Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia

hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan, karena mereka lahir tidak mengetahui

sesuatu apapun, akan tetapi dianugerahi oleh Allah Swt. berupa panca indera, pikiran, dan

rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan potensi

atau kemampuan dasar tersebut, maka manusia harus mendapatkan pendidikan. Hal ini

berdasarkan firman Allah Swt:

ۢ
‫ص َار َوااْل َفِْٕـ َد َة لَ َعلَّ ُك ْم‬ َّ ‫َوال ٰلّهُ اَ ْخَر َج ُك ْم ِّم ْن بُطُْو ِن اَُّم ٰهتِ ُك ْم اَل َت ْعلَ ُم ْو َن َشْيـًٔ ۙا َّو َج َع َل لَ ُك ُم‬
َ ْ‫الس ْم َع َوااْل َب‬
‫تَ ْش ُكُر ْو َن‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur”. (Q.S. An-Nahl: 78)1

Pendidikan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Banyak pihak

meyakini bahwa pendidikan merupakan instrumen yang paling penting sekaligus paling

strategis untuk mencapai tujuan individual dan sosial. Pendidikan menjadi tumpuan

harapan bagi sebagian besar masyarakat, sebab pendidikan diyakini akan mampu

memberikan gambaran masa depan yang lebih cerah.2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 pasal 1 ayat (1) tahun 2003

mengemukakan tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik serta aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3


1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Sygma Media Corp, 2007)
2
Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 1-2
3
Undang-undang SISDIKNAS ( UU RI No. 20 Tahun 2003), (Yogyakarta: Delphi, 2003), h. 5

1
2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua

itu merupakan hak semua warga negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD 1945 pasal

31 ayat 1 secara tegas disebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat

pengajaran”. 4
Oleh karena itu, semua orang berhak mendapatkan pendidikan, baik

pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan.

Pendidikan keagamaan merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan peranan yang menuntut

penguasaan khusus tentang ajaran agama.5 Salah satu pendidikan keagamaan yang

diajarkan di sekolah adalah pendidikan akidah ahlaq.

Pendidikan akidah ahlaq merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai tingkat

MI, MTS, MA sampai pada tingkat perguruan tinggi. Mata pelajaran akidah ahlaq

merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

menghayati, dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak

mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Hal ini menyatakan bahwa mata pelajaran

akidah ahlaq yang menempati kedudukan yang sangat sentral dalam pembentukan

kepribadian siswa yang lebih baik. Baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan

masyarakat.

Tujuan sasaran yang hendak dicapai dari pendidikan akidah ahlaq adalah

menanamkan dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik

menjadi lebih baik dan dapat mengamalkan akhlak yang baik. Tetapi pada kenyataannya

tujuan pendidikan akidah ahlaq belum tercapai. Hal ini terlihat masih adanya kemerosotan

akhlak pada siswa.


4
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 151
5
Ibid., h. 149
3

Pada proses pembelajaran akidah ahlaq perhatian guru terhadap aspek afektif (sikap)

siswa harus lebih dominan karena aspek afektif (sikap) berkaitan dengan tingkah laku dan

sikap siswa selama proses pembelajaran. Akan tetapi pada saat ini guru dalam

mengajarkan akidah ahlaq hanya menekankan pada aspek kognitif saja kurang

memperhatikan aspek afektif (sikap) siswa. Aspek afektif (sikap) siswa yang kurang

diperhatikan oleh guru ketika dalam pembelajaran seperti sikap siswa yang tidak peduli

kepada guru, kurang berminat terhadap pelajaran akidah ahlaq, kurang memiliki rasa

hormat dan santun kepada guru, dan siswa tidak dapat mengendalikan emosi.

Proses pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif maka, akan

berakibat pada penilaian yang dilakukan guru yaitu hanya menggunakan penilaian hasil

kognitif siswa saja, tidak menerapkan 4 penilaian dari aspek afektif (sikap) siswa. Padahal

ukuran keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran akidah ahlaq terlihat dari akhlak

dan tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari guru yang lebih

memperhatikan atau mengutamakan penilaian dari segi kognitif saja yaitu tidak adanya

kesesuaian antara nilai kognitif dengan perilaku siswa. Siswa yang mendapatkan nilai

bagus pada pembelajaran akidah ahlaq belum tentu memiliki perilaku yang baik. Hal ini

menunjukkan siswa belum menghayati nilai-nilai dalam pelajaran akidah ahlaq dalam

kehidupan sehari-hari.

Salah satu faktor eksternal yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran adalah

peranan seorang guru. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sangat

penting. Guru yang memiliki kemampuan kreatif dalam mengajar sangat dibutuhkan bagi

siswa, karena dengan guru yang memiliki kemampuan kreatif maka akan dapat juga

mengembangkan kekreativitasan siswa juga dan siswa lebih mudah mencapai hasil

belajar. Hasil belajar pada mata pelajaran akidah ahlaq adalah siswa dapat menerapkan

akhlak baik dalam kehidupan sehari-hari.


4

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar.

Selain harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, guru juga

dituntut untuk terus berkreativitas agar siswa tidak merasa jenuh dalam kegiatan belajar

mengajar.

Tugas guru bukan hanya seorang guru tetapi juga seorang pendidik, seorang

pembimbing yang membimbing dan membimbing peserta didik dalam proses belajar

mengajar. Sebelum seorang guru dapat melaksanakan tugas mengajarnya, ia harus

terlebih dahulu mempersiapkan dirinya secara menyeluruh, baik secara pribadi, dengan

pengetahuan maupun keahlian dan keterampilan yang dimilikinya, baru setelah bahan ajar

tersebut disampaikan kepada siswa. dan pembelajaran interaktif.

Kreativitas sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus mendemonstrasikan

dan menunjukkan proses kreatif, kreatif yang ditandai dengan aktivitas menciptakan

sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh orang lain, keluar atau

cenderung menciptakan sesuatu.6

Kreativitas guru mempunyai peran aktif dalam mengembangkan kreativitas siswa,

terutama karakteristik pribadi guru yang meliputi motivasi, percaya diri, rasa humor,

ketekunan, sabar, menyenangkan dan fleksibel. Guru yang kreatif antusias dan sangat

termotivasi untuk memotivasi siswanya untuk meningkatkan dan mengembangkan

kreativitasnya, terutama kreatifitas yang diwujudkan dalam pembelajaran inovatif,

mampu menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan yang bermanfaat

bagi siswa.

Mengenai kreativitas guru dalam mengajar, Munandar mengatakan bahwa kreativitas

memiliki karakteristik utama, yaitu: Pemikiran Luwes, kapasitas penanganan,

6
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 51
5

keterampilan dan keterampilan (organisasi), dengan hati-hati penilaian (evaluasi), rasa

ingin tahu, terasa berisiko beragam, dengan berani menerima risiko dan menghormati. 7

Pembelajaran akidah ahlak memiliki peran yang sangat penting terutama bagi siswa

yang benar-benar remaja atau dengan kata lain Kids Age Now karena pembelajaran ini

dapat mengendalikan diri dari hal-hal negatif seperti saling pukul, mabuk-mabukan,

narkoba, pelecehan sosial bahkan pembunuhan. Dengan belajar akidah ahlaq, maka

peserta didik akan diberikan pemahaman tentang betapa mulianya seseorang yang

berakhlak, serta akan diberikan pemahaman bahwa setinggi dan sepandai apapun

seseorang tanpa didasari dengan akhlak yang mulia, maka semuanya akan sia-sia.

Sebagai seorang Muslim, kita memiliki kewajiban untuk menyempurnakan diri

sebelum bertindak, dia harus berperilaku beradab, berbudi luhur terhadap dirinya sendiri

karena dia bertanggung jawab atas keselamatannya sendiri, karena kepentingannya

sendiri dan masyarakat. Dengan mempelajari akidah ahlaq diharapkan dapat

mengembangkan dan meningkatkan rasa percaya diri anak didiknya, yang diwujudkan

dalam sikap dan perilaku yang baik. karena perilaku seseorang ditentukan oleh

keseluruhan pengalaman yang dimiliki kepribadiannya.

Kesadaran adalah penyebab perilaku. Artinya apa yang dipikirkan dan dirasakan

individu menentukan apa yang akan dilakukan. Seseorang yang mendapatkan pendidikan

akhlak yang baik juga akan berdampak baik. Adanya nilai dominan yang menghiasi

seluruh kepribadian seseorang dan ikut menentukan moralitas dan perilakunya. 8

Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan,

menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa merupakan tugas guru yang sangat penting.

Pembelajaran akan efektif jika siswa termotivasi untuk belajar. Guru harus mencoba yang

7
S.C.U Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1985), h. 89-93
8
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300
6

terbaik untuk memotivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar. Untuk itu perlu

penguatan motivasi belajar siswa agar siswa termotivasi dalam belajar.

Dalam banyak hal, guru memainkan peran penting dalam pembelajaran yang dapat

ditransfer. Guru kemudian juga berusaha menyampaikan materi dan memotivasi siswa

untuk mengembangkan minat belajar meskipun dalam kondisi tidak seperti biasanya.

Atas dasar permasalahan yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA

PROSES PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTsN 10 TASIKMALAYA”.


7

B. Permasalahan

1. Identifakasi Masalah

a. Belum tercapainya tujuan pendidikan akidah akhlak sehingga masih ada peserta

didik yang jauh dari nilai-nilai akhlaq

b. Guru dalam mengajarkan akidah akhlak hanya menekankan pada aspek kognitif

saja kurang memperhatikan aspek afektif (sikap) siswa.

c. Kurangnya kreativitas dari seorang pendidik akidah ahlak dalam menumbuhkan

motivasi siswa

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas maka penulis membatasi masalah ini pada

pembahasan mengenai Upaya Guru Akidah Ahlak dalam Pengembangan Kreativitas

Siswa Pada Proses Pembelajaran di MTsN 10 Tasikmalaya.

3. Rumusan Masalah

1) Bagaimana upaya guru dalam mencapai tujuan Pendidikan akidah ahlaq?

2) Bagaimana pengembangan kreatifitas siswa pada pembelajaran Akidah ahlak di

MTsN 10 Tasikmalaya?

3) Apa faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru dalam menumbuhkan

motivasi siswa pada proses pembelajaran Akidah akhlak di MtsN 10 Tasikmalaya?


8

C. Tujuan Penilitian

Merujuk kepada pokok permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini bertujuan

secara komprehenshif ingin menerangkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya guru dalam mencapai tujuan Pendidikan akidah ahlaq

2. Untuk mengetahui pengembangan kreatifitas siswa pada pembelajaran Akidah ahlak

di MTsN 10 Tasikmalaya

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru dalam

menumbuhkan motivasi siswa pada proses pembelajaran Akidah akhlak di MtsN 10

Tasikmalaya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan

wawasan serta bahan dalam menerapkan Upaya guru akidah ahlak dalam

pengembanmgan kreativitas siswa pada proses pembelajaran di Mtsn 10 Tasikmalaya,

serta dapat digunakan sebagai titik tolak bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian yang sejenis dengan penelitian ini secara mendalam di bidang ilmu

pengetahuan tentang Upaya guru akidah ahlak dalam pengembanmgan kreativitas

siswa pada proses pembelajaran di Mtsn 10 Tasikmalaya.


9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah MTS N 10 Tasikmalaya.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk

mengembangakan tingkat kreatifitas siswa MTsN 10 Tasikmalaya.

b. Bagi Guru MtsN 10 Tasikmalaya.

1) Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat memberikan kontribusi

terhadap siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas siswa di MtsN 10

Tasikmalaya.

2) Memberi sumbangan pemikiran bagi para guru dan lembaga pendidikan pada

umumnya tentang peningkatan kreatifitas guru saat proses belajar mengajar.

c. Bagi peneliti selanjutnya atau pembaca

1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya pembaca dalam

bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini.

2) Menyumbang pemikiran dalam upaya meningkatkan kreatifitas siswa.

3) Dapat dijadikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk

melakukan penelitian di bidang implementasi pengembangan di bidang

kreatifitas siswa.

Anda mungkin juga menyukai