Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum
Disusun Oleh :
1. Sakinah 2120100330
2. Arianto Tarihoran 2120100336
3. Raja Saputra Harahap 2120100342
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
PEMBAHASAN....................................................................................1
A. GURU DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ...............1
B. PERANAN GURU DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM DI SEKOLAH DAN
DI MADRASAH, BERSIFAT SENTRALISASI,
DESENTRALISASI, SENTRA DESENTRAL ....................3
C. HAL-HAL YANG HARUS DIKUASAI GURU
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
DI SEKOLAH DAN MADRASAH........................................10
PENUTUP.............................................................................................15
A. KESIMPULAN..........................................................................15
B. SARAN.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................16
ii
PEMBAHASAN
Pendidik dalam agama islam adalah orang yang akan bertanggung jawab
terhadap perkembangan pada peserta didik. Dalam islam, orang yang paling
bertanggung jawab ialah orang tua (ibu dan ayah) dari anak didik. Tanggung
jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu: pertama, karena kodrat yaitu karena
orangtua ditakdirkan oleh ALLAH SWT menjadi orangtua anaknya, dan oleh
karena itu orangtua ditakdirkan akan bertanggung jawab mendidik anaknya.
Kedua, karena kepentingan kedua ayah ibu atau (orangtua) ialah orangtua
berkepentingan terhadap kemajuan pada perkembangan anaknya.1
Kemudian pendidik dalam islam ialah guru. Kata guru berasal dari
bahasa indonesia yang berarti orang yang mengajar/mendidik. Dalam bahasa
inggris, sering kita dengar dengan kata teacher yang berarti pengajar.2 Secara
konvensional guru paling tidak harus mempunyai tiga kualifikasi dasar, ialah
menguasai materi, antusiasme, dan penuh kasih sayang (loving) dalam
mendidik dan mengajar.3
Dalam bahasa arab istilah yang mengacu pada pengertian makna guru
lebih banyak lagi seperti al-mu’allim atau al-allim jamaknya ulama, yang
berarti orang yang memiliki pengetahuan dan digunakan banyak para ahli
ulama pendidikan untuk menunjuk pada hati seorang guru. Selain itu ada juga
sebagian ulama yang menggunakan istilah al mudarris untuk pengertian orang
yang mendidik atau mengajar. Selain itu terdapat juga pada istilah ustadz
untuk mengarah kepada arti guru yang khusus mengajar pada bidang
pendidikan agama islam. Jadi, guru yang dimaksud disini adalah pendidik
yang memberikan pelajaran berupa materi pendidikan agama islam di sekolah
atau madrasah.
1
.Ahmad Tafsir, ilmu pendidikan dalam persfektif islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1994), hal 74.
2
Abuddin Nata,. persfektif islam tentang pola hubungan guru-murid, (Jakarta:Raja Grafindo
Parsada,2001), hal 41
3
Abdurrahman Mas’ud, Mengagas Format pendidikan (Yogyakarta: Grama Media,2007), hal 194
1
2. Pendidikan Agama Islam
2
Dalam literatur yang pendidikan islam, tugas seorang guru pendidikan
agama islam juga bercampur dengan syarat dan sifat guru. Ada beberapa
pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan disini,
6
Abdurrahman An nahlawi, pendidikan islam dirumah, sekolah dan masyarakat, hal 170
7
Nurdin syaruddin, Guru Profesional dan Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching, 2005)
3
pembelajaran dalam makna yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha menjadikan
siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik.8
8
N. Naim, Menjadi guru inspiratif Membedayakan dan mengubah jalan hidup siswa, (Pustaka Belajar:
Yogyakarta, 2009)
9
Nuruddin, Kurikulun dan Pembelajaran, (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2016) hal 62
4
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tangal 4 Mei 2007 Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, 2007)
10
Asfiati, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta:
Kencana,2021) hal158-159
5
Evaluasi kurikulum; serta peran guru dalam pengembangan kurikulum pendidikan
agama Islam di sekolah dan madrasah.
6
karakteristik, misi dan visi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang
dibutuhkan siswa.
Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal (mulok) sebagai bagian dari sturktur kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Pengembangan kurikulum muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada
masing-masing tiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu, biasa terjadi kurikulum mulok
antar sekolah bisa berbeda. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah.
4. Researchers
Sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum
(curriculum Researcher) peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memilki tanggung jawab untuk
menguji sebagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum,
menguji efektivitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan lain
sebagainya, termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target
kurikulum. 11
Salah satu metode yang diajurkan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK) yakni metode penelitian yang berangkat dari masalah
yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru berinisiatif
melakukan penelitian sekaligus malaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan demikian, dengan PTK bukan saja dapat menambah wawasan
guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan tetapi sacara terus menerus guru
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.12
Selain itu, peran guru dalam pengembangan kurikulum juga dapat dibedakan
antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral desentral.
1. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Sentralisasi atau sistem pengembangan kurikulum secara sentral (terpusat)
adalah keterlibatan pemerintah pusat dalam mengembangkan kurikulum atau
program pendidikan yang akan diterapkan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Adanya sistem sentralisasi dalam pengembangan kurikulum tersebut mempunyai
11
Wina Sanjaya , Kurikulun dan Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Perdana Group, 2010) hal 28-29
12
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru. 2000), hal 31
7
tujuan agar memperoleh bentuk kurikulum yang disusun oleh tim khusus di
tingkat pusat yang terdiri atas para ahli. Dalam pengembangan kurikulum yang
bersifat sentralisasi ini, guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan dan
evaluasi kurikulum yang bersifat makro melainkan lebih berperan dalam
kurikulum mikro.
Dalam kurikulum mikro, guru menyusun kurikulum untuk jangka waktu satu
tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu atau beberapa hari (satuan
pendidikan). Program tahunan, semesteran, catur wulan dan satuan pelajaran memiliki
komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode, media
pembelajaran dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya yang berbeda. Jadi,
peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi yaitu menyusun
dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki
metode dan media pembelajaran yang bervariasi serta menyusun program dan alat
evaluasi yang tepat. Meskipun kurikulum sudah tersusun rapi, guru masih mempunyai
peran untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Dalam Pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi memiliki kelemahan
dan kelebihan yaitu:
a. Kelemahan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi
yaitu :
1) Menyeragamkan kondisi yang berbeda-beda baik tahap
perkembangan intelek, alam dan sosial budaya. Yang dapat
menghambat kreativitas, memperlambat kemajuan sekolah yang
sudah mapan dan menyeret sekolah yang masih terbelakang.
2) Dalam penilaian hasil kurang objektif.
3) Memberikan gambaran hasil yang beragam dan menunjukkan
adanya perbedaan yang sangat ekstrim.
b. Kelebihan dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
yaitu :
1) Mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Tercapainya standar minimal penguasaan atau perkembangan anak.
3)
8
4) Mudah dikelola, dimonitor, dievaluasi, hemat biaya, waktu dan
fasilitas.
13
Dwiningrum, Siti Irene Astuti, Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2011) hal 2-5
9
desentralisasi. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum ini jauh lebih besar
yaitu :
a. Guru-guru turut berpartisipasi bukan hanya menjabarkan
kurikulum induk ke dalam program tahunan, semester, catur wulan
maupun ke dalam satuan pelajaran tetapi juga di dalam penyusunan
kurikulum secara keseluruhan untuk sekolahnya.
b. Guru-guru ikut andil dalam merumuskan setiap komponen dan
unsur dari kurikulum sehingga guru turut memiliki kurikulum dan
terdorong untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya
dalam pengembangan kurikulum. 14
Kurikulum pendidika agama islam dikembangkan bertolak belakang pada
kebutuhan dan minat peserta didik yang mendorong peserta didik untuk
mengaktualisasikan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar serta mendorongnya
untuk mampu mengemban amanat baik sebagai seorang pemimpin.15
C. Hal hal yang harus dikuasai guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah
dan madrasah
Dalam pencapaian pembelajaran mata kuliah Inovasi Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam yaitu mahasiswa diharapkan mampu
mengembangkan konsep kurikulum di sekolah dan madrasah, menguasai teori
kurikulum untuk diterapkan di kelas saat mengajar, mendalami karakteristik peserta
didik dan pendidik dalam rangka memotivasi belajarnya, menerapkan kurikulum
secara inovatif yang bertolak dari perkembangan kemajuan pendidikan, menindak
lanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya mengembangkan kurikulum.
14
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016), hal 176
15
Asfiati, Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, ( Medan : Perdana Publishing,
2016) hal 3
10
sekolah/madrasah yang melaksanakan kurikulum dengan baik sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan menjadi madrasah favorit dan ada pula
sekolah/madrasah yang kurang begitu baik pelaksanaan kurikulumnya sehingga
lulusannya pun kurang bermutu dan madrasahnya tidak diminati masyarakat.16
16
Hidayat, R., Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Manajemen Pendidikan Islam. (Medan: Lembaga peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017)
17
Dimyati, Prinsip Belajar Mengajar, ( Bandung : Refika Aditima , 2009)
18
Wina Sanjaya , Kurikulun dan Pembelajaran, (Jakarta :Kencana Perdana Group, 2010)
19
Nur Afif, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Era Millenium Ketiga, ( Bogor :
Cv Abadi Fama Group, 2023) hal 37
11
Dalam tataran praksis, diperlukan adanya pelaksana atau Sumber DayaManusia
(SDM).
Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga
profesional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga
kependidikan guru, tenaga kependidikan non guru dan organisasi professional.
Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite sekolah
atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat,instansi
pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsur-unsur masyarakat yang
berkepentingan terhadap pendidikan.20
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai
dokumen dan kurikulum sebagai implementasi yang dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membutuhkan. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari
dokumen dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal
yang tidak dapat terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran dan sebaiknya.
Dalam hal ini ada tiga hal yang harus dilakukan guru pendidikan agama islam
dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut :
20
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, ( Jakarta : Kencana, 2011)
12
1. Guru pendidikan agama islam harus mampu menghadapi
supersmart society. Kemampuan memecahkan masalah kompleks,
berpikir kritis, dan kreativitas.
2. Guru pendidikan agama islam dapat menjadi fasilitator bagi peserta
didik untuk menawarkan arah dalam menemukan solusinya.
3. Guru pendidikan agama islam harus mampu memberikan bekal
bagi peserta didik untuk selalu siap dalam menghadapi tantangan
zaman.21
21
Asfiati, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,(Jakarta:
Kencana,2021) hal 169-171
22
Muhammad Taali, Arif Darmawan, Ayun Maduwinarti, Pendekatan Merdeka Belajar Dalam
Kurikulum Terintegrasi Di Sekolah Alam, ( Jambi : PT Sonpedia Publishing Indonesia, 2023) hal 13
23
Asfiati, Redesign Pembelajaran Agama Islam Menuju Revolusi 4.0., ( Jakarta : Kencana, 2020) hal 3
24
Ana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1997), hal 152.
13
Dalam pengembangan kurikulum seotang guru dituntut harus memiliki
kompetensi kepribadian yang baik dimana akam tampil dengan dedikasi dan
membeikan teladan serta petuah-petuah yang bisa membimbing dan sebagai inspirasi
bagi peserta didiknya. Disamping itu seorang guru juga harus turut andil dan
profesional. Sebab banyak sekali guru yang kita jumpai tidak memiliki ijazah
keguruan dan juga berada pada bukan bidangnya.25
Adapun implikasi kurikulum terkait profesi guru yakni guru tetap berperan
penting dalam pembelajaran dan berperan secara strategis untuk menjadi kunci pada
aspek pendidikan daan pembelajaran. Namun pada pelaksanaanya, guru tidak lagi
menjadi satu satunya sumber pada kegiatan pembelajaran atau dalam hal mencari dan
menemukan pengetahuan. Dengan demikian guru perlu lebih siap, terutama dalam hal
mendidik, bukan hanya sekedar mengajar saja.26
PENUTUP
A. KESIMPULAN
25
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam Perspektif Islam,
( Yogyakarta : Cv Budi Utama, 2016) hal 5
26
St.Sularto kebijakan merdeka belajar Jakarta: PT.Rayaksa 2020 hal 14-15
27
E, Mulyasa Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pemeblajaran kreatif dan menyenangkan
(Bandung:Remaja Rosdakarya)
14
Guru atau pendidik merupakan sosok orang yang harus mempunyai
banyak ilmu, serta mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut
dalam proses pembelajaran dalam makna yang luas, toleran, dan senantiasa
berusaha menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Asfiati, (2021) Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah,
(Jakarta: Kencana)
15
Asfiati, (2016) Pendekatan Humanis Dalam Pengembangan Kurikulum, ( Medan : Perdana
Publishing)
Asfiati, (2020) Redesign Pembelajaran Agama Islam Menuju Revolusi 4.0., ( Jakarta :
Kencana)
Afif, Nur, (2023) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Era Millenium
Ketiga, (Bogor : Cv Abadi Fama Group)
Ana Syaodih Sukmadinata, (1997) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya)
Ihwanuddin dan Asfiati, (2019) pembelajaran pendidikan agama islam menuju revolusi
industri 4.0 international journal of psyology (vol 1 issue i).
Nata, Abuddin, (2001). persfektif islam tentang pola hubungan guru-murid, (Jakarta:Raja
Grafindo Parsada)
Naim, (2009) Menjadi guru inspiratif Membedayakan dan mengubah jalan hidup siswa,
(Pustaka Belajar: Yogyakarta,)
syaruddin, Nurdin, (2005) Guru Profesional dan Kurikulum, (Jakarta, Quantum Teaching,)
Siti Irene Astuti, Dwiningrum, (2011) Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan (Yogyakarta : Pustaka Belajar)
16
Sularto, St. (2020). kebijakan merdeka belajar mingguan hidup, 14-15
Tafsir, Ahmad, (1994) ilmu pendidikan dalam persfektif islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya
17