Anda di halaman 1dari 19

GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

DI SEKOLAH DAN DI MADARASAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Asfiati, S.Ag. M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Sakinah 2120100330
2. Arianto Tarihoran 2120100336
3. Raja Saputra Harahap 2120100342

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................ii
PEMBAHASAN....................................................................................1
A. GURU DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ...............1
B. PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM DI SEKOLAH DAN
DI MADRASAH, BERSIFAT SENTRALISASI,
DESENTRALISASI, SENTRA DESENTRAL ....................3
C. HAL-HAL YANG HARUS DIKUASAI GURU
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
DI SEKOLAH DAN MADRASAH........................................10

PENUTUP.............................................................................................15

A. KESIMPULAN..........................................................................15
B. SARAN.......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................16

ii
PEMBAHASAN

A. Guru dalam Pendidikan Agama Islam


1. Guru Dalam Islam

Pendidik dalam agama islam adalah orang yang akan bertanggung jawab
terhadap perkembangan pada peserta didik. Dalam islam, orang yang paling
bertanggung jawab ialah orang tua (ibu dan ayah) dari anak didik. Tanggung
jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu: pertama, karena kodrat yaitu karena
orangtua ditakdirkan oleh ALLAH SWT menjadi orangtua anaknya, dan oleh
karena itu orangtua ditakdirkan akan bertanggung jawab mendidik anaknya.
Kedua, karena kepentingan kedua ayah ibu atau (orangtua) ialah orangtua
berkepentingan terhadap kemajuan pada perkembangan anaknya.1
Kemudian pendidik dalam islam ialah guru. Kata guru berasal dari
bahasa indonesia yang berarti orang yang mengajar/mendidik. Dalam bahasa
inggris, sering kita dengar dengan kata teacher yang berarti pengajar.2 Secara
konvensional guru paling tidak harus mempunyai tiga kualifikasi dasar, ialah
menguasai materi, antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam
mendidik dan mengajar.3
Dalam bahasa arab istilah yang mengacu pada pengertian makna guru
lebih banyak lagi seperti al-mu’allim atau al-allim jamaknya ulama, yang
berarti orang yang memiliki pengetahuan dan digunakan banyak para ahli
ulama pendidikan untuk menunjuk pada hati seorang guru. Selain itu ada juga
sebagian ulama yang menggunakan istilah al mudarris untuk pengertian orang
yang mendidik atau mengajar. Selain itu terdapat juga pada istilah ustadz
untuk mengarah kepada arti guru yang khusus mengajar pada bidang
pendidikan agama islam. Jadi, guru yang dimaksud disini adalah pendidik
yang memberikan pelajaran berupa materi pendidikan agama islam di sekolah
atau madrasah.

1
.Ahmad Tafsir, ilmu pendidikan dalam persfektif islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1994), hal 74.
2
Abuddin Nata,. persfektif islam tentang pola hubungan guru-murid, (Jakarta:Raja Grafindo
Parsada,2001), hal 41
3
Abdurrahman Mas’ud, Mengagas Format pendidikan (Yogyakarta: Grama Media,2007), hal 194

1
2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam menurut dalam “pembelajaran dan motivasi”


merupakan upaya terencana dan sadar dalam menyiapkan peserta didik untuk
memahami dan mengenal menghayati hingga mengimani dan bertakwa serta
berakhlak yang baik dalam mengamalkan ajaran agama islam. Pendidikan
agama islam sumber utamanya yaitu kitab suci alqur’an dan hadits melalui
kegiatan bimbingan, latihan, pengajaran serta penggunaan pengalaman.4

Pendidikan agama islam sebagai nama mata pelajaran pendidikan


agama islam yang diberikan oleh guru kepada peserta didik mulai tingkat
sekolah dasar hingga perguruan tinggi mestilah dirancang sesuai dengan
harapan dan kebutuhan peserta didik. Pendidikan agama islam memiliki acuan
dan landasan kajian yang dilingkupi dalam hablum minalah wa hablum
minannas wa hablum minal alam.

Pendidikan agama islam menekankan adanya penciptaan hubungan


baik dengan tuhan, manusia dan alam. Pendidikan agama islam membingbing
manusia dengan bimbingan wahyu ilahi. Pendidikan agama islam berorientasi
membentuk individu-individu yang memiliki karakter yang baik dan
kepribadian yang islami. Materi materi pelajaran pendidikan agama islam pada
sekolah menyangkut dasar-dasar pokok ajaran islam yang diharapkan mampu
di pahami, dikembangkan dan diterapkan peserta didik dalam mengamalkan
ajaran islam.

Dalam persfektif humanisme religius, guru pendidikan agama islam


tidak dibenarkan memandang sebelah mata terhadap anak peserta didiknya,
tidak sepenuh hati, atau bahkan memandang rendah terhadap kemampuan
peserta didiknya.5

Dalam mengemban tugas seorang guru pendidikan agama islam harus


melayani anak didiknya tanpa pilih kasih, karena guna mencapai suatu
keberhasilan belajar terhadap anak didik. Maka dari itu tugas tugas seorang
guru pendidikan agama islam harus lebih memperhatikan lagi agar terjadi
kesinambungan anatara seorang guru pai dengan peserta didiknya.
4
S,Hasan. Pengembangan kurikulum pendidikan agama islam al-ibroh:terpadu disekolah 2017 hal 60
5
Asfiati dan ihwanuddin pembelajaran pendidikan agama islam menuju revolusi industri 4.0 2019
international journal of psyology (vol 1 issue i).

2
Dalam literatur yang pendidikan islam, tugas seorang guru pendidikan
agama islam juga bercampur dengan syarat dan sifat guru. Ada beberapa
pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan disini,

a. Guru harus mengetahui karakter murid


b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya
c. Guru harus mengamalkan ilmunya

Sifat guru dalam pendidikan agama islam:

1. Setiap guru atau pendidik harus memiliki yang namanya sifat


rabbani sebagaimana yang telah dijelaskan oleh allah. Jika seorang
pendidik telah mempunyai sifat rabbani, seluruh kegiatan
pendidikannya bertujuan menjadikan anak didiknya sebagai
generasi rabbani yang memandang jejak keagungan allah.
2. Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan penuh
kesabaran dan ikhlas.
3. Ketika menyampaikan ilmunya kepada muridnya, seorang guru
harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan
dalam kehidupan pribadinya.
4. Seorang guru harus tampil dan cerdik dalam terampil dalam
menciptakan metode pengajaran variatif serta sesuai dengan ajaran
pendidikan yang berkaitan dengan ajaran islam.6

B. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan di Madrasah,


Bersifat Sentralisasi, Desentralisasi, Sentra Desentral
Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai
pelaksananya. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena
ia merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan
untuk mengimplementasikan-nya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna
sebagai alat pendidikan.7
Guru atau pendidik merupakan sosok orang yang harus mempunyai banyak
ilmu, serta mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses

6
Abdurrahman An nahlawi, pendidikan islam dirumah, sekolah dan masyarakat, hal 170
7
Nurdin syaruddin, Guru Profesional dan Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005)

3
pembelajaran dalam makna yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha menjadikan
siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik.8

Dalam pembuatan keputusan pembinaan kurikulum bukan hanya menjadi


tanggung jawab para perencana kurikulum saja, akan tetapi juga menjadi tanggung
jawab para guru disekolah maupun dimadrasah. Para perencana kurikulum perlu
membuat keputusan yang tepat, rasional dan sistematis. Keputusan yang di ambil
tersebut tidak boleh secara acak-acakan, melainkan harus berdasarkan informasi dan
data yang ada.

Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang amat


penting. Kurikulum juga merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga
perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada dalam masyarakat. Guru bertugas melaksanakan pengajaran
yang sebaik-baiknya, maka dengan hal itu guru juga bertanggung jawab
melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum sekolahnya. Guru yang
baik harus mampu membuat program belajar mengajar yang baik serta menilai dan
melakukan pengayaan terhadap materi kurikulum yang telah digariskan. Peran utama
guru dalam pengembangan kurikulum yaitu implementer, adapter, developer dan
researcher. 9

Guru merupakan seorang yang andal dalam berbagai bidang pengetahuan.


Guru juga memiliki peran dalam penguasaan berbagai keterampilan. Keterampilan
yang bersinergi dan berproduksi. Seorang guru merupakan tauladan bagi peseta
didiknya. Guru menghayati tugas dengan ikhlas, melaksanakan keprofesionalan dalam
bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan keprofesionalan itu sendiri.

Peranan guru pendidikan agama islam terdapat pada peraturan Menteri


Pendidikan Nasional, sebagai berikut:

1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama islam.
2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang
relevan dengan pembelajaran pendidikan agama islam ( Peraturan Menteri

8
N. Naim, Menjadi guru inspiratif Membedayakan dan mengubah jalan hidup siswa, (Pustaka Belajar:
Yogyakarta, 2009)
9
Nuruddin, Kurikulun dan Pembelajaran, (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2016) hal 62

4
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tangal 4 Mei 2007 Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, 2007)

Dalam kompetensi pedagogik, disebutkan beberapa peran guru yang mesti


dilaksanakan dalam pengembangan kurikulum sebagai berikut:

1. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang


ampu.
2. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
3. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
4. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajara yag diampu.
5. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
6. Menata materi pembelajaran dengan benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilihdan karakteristik peserta didik.
7. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
8. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
9. Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
10. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
11. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun dilapangan.

Sikap pengembangan diri peserta didik cenderung merupakan tugas kurikulum


melalui peran guru pendidikan agama islam. Guru pendidikan agama islam berperan
mengajarkan suatu materi atau keterampilan melalui kurikulum sehingga mudah
mencapai tujuan. Seorang guru pendidikan agama islam adalah guru yang mandiri,
memahami bahwa guru memerlukan strategi yang efektif buat diri sendiri agar bisa
meningkatkan kompetensi, memperluas kolaborasi dan mengembangkan karir.10

Pentingnya mengenalkan konsep kurikulum di sekolah dan madrasah;


Mengukur standar kualitas kurikulum; Teori-teori kurikulum di sekolah, Empat
landasan pengembangan kurikulum; Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum; Model
pengembangan konsep kurikulum di sekolah; Anatomi dan desain kurikulum;

10
Asfiati, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta:
Kencana,2021) hal158-159

5
Evaluasi kurikulum; serta peran guru dalam pengembangan kurikulum pendidikan
agama Islam di sekolah dan madrasah.

Berikut beberapa peran guru dalam pengembangan kurikulum:


1. Implementers
Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum
yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru menerima berbagai kebijakaan
perumus kurikulum. Guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum
maupun menentukan target kurikulum. Pada fase sebagai implementator kurikulum,
peran guru dalam pengembangan kurikulum sebatas menjalankan kurikulum yang
telah disusun. Manakala kita lihat, sampai sebelum terjadinya reformasi pendidikan di
Indonesia, guru-guru kita dalam penegmbangan kurikulum hanya sebatas sebagaai
implementator berbagai kebijakan kurikulum yang yang dirancang secara terpusat,
yankni Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentiuk
matriks telah ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang
harus disampaikan, cara yang harus dilakukan termasuk penggunaan media dan
susmber belajar serta bentuk evaluasi yang harus dilakukan serta sampai kepada
penentuan waktu kapan materi pelajaran harus disampaikan.
2. Adapters
Peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai penyelaras kurikulum
dengan karaketristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Dalam fase ini guru
diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan keebutuhan lokal. Dalam kebijakan tentang kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP), misalnya para perancang kurikulum hanya
menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana
implementasinya, kapan waktunya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan
oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan
dengan peran guru sebagai implementers.
3. Developers
Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam
mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi
pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa
yang harus kembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai
pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan

6
karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibutuhkan siswa.
Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal (mulok) sebagai bagian dari sturktur kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada
masing-masing tiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu, biasa terjadi kurikulum mulok
antar sekolah bisa berbeda. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah.
4. Researchers
Sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum
(curriculum Researcher) peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memilki tanggung jawab untuk
menguji sebagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum,
menguji efektivitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan lain
sebagainya, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target
kurikulum. 11
Salah satu metode yang diajurkan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK) yakni metode penelitian yang berangkat dari masalah
yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif
melakukan penelitian sekaligus malaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan tetapi sacara terus menerus guru
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.12
Selain itu, peran guru dalam pengembangan kurikulum juga dapat dibedakan
antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral desentral.
1. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Sentralisasi atau sistem pengembangan kurikulum secara sentral (terpusat)
adalah keterlibatan pemerintah pusat dalam mengembangkan kurikulum atau
program pendidikan yang akan diterapkan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Adanya sistem sentralisasi dalam pengembangan kurikulum tersebut mempunyai

11
Wina Sanjaya , Kurikulun dan Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Perdana Group, 2010) hal 28-29
12
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru. 2000), hal 31

7
tujuan agar memperoleh bentuk kurikulum yang disusun oleh tim khusus di
tingkat pusat yang terdiri atas para ahli. Dalam pengembangan kurikulum yang
bersifat sentralisasi ini, guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan dan
evaluasi kurikulum yang bersifat makro melainkan lebih berperan dalam
kurikulum mikro.
Dalam kurikulum mikro, guru menyusun kurikulum untuk jangka waktu satu
tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu atau beberapa hari (satuan
pendidikan). Program tahunan, semesteran, catur wulan dan satuan pelajaran memiliki
komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode, media
pembelajaran dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya yang berbeda. Jadi,
peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi yaitu menyusun
dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki
metode dan media pembelajaran yang bervariasi serta menyusun program dan alat
evaluasi yang tepat. Meskipun kurikulum sudah tersusun rapi, guru masih mempunyai
peran untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Dalam Pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi memiliki kelemahan
dan kelebihan yaitu:
a. Kelemahan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
yaitu :
1) Menyeragamkan kondisi yang berbeda-beda baik tahap
perkembangan intelek, alam dan sosial budaya. Yang dapat
menghambat kreativitas, memperlambat kemajuan sekolah yang
sudah mapan dan menyeret sekolah yang masih terbelakang.
2) Dalam penilaian hasil kurang objektif.
3) Memberikan gambaran hasil yang beragam dan menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat ekstrim.
b. Kelebihan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
yaitu :
1) Mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Tercapainya standar minimal penguasaan atau perkembangan anak.
3)

8
4) Mudah dikelola, dimonitor, dievaluasi, hemat biaya, waktu dan
fasilitas.

2. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi


Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi disusun oleh
sekolah atau kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah.
Kurikulum ini ditujukan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu.
Pengembangan kurikulum ini didasarkan oleh karakteristik, kebutuhan,
perkembangan daerah dan kemampuan sekolah. Kurikulum ini isinya sangat
beragam, setiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi
kurikulum ini cukup realistis.13
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi memiliki kelemahan
dan kelebihan yaitu :
a. Kelemahan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi yaitu :
1) Tidak adanya keseragaman.
2) Tidak adanya standar penilaian yang sama.
3) Adanya kesulitan bagi sisama
4) Sulit dalam mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional.
5) Sekolah belum siap.
b. Kelebihan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisis
yaitu :
1) Sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
2) Sesuai dengan tingkat kemampuan sekolah.
3) Disusun oleh guru-guru sendiri yang mengerti kondisi dan
perkembangan anak didik.
4) Ada motivasi dari sekolah.

3. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral Desentral


Pengembangan kurikulum yang bersifat sentral desentral merupakan
bentuk campuran untuk mengatasi kelemahan kurikulum sentralisasi dan

13
Dwiningrum, Siti Irene Astuti, Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011) hal 2-5

9
desentralisasi. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum ini jauh lebih besar
yaitu :
a. Guru-guru turut berpartisipasi bukan hanya menjabarkan
kurikulum induk ke dalam program tahunan, semester, catur wulan
maupun ke dalam satuan pelajaran tetapi juga di dalam penyusunan
kurikulum secara keseluruhan untuk sekolahnya.
b. Guru-guru ikut andil dalam merumuskan setiap komponen dan
unsur dari kurikulum sehingga guru turut memiliki kurikulum dan
terdorong untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya
dalam pengembangan kurikulum. 14
Kurikulum pendidika agama islam dikembangkan bertolak belakang pada
kebutuhan dan minat peserta didik yang mendorong peserta didik untuk
mengaktualisasikan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar serta mendorongnya
untuk mampu mengemban amanat baik sebagai seorang pemimpin.15

C. Hal hal yang harus dikuasai guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah
dan madrasah
Dalam pencapaian pembelajaran mata kuliah Inovasi Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam yaitu mahasiswa diharapkan mampu
mengembangkan konsep kurikulum di sekolah dan madrasah, menguasai teori
kurikulum untuk diterapkan di kelas saat mengajar, mendalami karakteristik peserta
didik dan pendidik dalam rangka memotivasi belajarnya, menerapkan kurikulum
secara inovatif yang bertolak dari perkembangan kemajuan pendidikan, menindak
lanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya mengembangkan kurikulum.

Kurikulum pada setiap sekolah maupun madrasah pada dasarnya semua


hampir sama. Namun ada madrasah yang dapat menghasilkan lulusan yang bermutu
dan ada yang tidak dapat, ada madrasah yang diminati banyak masyarakat dan ada
pula yang tidak ‘laku’. Perbedaan ini disebabkan bukan karena perbedaan
kurikulumnya melainkan karena perbedaan pelaksanaan kurikulum tersebut. Ada

14
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016), hal 176
15
Asfiati, Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, ( Medan : Perdana Publishing,
2016) hal 3

10
sekolah/madrasah yang melaksanakan kurikulum dengan baik sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan menjadi madrasah favorit dan ada pula
sekolah/madrasah yang kurang begitu baik pelaksanaan kurikulumnya sehingga
lulusannya pun kurang bermutu dan madrasahnya tidak diminati masyarakat.16

Dalam pengembangan kurikulum kepala sekolah maupun kepala madrasah


mempunyai peran tak kala penting dari para pendidik. Melainkan sebagai nahkoda
atau pengarah dalam pengembangan kurikulum dalam mencapai tujuan yang
diinginkan sehingga seklah/madrasah benar-benar mencapai tujuan yang di
hararapkan masyarakat. Disisi lain guru dan tenaga kependidikan yang di madrasah
ikut serta dalam menterjemahkan dan menjalankan seluruh kurikulum yang ada.17

Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum


sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh
yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri (internal),
dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi dan memahami masa depannya
dengan baik sebagai anak dan generasi penerus bangsa. Definisi lain menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.18

Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai


komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian
kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan,sumber,
dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit,
rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untukmemudahkan proses belajar
mengajar.19

Pengembangan kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang


di dalamnya memuat hal-hal yang diperlukan dalam keputusan pembuatan, antara lain
seperti asumsi, tujuan dari pengembangan kurikulum, penilaian kebutuhan, kurikulum
konten, kurikulum materi sumber, kurikulum implementasi dan evaluasi kurikulum.

16
Hidayat, R., Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Manajemen Pendidikan Islam. (Medan: Lembaga peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017)
17
Dimyati, Prinsip Belajar Mengajar, ( Bandung : Refika Aditima , 2009)
18
Wina Sanjaya , Kurikulun dan Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Perdana Group, 2010)
19
Nur Afif, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Era Millenium Ketiga, ( Bogor :
Cv Abadi Fama Group, 2023) hal 37

11
Dalam tataran praksis, diperlukan adanya pelaksana atau Sumber DayaManusia
(SDM).

Kurikulum pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) adalahkemampuan


terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang
kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Sumber dayamanusia tersebut
terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, ilmuwan,
orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.

Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga
profesional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga
kependidikan guru, tenaga kependidikan non guru dan organisasi professional.
Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite sekolah
atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat,instansi
pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsur-unsur masyarakat yang
berkepentingan terhadap pendidikan.20

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai
dokumen dan kurikulum sebagai implementasi yang dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membutuhkan. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari
dokumen dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal
yang tidak dapat terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran dan sebaiknya.

Hal-hal yang dilakukan guru pendidikan agama islam dalam mengembangkan


kurikulum di sekolah dan madrasah adalah secara umum meningkatkan interaksi
pembelajaran anatara peserta didik dan pendidik. Seorang pendidik harus
mampuharus mampu meningkatkan pembelajaran kapan saja dan dari mana saja.
Tantangan yang harus di hadapi pendidik semakin menuju dunia teknologi dan
informasi yang mengharuskan pendidik mampu menjangkau peserta didik dalam
cakupan yang luas.

Dalam hal ini ada tiga hal yang harus dilakukan guru pendidikan agama islam
dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut :

20
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, ( Jakarta : Kencana, 2011)

12
1. Guru pendidikan agama islam harus mampu menghadapi
supersmart society. Kemampuan memecahkan masalah kompleks,
berpikir kritis, dan kreativitas.
2. Guru pendidikan agama islam dapat menjadi fasilitator bagi peserta
didik untuk menawarkan arah dalam menemukan solusinya.
3. Guru pendidikan agama islam harus mampu memberikan bekal
bagi peserta didik untuk selalu siap dalam menghadapi tantangan
zaman.21

Dengan adanya kurikulum banyak sekali membantu menciptakan kurangnya


kesenjangan pengetahuan antara peserta didik, sehingga setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka. Melalui kurikulum,
pendidikan dapat menjadi sarana untuk membentuk karakter, memupuk sikap positif,
dan engajarkan nilai-nilai moral yang penting.22

Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peran dala mengolaboasikan


anatara kerangka konseptual kurikulum pendidikan agama islam sehingga mampu
memahami permasalahan-permasalahan kurikulum dengan memberikan perbandingan
dengan kehidupan yang nyata pada masa sekarang. Seorang guru Pendidikan Agama
Islam mestinya menjalankan perannya dalam melaksankan praktek kependidikan
dimana memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam berkreasi dan beraktivitas
sesuai kondisi pada masa sekarang ini.23

Dalam pengembangan kurikulum, prinsip efisiensi harus mendapat perhatian,


termasuk efisiensi segi waktu, tenaga, peralatan, dan biaya. Efisiensi waktu
direncanakan kegiatan belajar mengajar peserta didik agar agar tidak banyak
membuang waktu di lembaga pendidikan. Efisiensi penggunaan tenaga dan peralatan
perlu ditetapkan jumlah minimal peserta didik yang harus dipenuhi oleh
lembagapendidikan dan cara menentukan jumlah pendidikan yang dibutuhkan.
Dengan mengusahakan tercapainya berbagai segi efisiensi di atas, diharapkan dapat
dicapai efisiensi dalam pembiayaan pendidikan.24

21
Asfiati, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta:
Kencana,2021) hal 169-171
22
Muhammad Taali, Arif Darmawan, Ayun Maduwinarti, Pendekatan Merdeka Belajar Dalam
Kurikulum Terintegrasi Di Sekolah Alam, ( Jambi : PT Sonpedia Publishing Indonesia, 2023) hal 13
23
Asfiati, Redesign Pembelajaran Agama Islam Menuju Revolusi 4.0., ( Jakarta : Kencana, 2020) hal 3
24
Ana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1997), hal 152.

13
Dalam pengembangan kurikulum seotang guru dituntut harus memiliki
kompetensi kepribadian yang baik dimana akam tampil dengan dedikasi dan
membeikan teladan serta petuah-petuah yang bisa membimbing dan sebagai inspirasi
bagi peserta didiknya. Disamping itu seorang guru juga harus turut andil dan
profesional. Sebab banyak sekali guru yang kita jumpai tidak memiliki ijazah
keguruan dan juga berada pada bukan bidangnya.25

Adapun implikasi kurikulum terkait profesi guru yakni guru tetap berperan
penting dalam pembelajaran dan berperan secara strategis untuk menjadi kunci pada
aspek pendidikan daan pembelajaran. Namun pada pelaksanaanya, guru tidak lagi
menjadi satu satunya sumber pada kegiatan pembelajaran atau dalam hal mencari dan
menemukan pengetahuan. Dengan demikian guru perlu lebih siap, terutama dalam hal
mendidik, bukan hanya sekedar mengajar saja.26

Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan


menyenangkan. Apabila suasana tersebut dapat diwujudkan oleh guru, murid akan
merasa bebas dan tidak tertekan, sehingga mereka akan berani mengemukakan
gagasan gagasan yang mereka miliki. Sebaliknya suasana belajar kurang nyaman dan
kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan dikalangan
peserta didik.27

PENUTUP

A. KESIMPULAN

25
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam Perspektif Islam,
( Yogyakarta : Cv Budi Utama, 2016) hal 5
26
St.Sularto kebijakan merdeka belajar Jakarta: PT.Rayaksa 2020 hal 14-15
27
E, Mulyasa Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pemeblajaran kreatif dan menyenangkan
(Bandung:Remaja Rosdakarya)

14
Guru atau pendidik merupakan sosok orang yang harus mempunyai
banyak ilmu, serta mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut
dalam proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran, dan senantiasa
berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik

Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang


amat penting. Kurikulum juga merupakan wahana belajar-mengajar yang
dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus-menerus dan
berkelanjutan sesuai dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Guru
bertugas melaksanakan pengajaran yang sebaik-baiknya, maka dengan hal itu
guru juga bertanggung jawab melaksanakan, membina, dan mengembangkan
kurikulum sekolahnya. Guru yang baik harus mampu membuat program belajar
mengajar yang baik serta menilai dan melakukan pengayaan terhadap materi
kurikulum yang telah digariskan. Peran utama guru dalam pengembangan
kurikulum yaitu implementer, adapter, developer dan researcher.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, dengan


harapan menjadi bahan penambah wawasan bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa tulisan kami ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar tulisan kami
selanjutnya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asfiati, (2021) Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: Kencana)

15
Asfiati, (2016) Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, ( Medan : Perdana
Publishing)

Asfiati, (2020) Redesign Pembelajaran Agama Islam Menuju Revolusi 4.0., ( Jakarta :
Kencana)

Afif, Nur, (2023) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Era Millenium
Ketiga, (Bogor : Cv Abadi Fama Group)

Abdullah, Idi, (2016), Pengembangan Kurikulum (Jakarta : Raja Grafindo Persada)

Ana Syaodih Sukmadinata, (1997) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya)

An Nahlawi, Abdurrahman, pendidikan islam dirumah, sekolah dan masyarakat

Danim, Sudarwan, (2011) Pengembangan Profesi Guru, ( Jakarta : Kencana,)

Dimyati, (2009) Prinsip Belajar Mengajar, ( Bandung : Refika Aditima)

Hasan, S, (2017), Pengembangan kurikulum pendidikan agama islam al-ibroh:terpadu


disekolah

Ihwanuddin dan Asfiati, (2019) pembelajaran pendidikan agama islam menuju revolusi
industri 4.0 international journal of psyology (vol 1 issue i).

Mas’ud, Abdurrahman, (2007) Mengagas Format pendidikan (Yogyakarta: Grama Media)

Mulyasa E, (2006) Menjadi Guru Profesional: Mneciptakan Pemeblajaran Kreatif dan


Menyenangkan, Bandung:Remaja Rosdakarya

Nata, Abuddin, (2001). persfektif islam tentang pola hubungan guru-murid, (Jakarta:Raja
Grafindo Parsada)

Naim, (2009) Menjadi guru inspiratif Membedayakan dan mengubah jalan hidup siswa,
(Pustaka Belajar: Yogyakarta,)

Nuruddin, (2016) ( Kurikulun dan Pembelajaran, (Raja Grafindo Persada: Jakarta,)

Nana,Sudjana,(2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru.)

R, Hidayat, (2017) Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Manajemen Pendidikan Islam. (Medan:


Lembaga peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia)

Rofa’ah, (2016) Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam


Perspektif Islam, ( Yogyakarta : Cv Budi Utama)

syaruddin, Nurdin, (2005) Guru Profesional dan Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching,)

Sanjaya,Wina,(2010) Kurikulun dan Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Perdana Group,)

Siti Irene Astuti, Dwiningrum, (2011) Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan (Yogyakarta : Pustaka Belajar)

16
Sularto, St. (2020). kebijakan merdeka belajar mingguan hidup, 14-15

Tafsir, Ahmad, (1994) ilmu pendidikan dalam persfektif islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya

Taali Muhammad, Arif Darmawan, Ayun Maduwinarti,(2023) Pendekatan Merdeka Belajar


Dalam Kurikulum Terintegrasi Di Sekolah Alam, ( Jambi : PT Sonpedia Publishing
Indonesia)

17

Anda mungkin juga menyukai