Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun. (UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)1. Pada usia dini

ini disebut juga dengan istilah Golden Age, karena merupakan usia yang

sangat penting bagi tumbuh kembang anak.Hal ini dikarenakan pada usia 0-6

tahun, anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat pada sem ua aspek perkembangannya.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan usia

diatasnya, sehingga anak usia dini perlu dikhususkan dalam hal pendidikan.

Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi

anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh. Hal ini sesuai

dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia.

Anak belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan

1
Undang-undang Sikdiknas edisi terbaru 2012, (Bandung;Fukosindo, 2012)
2

berbagai hal tentang dunia.Anak juga sedang belajar berkomunikasi dan

memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami dunia

dan isinya.

Dalam ajaran islam banyak ayat Al-Qur’an telah dijelaskan tentang

perintah disiplin, antara lain Surat An-Nisa’ ayat 59:

ِ ‫ُول َوُأوْ لِي ٱَأۡلمۡ ِر ِمن ُكمۡۖ فَِإن تَ ٰنَ@ ز َۡعتُمۡ فِي َش@ ۡي ٖء فَ@ ُر ُّدوهُ ِإلَى ٱهَّلل‬ ْ ‫ٰيََٓأيُّهَاٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا َأ ِطيع‬
ْ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوَأ ِطيع‬
َ ‫ُوا ٱل َّرس‬

 ‫ر َوَأ ۡح َسنُ ت َۡأ ِوياًل‬ٞ ‫ك خ َۡي‬


َ ِ‫َوٱل َّرسُو ِل ِإن ُكنتُمۡ تُ ۡؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِمٱأۡل ٓ ِخ ۚ ِر ٰ َذل‬

“ Hai orang-orang yang beriman ! Taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah ( Al-Qur’an ) dan Rasul ( Sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”2.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting

diajarkan kepada anak usia dini dimana Allah sudah memerintahkan kita

untuk taat kepadaNya dan Rasul serta kepada Ulul Amri di mana Ulul Amri

dalam pendidikan itu adalah guru.

Disiplin dapat mencakup pengajaran, bimbingan, yang dilakukan

pendidik kepada peserta didik. Menerapkan disiplin pada anak agar ia belajar

sebagai makhluk sosial sekaligus untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal. Kedisiplinan penting diajarkan kepada anak,

agar mampu untuk bersosialisasi dengan orang lain dan dapat diterima

dilingkungannya serta dapat memiliki moralitas yang tinggi. Harapan dengan

adanya penanaman disiplin bagi peserta didik agar mereka dapat memahami

bahwa disiplin itu diperlukan untuk bisa hidup serasi dengan lingkungannya.

2
Al-Qur’an, Surat An-Nisa’ Ayat 59.
3

Oleh karena itu seorang pendidik harus menggunakan metode-metode yang

bisa meningkatkan kedisiplinan anak.

Menurut hasil observasi yang telah peneliti lakukan di PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela,didapatkan beberapa anak masih makan sambil berdiri

ketika berbaris memasuki kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang

tua, hal ini dikarenakan anak tersebut memang tidak mau sarapan di rumah

dan lebih senang jajan di sekolah serta alasan lainnya orang tua tidak sempat

memasak. Sebagian anak berbicara ketika berdo’a walaupun guru sudah

mempersiapkan untuk berdo’a. Guru kemudian berhenti dan menegur anak

bagaimana sikap berdo’a yang baik dan tertib.

Saat kegiatan inti, terdapat beberapa anak berlari, berteriak,

mengganggu temannya sehingga membuat kegaduhan, bahkan ada anak yang

sampai menangis. Prilaku-prilaku tersebut merupakan bagian dari

ketidakdisiplinan yang sering dilakukan oleh anak. Anak yang belum

memiliki ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku berarti

memiliki kedisiplinan yang masih perlu untuk ditingkatkan. Pendidik baik itu

guru di sekolah maupun orangtua di rumah memerlukan cara yang tepat untuk

meningkatkan prilaku disiplin anak.

Dengan keadaan demikian guru harus bisa menguasai kelas dan

mengkondisikan anak yang perhatiannya mulai terpecah. Sebagai seorang

pendidik dalam menghadapi permasalahan seperti ini haruslah bijak dalam

mengambil tindakan. Karena sekecil apapun tindakan nantinya akan

menimbulkan dampak positif dan negatif pada anak.


4

Untuk mengatasi masalah tersebut serta mampu memberi motivasi

bagi anak agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil,

maka diadakan pencegahan dalam berbagai macam seperti peraturan-

peraturan tata tertib, peraturan itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh anak

demi meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembiasaa-pembiasaan.

Namun ada cara lain bisa diterapkan yaitu dengan memberikan motivasi

berupa pemberian reward (hadiah) dan punishment (hukuman).Reward

(Hadiah) dan punishment (hukuman) adalah salah satu cara untuk mempergiat

anak dalam proses pembelajaran.Metode ini lebih tepat digunakan pada

pendidikan anak usia dini.

Reward (hadiah) salah satu cara untuk menunjukkan pada anak bahwa

ia telah melakukan hal yang baik.Reward perlu diberikan kepada anak dalam

upaya pembentukan prilaku disiplin anak supaya anak semakin giat dalam

melakukan hal-hal yang sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan adanya

punishment, hukuman harus didasarkan pada alasan keharusan bahwa

hukuman itu terakhir diterapkan kepada anak yang melakukan kesalahan,

setelah dipergunakan alat-alat pendidik seperti pemberitahuan, dan peringatan

namun belum membuahkan hasil.Pendidik hendaknya tidak terlalu sering

dengan metode pemberian hukuman.Hukuman itu kita berikan kalau memang

hal itu benar-benar diperlukan dan harus diberikan secara bijaksana, bukan

hanya sekedar menyakiti hati anak.

Penggunaan alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan, keadaan

anak, situasi pendidikan dan lingkungan pendidikan. Pendek kata alat


5

pendidikan adalah segala usaha atau tindakan yang dengan sengaja digunakan

untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu pengetahuan tentang alat

pendidikan sangatlah penting bagi seorang pendidik.

Pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela upaya pendidik dalam

meningkatkan disiplin masih sekedar pemberitahuan dan nasihat bahwa apa

yang dilakukan anak kurang tepat dan itu mmasih belum adanya peningkatan

disiplin yang dilakukan oleh anak. Sehingga pendidik masih kesulitan dalam

menangani masalah tersebut.

Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela, dengan mengambil judul

“Peran Guru dalam Menerapkan Metode Reward dan Punishment untuk

Meningkatkan Disiplin Anak pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela”.

B. Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang

dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk reward pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela?

2. Bagaimanakah bentuk punishment pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela?

3. Bagaimana jenis disiplin yang ada pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui bentukReward pada PAUD Al-Islahuddin

Pringgasela.
6

2. Mengetahui bentukPunishment pada PAUD Al-Islahuddin

Pringgasela.

3. Mengetahui jenis disiplin yang digunakan pada PAUD

Al-Islahuddin Pringgasela.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, hasil yang diperoleh nantinya

diharapkan bermanfaat baik secara akademis, teoritis maupun praktis bagi

peneliti. Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat seperti

berikut:

1. Manfaat Akademis

Bagi peneliti adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada

jenjang pendidikan S1 serta dapat menambah pengalaman juga wawasan pada

peneliti dalam hal meningkatkan disiplin anak usia dini melalui metode

reward dan punishment.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan pemberian reward dan punishment

dalam meningkatkan disiplin anak khususnya pada anak usia dini.

3. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Bagi guru menambah informasi untuk merancang suatu

metode pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran

terlebih dalam meningkatkan disiplin anak.


7

b. Bagi Lembaga

Membuat konsep pembelajaran yang bisa meningkatkan

disiplin pada anak sehingga tujuan dari lembaga bisa tercapai

terlebih masalah disiplin anak.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berjudul “Peran Guru dalam menerapkan Metode

Reward dan Punishment untuk Meningkatkan Disiplin Anak pada PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela” memang benar penelitian saya dan didukung dengan

berbagai refrensi serta penelitian di tempat lain.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pembahasan tentang peran guru dalam menerapkan metode reward

dan punishment untuk meningkatkan disiplin anak masih sangat minim.

Adapun permasalahan yang berusaha dicari oleh peneliti tidak dibahas secara

mendetail. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk menelaah beberapa

penelitian yang cukup relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Penelitian tentang metode reward dan punishment dalam

meningkatkan kedisiplinan anak bukanlah pertama kali dilakukan. Akan

tetapi sebelumnya telah ada yang menulis skripsi mengenai hal tersebut

diantaranya sebagai berikut:

Dewi Elik Sukmawati, 2015, upaya meningkatkan kedisiplinan

melalui pemberian reward pada anak kelompok A di TK Bhakti IV

Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas dilaksanakan 3 siklus yaitu siklus I, siklus II,

dan siklus III. Dari hasil penelitian tersebut bahwa pemberian reward dapat

meningkatkan kedisiplinan pada anak. Selain itu reward juga memiliki

kendala bahwa anak masih ingin mendapatkan reward tetapi anak masih

malu-malu dalam melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh guru. Tidak

semua anak mendapatkan reward karena hanya anak yang dapat melakukan
9

kedisiplinan yang diperintahkan oleh guru saja serta anak-anak kurang

memperhatikan perintah guru3.

Rofiah CH, 2013, metode reward dan punishment dalam

mengembangkan kemampuan emosional anak usia dini di TK Nurul Hidayah

brebes.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu kualitatif

deskriftip kesimpulan reward dan punishment dalam mengembangkn

kemampuan emosional dapat melatih anak untuk belajar sabar, bergantian

bergonong royong, menahan amarah dan emosi serta saling menyayangi4.

Dengan demikian, meskipun telah ada penelitian tentang metode

reward dan punishment serta kedisiplinan sebelumnya namun kajian tentang

hal tersebut bukan merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian

terdahulu. Dimana pada penelitian ini objek yang menjadi fokus penelitian

jelas berbeda karena disini peneliti ingin meneliti mengenai motode reward

dan punishment dalam meningkatkan kedisiplinan anak pada PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Reward

Rewarddalam konsep pendidikanmerupakan salah satu alat untuk

meningkatkan motivasi para peserta didik. Metode ini dapat

mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan peserta didik dengan perasaan

bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu

3
Eprints.ums.ac.id. diambil pada tanggal 06 Juni 2018, pukul 08.30 WITA.
4
Iib.unnes.ac.id. diambil pada tanggal 08 Juni 2018, pukul 10.59 WITA.
10

perbuatan yang berulang-ulang. Berikut adalah pengertian reward menurut

beberapa ahli.

Reward berasal dari bahasa inggris yang artinya hadiah, ganjaran,

penghargaan atau imbalan5. Reward sebagai alat pendidikan diberikan

ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Reward alat untuk mendidik

anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau

pekerjaannya mendapatkan hadiah6. Hadiah yang diberikan kepada anak

berupa apa saja, tergantung keinginan dari seorang pemberi. Bentuk

rewardyang lain juga biasa disesuaikan dengan prestasi yang dicapai oleh

anak. Semua orang berhak menerima hadiah dari orang lain dengan motif-

motif tertentu.

Menurut pendapat lain menjelaskan bahwa reward merupakan

sesuatu yang diberikan kepada seseorang karena sudah mendapat prestasi

dengan yang dikehendaki7.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

reward adalah sebuah penghargaan, ganjaran, hadiah karena sudah

melakukan suatu hal atau tingkah laku yang baik. Selain itu, dengan

pemberian reward anak menjadi lebih bersemangat dalam melakukan

tingkah laku yang sebagaiman mestinya.Misalnya, guru memberikan

pujian kepada anak yang mampu berdo’a dengan tertib.Maka pada waktu

5
John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996),
hlm. 485.
6
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritisdan Praktis, Bandung: Remadja Karya, 1985).
hlm.182.
7
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Karya, 1993), hlm. 160.
11

berdo’a selanjutnya diharapkan anak yang diberikan pujian tetap berdo’a

dengan tertib.

2. Tujuan Reward

Ada beberapa tujuan rewardyaitu meningkatkan perhatian anak

terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar,

serta meningkatkan kegiatan belajar dan membina prilaku yang produktif8.

Pendapat lain juga mengungkapkan hal yang sama mengenai tujuan

reward yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan perhatian siswa.

b. Memperlancar atau memudahkan proses pembelajaran.

c. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

d. Mengontrol dan mengubah sikap suka mengganggu dan

menimbulkan tingkah laku belajar yang produktif.

e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

f. Mengarahkan pada cara berfikir yang baik dan inisiatif pribadi9.

Reward diberikan setelah suatu tindakan baik dilakukan.

Penghargaan dalam bentuk hadiah selain memberi motivasi juga akan

meningkatkan rasa percaya diri anak. Dengan hadiah yang diterima, anak

akan merasa yakin dan percaya diri terhadap semua perbuatan yang

dilakukannya. Anak tidak ragu-ragu, bingung atau tidak merasa aman

terhadap prilakunya sendiri. Oleh sebab itu, dengan adanya reward anak
8
Mulyasa, Menjadi Guru Prpfesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 78.
9
Buchari Alma, Menguasai Metode dan Terampil Belajar. (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 30.
12

yang sudah melakukan perbuatan disiplin akan merasa percaya diri

sehingga tetap berprilaku disiplin.

Dari pemaparan di atas bahwa, pemberian reward atau

penghargaan bertujuan untuk memotivasi anak agar meningkatkan dan

memperkuat prilaku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma-norma,

serta memperkuat anak untuk menghindari diri dari tindakan-tindakan

yang tidak diinginkan. Dengan adanya pemberian reward itu, maka

diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara pendidik

dengan peserta didik. Sehingga lebih memudahkan pendidik dalam

mengarahkan anak bersikap disiplin.

3. Macam-macam Reward

Reward (ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap

motifasi dalam merubah prilaku anak. Secara garis besar reward dapat

dibedakan menjadi empat macam yaitu :

a. Pujian

Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling sering

dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus,

bagus sekali dan sebagainya. Disamping yang berupa kata-kata,

pujian juga dapat berupa isyarat atau pertanda. Misalnya dengan

menunjukkan ibu jari (jempol), dengan tepuk tangan, menepuk

bahu anak dan sebagainya.`

b. Penghormatan
13

Reward yang berupa penghormatan dapat berbentuk dua

macam.Anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan

ditampilkan dihadapan teman-temannya. Baik teman sekelas,

teman-teman sekolah atau mungkin juga di hadapan wali murid

ketika akhir tahun pembelajaran. Dan penghormatan yang

berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

Misalnya, kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu kegiatan

yang sekiranya agak sulit, disuruh mengerjakan kedepan untuk

menjadi contoh kepada teman-temannya.

c. Hadiah

Yang dimaksud dengan hadiah disini ialah reward yang berupa

barang. Reward yang berupa pemberian barang ini disebut juga

reward materil, yaitu hadiah yang berupa barang seperti peralatan

sekolah dan sebagainya.

d. Tanda penghargaan

Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka

tandapenghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak

dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut,

seperti pada halnya hadiah. Misalnya tanda penghargaan dinilai

dari segi kesan atau nilai. Olehkarena itu reward

tandapenghargaan ini disebut juga reward simbolik.


14

Rewardsimbolik ini dapat berupa surat-surat tanda jasa,

sertifikat-sertifikat10.

Dari keempat macam reward di atas dalam penerapan proses

pembelajaran guru dapat memilih bermacam-macam reward yang akan

diberikan kepada anak yang berprestasi. Tetapi dalam pemberian reward

guru dapat mempertimbangkan reward apa yang akan diberikan ke anak

yang menunjukkan prestasinya. Dengan begitu, anak yang mendapatkan

reward akan lebih semangat dalam berdisiplin pada proses pembelajaran.

Bentuk dari reward yang ditawarkan oleh peneliti yaitu pujian dan hadiah,

dimana pujian dan hadiah sangat disenangi oleh anak.Pujian yang

diberikan pada anak akan melekat 30% hingga ia dewasa.

4. Kelebihan dan Kelemahan Reward

Reward memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut:

a. Memberi pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak untuk

melakukan kegiatan yang positif dan bersifat progresif.

b. Dapat menjadi pendorong bagi anak lainya untuk mengikuti anak

yang telah memperoleh pujian dari gurunya, baik dalam tingkah

laku, sopan santun, semangat, dan motivasinya dalam berbuat yang

lebih baik. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam

memperlancar pencapaian tujuan pendidikan terlebih pada

pendidikan anak usia dini.

10
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm
159-161.
15

Disamping memiliki kelebihan, reward juga memiliki kelemahan

antara lain:

a. Dapat menimbulkan dampak negative apabila guru melakukannya

secara berlebihan, sehingga bisa mengakibatkan anak dirinya lebih

tinggi dari teman-temanya.

b. Umumnya reward membutuhkan alat-alat tertentu serta

membutuhkan biaya11.

Dari pemaparan ahli di atas, menunjukkan bahwa reward

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan reward dapat

memberikan motivasi untuk melakukan perbuatan yang sama atau bahkan

perbuatan yang lebih baik lagi. Sedangkan kelemahannya, jika reward

diberikan secara berlebihan dan kurang tepat, maka akan timbul sikap

sombong karena anak akan menganggap dirinya selalu hebat.

5. Pengertian Punishment

Punisment berasal dari bahasa inggris yang artinya

law(hukuman)12.Pengertian punishment (hukuman) ialah suatu usaha

edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa kearah yang benar,

bukan praktik hukuman dan siksaan yang memacung

kreativitas13.Punishmentadalah menghadirkan atau memberikan sebuah

situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk

11
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Intermasa, 2002),
hlm. 33.
12
Echol dan Hasan Sadli, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 456
13
Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), hlm. 202.
16

menurunkan tingkah laku yang berpengaruh dalam mengubah prilaku

seseorang14.

Dari pemaparan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa Punishmentadalah suatu hukuman yang diberikan kepada anak

karena telah melakukan kesalahan dan mencegah timbulnya tingkahlaku

yang dianggap kurang tepat yang dilakukan oleh anak, serta meningkatkan

motivasi anak dalam menghindari perbuatan yang tidak mesti dilakukan.

Terlebih pada saat berdo’a dan dalam proses pembelajaran.

6. TujuanPunishment

Dalam dunia pendidikan, tujuan pemberian punishment dapat

dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu tujuan jangka pendek dan

jangka panjang.Pengertian dari tujuan jangka pendek pemberian

hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah.Sedangkan

tujuan jangka panjang hukuman yaitu untuk mengajar dan mendorong

anak agar dapat menghentikan sendiri tingkah laku yang salah15.

Sedangkan Menurut Alisuf Sabri, tujuan pemberian punishment

adalah sebagai beriku:

1) Memperbaiki kesalahan atau perbuatan anak didik.

2) Mengganti kerugian akibat perbuatan anak didik.

14
Baharudin Esa, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.74
15
Charles Schaefer, Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta; Kesain Blanch,
1986), hlm. 91.
17

3) Melindungi masyarakat atau orang lain agar tidak meniru perbuatan

yang salah.

4) Menjadikan anak didik takut mengulangi perbuatan yang salah16.

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa, tujuan dari

punishment itu adalah mencegah, mengoreksi, dan memberikan kesadaran

kepada anak didik agar mereka memahami kesalahannya sekaligus

memperbaikinya dan tidak mengulangi dikemudian hari. Misalnya tertib

ketika berdo’a, tidak berbuat gaduh ketika proses pembelajaran

berlangsung.

7. Macam-macam Punishment

Punishment sebagai alat pendidikan diklasifikasikan menjadi

beberapa bentuk. Klasifikasi ini didasarkan atas beberapa hal, antara

lain:

a. Berdasarkan alasan diterapkannya punishment

Berdasarkan atas alasan dibalik diterapkannyapunishment kepada

anak, maka punishment dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1) Punishment Preventif

Punishment preventif adalah hukuman yang dilakukan dengan

maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran.Hukuman ini

bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran

sehingga hal itu dilakukan sebelum pelanggaran itu

16
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hlm. 44.
18

dilakukan.Yang termasuk dalam punishment preventif adalah tata

tertib, Anjuran atau perintah, larangan, dan paksaan.

2) PunishmentRepresif

Punishment represif adalah hukuman yang dilakukan

karena adanya pelanggaran atau kesalahan. Sifat dari hukuman

represif adalah menekan atau menghambat, sehingga seseorang

yang sudah terlanjur melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan

akan merasa jera.Yang termasuk hukumanrepresif dalam konteks

pendidikan yaitu pemberitahuan, teguran, hukuman17.

b. Berdasarkan Sifat dan Bentuknya

1) Punishment Alam

Hukuman alam dianjurkan oleh JJ. Rousseau. Menurut

Rosseau, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari

segala noda dan kejahatan. Penyebab rusaknya anak itu ialah

masyarakat manusia itu sendiri.Rousseau juga menganjurkan

supaya anak-anak didik menurut alamnya.

Ditinjau secara pedagogis, hukuman alam ini tidaklah

mendidik.Anak tidak dapat mengetahui norma-norma atau

etika mana yang baik dan mana yang buruk jika dengan

hukuman alam, serta mana yang boleh dan mana yang tidak

boleh.

17
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004).
Hlm 189.
19

2) Punishment yang disengaja

Hukuman yang disengaja merupakan kebalikan dari

hukuman alam.hukuman yang disengaja bermakna bahwa

hukuman yang diterapkan adalah hukuman yang dilakukan

secara sengaja dan bertujuan18.

Punishment yang diberikan kepada anak hendaknya

disesuaikan dengan usia terlebih kepada anak usia dini yaitu

hukuman yang disengaja dan memiliki tujuan. Dalam hal ini

hukuman yang dapat diberikan kepada anak yaitu hukuman

yang sifatnya mendidik. Hukuman yang dapat diberikan kepada

anak dengan menghafal do’a sehari-hari misalnya do’a sebelum

dan sesudah makan dan sebagainya.

8. Kelebihan dan Kekurangan Punishment

a. Kelebihan

Berikut ini kebihan dan kekurangan dari punishment menurut

Armai Arief, antara lain:

1) Punishment akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap

kesalahan siswa.

2) Siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

18
Ibid, hlm 189-190
20

3) Merasakan perbuatannya sehingga ia akan menghormati

dirinya.

b. Kelemahan

Kelemahan dari punishmentyang tidak efektif diberikan maka

akan timbul beberapa hal sebagai berikut:

1) Akan membangkitkan suasana rusuh, takut dan kurangnya

percaya diri anak.

2) Murid akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta

akan menyebabkan ia akan suka berdusta (karena takut

dihukum)19.

Menurut teori behavioristik bahwa hukuman itu tidak efektif

karena anak akan tetap melakukan kesalahan tersebut apabila

pengawasnya tidak didekat anak. Seandainya hukuman diterapkan maka

akan bertahan dengan baik dalam ingatan dan konsep berpikir yang salah

pada anak karena anak akan memperlakukan orang lain dengan cara yang

sama20.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian hukuman pada anak memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan itu tergantung pada

tempat penggunaan suatu hukuman. Jika hukuman sering diberikan maka

akan menimbulkan ketidak percaya dirianak., sedangkan jika hukuman


19
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa, 2002),
hlm. 33.
20
Wiwin Dinar Prasasti, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. (Surakarta: 2007), hal 93.
21

tidak diberikan maka akan menimbulkan ketidak patuhan siswa terhadap

guru.

9. Pengertian Disiplin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bahwa

disiplinmerupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya21.

Menurut Merriam adalah ketertiban pola perilaku serta

pengendalian diri terhadap aturan atau sistem aturan yang

berlaku.22.Sedangkan Maria J. Wantah menjabarkan bahwa istilah disiplin

diturunkan dari kata latindisiplina yang berkaitan dengan dua istilah lain,

yaitu discere (belajar) dan discivulus (murid)23. Disiplin diartikan sebagai

penataan prilaku yang dimaksud yaitu kesetiaan dan kepatuhan seseorang

terhadap penataan prilaku yang diajarkan kepada siswa yang sesuai dengan

aturan atau sistim yang berlaku.Berdasarkan beberapa paparan pengertian

disiplindi atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah bentuk kepatuhan

untuk menghormati dan melaksanakan sistem yang mengharuskan orang

untuk tunduk kepada kepatuhan , perintah dan peraturan yang berlaku.

Artinya bahwa seorang peserta didik hendaknya taat terhadap aturan yang

diberikan oleh guru ataupun lembaga guna untuk menjadikan peserta didik

menjadi pribadi yang disiplin.


21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 268
22
Diambil dalam https://www.sekolahpendidikan.com, diambil pada tanggal 9 Oktober 2018, pada
pukul 08.40 WITA.
23
Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini,
(Jakarta: 2005), hlm. 139.
22

10. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplinialah mengubah sikap dan prilaku agar anak

menjadi benar dan dapat diterima oleh masyarakat. Melalui pembentukan

disiplin, prilaku anak akan semakin matang secara emosional 24.Tujuan

disiplinmenurut Hurlock yaitu memberitahukan kepada anak prilaku yang

baik dan buruk, serta mendorongnya agar berprilaku sesuai dengan

standar25. Diharapkan kelak disiplin diri akan membuat hidup mereka

bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.

Berdasarkan paparan di atas tujuan disiplinadalah membantu anak

membangun pengendalian diri mereka, bukan membuat anak mengikuti

dan mematuhi perintah orang dewasa.Melalui disiplin, anak dapat belajar

bagaimana bersikap, menghargai hak orang lain, dan mentaati aturan.

Selain itu, untuk mendorong anak agar berprilaku sesuai dengan norma

yang berlaku di masyarakat. Anak yang semula berprilaku kurang baik

atau tidak sesuai dengan norma, akan mengubah sikapnya agar diterima

masyarakat.

11. Jenis-jenis Disiplin

24
Ibid, hlm. 176
25
Hurlock, E. B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
(Jakarta: Erlangga, 1978) hlm 124
23

Hurlock menjabarkan bahwa ada tiga jenis bentuk

disiplinumumnya yang digunakan orang tua maupun pendidik dalam

membina prilaku anak, yaitu disiplin otoriter, disiplin yang lemah, dan

disiplin demokratis.

a. Disiplin otoriter, orang tua dan pendidik menetapkan pereaturan dan

anak harus mematuhinya. Jika anak melanggar akan dihukum

sedangkan jika mematuhi aturan tidak perlu hadiah karena dianggap

kewajiban dan dapat mendorong anak mengharap sogokan. Tidak ada

penjelasan dari orang tua mengapa anak harus mematuhi aturan.

b. Disiplin yang lemah, anak akan belajar bagaimana berprilaku sosial

melalui akibat dari perbuatannya sendiri. Anak tidak diajarkan

peraturan, tidak dihukum apabila sengaja melakukan pelanggaran

peraturan, dan tidak diberi hadiah jika berprilaku baik. Anak sering

tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang

boleh dilakukan. Anak diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri

dan berbuat sekehendak mereka sendiri.

c. Disiplin demokratis, prinsipnya menekankan hak anak untuk

mengetahui mengapa peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan

mengemukakan pendapat bila peraturan dianggap tidak adil. Hukuman

yang diberikan berhubungan dengan kesalahan dan tidak hukuman

fisik. Hadiah berupa pujian dan pengakuan sosial diberikan sebagai

penghargaan atas usaha anak menyesuaikan peraturan26.

26
Ibid. Hal 93.
24

Berdasarkan tiga jenis disiplindi atas, disiplinyang paling baik

yaitu disiplin demokratis.Disiplin demokratis lebih menekankan aspek

eduktif dari pada aspek hukumannya, karena menggunakan penjelasan,

diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa prilaku

tertentu diharapkan.Selain anak bisa memahami kesalahan anak juga

secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan baru serta prilaku

perbaikan diri bisa terlihat.

12. Strategi Disiplin

Agar anak dapat tumbuh, membentuk, dan mengembangkan

pengetahuan, kesadaran moral, dan kehendak bebas maka diperlukan

upaya-upaya strategi dan efektif dalam membentuk disiplin sejak usia

dini. Maria J. Wantah menjabarkan upaya-upaya strategi tersebut yaitu:

a. Mempelajari tingkahlaku anak

Mengembangkan dan sikap disiplin bagi anak usia dini dapat

dilakukan secara sengaja (deliberate) dan lebih efektif apabila para

pendidik memahami dan menerapkan strategi yang tepat dalam

menghadapi, menjalin hubungan, dan menerapkan disiplin pada anak.

b. Cara menghadapi anak dalam pendisiplinan

Apabila anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan maka

sebagai pendidik perlu meletakkan disiplin dengan cara dan prosedur

yang benar. Untuk melakukan disiplindengan prosedur dan cara yang


25

benar, pertama-tama harus melihat situasi dan kondisi, cara

menghadapi anak dalam pembentukan disiplin yaitu menghadapi

masalah dengan tenang, mempelajari akar permasalahan, menetapkan

tujuan, sasaran serta memilih alternatif kemudian mengembangkan

tindakan27.

c. Pedoman bagi pendidik dalam pendisiplinan

Pedoman bagi pendidik dalam menghadapi tantangan dan

mengelola teknik pendisiplinan anak yaitu:

1) Menggunakan berbagai alat disiplin.

2) Penggunaan kombinasi disiplin yang tepat pada waktu yang tepat.

3) Ketenangan dalam menghadapi anak yang bermasalah.

4) Tidak ada satu-satunya jawaban yang benar.

5) Menemukan pilihan bagi pendidik merupakan suatu tindakan

keyakinan.

6) Hubungan pendidik dan anak layaknya “rekening bank”.

7) Memiliki pendirian.

8) Pemberian hukuman merupakan cara terakhir yang harus

ditempuh.

9) Menjadi yang benar lebih penting daripada menjadi yang disukai.

10) Menghindari pengalaman buruk dari pendidik pada masa lalu.

11) Membayangkan masa depan anak.

12) Setiap kesalahan adalah pelajaran dan kesempatan.


27
Opcit, hlm. 186-189.
26

13) Jangan pernah menyerah28.

Dari penjelasan di atas yang perlu diperhatikan dalam membentuk

prilaku disiplin anak yaitu dengan mengetahui tingkah laku anak,

pendekatan yang digunakan oleh pendidik sehingga pendidik mampu

menggunakan berbagai cara dan memilih alternatif tindakan sesuai situasi

dan kondisi anak.

C. Kerangka Berfikir

Reward danpunishmentadalah suatu cara untuk membantu anak

dalam mengembangkan kedisiplinannya. Rewardadalah sebuah penghargaan,

ganjaran, hadiah karena sudah melakukan suatu hal atau tingkah laku yang

baik. Selain itu, dengan pemberian reward anak menjadi lebih bersemangat

dalam melakukan tingkah laku yang sebagaiman mestinya.

Sedangkan Punishment adalah suatu hukuman yang diberikan

kepada anak karena telah melakukan kesalahan dan mencegah timbulnya

tingkahlaku yang dianggap kurang tepat yang dilakukan oleh anak, serta

meningkatkan motivasi anak dalam menghindari perbuatan yang tidak mesti

dilakukan. Dengan adanya reward danpunishmentdiharapkan dapat

meningkatkan kedisiplinan anak. Dengan disiplin dapat membantu anak

dalam mengembangkan pengendalian diri.

Karena masih rendahnya kedisiplinan anak pada PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela, maka dalam penelitian ini peneliti mengamati bentuk

28
Ibid, hlm. 200-206
27

reward dan punishment serta kedisiplinan yang diterapkankepada anak

setelah di berikan reward dan punishment.

Reward Punishment

Disiplin
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Kerlinger mengemukakan bahwa penelitian ilmiah merupakan

langkah-langkah penyelidikan yang dikerjakan secara sistematis, empiris,

kritis, dan terkontrol mengenai satu atau lebih fenomena alami yang didasari

oleh berbagai konsep dasar atau teori-teori yang diprediksi dapat mewakili

atau menjelaskan fenomena-fenomena atau permasalahan yang hendak

diungkap dalam sebuah penelitian29.

Senada dengan pandangan tersebut apabila dikaitkan dengan judul

penelitian “Peran Guru dalam Menerapkan Metode Reward dan Punishment

untuk meningkatkan Disiplin Anak”, maka metode penelitian yang dipilih

adalah menggunakan jenis metode penelitian kualitatif deskriptif yang

diharapkan mampu menggambarkan secara mendetail tentang penerapan guru

dalam metode reward dan punishment untuk mengembangkan disiplin anak

pada pendidikan anak usia dini Al-Islahuddin Pringgasela, Kecamatan

Pringgasela.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian ini dimaksudkan

untuk memberikan gambaran atau ulasan secara menyeluruh tentang


29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta).
29

kedisiplinan anak, dengan metode reward dan punishment. Menghimpun

berbagai fakta atau kejadian dari lapangan dan data yang diperoleh tidak

melalui suatu pengujian atau pembuktian hipotesis melainkan data disajikan

dengan mekanisme penyajian data secara deskriptif kualitatif yang sistematis,

empiris, kritis dan terkontrol berdasarkan tingkah laku informan penelitian

maupun keadaan lingkungan sekitar dan kondisi sosial yang ada.

B. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahap-tahappengumpulan data yang akan dilakukan oleh

peneliti guna mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan,

adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan, termasuk dalam kegiatan ini adalah menyusun draf

penelitian, termasuk menyusun instrument penelitian, penentuan lokasi,

pengurusan perizinan serta kegiatan lain yang bersifat administrative.

2. Pelaksanaan penelitian/pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di

lapangan (objek penelitian) untuk diolah, dianalisis, dan disimpulkan.

Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara serta dokumentasi.

3. Pengelolaan data, dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan

data. Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kualitatif melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian

data (display data) dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

4. Penyusunan laporan penelitian. Kegiatan ini merupakan finalisasi

penelitian dengan menuangkan hasil pengolahan, analisis data, dan


30

kesimpulan tersebut dalam bentuk tulisan yang disusun secara

sistematis.

C. Deskripsi Latar, Sumber Data, dan Epistemologi

1. Latar Penelitian

Penelitian kualitatif penting untuk menentukan suatu latar ilmiah

atau konteks dari suatu keutuhan.Artinya bahwa pentingnya suatu

penelitian untuk menentukan suatu latar sebagai satu kesatuan yang utuh

dalam mengungkapkan aspek yang diteliti30.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka latar penelitian yang

ditentukan dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela khususnya ruangan kelas PAUD Al-Islahuddin.

Adapun sumber data dalam penelitian ini antara lain:

2. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan

disajikan oleh peneliti dari sumber utama, yang dapat berupa kata-kata

atau tindakan. Dalam hal ini yang akan menjadi sumber data

primer/utama adalah Kepala Sekolah, Pendidik dan peserta didik

sebanyak 32 orang di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela, Kecamatan

Pringgasela.

3. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder merupakan sumber data pelengkap yang

berfungsi melengkapi data-data yang diperlukan oleh data primer/data

30
Moleong, LJ, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rostakarya, 1994).
31

utama. yaitu dapat berupa buku-buku, makalah, arsip, dokumen pribadi

serta dokumen resmi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan untuk menunjang

keberhasilan penelitian, maka perlu suatu metode dalam pengumpulan data.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah

metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.

1. Metode Observasi

Metode observasi bisadiartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengansistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi yang akan

dilakukan oleh peneliti dilakukan secara langsung dan continu sehingga

mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti.

Dimana observasi ini sangat penting dalam pengumpulan data yang

ditunjang dengan metode yang lain.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah suatu tehnik pengumpulan data yang

dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan

dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung31.

Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti dengan guru karena guru

sebagai kunci utama dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga

peneliti fokus mengadakan wawancara dengan guru yang ada di sekolah.

31
Uyu Wahyudin, Mubiar Agustin, Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini, (Bandung : Refika
Aditama, 2011), hlm. 62.
32

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data penelitian

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat,

koran, majalah, prasasti, notulen rapat, lenger nilai, agenda dan lain-

lain32.Sehubungan dengan penelitian ini, metode dokumentasi digunakan

untuk mencatat data-data tentang identitas subyek penelitian. Dokumentasi

bukan hanya sekedar foto melainkan data yang bersumber dari lembaga itu

sendiri yang bisa menunjang kelengkapan data peneliti.

E. Analisis Data

Pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kualitatif, yakni penyusunan data-data kemudian dijelaskan dan

dianalisis serta dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

Proses pengelolaan data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data,

penyajian data (display data) dan verifikasi data atau penarikan

kesimpulan33. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data, yaitu penelitian merangkum dan memilih

beberapa data yang penting yang berkaitan penerapan hukuman

sebagai alat pendidikan dalam menanamkan kedisiplinan pada peserta

didik di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela Kecamatan Pringgasela.

32
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), ( Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 97.
33
Sugiyono, Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
(Bandung:Alfabeta, 2011), hlm.246.
33

Data yang sudah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk teks.

Dengan demikian maka gambaran hasil penelitian akan lebih jelas.

2. Penyajian data

Penyajian data yang dimaksud adalah penyajian data yang

sudah disaring dan diorganisasikan secara keseluruhan dalam bentuk

tabulasi dan kategorisasi.Dalam penyajian data dilakukan interpretasi

terhadap hasil data yang ditemukan sehingga kesimpulan yang

dirumuskan menjadi lebih objektif.

Setelah data reduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan

sejenisnya.Menurut Sugiyono yang paling sering digunakan dalam

menyajikan data dalam penelitian kualitatif dalam bentuk teks yang

bersifat naratif34.

F. Teknik Triangulasi

Dalam upaya memperoleh data yang abash dari hasil pengumpulan

data, dalam hal ini peneliti menggunakan cara-cara sebagaimana yang

dijelaskan oleh Moleong, sebagai berikut :

1. Memperpanjang Kehadiran Peneliti

Tujuan dari kehadiran peneliti adalah untuk melengkapi segala

kebutuhan data, mengecek kembali kebenaran data atau ada kesempatan

untuk memperbaiki data yang belum valid.

2. Ketekunan Pengamatan
34
Ibid, hal. 249.
34

Guna mengupayakan keabsahan data atau temuan, maka peneliti

memerlukan suatu ketekunan dan selektifitas dengan tujuan untuk

menghindari data yang diperoleh tidak benar dari responden, sebab masih

ada kemungkinan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya atau fakta.

Dengan pengamatan yang diteliti dan tekun maka data yang didapat benar-

benar valid.

3. Refrensi yang Cukup

Refrensi atau bahan yang lengkap dalam suatu penelitian

merupakan bahan pembanding temuan-temuan di lapangan dengan refrensi

merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keabsahan data. Makin banyak

refrensi yang dimiliki makin cepat memperoleh bahan pembanding dalam

mengkonsultasikan data dan temuan di lapangan.

4. Pembahasan dengan Teman Sejawat

Data dan temuan merupakan bahan yang tentunya akan dipaparkan

dalam laporan hasil penelitian. Sebelum dipaparkan dalam maka peneliti

perlu mengadakan pembahasan hasil data dengan teman sejawat yang

mempunyai ilmu dan kemampuan relevan dengan bahan yang didapat.

Usaha untuk membahas dengan teman sejawat dilakukan semata-mata

untuk mendapatkan keabsahan data dan temuan untuk selanjutnya

ditampilkan dalam laporan penelitian35.

G. Jadwal Penelitian
35
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 103.
35

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2018 di PAUD

Al-Islahuddin Pringgasela yang diperlihatkan pada table 3.1.

Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1. Meminta izin kepada

Kepala Sekolah untuk X

melaksanakan penelitian

2. Observasi awal X

3. Penyusunan Usulan
X X
Penelitian Skripsi

4. Pengambilan dan
X X
Pengolahan Data

5. Penulisan Hasil Laporan X X X


36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya PAUD Al-Islahuddin

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela merupakan lembaga yang bernaung

pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan didirikan oleh para tokoh

masyarakat yang diketuai oleh bapak Iwan Rosadi, S.Pd pada tanggal 25

juli 2011. Berpusat di Dasan Otak Reba Desa Pringgasela. Tujuannya

yaitu upaya memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini supaya

tumbuh kembang anak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini. Adapun Visi dan Misi PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

adalah sebagai berikut :

a. Visi

Terwujudnyagenerasi masa depan yang beriman, cerdas, sehat,

ceria, berbudi dan berakhlak mulia.

b. Misi

1). Mengupayakanpemerataanlayananpendidikanbagianakusiadini

yang ada di lingkunganDasanOtakReban.

2). Menciptakansuasanapembelajaran yang lebihaktif, kreatif, efektif,

inovatifdanmenyenangkansebagaimotivasiuntukmencapaiprestasige

milang.
37

3).

Mendorongdanmembantusiswamengenaldanmengembangkanpoten

sidirinyamelaluiberbagaikegiatanuntukmenumbuhkansikapcerdas,

ceria danbertaqwa.

4). Menanamkansikapdisiplindalamkehidupansehari-haribaik di

sekolahmaupun di rumah.

5).Mengadakankegiatankeagamaansecararutindanteraturuntukmenumb

uh kembangkanpenghayatannilai-nilai agama

dalamkehidupansehari-hari.

6).Mengupayakanpeningkatankesadaranmasyarakatdalammemberikan

layananpendidikananakusiadini.

7).

Memberikankesiapankepadaanaksedinimungkinuntukmemasukipen

didikandasar.

c. Tujuan

1).

Memberipembinaanterhadapupayapelayananpendidikananakusiadin

i agar dapattumbuhdanberkembangsecara optimal

sesuaitahappertumbuhandanpotensi yang dimilikimasing-

masinganak.

2). Melalui PAUD Al-

IslahuddinOtakRebandiharapkananakdiniusiamemilikipertumbuhan

fisikmotorik yang sehat, cerdasdanpsikis yang memilikisikap


38

moral, nilai agama,

socialdanmandirisehinggamemberkesiapanuntukmemasukipendidik

andasar.

2. Gambaran Tata Ruang

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela memiliki tata ruang aman

karena terdapat pagar dan tembok di tiap sisi bangunannya dan

menjadikan keamanan siswa terjamin baik dari pihak luar ataupun dari

dalam. Dari segi kesehatan PAUD Al-Islahuddin Pringgasela memiliki

kebersihan yang cukup dan letak kelas dan pembuangan sampah jauh

sehingga aman bagi siswa dan juga PAUD Al-Islahuddin memiliki

tanaman untuk memperindah sekolah sehingga terlihat bersih dan indah.

Dari segi akses sangat dekat karena antar ruangan disekat oleh papan

penyekat atau pembatas sehingga memudahkan guru dan siswa

melaksanakan pembelajaran.

3. Gambaran Kondisi Geografis

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela adalah lembaga pendidikan

yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia. PAUD Al-Islahuddin berada di kompleks masjid Al-

Islahuddin Otak Reban, mengingat PAUD dirintis oleh pengurus masjid

Al-Islahuddin Otak Reban Pringgasela. Adapun batas-batas wilayah

PAUD Al-Islahuddin adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara: berbatasan dengan persawahan warga

2) Sebelah Timur: berbatasan dengan jalan


39

3) Sebelah Selatan: berbatasan dengan pemukiman warga

4) Sebelah Barat : berbatasan dengan persawahan warga

Melihat dari data di atas, PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

cukup kondusif untuk mengadakan kegiatan pembelajaran, serta terletak

di dekat pemukiman penduduk. Termasuk lokasi setrategis, akses ke

lokasi cukup mudah karena berada di tengah-tengah pemukiman warga

sehingga mudah di jangkau oleh semua siswa dari lingkungan sekitar.

Dengan dekat dari pemukiman penduduk diharapkan adanya kerjasama

yang baik dan dapat memberikan dukungan dalam bermasyarakat di luar

sekolah secara langsung.

4. Keberadaan PAUD dalam Perspektif Ekologis

Dilihat dari letak Geografis, PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

terletak di daerah pemukiman padat penduduk dengan mayoritas mata

pencaharian penduduk adalah petani. Namun walaupun demikian

keberadaan PAUD ini tidak mengganggu ekologi lingkungan setempat.

5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Data pendidik dan kependidikan PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

sebagai berikut.

Tabel 4.1

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

L/ PENDI KETERA
NO NAMA JABATAN
P DIKAN NGAN
40

1 IWAN ROSADI, S.Pd L S.1 KepalaSekolah

YENI EMILIA P SMA Sekretaris


2 Semua

3 PERWITA UTAMI, S.Pd P S.1 Bendahara/Guru guru

PAKET merupakan
4 NILA WARDANI P Guru
C tenagasuka

SRI HENDRAWATI, rela.


5 P S.1 Guru
S.Pd

6 IRMAYANI P SMA Guru

Sumber dokumentasi data PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dipahami latar belakang

pendidikan guru PAUD Al-Islahuddin Pringgasela tidak sama namun

dapat saling melengkapi berdasarkan pengalaman mengajar yang dapat

menjadi acuan dalam meningkatkan layanan pendidikan di PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela.

6. Data Jumlah Peserta Didik

Tabel 4.2

Data Peserta didik PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

No Kelas Usia Jumlah Peserta Didik Jumla

(Kelompok) Lk Pr h

1. KB 3-4 Tahun 2 3 5

2. A 4-5 Tahun 7 3 10

3. B 5-6 Tahun 6 7 13
41

Jumlah 15 13 28

Sumber:Dokumentasi PAUD Al-Islahuddin Pringgasela

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dipahami bahwa jumlah

keseluruhan peserta didik PAUD Al-Islahuddin adalah 28 anak dan

peserta didik tersebut aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sesuai

dengan program pembelajaran di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela.

7. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung

pelaksanaan pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan (KBM). Hal ini

sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran.

Sarana dan prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut:

Table 4.3

Jenis Sarana Yang Dimiliki Sekolah

Keberadaan Fungsi
No Luas
Jenis Tidak
. Ada (m2) Ya Tidak
Ada

1 RuangKepalaSekolah √ 9

2 RuangWakilKepalaSekolah √

3 Ruang Guru √ 9
42

Keberadaan Fungsi
No Luas
Jenis Tidak
. Ada (m2) Ya Tidak
Ada

RuangLayananBimbingandanK
4 √
onseling

5 RuangTamu √

6 Ruang UKS √

7 RuangPerpustakaan √

Ruang Media danAlat Bantu


8 √
PBM

9 RuangPenjagaSekolah √

10 Ruang / PosKeamanan √

11 Aula / Gedungserbaguna √

12 Gudang √

13 KantinSekolah √

14 HalamanSekolah √

Tabel 4.4

RuangKelas

KondisiRuangKelas JumlahRuangKelas
43

Baik 3

RusakRingan 0

RusakBerat 0

Total 3

        

Table 4.5

Prasarana

Keberadaan Berfungsi
Jenis
Ya Tidak Ya Tidak

Instalasi Air √ √

JaringanListrik √ √

JaringanTelepon √ - -

Internet √ √ -

AksesJalan √ √

Berdasarkan tabel 4.3, 4.4, 4.5 diatas dapat dipahami bahwa sarana

dan prasarana pendidikan PAUD Al-Islahuddin Pringgasela, maka dapat


44

disimpulkan bahwa keadaan sarana fisik dan sarana pendukung sudah

memenuhi syarat data pola pendidikan, sehingga dengan adanya sarana dan

prasarana pendukung yang memadai diharapkan terciptanya suasana kegiatan

pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik.

8. Setrategi

a. Memberikandanmenggugahkesadarankepadamasyarakat (orang

tua/walimurid) tentangpentingnyaLembaga PAUD

dalamupayamemberikanpelayanankepadaanakusiadini agar

anakdapattumbuhdanberkembangsehinggamemilikikesiapanuntukme

masukijenjangpendidikan yang lebihtinggi.

b. MemanfaatkansumberdayaManusia (SDM) yang

adaterutamagenerasimudaterdidiksehinggadapatmengembangkanbakat

sertailmupengetahuan yang dimilikigunakemaslahatanumat.

c. Menyediakanfasilitas yang mendukung bagi kegiatan Pembelajaran di

PAUD Al-Islahuddin Otak Reban.

d. Membinakerjasamadenganberbagaifihak yang terkaitdengan program

pendidikan anak usia dini sepertiDinasPendidikan demi

kelangsungandankemajuan PAUD Al-IslahuddinOtak Reban

Pringgasela.

B. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriftif

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan disiplin anak

melalui pemberian reward dan punishment yang diterapkan oleh guru di


45

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela. Untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan disiplin anak melalui metode reward dan punishment yang

diterapkan guru di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela, peneliti melakukan

observasi awal yang dilakukan pada tanggal 9 sampai 10 november 2018.

Peneliti melakukan observasi pertama pada tanggal 9 november

2018, peneliti menemukan bahwa hasil observasi pertama menunjukan

tingkat disiplin anak masih rendah. Mulai dari waktu ketepatan datang ke

sekolah, di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada saat observasi pertama

masih ada anak yang datang terlambat dimana guru tidak membarikan

punishmenttetapi hal tersebut dipaparkan oleh guru pada saat sebelum

pulang.

Observasi ini dilakukan selama dua hari dimana hari pertama

masih banyaknya anak yang disiplinnya masih rendah, hal ini terlihat dari

hasil lembar observasi. Lembar observasi ini terdapat 8 orang yang tingkat

disiplinnya masih pada tahap rendah, sedangkan pada tahap sedang ada 14

orang dan pada tahap disiplin ada 6 orang.

Selanjutnya, peneliti melakukan observasi kedua. Observasi ini

dilakukan pada tanggal 10 november 2018 dengan mengamati baik dari

proses penyambutan anak yang tiba di sekolah, proses pembelajaran sampai

akhir pembelajaran. Pada observasi hari kedua sudah ada peningkatan

disiplin anak dimana yang tingkat disiplinya rendah ada 4 orang, sedangkat

tingkat disiplin sedang ada 12 anak dan 12 anak pada tingkat disiplin yang

wajar.
46

Setelah peneliti melakukan dan menganalisis hasil observasi pertama

dan kedua maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela. Pertama, peneliti melakukan wawancara

dengan guru kelompok A pada tanggal 9 november yaitu Ibu Sri

Hendrawati, S.Pd dan Ibu Nila Wardani. Selanjutnya, wawancara dilakukan

dengan guru kelompok B dengan Ibu Perwita Utami, S.Pd dan Ibu

Irmayani. Wawancara kedua guru ini dilakukan pada tanggal 10 november

2018.

Dari hasil wawancara itu, peneliti menemukan upaya guru dalam

menerapkan metode reward dan punishment dalam meningkatkan disiplin

anak yaitu:

1) Berusaha menghargai anak dengan cara memberikan tepuk tangan

supaya anak merasa percaya diri dan merasa senang.

2) Setiap prestasi anak tidak mesti dengan barang, dengan kata sanjungan

anak juga merasa senang.

3) Setelah pemberian reward biasa anak akan melakukan hal-hal yang baik

seperti yang dilakukan oleh temannya yang mendapat reward.

4) Reward juga terkadang tidak berpengaruh terhadap anak-anak sehingga

guru melakukan pendekatan-pendekatan yang bisa menarik perhatian

anak.

5) Punishment diberikan kepada anak yang melanggar aturan.

6) Punishment juga perlu diberikan kepada anak supaya kebiasaan

menyimpang yang mereka lakukan tidak menjadi kebiasaan.


47

7) Punishmen tidak selamanya diberikan kepada anak karena mengingat

anak usia dini masih memerlukan arahan dan bimbingan.

8) Dengan pemberian reward dan punishment bisa meningkatkan disiplin

anak walaupun masih dengan arahan guru.

Pemberian reward dan punishment kepada anak memiliki

kelebihan dan kelemahan, karena dunia anak usia dini adalah dunia

bermain sehingga anak terkadang melakukan kesalahan-kesalahan yang

pernah dilakukan sebelumnya. Tapi dengan adanya pemberian reward dan

punishment anak dapat termotivasi dalam meningkatkan disiplinnya.


48

BAB V

A. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PAUD Al-

Islahuddin Pringgasela pada tanggal 9 sampai dengan 11 november 2018

tentang peran guru dalam menerapkan metode reward dan punishment

dalam meningkatkan disiplin anak pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela.

Dalam penelitian ini, terdapat tiga perumusan masalah yaitu 1) bagaimana

bentuk reward yang diterapkan pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela? 2)

bagaimana bentuk punishment yang diterapkan pada PAUD Al-Islahuddin

Pringgasela? Dan 3) bagaimana bentuk disiplin yang diterapkan pada PAUD

Al-Islahuddin Pringgasela?

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, peneliti melakukan 2 kali

obsevasi dan wawancara bersama guru di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela.

Selama proses pembelajaran dilakukan sejak penyambutan anak sampai

pembelajaran selesai melalui upaya yang dilakukan guru, peneliti

melakukan observasi dengan menyajikan lembar observasi dalam proses

pembelajaran. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan empat

orang guru di PAUD Al-Islahuddin Pringgasela. Setelah menjalani proses

tersebut dan mendapatkan data, peneliti melakukan analisis, perekapan,

penyajian dan diuraikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Untuk lebih jelasnya sebagai berikut.


49

1. Penerapan Reward

Semua siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda

sehingga guru mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi perbedaan

tersebut. Dari hasil observasi peneliti bahwa siswa yang ada pada

PAUD Al-Islahuddin masih ada yang datang terlambat, berbicara

ketika berdo’a dan sibuk sendiri ketika guru sudah mulai memberikan

penjelasan bahkan sampai membuat gaduh. Sehingga guru memilih

salah satu cara yaitu dengan pemberian reward. Seperti yang kita

ketahui anak usia dini sangat senang sekali dengan reward. Hal ini

terbukti dari hasil wawancara guru pada PAUD Al-Islahuddin yaitu. “

Proses pemberian reward kepada anak yang melakukan hal yang

seharusnya atau yang mentaati aturan yang dibuat oleh guru walaupun

hanya berbentuk aturan lisan. Bentuk reward yang kami diberikan

hanya sebatas tepuk tangan, acungan jempol, kata sanjungan seperti

bagus, hebat, pintar. Selain dengan gerakan tubuh dan kata sanjungan,

reward yang diberikan kepada anak berupa pemberian makanan ringan,

dan ATK. Tetapi pemberian reward yang berbentuk barang sangat

jarang diberikan karena terbatasnya dana sekolah. Pemberian barang

seperti ATK pun diberikan setiap akhir semester ketika pembagian hasil

proses pembelajaran”36.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

salah satu ahli bahwa reward diberikan setelah anak melakukan

prestasi yang dikehendaki. Reward yang diberikan juga tidak mesti


36
Wawancara dengan Ibu Nila Wardani dan Ibu Sri Hendrawati, S.Pd.
50

berupa barang melainkan tepuk tangan, pujian sesuai kehendak guru

yang memberikan reward. Jadi proses pemberian reward pada PAUD

Al-Islahuddin jika anak melakukan hal yang sesuai dengan aturan atau

arahan yang diberikan oleh guru37. Pada hasil observasi peneliti juga

melihat anak yang diberikan tepuk tangan ketika berhasil menjawab

pertanyaan guru. Setelah melihat hal tersebut kemudian guru

mewawancarai guru yang memberikan tepukan tersebut. “Pemberian

reward diberikan dengan tujuan supaya anak merasa senang dan

termotivasi melakukan hal yang sesuai dengan aturan ataupun harapan

dari para guru. Kalau anak tidak diberikan reward maka dia akan

merasa tidak dihargai, sikap tersebut dapat ditunjukan oleh anak

dengan raut muka yang diperlihatkan38.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang guru yang ada di

PAUD Al-Islahuddin. Reward dirasa sudah tepat diberikan kepada

anak karena selain memberikan penghargaan kepada anak reward juga

bisa memberikan anak rasa senang dan ingin terus melakukan hal yang

bisa memberikan ia pujian.

Dari hasil observasi selanjutnya yang peneliti lakukan bahwa

beberapa anak mau mengikuti arahan yang diberikan oleh guru setelah

diberikan reward. Sebagian anak juga melakukan hal yang diarahkan

guru hanya sekedar ingin mendapat pujian. Dan ada sebagian anak

yang tidak merasa terpengaruh terhadap reward yang diberikan oleh


37
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Karya, 1993), hlm. 160.

38
Wawancara dengan Ibu Nila Wardani dan Ibu Sri Hendrawati, S.Pd.
51

guru. Ini dapat dilihat dari tingkah laku anak yang melakukan hal-hal

yang tidak semestinya dan tidak merasa termotivasi dengan reward

yang diterima oleh temannya. Selain itu hasil wawancara dengan guru

juga mengemukakan. “Setelah diberikannya reward anak-anak bisa

meningkatkan disiplinnya terlebih ketika berada di dalam kelas. Dan

anak-anak merasa termotivasi dan ingin mengajukan diri seperti

temannya yang sudah mendapatkan reward walaupun hal tersebut

berlaku hanya beberapa menit saja. Tetapi secara tidak langsung

mereka terangsang dengan diberikannya reward, jadi apa yang

disampaikan oleh guru bisa diterima oleh anak”39.

Reward tidak selamanya diberikan kepada anak oleh guru dan

ini bisa dilihat dari hasil observasi peneliti ketika anak yang datangnya

pagi sebelum jam yang sudah ditentukan tidak diberikan reward. Jadi

dapat kita ketahui bahwa rewardkadang diberikan dan terkadang tidak

diberikan oleh guru. Pada PAUD Al-Islahuddin memberikan reward

kepada anak yang melakukan perbuatan baik, mentaati tata tertib

dengan cara gerakan badan seperti tepuk tangan dan acungan jempol,

dan dengan kata-kata sanjungan seperti bagus, hebat, pintar.

Sedangkan reward yang berupa barang bisa dikatakan jarang karena

dana yang terbatas dan diberikan pada moment-moment tertentu

seperti pada saat pembagian hasil laporant akhir smester.

2. PenerapanPunishment

39
wawancara dengan ibu Nila Wardani.
52

Dalam penelitian ini peneliti juga menemukan metode punishment

dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil observasi

bahwa punishment diberikan kepada anak yang melanggar tata tertib

atau tidak mau mendengar arahan guru. Hal ini sesuai dengan hasil

observasi dan wawancara peneliti dengan salah satu guru kelompok B.

“Punishment diberikan kepada anak supaya anak terbiasa melakukan

hal-hal yang sesuai dengan aturan dan sebagaimana mestinya.

Punishment juga bisa sebagai motivasi supaya anak dapat melakukan

hal yang lebih baik lagi. Punishment diberikan bukan semata-mata

untuk menakuti anak tetapi untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan

yang dilakukan supaya tidak diulangi”40.

Dari jawaban salah seorang guru pada kelompok B ini sejalan

dengan pendapat salah satu ahli bahwa punishment bertujuan untuk

memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh anak sehingga anak tidak

ingin lagi melakukan kesalahan tersebut41. Punishment diberikan

kepada anak bukan dalam bentuk kekerasan fisik namun punishment

diberikan dalam bentuk teguran yang dilakukan oleh guru. Pada saat

observasi peneliti melihat bahwa guru sangat sering memberikan

teguran-teguran kepada anak yang tidak melakukan arahan guru.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan salah seorang guru

kelompok B. “ Punishment diberikan kepada anak dalam bentuk

teguran misalnya dengan kata jangan, tidak boleh, lebih baik. Memang
40
Wawancara dengan Ibu Perwita Utami, S.Pd
41
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hlm. 44.
53

menurut yang pernah kami dengar melalui pelatihan-pelatihan kata

jangan dan tidak sangat tidak diperbolehkan diucapkan oleh guru.

Tetapi jika kami tidak menggunakan kata-kata tersebut anak-anak tidak

bisa diarahkan dan cenderung tidak mau mendengarkan kami”42.

Dari hasil observasi peneliti bahwa punishment terkadang

diberikan dan terkadang tidak diberikan. Hal tersebut dapat dilihat pada

waktu anak terlambat datang ke sekolah, tidak ada punishment yang

diberikan oleh guru. Seharusnya sesuai aturan lisan guru menetapkan

jam datang ke sekolah pada pukul 7.30 tetapi pada pukul 8.00 masih

ada yang belum datang, hal ini seharusnya di berikan

punishmentmengingat tujuan dari ketetapan waktu ke sekolah untuk

membiasakan anak bangun pukul 06.00 dan melakukan sholat subuh,

supaya tujuan dari proses pembelajaran ini bisa tercapai. Dari hasil

pengamatan peneliti anak yang datang terlambat tidak diberikan

punishment kemudian peneliti bertanya kepada guru. “Memberikan

teguran kepada anak yang masih datang terlambat sudah sering kami

lakukan, bahkan teguran kepada orang tua juga sudah kami lakukan.

Tetapi tidak bisa dipaksakan juga karena pembiasaan kepada anak usia

dini butuh proses dan waktu yang tidak bisa ditentukan. Mengingat

mereka masih anak usia dini yang masih butuh arahan secara perlahan.

Jadi kami masih memberikan toleransi kepada anak yang datang

terlambat tanpa memberikan hukuman, karena jika kita memberikan

hukuman bisa-bisa anak tersebut tidak mau ke sekolah lagi. Dari pada
42
Wawancara dengan Ibu Irmayani.
54

mereka tidak sekolah dan bermain kesana kemari lebih baik

membiarkan anak tersebut terlambat asalkan masuk. Tetapi hal tersebut

kami beritahukan kepada orang tua supaya tidak terulang lagi”43.

Dari hasil wawancara guru yang sekaligus mewakili kepala

sekolah bahwa punishment tidak berbentuk hukuman fisik, hal tersebut

sejalan dengan pendapat ahli bahwa pada PAUD Al-Islahuddin

menerapkan punishment represif yaitu punishment yang menekan atau

menghambat kesalahan yang bisa terulang lagi. Jadi pemberian

punishmentkepada anak tidak selamanya diberikan oleh guru pada

PAUD Al-Islahuddin Pringgasela. Punishment sangat berperanguh

terhadap disiplin anak karena anak mampu mengikuti arahan guru dan

aturan yang berlaku.

3. Bentuk Disiplin

Pola penerapan disiplin merupakan suatu gambaran yang

menjelaskan bagaimana cara atau proses seseorang dalam membentuk

karakter kedisiplinan, dengan terbentuknya karakter disiplin maka

seseorang akan mempunyai kepribadian yang baik seperti, bersikap

jujur dalam segala hal dan mentaati aturan-aturan yang ada serta selalu

tepat waktu dalam suatu hal.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

pada PAUD Al-Islahuddin bahwa dengan metode reward dan

punishment disiplin anak mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat

dari lembar observasi yang digunakan peneliti dan hasil wawancara


43
Wawancara dengan Ibu Perwita Utami, S.Pd.
55

beberapa guru. Peningkatan memang tidak terlalu besar tetapi

peningkatan disiplin ada. Dengan adanya pemberian reward dan

punishment pada PAUD Al-Islahuddin maka bisa dikatakan meningkat.

Berdasarkan hasil observasi ketika berdo’a guru membuat

aturan terlebih dahulu pada waktu sebelum pulang, jika anak tidak

berdo’a dengan rapi maka tidak akan dikasi pulang dan harus

mengulang do’a sampai bagaimana sikap berdo’a yang baik. Hal ini

dibenarkan oleh salah seorang guru dimana peneliti mewawancarai

guru. “ Sebelum berdo’a kami selalu membuat aturan jika mereka tidak

berdo’a dengan rapi maka kami belum mengijinkannya pulang sampai

mereka benar-benar berdo’a dengan rapi dan kami menyuruhnya

mengulangi do’a. Bahkan kami juga sering memberikan gambaran

bahwa jika tidak berdo’a dengan baik maka itu temannya setan dan bisa

masuk neraka. Hal itu memang tidak seharusnya kami lakukan tetapi

mengingat supaya mereka bisa membedakan sikap pada waktu

ibadah”44.

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut dapat kita lihat

bahwa anak yang berdo’a dengan rapi bisa diberikan izin untuk pulang

terlebih dahulu artinya anak tersebut diberikan reward berupa waktu

pulang lebih awal dan punishment kepada anak yang tidak menaati

aturan dengan waktu pulang belakangan. Jadi reward dan punishment

memang benar diberikan kepada anak guna menerapkan disiplin pada

PAUD Al-Islahuddin, hal ini sesuai dengan teori Hurlock bahwa jenis
44
Wawancara dengan Ibu Perwita Utami, S.Pd.
56

disiplin yang diterapkan yaitu disiplin demokratis dimana disiplin ini

memberikan reward kepada anak yang melakukan prestasi atau

mentaati aturan dan memberikan punishment jika anak melakukan

kesalahan45.

Jadi diharapkan penerapan reward dan punishment bisa

meningkatkan lagi disiplin anak walaupun tanpa aturan, sehingga

karakter kedisiplinan anak bisa tertanam dengan baik. Sehingga

kapanpun dan dimanapun anak akan selalu disiplin terlebih anak akan

memasuki jenjang pendidikan dasar.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metode reward yang diterapkan pada PAUD Al-Islahuddin

Pringgasela digunakan apabila siswa melakukan hal yang baik yang sesuai

aturan atau arahan guru. Reward berupa gerakan tubuh seperti tepuk

tangan, acungan jempol. Selain itu reward yang digunakan juga berbentuk

45
Hurlock, E. B, Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang Kehidupan.
(Jakarta; Erlangga, 1980). Hal 93.
57

barang seperti makanan ringan dan ATK. Reward yang lebih sering

digunakan yaitu tepuk tangan, acungan jempol dan kata-kata pujian.

Sedangkan metode Punishment yang digunakan hanya sebatas

teguran dan ancaman. Teguran seperti tidak boleh, jangan dan lebih baik.

Sedangkan yang berupa ancaman seperti tidak boleh pulang dan pulang

paling belakang. Punishment tidak selamanya digunakan oleh guru karena

anak usia dini masih dalam proses berkembang dan butuh arahan yang

tentu secara perlahan.

Dari metode reward dan punishment yang diterapkan oleh guru

pada PAUD Al-Islahuddin Pringgasela dapat di lihat bahwa disiplin yang

di gunakan yaitu disiplin demokratis. Dimana disiplin demokratis ini

adanya pemberian reward kepada anak yang dapat menyelesaikan

perintah dan arahan guru, dan pemberian punishment terhadap anak yang

melakukan kesalahan.
58

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemberian reward dan punishment hendaknya tetap dilakukan guna

membiasakan anak bersikap disiplin, dimana sikap disiplin ini sangat

penting bagi kehidupan anak.

2. Mencari metode-metode lain yang dapat meningkatkan disiplin anak.


59

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. 1987. Pengantar Metodik Dedaktik. Bandung: Armiko.

Alma, Buchari. 2008. Guru professional: Menguasai Metode dan Tampil Belajar.
Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Karya.

Arif, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Inter Masa.

Al-Qur’an, Surat An-Nisa’ Ayat 59.

Daien, Amir. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Dimyati, Jhoni. 2013.Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Kencana.

Dinar Prasasti, Wiwin. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.,


Surakarta.

Echol J.M dan Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.

Eprints.ums.ac.id. diambil pada tanggal 06 Juni 2018, pukul 08.30 WITA.

Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Fathurrohman, Pupuh dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar, Surabaya.

Hadi, Sutrisno.1986. Metodologi research( Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP-

IKIP.

https://www.sekolahpendidikan.com, diambil pada tanggal 9 Oktober 2018, pada

pukul 08.40 WITA.


60

Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iib.unnes.ac.id. diambil pada tanggal 08 Juni 2018, pukul 10.59 WITA.

Maria J. Wantah. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada


Anak Usia Dini, Jakarta: Departement Pendidikan Nasional, Direktoral
Jendral Pendidikan Tinggi, Direktoral Pembinaan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Keperguruan Tinggi
Mulyasa, 2011. Menjadi Guru Prpfesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, M. Ngalim,1985. Ilmu Pendidikan Teoritisdan Praktis, Bandung:
Remadja Karya,
Schaefer, Charles. 1986. Bagaimana Mendidik dan Mendisiplinkan Anak.
Jakarta; Kesain Blanch.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfaberta.
Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung:
Rosdakarya.

Undang-undang Sikdiknas edisi terbaru 2012. Bandung; Fukosindo.

Uyu Wahyudin, Mubiar Agustin. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: Refika Aditama.
61

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Dokumentasi Izin Operasional PAUD Al-Islahuddin


62

Lembar Observasi

INDIKATOR SKOR KETERANGAN

1 Terlambat dari pukul 7.30 WITA.

Datang ke sekolah tepat 2 Tepat pukul 7.30 WITA.


waktu
3 Lebih awal dari pukul 7.30 WITA.

1 Diam tidak ikut berdo’a.


Do’a dengan tertib
2 Berdo’a sambil bermain dengan temannya.
sebagaimana mestinya
Ikut berdo’a sesuai tata cara berdo’a yang baik
3
dan benar.
1 Tidak mau mendengarkan arahan guru.
Tidak membuat gaduh di Mendengarkan arahan guru tetapi
2
dalam kelas mengulanginya lagi.
3 Mengikuti arahan guru.

1 Membuang sampah sembarangan.


Tidak membuang sampah
2 Membuang sampah dengan arahan guru.
sembarangan
Membuang sampah pada tempatnya dengan
3
inisiatif sendiri.
1 Tidak mau membereskan mainan sendiri.
Tidak mengerjakan hal lain 2 Meletakkan kembali dengan arahan guru.
ketika proses pembelajaran
3 Meletakkan sendiri pada tempatnya.
63

Lembar observasi
Hari/tanggal : jum’at, 9 november 2018

Indikator disiplin anak di Sekolah

Tidak
Berdo’a Tidak
Tidak mengerj
Datang dengan membu Skor
membu akan
ke tertib at Domina
ang hal lain
Sekolah sebagai gaduh n
sampah ketika
tepat mana di
No Nama sembar proses
waktu mestiny dalam
angan pembel
a kelas
ajaran
* * * * * * * * * * * * * * *

* * * * * * * * * *

* * * * *

1. Almi Gilang x x x x x 1

Widodo

2. Ibad Gifari x x x x X 2

Arrosyid

3. Jopandi x x x x x 1

Fabiansyah

4. Nadia x x x x x 3

Anggraini

5. Naesa x x x x x 1

Winona. K

6. Nevi marlina x x x x x 1

7. Paozan Adlil x x x x x 1

Azim
64

8. Pida Zelia x x x x x 1

Sapira

9. M. Herza x x x x x 2

Multazam

10. Raziq x x x x x 2

Hirmawan

11. Surya Boga x x x x x 2

Pratama

12. Yelsi x x x x x 2

Apriliani

13. Ziandi x x x x x 2

Alfaqih

14. Dela Aprida x x x x x 2

15. Gina Gustina x x x x x 2

16. Mario Teguh x x x x x 2

17. Maulan Agus x x x x x 3

Safitri

18. Olivia x x x x x 3

Rizkiani

19. Akiva Naila x x x x x 2

Permata sari

20. Dinda Aulia C x x x x x 2

21. Dinda Latifa x x x x x 2


65

Azzahra

22. Habib x x x x x 1

Rupawan

23. Haikal x x x x x 2

Umawi

24. Indah Raisya x x x x x 2

Safitri

25. Maulana x x x x x 1

Saputra

26. M. Arkan x x x x x 3

Ramadhani

27. M. Denis x x x x x 3

28. Nabila Asyifa x x x x x 3


66

Lembar observasi
Hari/tanggal : Sabtu, 10 November 2018

Indikator disiplin anak di Sekolah

Tidak
Berdo’a Tidak
Tidak mengerj
Datang dengan membu Skor
membu akan
ke tertib at Domina
ang hal lain
Sekolah sebagai gaduh n
sampah ketika
tepat mana di
No Nama sembar proses
waktu mestiny dalam
angan pembel
a kelas
ajaran
* * * * * * * * * * * * * * *

* * * * * * * * * *

* * * * *

1. Almi Gilang x x x x x 2

Widodo

2. Ibad Gifari x x x x x 2

Arrosyid

3. Jopandi x x x x x 1

Fabiansyah

4. Nadia x x x x x 3

Anggraini

5. Naesa x x x x x 1

Winona. K

6. Nevi marlina x x x x x 1

7. Paozan Adlil x x x x x 1

Azim
67

8. Pida Zelia x x x x x 2

Sapira

9. M. Herza x x x x x 2

Multazam

10. Raziq x x x x x 2

Hirmawan

11. Surya Boga x x x x x 3

Pratama

12. Yelsi x x x x x 2

Apriliani

13. Ziandi x x x x x 3

Alfaqih

14. Dela Aprida x x x x x 3

15. Gina Gustina x x x x x 3

16. Mario Teguh x x x x x 3

17. Maulan Agus x x x x x 3

Safitri

18. Olivia x x x x x 3

Rizkiani

19. Akiva Naila x x x x x 2

Permata sari

20. Dinda Aulia C x x x x x 2

21. Dinda Latifa x x x x x 2


68

Azzahra

22. Habib x x x x x 2

Rupawan

23. Haikal x x x x x 2

Umawi

24. Indah Raisya x x x x x 2

Safitri

25. Maulana x x x x x 3

Saputra

26. M. Arkan x x x x x 3

Ramadhani

27. M. Denis x x x x x 3

28. Nabila Asyifa x x x x x 3


69

Wawancara

1. Bagaimana proses pemberian reward dan punishment?

2. Apa alasan pemberian reward dan punishment?

3. Apa tujuan diberikannya reward dan punishment?

4. Apakah reward dan punishment sudah tepat diberikan guna meningkatkan

disiplin anak?

5. Bagaimana hasil setelah diberikan reward dan punishment?

6. Setelah pemberian reward dan punishment apakah disiplin anak semakin

meningkat atau menurun?


70

Dokumentasi pemberian reward berupa tepuk tangan saat anak dapat menjawab
pertanyaan guru

Dokumentasi anak yang datang terlambat dan tidak diberikan punishment


71

Dokumentasi saat berdo’a ada yang masih bicara

Dokumentasi pemberian punishment berupa teguran dan arahan


72

Dokumentasi saat anak diberikan punishment berupa teguran karena tidak mau
mendengar arahan guru

Dokumentasi saat guru memberikan reward berupa tepuk tangan dan kata
sanjungan “hebat dan pintar”
73

Dokumentasi anak yang termotivasi karena diberikan reward

Dokumentasi pemberian punishment berupa teguran dan ancaman karena tidak


patuh kepada guru saat pembelajaran
74

Dokumentasi saat anak diarahkan untuk memungut sampah karena banyaknya


sampah yang berserakan

Dokumentasi pemberian punishment berupa ancaman ketika anak tidak mau


mengikuti arahan ketika akan berdo’a seperti “tidak boleh pulang”

Anda mungkin juga menyukai