Kecamatan Maro Seboi Ilir. 2013.

Ali asrun Lubis, “Konsep strategi Belajar Bahasa Arab”. Jurnal Darul ‘Ilmi
Vol. 01, No. 02.2013

Anggie Meiliyana Putri, dkk. Peningkatan Disiplin Belajar Santri Melalui


Bimbingan Dan Konseling. Journal of Innovative Counseling: Theory,
Practice &Research. 2018.

Aulia, Nisak Choriun. “Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini”. Jurnal
Pedagogia 2,No.1. 2013

Hamka Abdul Azis.Karakter Guru Profesional Cetakan 4. Jakarta: AMP


Press. 2016

Lexy J.Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya. 2011

Muhammad Fadillah dan Lilik Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak


Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013
Mohamad Yasyakur. Strategi guru PAI dalam menanamkan kedisiplinan
siswa sholat lima waktu Edukasi Islami.Jurnal Pendidikan Islam Vol.
05. 2016

Novan Ardy Wiyani.Manajemen Kelas, Teori dan Aplikasinya untuk


Menciptakan Kelas yang Kondusif. Jakarta: Ar-Ruzz media. 2013

Nikmah Sofia Afiat. Kualitas Kehidupan Sekolah Dan Disiplin Pada Santri
asrama Pondok Pesantren. Jurnal InSight, Vol.20 No.1. Februari.
ISSN: 1693–2552. 2018.

Risma, Waode Surani, Alber Tigor Arifuanto. Pengaruh Layanan Bimbingan


Kelompok Terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa. Jurnal
BENING Volume 4 Nomor 1. 2020

Samsul Nizar.Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di


Nusantara. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013

Susi Susanti . Skripsi. Strategi guru dalam penanaman akhlak anak pad
ataman Kanak-Kanak Nurunnajah Desa Lopak Aur Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batangahari. 2014

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2012

Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara. 2012

Anda mungkin juga menyukai