Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN

AKHLAKUL KARIMAH PESERTA DIDIK DI


PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kulia : Metodologi Penelitian I

Dosen pengampuh : Dr. Neti S., S.Ag., M.Pd

Oleh :

Muh.feriyanto : 20511012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakiah Derajat
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala
bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok umat

1
manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya,
sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda
sesuai taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan
dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun
diakhirat kelak.1

Islam sebagai agama wahyu menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha

keras mendapatkan kesejahteraan hidup didunia dan diakhirat sesuai dengan petunjuk wahyu

Tuhan. Pendidikan bertujuan untuk membina manusia yang memiliki pengetahuan serta sikap

keterampilan, yang terpenting dari segalanya ialah membekali anak didik agar dapat mengontrol

dirinya sendiri, melalui pendidikan akhlak dan pencerdasan keilmuan. Inilah pendidikan yang

dikehendaki Islam, sesuai firman Allah SWT dalam QS. alMujaadalah/58:11

‫وْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم‬Aُ‫ع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬A ‫ هّٰللا‬A‫حُوْ ا ي ْفس‬A‫حُوْ ا فى ْالم ٰجلس فَا ْفس‬A‫ل لَ ُكم تَفَ َّس‬Aْ‫وا ا َذا قي‬Aْٓ ُ‫ٰيٓاَيُّها الَّذ ْينَ ٰامن‬
ِ َ‫ ُزوْ ا يَرْ ف‬A‫ ُزوْ ا فَا ْن ُش‬A‫ َل ا ْن ُش‬Aْ‫ح ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي‬ ِ َ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ َ

١١ - ‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬


ٍ ۗ ‫َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬

1
Zakiyah Darajat dkk, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), Hlm. 86.

2
3

Terjemahnya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya
pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan
orang-orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga
mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap
mu’min.2

Dengan merujuk kepada tingginya peran agama bagi aura kehidupan hingga arah dan fungsi
pendidikan rakyat Indonesia, maka pendidikan agama, khususnya Pendidikan Agama Islam di sekolah
menempati posisi yang paling strategis, mengingat para siswa sekolah umum secara kuantitas
jumlahnya demikian besar dan dengan identitas peserta didik mayoritas beragama Islam. melalui
pendidikan agama, fungsi pendidikan sebagai sarana transformasi pengetahuan mengenai aspek
keagamaan dapat terpenuhi (dalam ranah kognitif) dan pendidikan agama yang berfungsi sebagai
sarana transformasi norma serta nilai moral yang bisa membentuk sikap (dalam ranah afektif) yang
berperan dalam mengendalikan perilaku (dalam ranah psikomotorik) sehingga berwujud kepribadian
manusia Indonesia seutuhnya.3

Sesuai dengan Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, memuat
Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Perwujudan akhlak mulia terhadap peserta didik bukanlah pekerjaan ringan.
Maka dari itu, sistem pendidikan perlu diperhatikan secara intensif dan harus dikerjakan oleh ahlinya
yang penuh amanat (bertanggung jawab). Apabila akhlak mulia teraplikasi dalam keseharian manusia,
maka seluruh aspek kehidupannya akan baik dan terhindar dari segala musibah dan malapetaka.
Namun betapapun idealnya tujuan pendidikan agama Islam tersebut diatas, kenyataan yang terjadi di
masyarakat Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Grobogan selama ini belum mampu
memperlihatkan hasil yang memuaskan dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Hal ini dapat
diindikasikan dengan tindak kriminal, perilaku kekerasan, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku
abnormal serta perilaku kekerasan lainnya di lingkungan generasi muda, di lingkungan sekolah atau
diluar sekolah yang dilakukan oleh kebanyakan dari kalangan pelajar. Dengan demikian, tugas guru
pendidikan agama Islam disekolah adalah mendidik peserta didiknya melalui pendidikan agama Islam
yang dapat membina akhlak peserta didik dan memperaktekkannya
4

2
Ahmad. Mustafa, al-Maraghi. 1993, Terjermah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang), Hlm. 187. 3 Imam, Tholkhah. 2009, Mereka
Bicara Pendidikan Islam (Sebuah Bunga Rampai), (Jakarta: Raja Grafindo Persada),Hlm. 111.

dalam kehidupan sehari-hari.4 Papar Bapak AMRULLAH selaku guru PAI di PONDOK
PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA, waktu di wawancarai penulis. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka penulis tertarik dengan penilitian yang berjudul “Strategi Pembelajaran Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Peserta Didik Di PONDOK
PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA Tahun 2022”
B. Fokus Penilitian
Dalam penelitian ini, peneliti perlu membatasi fokus penelitian dan deskripsi fokus untuk menjaga
agar penelitian ini tetap terarah. Adapun fokus penelitian dan deskripsi fokus tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Strategi pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan akhlakul karimah peserta
didik di PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA.
2. Dampak strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap akhlakul karimah peserta didik di
PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA.
Alasan melakukan penelitian ini
Alasan calon peneliti melakukan penelitian ini adalah penelitian ini belim pernah diteliti oleh penbeliti
sebelumnya sehingga calon peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian ini karena masalah
penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dalam perkembangan ilmu penegtahuan selanjutnya.
Selanjutnya alasan kedua, penelitian ini lakukan untuk sebagai laporan kepada pihak-pihak yang
terkait, agar supaya dapat mengambil suatu keputusan atau kebijakan di dalam mengatasi
permasalahan yang muncul kaitannya dengan peranan guru Pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran agama Islam.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas, penulis menarik beberapa permasalahan yang akan dijadikan inti
pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pembelajaran PAI dan gambaran akhlak peserta didik di PONDOK
PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA?
2. Bagaimana dampak strategi pembelajaran guru PAI dalam meningkatkan akhlak peserta didik di
PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA?
D. Tujuan dan Manfaat Penilitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui strategi pembelajaran PAI dan Mendeskripsikan akhlak peserta didik di PONDOK
PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA.
b. Menganalisis dampak strategi pembelajaran guru PAI dalam meningkatkan akhlak peserta didik di
PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA.
2. Kegunaan Penilitian
5

a. Memberikan wawasan akademik bagi para pendidik.


b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca di dunia pendidikan.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran

1.Pengertian strategi pembelajaran

Pengertian Strategi Pembelajaran PAI adalah taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk
mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan pembelajaran merupakan
suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan
bermakna bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar
dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan
pengalaman yang diperoleh. Kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari
sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. 5

2.Macam-macam strategi pembelajaran

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran di mana guru memiliki


peranan yang dominan, sedangkan siswa cenderung menerima dan mengikuti apa yang
disajikan oleh guru. Dalam strategi ini, proses penyampaian materi dilakukan oleh guru secara
lisan kepada siswa agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran secara optimall. 6

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri

Berbeda dengan strategi pembelajaran ekspositori, dalam strategi pembelajaran inkuiri,


siswa memiliki peranan yang lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini sesuai
dengan definisi strategi pembelajaran inkuiri itu sendiri, yaitu strategi pembelajaran yang
memberikan ruang pada siswa untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran

4. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menempatkan siswa


dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 sampai 6 orang. Setiap kelompok akan
mendapatkan tugas masing-masing dari guru untuk dikerjakan bersama-sama. 7

5
Muhaimin dkk. 1996, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media,), Hlm. 157. 6Wina, Sanjaya. 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana,), Hm. 126. 7
Wina, Sanjaya. 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana), Hlm.186. 8 Hadi, Supeno. 1995, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), Hlm. 26.

B.Akhlakul karimah
1.Pengertian Akhlakul Karimah
7

Akhlakul Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma
yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta.
Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan akhlak al karimah
(akhlak yang mulia).8 i

2.Macam-macam Akhlakul Karimah


Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik Kepada Alloh
Dan Hubungan Baik Sesama Manusia )
Qana'ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.
Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena Alllah SWT.9
3.Dasar Hukum Akhlakul Karimah
Akhlak yang dimaksud adalah akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji. Seseorang yang
berakhlakul karimah, maka segala perbuatan dan tingkah lakunya pun baik. Dengan begitu, akan
terwujudlah kehidupan yang harmonis dan damai.10

C. Sifat dan Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam hal ini, Menurut Abdurrahman an-Nahlawi sifat-sifat guru PAI antara lain sebagai berikut:
1. Guru hendaknya robbani dalam segala tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
Maksudnya, dalam mendidik guru harus memiliki dali sebagai pedoman terhadap materi yang
bersangkutan. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ali Imran/3:79, yaitu:

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah
dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.”11
2. Guru hendaknya ikhlas dalam pekerjaannya.
3. Guru hendaknya mempunyai sifat sabar dalam mendidik.
4. Guru hendaknya bersifat jujur dalam menyampaikan apa yang diserukan kepada anak didik.
5. Guru hendaknya selalu membekali diri dengan berbagai macam ilmu dan terus menerus
mengadakan pengkajian.dll.

9
Zainuddin, dkk. 1991, Seluk Beluk Pendidikan al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara), Hlm. 50. 10
Chabib,
Thoha. 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Hlm. 11. 11
Ibid.,
Hlm.12.
8

Jadi, kepribadian guru agama merupakan faktor terpenting dalam melaksanakan kepribadian,
bahkan kepribadian yang dimiliki oleh guru agama itu menentukan segala langkah dan
perbuatannya. Selain itu, kepribadian juga memiliki tiga aspek, yaitu: aspek jasmaniah, aspek
kejiwaan dan aspek kerohanian.

D. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam


Seorang yang telah menerima jabatan guru berarti ia telah menerima sebuah tanggung jawab yang
besar, apalagi bagi guru agama yang selalu menjadi contoh bagi anak didiknya, baik disekolah
maupun di masyarakat, untuk membimbing, mengajar dan mendidik putra-putri mereka agar kelak
menjadi anak yang berguna bagi masyarakat dan dapat memikul tanggung jawab guru sebagai
warga negara yang baik.12 Penjelasan dari bapak shodikin waktu penulis wawancarainya.
Muhammad Uzer Utsman mengelompokkan tugas guru menjadi tiga kelompok yaitu dalam bidang
profesi, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan. 13 Antara lain:
1. Tugas Bidang Profesi
Guru merupakan suatu profesi, artinya suatu jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Oleh karena itu, jabatan guru itu tidak dilakukan oleh sembarang orang di luar
profesi bidang pendidikan. Tugas guru dalam bidang profesi itu meliputi: mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedang melatih adalah mengembangkan ketrampilan kepada peserta didik. Kaitannya dengan tugas
guru bidang profesi dalam hadis disebutkan :

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW Apabila suatu perkara
diserahkan kepada yang tidak ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari)
2. Tugas Bidang Kemanusiaan
Dalam hal ini guru dalam sekolah dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta didiknya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar.
3. Tugas Bidang Kemasyarakatan

12
Wawancara kepada Bpk. Shodikin. S. Ag. Selasa, 22 Mei 2018. Jam 16.00
13
Moh. Uzer, Utsman. 1992, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya),Hlm. 6-7
9

Masyarakat menempatkan guru pada tempat terhormat di lingkungannya karena dari

seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban

mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia yang berdasarkan

Pancasila. Tugas guru agama tidak hanya memberikan pembinaan pribadi anak supaya menjadi taat

padaa gama sesuai dengan ajaran Islam yang telah diterima. Adapun yang dijadikan suri tauladan

dalam pembinaan pribadi anak adalah Nabi SAW. sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat

al-Ahzab/33:21 yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak

menyebut Allah.”

E. Konsep Akhlakul Karimah


Akhlak merupakan salah satu tujuan dari pendidikan agama Islam, karena akhlak adalah
perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindar dalam
pergaulan dengan Tuhan, manusia dengan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan nilai-nilai dan moral.14

Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan pendapat bahwa Akhlak adalah ilmu untuk
menetapkan segala perbuatan manusia yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah,
yang hak atau yang batil.15

Perbuatan yang lahir dari akhlakul karimah siswa pada dasarnya mempunyai tujuan
langsung yang dekat, yaitu harga diri, dan tujuan jauh adalah ridha Allah melalui amal shaleh dan
jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud tujuan tersebut adalah agar manusia berada dalam
kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Inilah yang menghantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Akhlak mulia
merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap
mulia jika perbuatannya mencerminkan niai-nilai yang tekandung dalam Al-Qur’an. 16

14
Asmaran. 2002, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), Hlm. 5 15
Ahmad,

Amin. 1991, Ilmu Akhlak Terjemahan, (Jakarta: Bulan Bintang), Hlm. 1. 16


Farhan, 2016 “Strategi guru pai

dalam pembinaan akhlak al-karimah siswa di sman marga baru kabupaten musi rawas”
10

tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi

dipandang dari sudut ajaran Islam itu termasuk iman yang rendah. Adapun bentuk-bentuk

akhlak terbagi 2 macam, yaitu akhlak mahmudah (akhlakul karimah) dan akhlak

mazmumah.

1. Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah pada prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang

memengaruhi perbuatannya sehingga menjadi perilaku utama, benar, cinta kebajikan, suka

berbuat baik, sehingga menjadi watak pribadinya dan mudah baginya melakukan sebuah

perbuatan itu tanpa ada paksaan. Adapun diantara bentuk-bentuk akhlak mahmudah antara

lain:

a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT

. 1) Mentauhidkan Allah SWT.

2) Taqwa kepada Allah SWT.

3) Zikrullah.

b. Akhlak diri sendiri

1) Sabar dalam menghadapi ujian kehidupan, menghadapi hawa nafsu, dalam

beramal shaleh, dalam menyampaikan kebenaran.

2) Jujur di dalam perkataan dan perbuatan

3) Amanat yang diberikan oleh Allah dan orang lain.

4) Adil dalam memberikan keputusan

5) Hemat dalam harta benda, waktu, tenaga sesuai keperluan.

6) Kasih sayang kepada sesama.

7) Malu terhadap Allah SWT dan kepada diri sendiri.

8) Tawadhu

’ 9) Pemaaf.
11

c. Akhlak terhadap keluarga Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis,

permasalahan berbakti kepada orang tua senantiasa dikaitkan dengan keimanan

kepada Allah, sedangkan durhaka terhadap keduanya selalu dikaitkan dengan

berbuat syirik terhadap-Nya. Tak heran bila sebagian ulama menyimpulkan bahwa

keimanan seseorang tidak akan berarti selama dia tidak berbakti kepada kedua

orang tuanya dan tidak ada bakti kepada keduanya selama dia tidak beriman kepada

Allah.

d. Akhlak terhadap masyarakat

1) Berbuat baik terhadap tetangga

2) Suka menolong orang lain

e. Akhlak terhadap alam

1) sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

2) menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna, dan flora

(hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan

manusia dan makhluk lainnya.

2. Akhlak Mazmumah

a. Dengki atau iri hati.

b. Riya’ atau mengharap pujian orang disekitar

. c. Ujub atau merasa bangga terhadap dirinya sendiri

d. Takabbur

e. Sombong

Strategi pembelajaran guru pendidikn agama Islam dalam meningkatkan akhlakul

karimah peserta didik tidak terlepas dari landasan teologis yakni alQur’an dan al-

Hadis. Selain itu, juga didasarkan pada landasan yuridis yakni Undang-Undang RI

No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas), Undang-

Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, peraturan pemerintah
12

RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan. Permen

Dikbud No. 81.a tentang Implementasi kurikulum 2013. Hubungan professional

mengandaikan perlunya penciptaan hubungan yang rasional, kritis, dan dinamis

antara sesama guru atau antara guru dan pimpinannya dan/atau peserta didik

dengan guru dan pimpinannya untuk saling berdiskusi, asah dan asuh, tukar-

menukar informasi, saling berkeinginan untuk maju,serta meningkatkan kualitas

sekolah, professional guru dan antar kualitas layanan terhadap peserta didik.

Dengan perkataan lain, perbincangan antara guru dan antar peserta didik, juga

antara guru dengan peserta didik lebih banyak berorientasi pada pengembangan

akademik, serta peningkatkan kualitas keagamaan Islam, bukan “ngerumpi” yang

tiada arti. Sementara hubungan sederajat atau sukarela merupakan hubungan

manusiawi antar teman sejawat untuk saling membantu, mengingatkan dan

melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga hubungan tersebut perlu

didudukan secara professional dengan dilandasi oleh kode etik tertentu untuk

menghindari tumpah tindih.17

17
Achmad , Asrori. 2014, Pembentukan akhlaqul karimah berbasis pemaduan sekolah dan

pesantren, ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 14, Nomor 2, Desember 2014.
13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati. dapat dikatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif. Artinya, peneliti menganalisis dan menggambarkan penelitian secara

objektif dan mendetail untuk mendapatkan hasil yang akurat. Secara teoritis,

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan

informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan, sehingga hanya merupakan

penyingkapan fakta dengan menganalisis data.18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penilitian kualitatif ini dilaksanakan di ruang staf pengajar PONDPK

PESANTREN DDI ENTROPJAYAPURA. Dan peniliti juga melakukan

wawancara di rumah Bapak Amrullah yaitu salah satu pengajar PONDOK

PESANTREN DDI ENTROPJAYAPURA.

2. Waktu Penelitian ini direncanakan 18 Oktober sampai dengan 8 November

2022, pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022

C. Jenis & Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu :

macam, yaitu :

1. Data primer Dalam penelitian lapangan sumber data primer merupakan data utama yang diambil
14

langsung dari para informan guru pendidikan agama Islam, guru.

2. Data sekunder Sumber data sekunder merupakan data yang tidak langsung diambil dari para

informan akan tetapi melalui dokumen Sumber data sekunder dalam hal ini adalah data yang berupa

dokumentasi penting adalah majalah sekolah dan dokumen-dokumen sekolah lainnya yng menunjang

pendidikan sekolah.

Berdasakan pada petunjuk tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan memilih dan menentukan

sumber data sebagai kunci informan yang dianggap paling mengetahui permaslahan. Kemudian

peneliti menfokuskan pada strategi pembelajaran guru pendidikan agama Islam, akhlak peserta didik

di sekolah dan dampak dari strategi pembelajaran terhadap akhlak peserta didik.

D. Teknik Penqambilan Sumber Data

Informan yang penulis wawancarai adalah:

1. Bapak Amrullah pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Anang dan dewi, murid dari Bapak Markus kelas XI IPA

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teknik Observasi Teknik observasi partisipasi moderat merupakan teknik pengumpulan

data yang digunakan oleh peneliti, karena dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar, peneliti ikut melakukan yng dilakukan oleh

narasumber untuk memperoleh data dari hasil pengamatan langsung.

2. Teknik Wawancara

Yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalh proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
15

3. Teknik Dokumentasi

Peneliti memakai teknik pengumpulan data dengan dokumentasi karena hasil penelitian dari

observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah

atau catatan peristiwa yang sudah berlalu.

E. Teknik Analisis Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif, yakni penyusunan data untuk

kemudian dijelaskan dan dianalisi serta dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

Analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menemukan dan mendeskriptifkan tntang strategi

pembelajaran guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan akhlakul karimah peserta

didik di PONDOK PESANTREN DDI ENTROP JAYAPURA. Penelitian ini

mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara factual dan akurat mengenai fakta-fakta

yang ada. Kemudian proses pengolahan data mengikuti teori Miles dan Huberman,

sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, bahwa proses pengolahan data melalui tiga tahap, yaitu

reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data, yaitu penulis merangkum dan memilih beberapa data yang penting yang

berkaitan dengan judul proposal ini. Kemudian data yang telah direduksi kemudian disajikan

dalam bentuk teks yang bersifat naratif dalam laporan penelitian. Dengan begitu, gambaran

hasil penelitian akan lebih jelas.

2. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori

dan sejenisnya. Selanjutnya penyajian data, yaitu data yang sudah diorganisir secara

keseluruhan. Data yang sifatnya kualitatif seperti jumlah guru, peserta didik, sarana dan

prasarana.

3. Verifikasi Data Verifikasi data,

yaitu penulis membuktikan kebenaran data yang dapat diukur melalui informan yang
16

memahami masalah yang diajukan secara mendalam dengan tujuan menghindari adanya

unsure subjektivitas yang dapat mengurangi bobot proposal.

F. Uji Keabsahan Data Pengujian data

dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pengecekan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang ada untuk kepentingan keabsahan

data atau bahan perbandingan data yang ada. Triangulasi dilakukan dan digunakan untuk

mengecek keabsahan data yang terdiri dari Empat uji. Adapun penjelasannya, penulis akan

uraikan sebagai berikut:

1. Uji Kredibilitas

Uji Kredibilitas (credibility) merupakan uji kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif (Prastowo, 2012: 266). Moleong (2016: 324)

menyatakan bahwa uji kredibilitas ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi pertama

untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa tingkat kepercayaan

penemuan kita dapat dicapai, dan fungsi yang kedua untuk mempertunjukkan

derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian

terhadap kenyataan ganda yang sedang ditelit

2. Uji Transferabilitas (Transferability)

Sugiyono (2015: 376) menjelaskan bahwa uji transferabilitas

(transferability) adalah teknik untuk menguji validitas eksternal didalam

penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel itu diambil. Kemudian

Moleong (2016: 324) menjelaskan bahwa tranferabilitas merupakan persoalan

empiris yang bergantung pada kesamaan konteks pengirim dan penerima.

3. Uji Dependabilitas (Dependability)


17

Prastowo (2012: 274) uji Dependabilitas (Dependability) ini sering disebut

sebagai reliabilitas didalam penelitian kuantitatif, uji dependabilitas didalam

penelitian kualitatif dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses didalam penelitian. Dijelaskan juga oleh Sugiyono (2015:

377) bahwa uji dependabilitas dilakukan dengan cara mengaudit segala

keseluruhan proses penelitian.

4. Uji Konfirmabilitas/Objektivitas (Confirmability)

Sugiyono (2015: 377) menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan

uji objektivitas di dalam penelitian kuantitatif, penelitian bisa dikatakan objektif

apabila penelitian ini telah disepakati oleh orang banyak. Prastowo (2012: 275)

mengatakan bahwa menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian

yang dihubungkan dengan proses penelitian dilakukan.


18

DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiyah, dkk. 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. al-Maraghi, Ahmad.
Mustafa,. 1993, Terjermah Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Karya Toha Putra Semarang. Tholkhah,
Imam. 2009, Mereka Bicara Pendidikan Islam (Sebuah Bunga Rampai), Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Muhaimin, dkk. 1996, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media. Sanjaya, Wina.
2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana. Sanjaya,
Wina. 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Supeno, Hadi. 1995,
Potret Guru, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Zainuddin, dkk. 1991, Seluk Beluk Pendidikan al-
Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara Thoha, Chabib. 1996, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Utsman, Moh. Uzer. 1992, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asmaran. 2002, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada Amin, Ahmad. 1991, Ilmu
Akhlak Terjemahan, Jakarta: Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi. 2007, Manajemen Penelitian,
Jakarta: Rineka Cipta. M. Arifin. 2000, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Farhan, 2016
“Strategi guru pai dalam pembinaan akhlak al-karimah siswa di SMAN marga baru Kabupaten Musi
Rawas” An-Nizom. Vol. 2, No. 2, Agustus 2017. Asrori, Achmad. 2014, Pembentukan akhlaqul
karimah berbasis pemaduan sekolah dan pesantren, ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, Volume 14,
Nomor 2, Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai