Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN DI PESANTREN MAHASISWA


DALAM MENINGKATKAN MUTU
MAHASISWA

Di ajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah metpen

khkhk

dosen pengampu:

Dr. Prilani, M.Si

Di susun Oleh:

DIKI RAHMAN

STUDI PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KEDIRI
2018

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Proses globalisasi telah menjadikan dunia mengalami perubahan-
perubahan yang begitu cepat. Bahkan perubahan-perubahan tersebut tidak
dapat diprediksi sebelumnya (Unpredictable). Globalisasi juga telah
menciptakan karakteristik masyarakat abad 21 sebagai masyarakat mega-
kompetisi, sehingga tidak ada tempat di dalam masyarakat tanpa kompetisi.
Kompetisi telah dan akan merupakan prinsip hidup yang baru, karena dunia
terbuka dan bersaing untuk melaksanakan sesuatu yang lebih baik dan terus
menerus lebih baik.1
Untuk melakukan hal tersebut, lembaga pendidikan merencanakan
perencanaan strategik guna mewujudkan pendidkan yang tidak sekedar
berkualitas, tetapi juga sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, dan intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia,
mendewasakan, merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih
baik. Didukung oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
tersebut telah mendorong berbagai upaya dan perihatin seluruh lapisan
masyarakat, khususnya pengelolaan lembaga pendidikan itu sendiri untuk
lebih meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Dalam rangka melakuakan
usaha pengembangan dan untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
kondisi, sebuah organisasi non profit seperti perusahaan, maupun organisasi
non profit seperti lembaga pendidikan harus selalu mantap kedepan dan harus
memiliki strategi-strategi jangaka panjang. Untuk itulah lembaga pendidikan
harus menemukan rencana permainan yang paling sesuai dengan kondisi,
peluang, tujuan dan sumber daya yang dimilikinya.2

1
AB Musyafa’ Fathoni,”Perencanaan Strategik Marketing Pendidikan” AL TA’DIB
JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 2 (Januari, 2013), hal. 2
2
AB Musyafa’ Fathoni, Perencanaan Strategik Marketing Pendidikan......,hlm.3

3
Dengan melakuakan sistem strategi pengembangan ini lah pada waktu
teraktual dunia pendidikan mengalami perkembangan yang luar biasa
pesatnya, termasuk di Indonesia. Perkembangan luar biasa itu terjadi dalam
berbagai lingkupan pendidikan seperti pertumbuhan dalam jumlah sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Perubahan, perluasan dan pendalaman
kurikulum, pembenahan administrasi, pengembangan organisasi dan
perbaikan manajemen selalu menjadi perihatin.3

Dalam pembahasan umum mengenai pengertian dan subtansi


kurikulum secara konseptual, kurikulum merupakan suatu respon pendidikan
terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi
bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rencangan pendidkan yang
memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya
dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai kemampuan
dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya.
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan
kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis dibidang pendidikan.4

Kurikulum harus senantiasa harus berubah dan berkembang


dikarnakan kemajuan dan perubahan kebutuhan masyarakat. Masyarakat
merupakan input dari intitutsi diajari untuk cerdas tetapi juga relevan
terhadap kebutuhan masyarakatnya.

Titik tolak pengembangan kurikulum dapat didasari oleh


pembaharuan dalam bidang tertentu. Misalnya, penemuan teori belajar yang
baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap sekolah dan lembaga
pendidikan non formal maupun formal. Sehingga kurikulum diharapkan
mampu merealisasikan perkembangan tertentu, sebagai dampak kemajuan
iptek dan teknologi informasi, serta globalisasi, tuntutan-tuntutan sejarah

3
Sahlan ZA,”Evaluasi Pengelolaan Pembelajaran Program Keterampilan Munuju
Pendidikan Link And Match” Menara Tebuireng Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan 2(Maret, 2009),
hlm. 153
4
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013 (Jakarta:
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2012), hlm. 2

4
masa lalu, perbedaan latar belakang murid, nilai-nilai filosofis masyarakat,
keagaman atau golongan tertentu, dan tuntutan etnis kultural tertentu.5

Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren


memiliki tradisi pembelajaran relatif paling kaya dibandingkan dengan
lembaga-lembaga pendidikan islam formal lainnya. Dengan demikian,
lembaga pendidikan pesantren, dalam dirinya, mempresentasikan sebuah
model pembelajaran yang sudah sedemikian matang. Pengajian kitab kuning
yang dilakukan melalui metode sorogan, bandongan dan halaqah menjadi
bukti betapa lembaga pesantren telah memiliki tradisi pembelajaran yang
mandiri, mapan, dan berbeda dari lembaga pendidkan Islam model klasik-
formal. Penertejemahan teks Arab ke bahasa jawa melalui huruf arab pegon
menjadi model pemahaman teks arab yang hingga kini masih tetap
dipertahankan di sejumlah pesantren besar di Nusantara.6

Dengan berdasarkan konteks penelitian tersebut penulis mencoba


mengangkat Judul Proposal yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDKAN DI PESANTREN MAHASISWA DALAM
MENINGKATKAN MUTU MAHASISWA”

5
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: ROSDA Dan UPI
2008) Cet Ke-Dua,hlm. 46
6
Masdar Hilmi, Pendidikan Islam Dan Tradisi Ilmiah (Malang: Madani, 2016), hlm.78-
79

5
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah Kurikulum Pendidikan di Pesantren Mahasiswa?
2. Bagaimanakah Proses Strategi Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren
Mahasiswa?
3. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kurikulum Pendidikan di
Pesantren Mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Dalam Penelitian ini ditunjukan untuk mengkaji aspek-aspek dalam perkembagan


Lembaga Pendidikan Pesantren Mahasiswa terutama menyangkut topik yang akan
dibahas adalah.

1. Untuk Mengetahui Kurikulum Pendidikan di Pesantren Mahasiswa.


2. Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren
Mahasiswa.
3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kurikulum
Pendidikan di Pesantren Mahasiswa

D. Manfaat Penelitian
1. Meberikan masukan keilmuan dalam pengembangan dunia Pendidikan Pesantren.
2. Menambah wacana baru seputar sejarah dan pengembangan kurikulum Pesantren dan
kurikulum lembaga pendidikan Islam.
3. Memperkaya terori tentang pegembangan kurikulum pendidiakan Islam.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik
1. Pengertian Strategi

Dengan Istilah strategi sebenarnya berasal dari istilah kemiliteran yaitu usaha
untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan dengan tujuan mencapai
kemenangan/kesuksesan. Istilah ini kemudian berkembang dalam berbagai bidang
termasuk dalam dunia ekonomi, seperti strategi industri, strategi perencanaan, strategi
pemasaran, dan dalam dunia pendidikan.7

Strategi secara umum, dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan
oleh seseoreng atau organisasi untuk sampai tujuan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus (yang diinginkan).8

Jika strategi ini dimasukan dalam dunia pendidikan secara makro dalam skala
global, strategi merupakan bijakan, yang mendasar dalam pengembangan pendidikan
sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien. Jika
dilihat secara makro dalam strata operasional khususnya dalam proses belajar
mengajar maka pengertiannya adalah “langkah-langkah” tindakan yang mendasar dan
berperan besar dalam proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran pendidikan.9

Adapun strategi menurut Stoner dan Sirait adalah sebagai berikut.

a. Wawasan waktu, meliputi cakrawala waktu yang jauh kedepan, yaitu waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan
untuk mengamati dampaknya.
b. Dampak, walaupun hasilnya akhirnya dengan mengikuti strategi tertentu tidak
langsung terlihat untuk jangka waktu lama, dampak akhir akan sangat berarti

7
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar”,PBM-PAI disekolah Eksistensi dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Islam,(Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang: Pustaka Pelajar Yogyakarta,
1998),hal.195
8
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pustaka Setia, 2011), hal. 18
9
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar”,PBM-PAI disekolah Eksistensi dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Islam,........hlm..196

7
c. Pemusatan upaya, sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan
kegiatan, upaya atau pehatian terhadap rentang saran yang sempit
d. Pola keputusan, kebanyakan strategi mensyratkan bahwa sederetan keputusan
tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus
saling menunjang artinya mengikuti suatu pola yang kosisten.
e. Peresapan, sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai
dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi lain. Selain itu,
adanya kosisten sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan
semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara akan
memperkuat strategi.

Dengan demikan, strategi dapat diartikan sebagai susunan, pendekatan, atau


kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan menggukan tenaga, waktu, serta
kemudahan secara optimal.10

Dari sini dapat dikatakan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
memberikan layanan jasa pendidkan yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan
material.11 Berangkat dari kondisi seperti ini pula, maka wajar kiranya jika bidang
pendidikan dan hal-hal yang berkaitan denganya harus menjadi salah satu bidang
yang mendapatkan perhatian lebih dari kita semua. Hal ini perlu ditekankan,
mengingat kenyataan yang ada, masih menunjukan bahwa bidang ini belum digarap
secara maksimal.12

Dalam kegiatan implementasi mutu pada lembaga pendidikan juga harus


memiliki perencanaan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi persoalan
yang dihadapi oleh lembaga pendidkan tersebut, Serta tujuan-tujuan yang ingin
dicapai dari penerapan manajemen mutu ini. Karena itu, pihak penyelenggara
lembaga pendidikan membutuhkan strategi yang baik agar seluruh perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini,
lembaga pendidikan bisa merumuskan strategi tertentu yang disesuaikan dengan visi,
misi, nilai-nilai, dan tujuan lembaga bersangkutan.13

10
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,.........hlm. 18
11
AB Musyafa’ Fathoni,”Perencanaan Strategik Marketing Pendidikan” AL TA’DIB JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 2 (Januari, 2013), hlm..4
12
Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global, (Bandung: Cv. Smile’s
Indonesia Institute/Smile’s Publishing, 2016), hlm. 40
13
Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global, ......,hlm.76-77

8
2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan pesantren

Dalam pesantren Untuk memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat, perlu


dilakukan perumusan sebuah kurikulum. Sebelum berbicara jauh tentang kurikulum
pendidikan pesantren ada baiknya membahas tentang pengertian kurikulum terlebih
dahulu. Secara estimologis kurikulum bahwa Kata “kurikulum” berasal dari bahasa
Yunani, “currere”yang berarti “jarak tempuh lari” mulai dari start sampai pada garis
finish, sedangkan pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan
dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan maupun lembaga pendidikan
lainnya. Sedangkan dalam konteks pendidikan Islam, istilah kurikulum lebih dikenal
dengan “manhaj”yang berarti sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan
peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.14

a. Perlunya perubahan dan pengembagan kurikulum

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta selalu
dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembagan dan
tantangan zaman. Meskipun demikain, perubahan dan pengembangannya harus
dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubhan dan
pengembagan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang lebih jelas,
mau dibawah kemana sistem pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.15

Ada dua pengertian kurikulum yang dapat diterapkan dalam proses


pembelajaran itu. Pertama, kurikulum dalam arti sempit. Kedua, kurikulum dalam
arti luas.

Pertama, pengertian kurikulum dalam arti sempit, dapat dijelaskan sebagai


seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Pada hakikatnya, ia menekankan
pada penyajian (ekspose) verbal, fakta, data, informasi, teori dan generalisasi dari
satu atu sekelompok mata pelajaran atau materi ajarannya. Pernyataan ini juga di
pertegas oleh Muhaimin bahwa kurikulum dapat diartikan seperangkat rencana
atau pengaturan tentang isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di

14
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos wacana Ilmu, 2001), hlm.127
15
E.Mulyasa, Pengembagan dan Implementasi Kurikulum 2013,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2016), hlm.59

9
sekolah. Pengertian yang ditawarkan ini setidaknya dapat menggarisbawahi adanya
empat komponen pokok dalam kurikulum, yaitu: tujuan, isi, (bahan), organisasi,
dan strategi.

Kedua, pengertian kurikulum dalam arti luas, kurikulum merupakan


seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyenggalaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. dalam pengertian ini
mencakup didalamnya sejumlah pembelajaran di antara subyek didik dalam
melakukan tranformasi pengetahuan, keterampilan dengan menggunakan berbagai
pendekatan proses pembelajaran atau menggunakan metode belajar dan
mendayagunakan segala teknologi pembelajaran. Namun demikian, bahwa konsep
kurikulum sebagai urutan pelajaran tetap mejadi dasar yang subtansial dalam
rancangan dan menyusun desain kurikulum.16

b. Sumber pengembangan kurikulum

Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang menjadi
sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum
petama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Karena sekolah
mempersiapkan anak bagi kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama isi
kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum
mendasarkan kurikulum atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber ini menjadi luas meliputi semua unsur
kebudayaan. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan
budaya, dan turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan
budaya, ia harus mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi
kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang tela ditemukan dan
dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-benda, dan
lainya. Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak, dalam pendidkan atau
pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidkan atau pengajaran bukan
memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi-potensi yang
telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber
kurikulum. Ada tiga pendekatan terhahadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu
16
Mohhammad Asrori, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, (Malang: UIN-Malik,
2013), hlm.25-26

10
kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan
kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat perkembangan
siswa, serta hal-hal yang diminati.17

3. Peran Pesantren dalam Pengembangan Pendidikan


Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang
tak dapat bisa dipungkiri. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, pesantren terus
menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya sebagai fokus kegiatan. Dalam
mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukan daya tahan yang cukup
kokoh sehingga mampu melewati zaman dengan berbagai masalah yang dihadapinya.
Dalam sejarah itu pula, pesantren telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi
agama islam dinegeri ini.18
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud
proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis, pesantren
tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian
Indonesia.19 Sesungguhnya, pondok pesantren itu memiliki lembaga pendidikan
madrasah yang sangat pesat perkembangannya sejalan dengan dinamika historisitas
pendidikan secara umum yang ada di Indonesia. Meskipun dinamika pola
perkembangannya sudah barang tentu diwarnai oleh berbagai kebijakan yang
seringkali kurang berpihak dan menguntungkan kepada pengembangan pendidikan di-
dunia pesantren, lebih-lebih pada masa orde baru yang berkuasa dinegeri ini.20
Zamakhsyari berpendapat ada lima elemen dasar dari tradisi pesantren adalah
pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik, dan Kyai. Pesantren sebagai
sistem merupakan sumbu utama dinamika sosial, budaya, dan keagamaan
kemasyarakat islam tradisional, pesantren telah membentuk suatu subkultural secara
sosio-antropologis bisa dikatakan sebagai masyarakat pesantren. Sedangkan unsur-
unsur sistem pendidkan pesantren menurut Mastuhu adalah meliputi (1) tujuan, (2)
filsafat dan tatanan nilai, (3) struktur organisasi pesantren;status kelembagaan, status
organisasi, gaya kepemimpinan, dan suksesi kepemimpinan, (4) lingkungan
kehidupan pesantren, (5) kiyai dan ustadz, (6) santri, (7) pengurus, (8) interaksi

17
Nana Syaodih Sumadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm..33
18
Abd A’la, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), hlm.15
19
Khoiriyah, Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 164
20
Mohhammad Asrori, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, (Malang: UIN-Malik,
2013), hlm.70

11
pelaku, (9) kurikulum dan sumber belajar, (10) proses belajar mengajar dan evaluasi,
(11) pengelolaan dan dana, (12) sarana dan alat-alat pendidikan.21

4. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua


pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum
disusun oleh beberapa ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik,
pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya, rancangan ini
disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam
proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh
siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Kelas merupakan tempat untuk
melaksanakan dan menguji kurikulum.

Di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan


kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang akan diwujudkan bentuk
kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep, prinsip, dan aspek-aspek
kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karna itu, gurulah pemegang
kunci pelaksanaan dan keberhasilan pengembangan kurikulum sesungguhnya. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tututan dan tantangan
perkembangan masyarakat.22

a. Prinsip-prinsip Umum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.

21
Khoiriyah, Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam.....,hlm.165
22
Nana Syaodih Sumadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.....,hlm. 150

12
Pertama prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevan di dalam kurikulum itu sendiri.
Relevansi ke luar maksutnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntunan, kebutuhan, dan perkembangan
masyakarkat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk hidup dan bekerja dalam
masyarakat. Apa yang tertuang dalam kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa
untuk tugas tersebut. Kurikulum bukan hanya memnyiapkan anak untuk
kehidupannya sekarang tetapi juga yang akan datang. Kurikulum juga harus
memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau kosistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampain, dan penilaian.
Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.

Prinsip kedua adalah fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat


lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapakan anak untuk kehidupan sekarang
dan yang akan datang, di sini dan tempat lain, bagi anak yang memiliki latar
belakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yamg baik adalah
kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya
memungkinkan terjadinya penyusuaian-penyusuaian berdasarkan berdasarkan
kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.

Prinsip ketiga adalah kuntinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan


proses belajar anak berlangdung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus
atau terhenti-henti. Oleh karna itu pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambung antara satu tingkat kelas, dengan kelas
lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.

Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-


alat sederhana dan biayanya juga mura. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.
Betapapun bangusnya dan idealnya suatu kurikulum kalau menurut keahlian-
keahlian dan perlatan yang sangat khusus dan mahal oula biayanya, maka
kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan
pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan
waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi
juga praktis.

13
Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus
murah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran
dari perencanaan pendidikan . perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan
bagian uang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

14
Pendekatan adalah cara yang di lakukan peneliti untuk menguasai dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi validitasnya dan ketepatanya
sebagai acuan dalam penelitian.23 Kegiatan penelitian ini biasanya muncul dan dilakukan
karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin membuktikan sesuatu
yang telah lama di alaminya selama hidup, atau untuk mengetahui berbagai latar
belakang terjadinya sesuatu.24
Sedangkan pengertian metode penenlitian adalah usaha-usaha yang dilakukan
untuk mendapatkan data-data yang digunakan dalam proses penelitian.25 Ketetapan
metode dalam sebuah penelitian menentukan proses penelitian dalam mencari data dan
hasil penelitian yang dipertanggung jawabkan. Karena pentingnya meode penelitian
maka dalam hal ini akan membahas sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif, karena dalam pendekatan kualitatif lagsung dijelaskan dan diterangkan
tentang semua permasalahan yang belum diketahui secara rinci, sehingga akan
memberikan kemudahan bagi orang yang ingin mengetahui tentang semua
pembahasan dalam penelitian tersebut.26 Dalam penelitian kualitatif manusia adalah
sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa kata-kata atau pernyataan yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya (alamiah).

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yakni


penelitian yang berusaha mengambarkan, menginterprestasikan dan
mendeskripsikan atau menjelaskan objek, peristiwa maupun kejadian yang sedang
23
Ulin Nuha, Muhammad: Pembentukan Karakter Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Studentnactive
Learning, Program Sarjana Strata Satu (Tebuireng: Unhasy, 2016), hlm. 43.
24
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm. 39.
25
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 2-3.
26
Mohammad Nadzir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 14.

15
berlangsung pada saat penelitian sesuai apa adanya.27 Dalam penelitian ini
menuturkan pemecahan masalah berdasarkan data, data tersebut disajikan, kemudian
dianalisis dan di interprestasikan kemudian untuk disimpulkan.28

DAFTAR PUSTAKA

A’la Abd, Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006

Asrori Muhammad, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren, Malang: UIN-


Malik, 2013

27
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 157.
28
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 44.

16
Darmuin, “Prospek Pendidikan Islam Di Indonesia: Satuan Telaah Terhadap Pesantren dan
Madrasah”,PBM-PAI disekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Islam,Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang: Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1998

Darwis Djamaluddin, “Strategi Belajar Mengajar”,PBM-PAI disekolah Eksistensi dan


Proses Belajar Mengajar Pendidikan Islam,Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang: Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1998

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa,Jakarta: Balai Pustaka, 1990

E.Mulyasa, Pengembagan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2016

Fathoni Musyafa’ AB,”Perencanaan Strategik Marketing Pendidikan” Al Ta’dib Jurnal Ilmu


Pendidikan, 2.Januari, 2013

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pustaka Setia, 2011

Hamid Hamdani, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, Bandung: cv Pustaka Setia, 2012

Hilmi Masdar, Pendidikan Islam Dan Tradisi Ilmiah Malang: Madani, 2016

Hamalik Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum , Bandung: ROSDA Dan UPI 2008

17

Anda mungkin juga menyukai