OLEH:
RABIATUL ADAWIYAH,S.Pd.I
Bissmillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah Puji syukur kepada Allah Swt, atas rahmat, karunia, taufik
dan hidayahNya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah buat Nabi yang mulia,
Muhammad Saw. Begitu pula buat keluarga dan sahabat-sahabatnya yang setia
dalam membela dan memperjuangkan perkembangan Islam.
Proses penyusunan PTK ini hingga selesai berangkat dari keyakinan, niat
mulia serta adanya pertolongan dan kerendahan hati para hamba Allah Swt, untuk
saling membantu dalam kebaikan. Maka atas kebaikan dan kerendahan hati dari
berbagai pihak, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga yang telah memberi kesempatan kepada saya
mengikuti Program Pendidkan profesi guru di UIN Sunan Kalijaga ini. Seluruh dosen
UIN Sunan Kalijaga yang telah membimbing dan memberi motivasi.
3. Segenap mahasiswa PPG PAI yang telah memberikan semangat, motivasi dan
dorongan sehingga dapat bekerjasama selama perkuliahan berlangsung.
Samarinda, Juli
2023
Peneliti
2
DAFTAR ISI
PERSETUJUANABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Materi Pembelajaran Aqidah
1. Tinjauan Tentang Aqidah
2. Tinjauan Tentang Memelihara Lisan
3. Adab Berbicara dalam Hukum Islam
4. Bahaya Bagi Yang Tidak Menjaga Lisan
B. Strategi Pembelajararan
1. Metode Bermain Peran
C. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
D. Hipotesis Tindakan
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Varibel Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Proseur Penelitian
E. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotensis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan
pendidikan dirumuskansesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 3,
yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Di samping
tujuan pendidikan, juga dirumuskan tujuan sekolah. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26
dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan
untukmeletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasar,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilanuntuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.Pada jenjang
pendidikan menengah, pendidikan agama merupakan pendidikan wajib. Jadi
pendidikan agama dalam sistem pendidkan nasional keberadaannya sangat penting.
Persoalan atau tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama
4
sebagaisuatu mata pelajaran di sekolah saat ini adalah bagaimana agar pendidikan
agama tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi dapat
mengarahkan peserta didik
b. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran pokok pokok yang menjadi
komponen penting sehingga tidak mungkin dapat dipisahkan dari mata pelajaran lain
karena Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mengembangkan moral dan
kepribadian peserta didik
d. Prinsip dasar dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam tertuang dalam tiga
aspek kerangka dasar ajaran Islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah
berisikan penjabaran dari konsep iman, sementara syariah berisikan penjabaran dari
konsep ibadah dan muamalah dan akhlak berisikan penjabaran dari konsip ihsan atau
5
sifat-sifat terpuji.
f. Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik yang beragama Islam. Selanjutnya tujuan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Atas (SMA/k) dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah sebagai rumusan berikut:
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
6
agama Islam juga mau dan dapat mengamalkan dengan baik dalam bentuk
pengamalan agama yang kuat, serta berakhlak mulia.
7
“maslahah” (keselamatan). Sadar atau tidak sadar, terasa atau tidak terasa,
kondisi hidup kita terus berubah. Dewasa ini, kita telah meninggalkan zaman lama
dan sedang menuju zaman baru (zaman moderen). Zaman baru yang sedang kita
tuju ini akan sangat berbeda dengan zaman lama yang telah kita tinggalkan. Zaman
baru ini, berbagai dimensi kehidupan umat manusia sedang mengalami perubahan
dan perubahan tersebut bisa diamati dari fenomena empirik kehidupan masyarakat,
baik di lingkungan kita, di daerah kita, di negara kita, bahkan di manca negara.Salah
satu aspek kehidupan umat manusia yang sedang mengalami perubahan radikal di
zaman ini adalah dimensi Akidah dan akhlaq. Akibat globalisasi dan semua
perangkat pendukungnya, nilai-nilai al-akhlaq al-karimah yang selama ini
dipedomani masyarakat sedang “dicabar”. Standar, norma, dan patokan patokan
lama mengenai cara kita merasa, berpikir, berbuat, dan berekspresi mulai bergeser
ke arah standar, norma, dan patokan-patokan baru yang selalu diperdebatkan
keabsahannya.
8
prinsip-prinsip penggunaan metode
7. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan
proporsional
8. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik
9. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang
mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola berpikir peserta didik
10. Bersifat adil terhadap para peserta didik.
Masa kini dunia pendidikan Islam telah kehilangan model. Baik model
diteladani maupun model dalam penyampaian.
Proses pembelajaran tidaklah lepas dari peran guru sebagai pengajar yang
memiliki kewajiban mencari, menemukan dan diharapkan mampu memecahkan
masalah-masalah belajar yang di hadapi perserta didik. Oleh karena itu, guru
dituntut agar kreatif dalam memilih model pembelajaran dan strategi belajar yang
sesuai untuk dapat menjelaskan teori dan konsep yang kadang abstrak agar
divisualisasikan sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didiknya.
Guru Pendidikan Agama Islam cenderung menyampaikan materi akhlak dengan
ceramah dan j a r a n g s e k a l i menggunakan metode yang menyenangkan
seperti menggunakan bermain peran yang membuat suasana hidup dan lebih mudah
dimengerti oleh peserta didik. Dalam keadaan guru yang selama ini
mengajaryang selalu menggunakan metode ceramah sehingga terjadi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang menoton di dalam kelas dan menjenuhkan bagi
peserta didik. Belajar merupakan hal yang menyenangkan, karena bukankah dengan
belajar mereka mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahuinya.
Terlebih lagi guru dianggap sebagai sumber/central belajar, sementara ia tidak dapat
menjadi teladan yang baik. Disamping itu hasil belajar tidak seperti yang
diharapkan karena peserta didik lebih menguasai materi Akidah secara teoritis tetapi
tidak secara praktis.
9
atau norma-norma tentang baik- buruk atau terpujitercela ke dalam diri dan
kepribadian peserta didik agar mereka berkemampuan memilih untuk menampilkan
prilaku yang baik atau terpuji dan menghindari atau meninggalkan semua perilaku
buruk atau tercela dalam kehidupannya.Sehubungan dengan eksistensi Pendidikan
Agama Islam sebagai penyeimbang dari kebutuhan pendidikan peserta didik,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan haruslah memberikan kontribusi dalam pembentukan kepribadian
peserta didik, baik dalam aspek kognitif, psikomotor apalagi aspek afektif. Untuk
mewujudkan semua itu pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dikemas
dengan metode dan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menarik,
menantang dan menyenangkan.
a. Ranah kognitif, yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
b. Ranah afektif, yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan yaitu menerima, memberikan respon atau jawaban,
menilai organisasi dan karekterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai
Problema klasik yang terus mengemuka dalam dunia pendidikan dewasa ini
10
adalah rendahnya tingkat keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar
yang berdampak kepada rendahnya prestasi belajar. Proses pembelajaran di dalam
kelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi, otak peserta didik
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa ada tuntutan
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Metode bermain peran ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik yang sebelumnya masih ada hasil akhir belajar dibawah KKM. Berikut
tabel kecapaian peserta didik .
1 100 - -
2 90 - -
3 80 16 40%
4 70 - -
5 60 10 30%
6 50 - -
7 40 2 15%
8 30 - -
9 20 2 15%
10 10 - -
Dari hasil rekap nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang berhasil
11
menempati KKM berjumlah 16 orang yaitu 40%, sementara yang mendapatkan
nilai 60 dan 40 yaitu 12 orang 45% , dan siswa yang mendapatkan skor terkecil
yaitu 20 sebanyak 2 orang 15% atau sekitar dari jumlah keseluruhan. Maka dari
itu perlu diadakan lagi perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar peerta didik.
Cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode bermain peran. Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran agama Islam: aspek
Akidah materi Bukti Beriman Memenuhi Janji di kelas XI MM SMK Negeri 20
Samarinda. Beranjak dari uraian di atas penulis akan mengangkat penelitian
tindakan kelas yang berjudul PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
PELAJARAN PAI DAN BP ASPEK AKIDAH DIKELAS XI MM SMK NEGERI
20 SAMARINDA.
12
B. Identifikasi Masalah
3. Suasana belajar dan proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center)
5. Nampaknya hasil belajar peserta didik pada Pendidikan Agama Islam belum
maksimal
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah
1. Bagaimana penerapan metode bermain peran pada aspek Akidah(bukti beriman;
Memelihara Lisan) di kelas XI MM SMK Negeri 20 Samarinda?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada aspek Akidah (bukti
beriman; Memelihara Lisan) dengan menggunakan metode bermain peran di kelas
XI MM SMK Negeri 20 Samarinda?
.
13
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penerapan metode bermain peran pada aspek Akidah (bukti beriman;
Memelihara Lisan) di kelas XI MM SMK Negeri 20 Samarinda
2. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar peserta didik pada aspek
Akidah (Bukti beriman; Memelihara Lisan) dengan metode bermain peran di kelas
XI MM SMK Negeri 20 Samarinda
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas ini diharapkan antara lain:
1. Bagi peserta didik:
a. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar
b. Terselenggaranya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
c. Meningkatkan kerja sama dan semangat komonikasi ilmiah dalam belajar
d. Meningkatkan hasil belajar dan pemahaman bagi peserta didik.
2. Bagi guru:
a. Untuk memperbaiki pembelajaran dan menciptakan kondisi belajar yang
menarik danmenyenangkan bagi peserta didik
14
BAB II
KAJIAN TEORI
Sebagian besar umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kata “Aqidah”. Karena
Istilah ini selalu muncul dalam pelajaran agama Islam. Namun, tidak semua orang
memahami dengan benar apa itu Aqidah dan fungsinya dalam kehidupan. Secara
umum, pengertian aqidah adalah ikatan atau keyakinan yang kuat pada seseorang
terhadap apa yang diyakininya.
Dalam Islam, Aqidah mencakup iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya.
Secara bahasa, Aqidah dapat diartikan sebagai ikatan atau kepercayaan. Sedangkan
dari segi aqidah adalah keyakinan yang kuat terhadap suatu zat tanpa ada keraguan
sedikit pun. Secara garis besar Aqidah Islam mencakup semua rukun iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat dan iman kepada Qada dan Qadar.
Pada hakekatnya, pengertian Aqidah adalah suatu keyakinan tertentu tanpa ada
keraguan sedikit pun. Oleh karena itu, berpegang pada Aqidah yang benar merupakan
kewajiban bagi umat Islam.
15
M.Quraish Shihab dalam karyanya “Mutiara Hati” Memaparkan bahwa iman
itu bertingkat-tingkat yang secara berturut-turut dimulai pengethauan yang disertai
rasa takut,harapan, kekaguman, keyakinan, lalu cinta yang ditandai dengan hubungan
harmonis dan puncaknya adalah leburnya hati dan pikiran. Iman adalah ketundukan
hati kepada kebenaran, ketulusan lisan dalam pembenaran, dan patuhnya anggota
tubuh dalam kebenaran”.
16
Rasulullah dan bertanya: “Apakah engkau marah kepadaku wahai Rasulullah?
Rasulullah menjawab: “Malaikat telah turun dari langit, menyalahkan
perkataanorang tadi, namun saat engkau mengomentarinya datanglah setan, dan aku
tidak mendatangi tempat jika di sana setan hadir”. (HR. Abu Dawud).
Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini menjadi
bermakna dan bernilai ibadah, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata
baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman :
“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan
yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”… (QS.
17: 53)
Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau berugkap kecuali dengan baik,
menjauhi perkataan buruk dan kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu
domba.Menjaga lisan merupakan perkara yang tidak boleh dianggap remeh, karena
setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban atas setiap perkataannya. Firman
Allah berbunyi:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18).
Kita dapat melihat contoh ulama yang selalu menjaga lisannya bahkan sampai dalam
keadaan sakit. Imam Ahmad pernah didatangi oleh seseorang dan beliau dalam
keadaan
sakit. Kemudian beliau merintih karena sakit yang dideritanya. Lalu ada yang berkata
kepadanya (yaitu Thowus, seorang tabi’in yang terkenal), “Sesungguhnya rintihan
sakit
juga dicatat (oleh malaikat).” Setelah mendengar nasehat itu, Imam Ahmad langsung
diam, tidak merintih. Beliau takut jika merintih sakit, rintihannya tersebut akan dicatat
oleh malaikat.
3. Adab Berbicara dalam Hukum Islam
Adapun adab-adab menjaga lisan juga disebut sebagai Hifdzul lisan. Lisan itu
sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan
supaya tetap berada dijalan yang benar sesuai syari’ah Islam diantaranya:
1. Tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang bisa mendatangkan kebaikan dan
17
manfaat atau mencegah keburukan bagi dirinya atau orang lain Rasulullah Saw.
bersabda: Rasulullah SAW bersabda:ْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata
yang baik atau diam”(HR. Imam Bukhari).
Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak
berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan
maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan
atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan
perkataan tersebut)3.”
2. Mencari waktu yang tepat, sebagaimana kata hikmah: “Setiap tempat dan waktu
ada pembicaraannya tersendiri”;
3. Tidak berlebihan dalam memuji dan mencela. Berlebihan dalam memuji adalah
bentuk dari riya’ dan mencari muka, dan berlebihan dalam mencela adalah bentuk
dari permusuhan dan balas dendam;
4. Tidak berbicara keji dan kotor, dan tidak menyimak orang yang berbicara keji
dan kotor;
5. Tidak mengobral janji-janji yang sangat sulit ditepati. Allah SWT berfirman:
“"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. As Shaff: 2-3);
6. Tidak menyenangkan manusia dengan cara mengucapkan apa-apa yang membuat
Allah SWT. murka. Sabda Rasulullah saw berbunyi: “Siapa yang membuat
manusia senang dengan melakukan perkara yang mendatangkan amarah Allah
SWT, maka ia dan urusannya akan diserahkan kepada manusia, dan siapa yang
membuat manusia marah karena ia melakukan perkara yang membuat Allah
ridha, maka Allah akan menjamin baginya perlindungan dari perlakuan
manusia”.(HR. At-Tirmidzi);
7. Menyibukkan lisan untuk berzikir (ingat) kepada Allah Swt.
18
4. Bahaya Bagi Yang Tidak Menjaga Lisan
Salah satu bahaya tidak menjaga lisan adalah menyebabkan pelakunya
dimasukkan ke dalam api neraka meskipun itu hanyalah perkataan yang dianggap
sepele oleh pelakunya. Sebagaimana hal ini banyak dijelaskan dalam hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam salah satunya adalah hadits yang telah disebutkan di atas
atau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal
Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan
menjauhkannya
dari neraka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang
rukun iman dan beberapa pintu-pintu kebaikan, kemudian berkata kepadanya:
“Maukah
kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” kemudian beliau
memegang lisannya dan berkata: “Jagalah ini” maka aku (Mu’adz) tanyakan: “Wahai
Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar
perkataan selanjutnya diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas
wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR.
At-Tirmidzi)
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata mengenai makna hadits di
atas, “Secara dzahir hadits Mu’adz tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling
banyak menyebabkan seseorang masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang
keluar dari lisan mereka. Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan
yang
mengandung kesyirikan, dan syirik itu sendiri merupakan dosa yang paling besar di
sisi
Allah Ta’ala. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Allah tanpa
dasar
ilmu, ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk di dalamnya pula
persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan hal-hal lain
yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti perkataan dusta,
ghibah dan namimah. Dan segala bentuk perbuatan maksiat pada umumnya tidaklah
19
1. Metode Bermain Peran
20
a. Dasar pertimbangan pemilihan metode bermain peran
1) Menerangkan peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak 2)
Merangsang anak menyelesaikan masalah bersifat sosial kemasyarakatan 3)
Membelajarkanmembagi tanggung jawab 4) Membelajarkan mengambil keputusan
dalam situasi kelompok secara spontan Merangsang kelas untuk berpikir dan
memecahkan masalah.
Dalam rangka menyiapkan suatu situasi bermain peran di dalam kelas, guru
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
21
Apabila peserta didik pernah mengamati suatu situasi dalam kehidupan nyata
maka situasi tersebut dapat dijadikan sebagai situasi bermain peran. Peserta
bersangkutan diberi kesempatan untuk menunjukkan tindakan/perbuatan ulang
pengalaman.
a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan
para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran
b) Bermain peran harus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah
laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut
22
3) Evaluasi bermain peran
c) Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai tersebut
dalam sebuah jurnal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan guru. Hal ini penting
untuk pelaksanaan bermain peran atau untuk perbaikan bermain peran
selanjutnya.
23
Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat
peserta didik berpikirtentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita. Kedua,
memilih pemain. Peserta didik dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan
menentuka siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat
memilih peserta didik yang sesuai untuk memainkannya atau peserta didik sendiri
yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-
perannya.Ketiga, menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan
peserta didik di mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan
yang diperlukan. Penata panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling
sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang
menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul,
kemudian diikuti oleh siapa dan seterusnya. Sementara penataan panggung yang
lebih kompleks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Keempat, guru
menunjuk beberapa peserta didik sebagai pengamat. Pengamat di sini harus juga
terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan
sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar
dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut. Kelima, permaian peran dimulai.
Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak peserta
didik yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan
peran yang seharusnya ia lakukan. Keenam, guru bersama peserta didik
mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang
dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Ketujuh, permainan peran ulang.
Seharusnya pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Kedelapan,
pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Mengapa demikian?
Karena pada saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas
kenyataan. Misalnya seorang peserta didik memainkan peran sebagai pembeli. Ia
membeli barang dengan harga yang tidak realitis. Kesembilan, peserta didik diajak
untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan
dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya peserta didik akan berbagi
pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian
guru membahas bagaimana sebaiknya pserta didik menghadapi situasi tersebut.
Seandainya jadi ayah dari peserta didik tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya
dilakukan. Dengan cara ini, peserta didik akan belajar tentang kehidupan.Melalui
24
permainan peran, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal
perasaanya sendiri dan perasaan orang lain. Maka memperoleh cara berprilaku baru
untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat
meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
1. Melatih peserta didik memahami, dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan
4. Melatih peserta didik untuk menghayati suatu pristiwa dan menarik kesimpulan
3. Kadang peserta didik yang telah ditunjuk malu untuk memainkan peran yang
telah ditentukan
5. Respon dan komentar peserta didik dapat mengganggu kelas lain yang sedang
melakukan kegiatan belajar
7. Jika tidak tersedia informasi yang cukup baik tentang materiatau karakter para
pelaku atau pihak-pihak yang akan diperankan, maka bermain peran ini tidak akan
berjalan efektif.
25
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah proses pembelajaran
berlangsung. Namun ada yang bersifat langsung dan ada yang tidaklangsung. Yang
bersifat langsung berarti suatu hasil yang akan terwujud setelah proses
pembelajaran. Sedangkan yang bersifat tidak langsung terjadi beberapa saat
setelah terjadi proses pembelajaran. Jadi ada selang waktu antara proses
pembelajaran dengan hasil belajar. Misalnya materi tentang munakahat. Hasil
belajar yang mengarah pada domain psikomotorik akan terlihat pada saat memasuki
jenjang pernikahan. Begitu juga materi tarikh, ada kalanya hasil belajar akan
muncul pada masa mendatang. Pada hakikatnya hasil belajar merupakan
perwujudan dari tujuan pembelajaran. Karena itu perumusan hasil belajar mengacu
pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) rumusan tujuan pembelajaran berpijak pada pengembangan
kompetensi dasar atau standar kompetensi. Setiap tujuan pembelajaran harus
mengandung domain/ ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif
meliputi kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Domanin
afektif meliputi kemampuan watak perilaku, seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Domain psikomotorik meliputi imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
Naturalisasi. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan upaya
membina peserta didik agar menjadi Muslim yang kaffah. Tentu semua domain baik
domain kognitif, afektif maupun psikomotorik harus ada dalam setiap rumusan
tujuan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Belajar sebagai suatu proses
adaptasi atau penyesuan tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar
merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung kepada proses belajar yang
dialami peserta didik baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan
keluarga atau di lingkungan masyarakatnya sendiri.
26
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di mulai pada bulan Juli sampai bulan September
kurang lebih 3 bulan. Hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel : 1
Jadwal Penelitian
Bulan
Keterangan Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan penelitian
Pembuatan Instrumen
Survey Pengolahan Data
Penyusunan Proposal PTK
27
B. Variabel Penelitian
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara
variabel peneliti dengan apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapai tujuan penelitian
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik pada SMKN 20 Samarinda
kelas XI MM yang berjumlah 30 orang, yang menjadi objek penelitian adalah
tindakan guru sebagai peneliti.
D. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah penting di dalam penelitian tindakan kelas
(PTK) yaitu : merencanakan, melaksanakan, mengamati dan merefleksi yang
merupakan suatu siklus yang akan di lakukan oleh peneliti kemudian siklus
selesai, jika peneliti menemukan hal baru yang belum tuntas di pecahkan
maka di lanjutkan ke silus yang ke dua dengan langkah yang sama pada
siklus pertama. Berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus
pertama peneliti akan mengikuti perencanaan, pelaksaan, pengamatan, dan
refleksi pada siklus kedua dan seterusnya. Dalam pengertian ini menganalisis
model dari Suharsimi Arikunto yakni sebagai berikut.
28
Gambar 1
Penelitian Tindakan Kelas Oleh Suharsimi Arikunto
29
Adapun penjelasan dari setiap tahapan model PTK diatas adalah sebagai
berikut :
a. Siklus 1
1) Perencanaan siklus 1
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
metode yang digunakan untuk penelitian.
b) Mempersiapkan instrument penelitian atau lembar observasi untuk
mengamati siswa dan kegiatan guru di dalam kelas.
2) Pelaksanaan siklus 1
a) Pada tahap pelaksaan ini kegiatan yang di lakukan adalah
melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada bermain peran:
1. kegiatan awal
a. guru membuka pelajaran dengan salam dan doa
b. guru memberikan apersepsi
c. guru menyampaikan tujuan pelajaran
d. guru memberikan motivasi
2. kegiatan inti
a. Peserta didik menyimak penjelasan materi dari guru dan guru
menyajiakan contoh soal PAI dan BP yang di kaitakan
dengan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari.
b. Peserta didik di bagi menjadi 4 kelompok belajar dan
bekerjasama menyelesaikan soal dalam lembar kerja
yang telah di berikan guru.
c. Peserta didik bekerjasama dengan bertukar ide dalam
menyelesaikan soal.
d. Peserta didik bekerjasama berusaha untuk
menemukan masalah dan mengidentifikasi masalah yang
tertuang dalam soal uraian selanjutnya peserta didik
dapat mengguanakan
30
pengalaman/pengetahuan awal yang telah di miliki dalam
memecahkan masalah, setiap perwakilan kelompok tampil
ke depan kelas menjelaskan hasil pemecahan soal yang
telah di kerjakan.
3. Kegiatan akhir
a. Peserta didik bersama guru menyimpulakan materi yang
telah di pelajari.
b. Guru memberikan tugas atau PR.
c. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan
berikutnya.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam.
4. Pengamatan
Kegiatan observasi di lakukan pada saat pelaksanaan
tindakan. kegiatan observasi di lakukan untuk merekam proses
yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dimana pada tahap ini peneliti mengobservasi guru dan siswa
di dalam kelas. Apakah kegiatan belajar mengajar sudah sesuai
dengan rencana yang di buat dan apakah sudah memenuhi
criteria ketuntasan minimal.
5. Refleksi siklus 1
Refleksi merupakan bagian yang amat penting dalam
memahami dan memberikan makna terhadap proses perubahan
hasil belajar yang terjadi sebagai akibat dari adanya tindakan
yang di lakukan. Refleksi ini di gunakan dalam uapaya
menetapkan langakah selanjutnya apakah perlu di adakan siklus
berikutnya atau tidak.
b. Siklus 2
Siklus II merupakan perbaiakan dari siklus I dimana
tahap pelaksanaanya sama dengan siklus 1 yaitu
31
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Pelaksaan siklus II ini mengacu pada hasil refleksi dari siklus I.
b. Data Kualitatif
1) Melakukan klasifikasi dan katagorisasi data
2) Mencari bagaimana perana Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Belajar Kelompok
2. Sumber Data
Dalam penelitian Tindakan kelas ini yang menjadi sumber data
adalah :
a. Peserta didik kelas XI MMSMKN 20 Samarinda
b. Guru Agama Islam SMKN 20 Samarinda
c. Data dokumen penunjang belajara kelompok di kelas
32
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam PTK seperti pada umumnya suatu
penelitian adalah dengan menggunakan instrumen. Instrumen memegang
peranan yang sangat strategis dan penting dalam menentukan kualitas suatu
penelitian, karena validitas data yang diperoleh akan sangat menentukan
mutu instrumen yang digunakan. Pengambillan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dokumentasi, tes, dan catatan lapangan.
1) Tes Hasil Belajar, adalah serentetan pertanyaan atau Latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelgensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individua tau
kelompok.
2) Observasi, Yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati langsung
sumber data yang akan dianalisis kemudian diuraikan dalam data tertulis.
3) Wawancara, Yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab kepada bagian-
bagian yang terlibat dalam masalah-masalah diteliti. Adapun teknik yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menanyakan langsung secara
lisan kepada guru agama Islam dan peserta didik di SMKN 20 Samarinda.
4) Dokumentasi, Metode dokumentasi yaitu mencari data-data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah langkah pertama dalam proses analisis yang
merupakan proses seleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan
mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Pada tahap ini
33
peneliti menyeleksi dan merangkum data yang diperoleh berdasarkan fokus
kategori maupun pokok permasalahan tertentu yang telah ditetapkan dan
dirumuskan. Selain itu data juga disusun sesuai dengan kebutuhan sehingga
setelah dilakukan reduksi data, semua data yang relevan sudah tersusun dan
terorganisir sesuai dengan kebutuhan untuk tahap selanjutnya.
2. Penyajian Data
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga dapat disajikan menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan
memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat
hubungan antara variabel peneliti dengan apa yang terjadi dan apa yang perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan
penelitian
3. Penarikan Kesimpulan
Dari hasil reduksi dan penyajian data, peneliti dapat memahami
secara mendalam hasil data yang diperoleh dan berdasarkan dari data itulah
peneliti akan mengambil kesimpulan penelitian dengan menjawab permasalahan
– permasalahan yang diajukan dengan data dan bukti – bukti empiris yang telah
terkumpul.
Setelah dibuat kesimpulan, data perlu untuk diverifikasikan agar hasil
penelitian menjadi mantap dan benar - benar dapat dipertanggung jawabkan.
Verifikasi sendiri merupakan aktivitas pengulangan dalam rangka
pemantapan dan penelusuran data kembali secara tepat.
b. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan persentase pengujian hipotesis dengan hasil rata- rata dapat
diambil kesimpulan bahwa menunjukkan peran Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Belajar Kelompok di SMKN 20 Samarinda dapat dikategorikan baik. Hal
ini dapat dilihat dari persentase yaitu 71,45%, sesuai dengan standar angket
66% - 75% dikategorikan baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam belajar kelompok yaitu
34
:
1. Guru memiliki sifat tegas dalam mengawasi peserta didik
mengerjakan tugas kelompok.
2. Guru memiliki cara yang mudah dipahami saat menyampaikan materi
untuk di kerjakan peserta didik.
3. Guru memiliki metode mengajar yang mudah dipahami.
4. Peserta didik dapat menerima pelajaran yang disampaikan
dengann baik.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
37