Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Strategi pembelajaran PAI

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Samsuddin, M.Ag.

DISUSUN OLEH:

Irma Sari Siregar (2120100054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2024
Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah dengan karunia dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa ter limpah-curahkan kepada
seorang reformis sejati, pembawa risalah suci yakni Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah menuju
jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Makalah ini membahas tentang “Konsep Dan Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam”. Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharap
agar pembaca dapat memahami isi dari makalah tersebut. Terwujudnya makalah
ini tidak terlepas dari bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai pihak.
Terima kasih kepada rekan sekalian atas kerja keras dan dukungannya.
Tentunya makalah ini belum sepenuhnya sempurna, masih banyak kekurangan
yang mungkin perlu kritikan dan saran dari pembaca.

Padangsidimpuan, Maret 2024

Pemakalah

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Pembahasan....................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................3
A. Konsep Dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.. .3
1. Tujuan Pembelajaran.............................................................3
2. Teknik merumuskan Tujuan Pembelajaran...........................6
BAB III Penutup..........................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................20
B. Saran............................................................................................20
Daftar Pustaka.............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam memiliki peran penting dalam
membentuk karakter dan moral peserta didik. Konsep dan strategi
pembelajaran menjadi hal krusial dalam memastikan penyampaian nilai-
nilai agama Islam yang holistik dan memahami kebutuhan kontekstual
peserta didik. Dalam makalah ini, akan dibahas konsep dan strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif dan relevan1
Konsep pembelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup
pemahaman mendalam terhadap ajaran-ajaran Islam, sejarah
perkembangan Islam, dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ajaran
agama. Konsep ini menekankan pentingnya memberikan pemahaman
komprehensif terkait dengan identitas Islam, serta mendorong sikap
toleransi dan keberagaman.2 Strategi pembelajaran yang di bahas dalam
makalah ini mencakup pendekatan yang menyesuaikan dengan
keberagaman tingkat pemahaman dan minat peserta didik.3Metode
ceramah, diskusi, pemecahan masalah, dan pemanfaatan teknologi
informasi diintegrasikan untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik dan interaktif. Strategi tersebut bertujuan agar
peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai kebaikan dan kejujuran
dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pembentukan akhlak dan etika peserta didik sebagai
tujuan utama Pendidikan Agama Islam. Dengan menggali konsep-konsep
moral dalam Islam, peserta didik diharapkan dapat membawa perubahan
positif dalam perilaku dan sikap mereka. Selain itu, strategi pembelajaran
memfokuskan pada pengembangan keterampilan praktis, seperti ibadah,

1
Hamka. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Pustaka Panjimas 2006). Hlm. 34
2
Susanto, Ahmad. Desain Sistem Pembelajaran Berbasis Karakter. (Bandung: PT Refika
Aditama 2016). Hlm. 22
3
Susanto, A. Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana 2015). Hlm. 65
1
tilawah, dan bacaan Al-Qur’an, untuk mendorong aplikasi nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu
memperhatikan keberagaman tingkat pemahaman dan minat peserta didik.
Strategi tersebut dapat mencakup penggunaan metode ceramah, diskusi,
pemecahan masalah, serta pemanfaatan teknologi informasi yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran
menjadi lebih menarik, interaktif, dan relevan dengan kehidupan sehari-
hari.
Strategi pembelajaran harus memperhatikan pengembangan
keterampilan praktis, seperti ibadah, tilawah, dan bacaan Al-Qur’an.
Konsep ini menekankan pada pentingnya mengaplikasikan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peserta didik dapat
memahami bukan hanya secara teoritis, tetapi juga praktis bagaimana
menerapkan nilai-nilai agama dalam aktivitas sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Tujuan Pembelajaran itu?
2. Bagaimana Teknik merumuskan Tujuan Pembelajaran itu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Tujuan Pembelajaran
2. Untuk mengetahui Teknik merumuskan Tujuan Pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


1. Tujuan Pembelajaran
Pengertian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menurut para ahli melibatkan pemahaman mendalam terkait aspek
keagamaan, moral, dan sosial dalam konteks pendidikan. Pertama-
tama, menurut al-Qurthubi, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah membimbing peserta didik menuju kehidupan yang
Islami, dimana ajaran-ajaran agama menjadi pedoman utama dalam
setiap aspek kehidupan.4
Menurut Ahmad Thontowi, tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah membentuk karakter Islami yang kuat dan
menanamkan sikap religius dalam diri peserta didik. Hal ini mencakup
pengembangan keimanan, ketaqwaan, dan kesadaran moral yang
tinggi. Thontowi menekankan bahwa pembelajaran agama Islam bukan
hanya tentang pengetahuan, tetapi juga membentuk kepribadian yang
bermartabat.5
Sedangkan menurut Hamka, tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa,
serta memiliki akhlak yang mulia. Beliau menegaskan bahwa tujuan
ini mencakup aspek akal, hati, dan perbuatan, sehingga peserta didik
mampu menjalankan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan
sehari-hari. 6
Abuddin Nata, seorang ahli pendidikan Islam, menambahkan

4
Alwasilah, A. Chaedar. Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Media. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya 2015). Hlm. 12-16
5
Sudjana, N. Metode Statistika. (Bandung: PT Tarsito 2016). Hlm. 75
6
Dimyati, M. Dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta 2017).
Hlm. 11-14

3
dimensi sosial dalam pengertian tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Baginya, tujuan tersebut mencakup pembentukan
peserta didik yang mampu berinteraksi sosial, menghargai perbedaan,
dan menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.
Pendapat lain dari Hasan Langgulung menyebutkan bahwa
tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah menghasilkan
generasi yang mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencakup
pemahaman mendalam terhadap konsep tauhid, risalah, akhlak, serta
aplikasi nilai-nilai Islam dalam interaksi sosial.7
Menurut Munif Chatib, tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah menghasilkan peserta didik yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia. Munif menekankan pentingnya
pembentukan karakter melalui pendekatan yang holistik, melibatkan
berbagai aspek kehidupan peserta didik.8
Dari sudut pandang Syafi’i Ma’arif, tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah menciptakan manusia yang beriman,
bertaqwa, cerdas, dan memiliki rasa cinta kasih terhadap sesama.
Beliau menekankan bahwa pendidikan agama Islam harus mampu
membentuk pribadi yang harmonis dalam segala aspek kehidupan.9
Dengan demikian, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam menurut para ahli mencakup aspek keimanan, moral, sosial, dan
karakter. Tujuan ini tidak hanya bersifat teoretis, tetapi lebih mengarah
pada pengembangan kepribadian Islami yang berdampak positif dalam
kehidupan peserta didik dan masyarakat.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup
berbagai dimensi yang melibatkan aspek keagamaan, moral, dan sosial

7
Zuhairini. Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2020). Hlm. 22-26
8
Sudjana, N. Evaluasi Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2019). Hlm. 102
9
Supriadi, D. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Rajawali Pers
2014). Hlm. 77

4
peserta didik. Adapun tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah:
a. Tujuan tersebut adalah untuk membentuk keimanan dan ketakwaan
peserta didik. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan
untuk memperkuat keyakinan dan ketaqwaan peserta didik kepada
Allah SWT. Hal ini mencakup pemahaman konsep-konsep dasar
Islam, seperti tauhid, risalah, dan akhirat, yang membentuk fondasi
iman mereka.
b. Selanjutnya, tujuan pembelajaran ini adalah untuk
mengembangkan karakter moral dan etika peserta didik.
Pendidikan Agama Islam bertujuan membentuk akhlak yang baik,
berintegritas, dan bermartabat. Dengan memahami nilai-nilai moral
dalam Islam, seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang, peserta
didik diharapkan mampu menginternalisasi dan mengaplikasikan
nilai- nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.10
c. Selain aspek keagamaan dan moral, tujuan Pendidikan Agama
Islam juga mencakup pengembangan sosial peserta didik.
Pembelajaran ini bertujuan membentuk sikap saling menghormati,
bekerjasama, dan toleransi terhadap perbedaan dalam masyarakat.
Melalui pemahaman konsep ukhuwah Islamiyah, peserta didik
diarahkan untuk membangun hubungan sosial yang harmonis dan
mendukung.11
d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam juga memiliki tujuan untuk
12
membentuk kecintaan terhadap Al-Qur’an dan Hadits. Peserta
didik diajak untuk memahami, membaca, dan menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an serta memahami ajaran Rasulullah dalam Hadits. Hal ini
bertujuan agar peserta didik dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai

10
Sanaky, H. Muchtar. Strategi Pembelajaran Agama Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2016). Hlm. 32
11
Sudjana, N. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2017). Hlm. 17
12
Sanjaya, W. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
PT Kencana Prenada Media Group 2018). Hlm. 9

5
petunjuk hidup dan menjalankan ajaran Islam dengan baik.
e. Tujuan selanjutnya adalah untuk membentuk sikap bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Peserta
didik diberi pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai
individu muslim dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan
demikian, diharapkan mereka dapat menjadi anggota masyarakat
yang bermanfaat dan bertanggung jawab.
f. Selain itu, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mengajarkan
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan penelitian dalam konteks
Islam. Peserta didik diajak untuk menggali ilmu pengetahuan
dengan semangat keilmuan dan berkontribusi pada kemajuan umat
dan bangsa. Pendidikan Agama Islam membuka wawasan peserta
didik terhadap ilmu-ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang
sejalan dengan nilai-nilai Islam. 13
g. Terakhir, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
membentuk kepribadian muslim yang menjadi teladan bagi
lingkungan sekitarnya. Peserta didik diharapkan menjadi pemimpin
yang adil, pekerja keras, dan mampu memberikan kontribusi positif
dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, Pendidikan
Agama Islam tidak hanya menjadi sarana pembentukan karakter,
tetapi juga mencetak individu yang berdaya guna dalam konteks
sosial dan masyarakat.14
2. Teknik merumuskan Tujuan Pembelajaran
Teknik merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam merupakan aspek krusial dalam perencanaan pendidikan. Para
ahli pendidikan Islam telah memberikan pandangan dan kontribusi
mereka terkait teknik-teknik ini.15

13
Hasan, Husein Umar. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta: Rajawali Press 2016). Hlm. 45-46
14
Sirozi, M. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2015). Hlm. 76
15
Suparlan, P. Evaluasi Pembelajaran Agama Islam. (Bandung: PT Refika Aditama 2018).
Hlm. 7-9

6
Menurut Ahmad Thontowi, seorang pakar pendidikan Islam,
teknik merumuskan tujuan pembelajaran melibatkan kejelasan dan
kekonkretan. Thontowi menekankan perlunya menentukan tujuan yang
spesifik, terukur, dan dapat diobservasi agar pembelajaran lebih terarah
dan evaluasi dapat dilakukan dengan tepat.16
Ahmad Khozin, seorang pendidik dan penulis, menambahkan
bahwa dalam merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, perlu memperhatikan prinsip keberlanjutan. Tujuan seharusnya
dapat mengakomodasi perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu, sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan sosial mereka.
Dr. Zainal Arifin, seorang akademisi dan peneliti pendidikan
Islam, mengemukakan bahwa teknik merumuskan tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam juga harus mempertimbangkan
kontekstualisasi. Tujuan seharusnya relevan dengan realitas sosial dan
budaya peserta didik, agar mereka dapat mengaitkan nilai-nilai agama
dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Menurut Prof. Dr. M. Syafi’i Ma’arif, seorang tokoh
pendidikan Islam, teknik merumuskan tujuan pembelajaran juga
melibatkan unsur motivasi. Tujuan pembelajaran harus mampu
memotivasi peserta didik untuk mencapainya, baik melalui
peningkatan keimanan, akhlak, atau keterampilan praktis dalam
menjalankan ajaran Islam.17
Dr. H. Abdullah Nashih Ulwan, seorang penulis dan pendidik
Islam, menekankan pentingnya memahami tujuan pembelajaran
sebagai upaya untuk membentuk kepribadian muslim yang berkualitas.
Dalam hal ini, teknik merumuskan tujuan perlu memasukkan aspek-
aspek karakter yang diinginkan dalam setiap peserta didik.18
Prof. Dr. Hamka, seorang ulama, cendekiawan, dan penulis,

16
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta
2014). Hlm. 19
17
Zuhairini. Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2016). Hlm. 99-102
18
Sallis, Edward. Total Quality Management in Education. (London: RoutledgeFalmer
2016). Hlm. 109
7
memberikan pandangan bahwa teknik merumuskan tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam juga melibatkan kreativitas.
Tujuan seharusnya dapat merangsang peserta didik untuk berpikir
kritis, bertanya, dan berinovasi dalam memahami serta menerapkan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.19
Dalam keseluruhan, teknik merumuskan tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menurut para ahli mencakup kejelasan,
keberlanjutan, kontekstualisasi, motivasi, pemahaman karakter, dan
kreativitas. Integrasi teknik-teknik ini diharapkan dapat menciptakan
tujuan pembelajaran yang holistik, mampu mengakomodasi kebutuhan
dan perkembangan peserta didik, serta relevan dengan nilai-nilai Islam
dalam berbagai konteks kehidupan.
Merumuskan tujuan pembelajaran merupakan langkah kritis
dalam perencanaan pembelajaran. Teknik merumuskan tujuan
pembelajaran perlu memperhatikan aspek keagamaan, moral, dan
sosial dalam konteks Pendidikan Agama Islam. Perumusan tujuan
harus bersifat spesifik dan terukur. Hal ini mengharuskan para
pendidik untuk menetapkan sasaran yang jelas dan dapat diukur dalam
aspek keimanan, moral, atau sosial.20
Memastikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Menurut teori perkembangan kognitif
Piaget, tujuan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik agar lebih efektif. Misalnya, untuk anak-anak, tujuan
pembelajaran dapat difokuskan pada pemahaman konsep dasar agama
dan moralitas sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.21
Memperhatikan konteks sosial dan budaya peserta didik.
Tujuan pembelajaran harus mencerminkan nilai-nilai lokal dan
kearifan lokal

19
Ibrahim, M. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kencana 2019).
Hlm. 27
20
Zuhairini. Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada 2019). Hlm. 92
21
Sudjana, N. Pendidikan dan Pengajaran. (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo 2020).

8
Hlm. 39-41

9
dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini memastikan relevansi dan kebermaknaan tujuan
pembelajaran bagi peserta didik. Mengintegrasikan tujuan
pembelajaran dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam secara
menyeluruh. Tujuan harus terkait erat dengan kompetensi yang ingin
dicapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini memastikan
bahwa tujuan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan.22
Berikut adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
a. Spesifik dan Terukur
Tetapkan tujuan yang spesifik dan dapat diukur, sehingga
pencapaiannya dapat dinilai dengan jelas. Misalnya, bukan hanya
menyatakan “mengerti ajaran Islam” tetapi lebih baik
menggunakan formulasi seperti “mengidentifikasi dan menjelaskan
konsep tauhid dalam Islam”.23
Spesifik dan terukur merupakan prinsip fundamental dalam
teknik merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Spesifikitas menekankan pada kejelasan dan ketepatan sasaran
yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Dalam konteks ini, tujuan
harus dirumuskan dengan sangat jelas, tidak ambigu, dan terfokus
pada aspek-aspek tertentu yang ingin dicapai.
Dalam Pendidikan Agama Islam, ketepatan sasaran tersebut
mencakup aspek keagamaan, moral, dan sosial. Sebagai contoh,
tujuan spesifik dan terukur dapat dirumuskan sebagai “Peserta
didik mampu menjelaskan konsep tauhid dengan merinci rukun
iman dan rukun Islam,” yang memberikan panduan yang jelas
tentang apa yang diharapkan dari peserta didik.

22
Sudjana, N. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo). Hlm. 82
23
Huda, M. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2018). Hlm. 18

10
Ketepatan ukuran dalam merumuskan tujuan juga sangat
penting. Tujuan pembelajaran harus dapat diukur secara objektif,
sehingga evaluasi terhadap pencapaian tujuan dapat dilakukan
dengan tepat. Misalnya, jika tujuan pembelajaran adalah “Peserta
didik dapat mengidentifikasi dan memberikan contoh perilaku
moral dalam kehidupan sehari-hari,” maka evaluasi dapat
dilakukan dengan menilai kemampuan peserta didik dalam
mengenali dan mendemonstrasikan perilaku moral tersebut.24
Spesifik dan terukur membantu menghindari penafsiran
ganda atau penilaian subjektif terhadap pencapaian tujuan. Tujuan
yang jelas dan terukur memberikan pedoman yang kuat bagi
pendidik dan peserta didik untuk fokus pada hal-hal konkret yang
perlu dicapai dalam pembelajaran. Dengan demikian, ketepatan
sasaran dan kemampuan pengukuran menjadi landasan yang kokoh
dalam mencapai efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.25
b. Sesuai dengan Tahap Perkembangan Peserta Didik
Sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik adalah
aspek kritis dalam teknik merumuskan tujuan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Seiring dengan pemahaman bahwa
setiap tahap perkembangan kognitif memiliki karakteristik yang
berbeda, tujuan pembelajaran perlu disesuaikan agar sesuai dengan
tingkat pemahaman dan kemampuan peserta didik.26
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, misalnya,
anak-anak pada tahap konkrit operasional cenderung lebih mampu
memahami konsep-konsep abstrak. Oleh karena itu, tujuan
pembelajaran untuk peserta didik pada tahap ini dapat merinci

24
Suyanto, Muhammad. Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana 2017). Hlm. 51
25
Rivai, A. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada 2016). Hlm. 111
26
Kurniawan, A. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Rajawali Pers
2014). Hlm. 79

11
aspek-aspek konsep agama Islam secara lebih mendalam, sesuai
dengan kemampuan pemahaman mereka.
Sesuaikan dengan tahap perkembangan juga mencakup
penerapan metode pengajaran yang sesuai. Untuk peserta didik
pada tahap perkembangan awal, pendekatan pembelajaran yang
lebih konkret dan berbasis pada pengalaman praktis mungkin lebih
efektif. Seiring dengan perkembangan, pendekatan tersebut dapat
berkembang menjadi pemahaman konsep-konsep abstrak, diskusi
lebih mendalam, dan pemecahan masalah etis.27
Dalam hal ini, tujuan pembelajaran dapat dirumuskan
dengan mempertimbangkan tahap perkembangan peserta didik.
Sebagai contoh, untuk anak-anak pada tahap prasekolah, tujuan
bisa difokuskan pada pemahaman dasar tentang Tuhan, doa, dan
nilai- nilai moral sederhana. Sementara untuk peserta didik pada
tahap remaja, tujuan dapat dirumuskan untuk memahami konsep-
konsep keislaman yang lebih kompleks dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.28
Sesuaikan dengan tahap perkembangan juga
memperhitungkan kebutuhan emosional dan sosial peserta didik.
Tujuan pembelajaran dapat mencakup aspek-aspek pembentukan
karakter, moralitas, dan nilai-nilai etis yang sesuai dengan
perkembangan emosional dan sosial peserta didik pada tahap
tertentu.29
Dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik,
tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat lebih tepat
sasaran, memberikan panduan yang sesuai dengan kapasitas
kognitif mereka, dan mendukung pengembangan komprehensif
dalam aspek

27
Rivai, V. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2016).
Hlm. 66
28
Nasution, S. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo 2014). Hlm. 6-7

12
29
Suyanto, Muhammad. Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana 2019). Hlm. 65-66

13
keagamaan, moral, dan sosial.
c. Relevan dengan Konteks Sosial dan Budaya
Relevan dengan konteks sosial dan budaya menjadi prinsip
penting dalam teknik merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Islam sebagai agama yang menyeluruh tidak hanya
berkaitan dengan aspek keagamaan, tetapi juga memiliki dimensi
sosial dan budaya yang perlu diperhatikan dalam merancang tujuan
pembelajaran. 30
Tujuan pembelajaran harus mencerminkan nilai-nilai lokal
dan kearifan lokal peserta didik. Pendidikan Agama Islam harus
menjadi bagian yang hidup dan relevan dalam konteks sosial dan
budaya peserta didik.31 Sebagai contoh, tujuan pembelajaran dapat
dirumuskan untuk mendukung pemahaman peserta didik tentang
bagaimana ajaran Islam dapat diaplikasikan dalam budaya lokal
mereka, sejalan dengan nilai-nilai dan tradisi yang ada.
Pentingnya relevansi dengan konteks sosial dan budaya
juga menuntut agar tujuan pembelajaran mempertimbangkan
perbedaan- perbedaan antarpeserta didik. Tujuan dapat dirumuskan
untuk mengembangkan pemahaman toleransi, menghormati
perbedaan, dan membangun kesadaran multikultural dalam
lingkungan kelas Pendidikan Agama Islam.32
Dalam masyarakat yang multikultural, tujuan pembelajaran
harus memahami dan menghargai keragaman budaya dan sosial
peserta didik. Misalnya, tujuan dapat merumuskan pemahaman
tentang berbagai tradisi keagamaan yang ada di masyarakat peserta
didik, dengan tujuan membangun sikap saling menghormati dan
memahami antarumat beragama.

30
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada 2018). Hlm. 48
31
Syah, M. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2016). Hlm. 27
32
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya
2015). Hlm. 14

14
Relevansi dengan konteks sosial dan budaya juga
melibatkan pemahaman terhadap isu-isu sosial yang sedang
berkembang. Tujuan pembelajaran dapat dirumuskan untuk
mengajak peserta didik memahami dan merespons isu-isu sosial
yang berkaitan dengan ajaran Islam, seperti keadilan sosial, hak
asasi manusia, atau keberlanjutan lingkungan. 33
Dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan
dengan konteks sosial dan budaya, Pendidikan Agama Islam dapat
menjadi sarana yang efektif untuk membangun kesadaran sosial,
menghormati keberagaman, dan membentuk peserta didik yang
dapat berkontribusi positif dalam masyarakat. 34 Tujuan tersebut
memberikan landasan untuk pengajaran yang memperhitungkan
konteks nyata peserta didik, menjadikan Pendidikan Agama Islam
lebih bermakna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari mereka.
d. Integrasi dengan Kurikulum
Integrasi dengan kurikulum adalah langkah penting dalam
teknik merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tujuan tersebut harus terkait erat dengan kompetensi yang ingin
dicapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal ini memastikan
bahwa tujuan pembelajaran mendukung pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan oleh otoritas pendidikan.
Dengan mengintegrasikan tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan kurikulum, pendidik dapat memastikan
keseimbangan yang baik antara aspek agama dan aspek umum
dalam pembelajaran. Tujuan harus dirumuskan sedemikian rupa
sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian tujuan umum kurikulum, seperti perkembangan kognitif,

33
Sukmadinata, N. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2014). Hlm. 87
34
Supriyadi. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2015). Hlm 75

15
keterampilan sosial, dan moralitas.35
Tujuan yang diintegrasikan dengan kurikulum juga
memungkinkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi
lebih kontekstual dan relevan dengan tantangan dan tuntutan
perkembangan pendidikan. Pendidikan Agama Islam yang
terintegrasi dapat memberikan kontribusi yang holistik terhadap
pembentukan karakter dan nilai-nilai moral peserta didik sesuai
dengan visi dan misi pendidikan nasional.36
Pentingnya integrasi dengan kurikulum juga mencakup
pemanfaatan metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Tujuan harus dapat diwujudkan melalui penggunaan strategi
pengajaran yang mendukung kurikulum yang berlaku. Misalnya,
tujuan pembelajaran dapat dirumuskan untuk memanfaatkan
pendekatan keterampilan berpikir kritis atau kolaboratif sesuai
dengan pedoman kurikulum.37
Dengan memastikan integrasi yang baik, tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya menjadi bagian
terpisah, tetapi menyatu dengan upaya pencapaian tujuan
pendidikan secara keseluruhan. Hal ini mendukung terbentuknya
peserta didik yang memiliki pemahaman mendalam terkait ajaran
Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan visi kurikulum
yang berlaku.
e. Penggunaan Kata Kerja Operasional
Penggunaan kata kerja operasional dalam merumuskan
tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki peran
penting dalam memberikan arahan yang konkret tentang tindakan

35
Abdullah, I. Pembelajaran Agama Islam yang Kontekstual. (Jakarta: PT Kencana
Prenada Media Group 2018). Hlm. 105
36
Anwar, A. Pengembangan Bahan Ajar. (Jakarta: Rajawali Pers 2019). Hlm. 16-22
37
Riyanto, Y. Evaluasi Program Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2017). Hlm.
88

16
yang diharapkan dari peserta didik. Kata kerja operasional
memberikan kejelasan mengenai aktivitas atau perilaku yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Contoh penggunaan kata kerja operasional dalam
merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
sebagai berikut:38
1) Mengidentifikasi
a) Tujuan: Peserta didik dapat mengidentifikasi dan
memahami rukun iman dalam ajaran Islam.
b) Rasionale: Melalui tindakan mengidentifikasi, peserta didik
diharapkan mampu mengenali dan memahami setiap unsur
rukun iman secara konkret.
2) Menjelaskan
a) Tujuan: Peserta didik mampu menjelaskan konsep tauhid
dengan merinci rukun iman dan rukun Islam.
b) Rasionale: Melalui tindakan menjelaskan, peserta didik
diharapkan dapat merinci dan mengkomunikasikan konsep-
konsep agama Islam secara rinci.39
3) Mengaplikasikan
a) Tujuan: Peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai
moral dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran Islam.
b) Rasionale: Melalui tindakan mengaplikasikan, peserta didik
diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam
dalam setiap aspek kehidupan mereka.40
4) Membandingkan
a) Tujuan: Peserta didik mampu membandingkan perbedaan
antara etika Islam dan nilai-nilai budaya lokal.

38
Amin, M. Amin. Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kencan 2019).
Hlm. 7-9
39
Syah, M. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2014). Hlm. 19
40
Heriyanto, Husain. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

17
b) Rasionale: Melalui tindakan membandingkan, peserta didik
diharapkan dapat mengidentifikasi perbedaan dan
persamaan antara nilai-nilai ajaran Islam dengan nilai-nilai
budaya lokal.41
5) Menghasilkan
a) Tujuan: Peserta didik mampu menghasilkan karya tulis
reflektif tentang penerapan nilai-nilai moral dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Rasionale: Melalui tindakan menghasilkan, peserta didik
diharapkan dapat mengekspresikan pemahaman mereka
secara tertulis, menunjukkan pemahaman mendalam
tentang penerapan nilai-nilai moral dalam konteks
kehidupan nyata.42
Penggunaan kata kerja operasional membantu menentukan
aktivitas konkret yang dapat diukur untuk menilai pencapaian
tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini memberikan
pedoman yang jelas dan objektif bagi pendidik dan peserta didik,
serta mendukung proses evaluasi yang akurat.43
f. Relevan dengan Kehidupan Nyata
Merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang relevan dengan kehidupan nyata merupakan langkah penting
untuk memastikan aplikabilitas dan makna dari pembelajaran
tersebut. Tujuan harus dirancang agar dapat terintegrasi dengan
konteks nyata peserta didik, memungkinkan mereka mengaitkan
dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah tujuan yang menekankan relevansi dengan
kehidupan nyata dapat, misalnya, mencakup kemampuan peserta
didik untuk mengidentifikasi situasi sehari-hari yang membutuhkan

41
Susanto, A. Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana 2015). Hlm. 77-78
42
Supriyadi. Psikologi Pendidikan Agama Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2017). Hlm.
5
43
Supriyadi. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2019). Hlm. 54

18
penerapan nilai-nilai moral atau etika Islam. Dengan begitu,
pembelajaran tidak hanya menjadi konsep teoritis, tetapi juga
memberikan panduan praktis bagi peserta didik dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tujuan dapat merinci kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan dengan
berlandaskan ajaran Islam. Ini menciptakan koneksi langsung
antara pembelajaran di dalam kelas dengan keputusan yang
dihadapi peserta didik dalam kehidupan mereka di luar kelas.44
Relevansi dengan kehidupan nyata juga dapat tercermin
dalam tujuan yang menuntut peserta didik untuk merenungkan dan
merespons isu-isu kontemporer atau perkembangan dalam
masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini
memperkuat pemahaman peserta didik terhadap keterkaitan antara
ajaran Islam dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat modern.45
Dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan
dengan kehidupan nyata, Pendidikan Agama Islam dapat menjadi
wahana yang bermakna dan memberikan kontribusi nyata bagi
46
pembentukan karakter dan moral peserta didik. Tujuan tersebut
mendorong peserta didik untuk tidak hanya memahami ajaran
Islam secara teoritis, tetapi juga mengaplikasikannya dalam setiap
aspek kehidupan mereka, menjadikan pembelajaran lebih
bermakna dan berdaya guna.
g. Evaluasi dan Penilaian
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, evaluasi dan penilaian menjadi elemen krusial.
Tujuan yang efektif harus dapat diukur secara objektif dan
relevan dengan

44
Arsyad, A. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2015). Hlm. 21
45
Abdullah, M. Amin. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah. (Jakarta:
Kencana 2017). Hlm. 33
46
Nasution, M. N. Berpikir Kritis. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2017). Hlm. 12
19
konteks pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk menilai
pencapaian tujuan, sementara penilaian memberikan gambaran
tentang sejauh mana peserta didik memahami dan mengaplikasikan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Proses evaluasi melibatkan penerapan berbagai metode,
seperti ujian tulis, wawancara, atau proyek, yang dirancang untuk
mengukur pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep
agama Islam. Kriteria penilaian yang jelas sangat penting agar
evaluasi dapat dilakukan secara obyektif dan konsisten.47
Selain itu, evaluasi dapat bersifat formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan secara berkesinambungan selama
proses pembelajaran, memberikan umpan balik kepada peserta
didik dan pendidik untuk perbaikan yang terus-menerus. Sementara
itu, evaluasi sumatif dilakukan pada akhir periode pembelajaran
untuk memberikan gambaran keseluruhan tentang pencapaian
tujuan.48
Partisipasi aktif peserta didik dalam proses evaluasi juga
menjadi pertimbangan penting. Melalui diskusi, presentasi, atau
keterlibatan dalam kegiatan kelompok, peserta didik dapat
menunjukkan pemahaman dan penerapan ajaran Islam dengan
lebih nyata.49
Fleksibilitas dalam penilaian juga perlu diperhatikan. Setiap
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, sehingga
memberikan ruang bagi ekspresi dan demonstrasi kreatif, seperti
seni visual atau dramatisasi, dapat menjadi bagian integral dari
evaluasi.
Dengan merancang proses evaluasi dan penilaian yang
cermat, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diukur
dengan akurat, mendukung perkembangan holistik peserta didik,

47
Susanto, A. Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta: Kencana 2016). Hlm. 7
48
Arsyad, A. Media Pembelajaran. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2015). Hlm. 44
49
Moleong, L. J. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2015).
Hlm. 66
20
dan memastikan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Dengan memperhatikan teknik-teknik ini, pendidik dapat
merumuskan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang lebih
efektif, dapat diukur, dan relevan dengan kebutuhan peserta didik serta
konteksnya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam membahas konsep, makalah ini menyoroti pentingnya
pemahaman mendalam terhadap ajaran Islam, sejarah perkembangan Islam,
dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam agama. Konsep ini menjadi
dasar untuk pengembangan strategi pembelajaran yang efektif dan relevan.
Strategi pembelajaran yang diusulkan dalam makalah ini mencakup
pendekatan yang menyesuaikan dengan keberagaman tingkat pemahaman
dan minat peserta didik. Metode ceramah, diskusi, pemecahan masalah, dan
pemanfaatan teknologi informasi diintegrasikan untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik dan interaktif. Strategi tersebut bertujuan agar
peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai kebaikan dan kejujuran
dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Selain itu, makalah ini menekankan pembentukan akhlak dan etika
peserta didik sebagai tujuan utama Pendidikan Agama Islam. Dengan
menggali konsep-konsep moral dalam Islam, peserta didik diharapkan dapat
membawa perubahan positif dalam perilaku dan sikap mereka. Selain itu,
strategi pembelajaran memfokuskan pada pengembangan keterampilan
praktis, seperti ibadah, tilawah, dan bacaan Al-Qur’an, untuk mendorong
aplikasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat pemakalah paparkan. Mudah-mudahan
bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah
selanjutnya. Terima kasih.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. (2017). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di


Sekolah. Jakarta: Kencana.

Abdullah, I. (2018). Pembelajaran Agama Islam yang Kontekstual. Jakarta:


PT Kencana Prenada Media Group.

Alwasilah, A. Chaedar. (2015). Pembelajaran Berbasis Teknologi dan


Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Amin, M. Amin. (2019). Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Kencana.

Anwar, A. (2019). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Arsyad, A. (2015). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dimyati, M. Dan Mudjiono. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Hamka. (2006). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hasan, Husein Umar. (2016). Pengembangan Model Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Heriyanto, Husain. (2016). Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam. Jakarta: Erlangga.

Huda, M. (2018). Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M. (2019). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Kencana.

Kurniawan, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Rajawali Pers.

Moleong, L. J. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2015). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2014). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Sinar Baru Algensindo.

Nasution, M. N. (2017). Berpikir Kritis. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

23
Riyanto, Y. (2017). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Rivai, A. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.


Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rivai, V. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Rusman. (2018). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan


Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sallis, Edward. (2016). Total Quality Management in Education. London:


RoutledgeFalmer.

Slameto. (2014). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sanaky, H. Muchtar. (2016). Strategi Pembelajaran Agama Islam.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, W. (2018). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group.

Sirozi, M. (2015). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman


Global. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudjana, N. (2014). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2016). Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Sudjana, N. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Sudjana, N. (2020). Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: PT Sinar Baru


Algensindo.

Suparlan, P. (2018). Evaluasi Pembelajaran Agama Islam. Bandung: PT


Refika Aditama.

Supriadi, D. (2014). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Rajawali Pers.

Supriyadi. (2015). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

24
Supriyadi. (2019). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Supriyadi. (2017). Psikologi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Susanto, A. (2015). Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, N. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. (2016). Desain Sistem Pembelajaran Berbasis Karakter.


Bandung: PT Refika Aditama.

Susanto, A. (2015). Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Susanto, A. (2016). Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syah, M. (2016). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suyanto, Muhammad. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Suyanto, Muhammad. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Zuhairini. (2016). Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Zuhairini. (2019). Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Zuhairini. (2020). Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai