Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Islam juga memberikan pandangannya mengenai pendidikan, yang
mana pendidikan menjadi sangat penting dalam kelangsungan kehidupan
manusia. Bahkan orang yang tinggi derajatnya adalah orang yang semakin
tinggi tingat keilmuannya, seperti yang tercantum di QS. Al Mujadalah ayat
11 Allah berfirman :
‫ح اللّٰهُ لَ ُك ْمۚ َواِ َذا قِ ْي َل‬ ِ ِ‫يٰ ٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوْ ٓا اِ َذا قِي َْل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َمجٰل‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
َ‫ت َواللّٰهُ بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬ ٍۗ ٰ‫ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع اللّٰهُ الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْمۙ َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََرج‬
‫َخبِ ْي ٌر‬

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,


“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Ayat dan hadits tersebut dapat diketahui bahwa dalam menjalankan
kehidupan yang penuh dengan permasalahan yang beraneka ragam ini orang
membutuhkan Ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat
dijadikan sebagai kunci bagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
selain sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan di dunia Ilmu

1
2

pengetahuan juga dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai


kebahagiaan hidup di akhirat. Dan Ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh
dengan melalui proses belajar.
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan
kualitas manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan kekuatan sentral
dalam pembangunan, sehingga mutu dan sistem pendidikan akan dapat
ditentukan keberhasilannya melalui peningkatan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar pada dasarnya lebih penting daripada belajar, karena
motivasi belajar sangat berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran. Jika
motivasi belajanya tinggi, maka kualitas pembelajarannya juga tinggi.
(Hidayatulloh, 2009: 131).
Peningkatan kualitas guru dalam proses belajar mengajar termasuk
salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam proses pendidikan,
peserta didik/siswa merupakan sentral dalam proses pendidikan. Mereka
adalah sumber daya manusia yang harus dikembangkan potensinya. Dalam
hal ini, guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan
potensi peserta didik.
Sebagai pengajar, guru seyogyanya membantu perkembangan siswa
untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar senantiasa
belajar dalam berbagai kesempatan. Pada akhirnya, seorang guru dapat
memainkan perannya sebagai motivator dalam proses belajar mengajar bila
guru itu menguasai dan mampu melakukan keterampilan - keterampilan
didaktik dan metodik yang relevan dengan situasi dan kondisi para siswa
(Anwar, 2008).
Al-Zarnuji dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan anak
didik, lebih mengaksentuasikan pada kepribadian atau sikap dan moral yang
mulia, yang perlu dimiliki oleh para pelajar. Kepribadian yang harus
dimiliki oleh murid, sebagaimana dikatakan Al Zarnuji adalah setiap murid
harus mempunyai sifat-sifat; tawadu’, ‘iffah (sifat menunjukkan harga diri
yang menyebabkan seseorang terhindar dari perbuatan yang tidak patut),
2
3

tabah, sabar, wara’ (menahan diri dari perbuatan yang terlarang) dan tawakal
yaitu menyerahkan segala perkara kepada Allah.
Salah satu prasyarat utama belajar dalam Islam adalah berangkat dari
motivasi (niat) yang lurus sebagaimana diungkapkan al-Zarnuji, karena hal
itu merupakan etika menuntut ilmu (belajar) dalam islam. Di dalam kitab
Ta’lim Muta’lim, Al-Zarnuji menjelaskan betapa pentingnya dalam mencari
ilmu yang harus disertai dengan motivasi (Zarnuji, 2002: 25).
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau dirinya ada keinginan
untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran. Keinginan belajar inilah yang disebut dengan motivasi.
Motivasi dalam hal ini ada dua hal, yaitu: pertama, mengetahui apa yang
akan dipelajari. Kedua, memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan
yang baik untuk belajar (Sardiman, 2012: 12).
Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk menemukan
belajar yang bermaknsa dan berharga sehingga mereka merasakan
keuntungan dari aktivitas belajar tersebut (Djamarah, 2002).
Guru sebagai pendidik atau pengajar meru pakan salah satu penentu
kesuksesan dalam pendidikan.oleh karena itu guru dituntut untuk
mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar. Guru kreatif
selalu mencari cara bagaimana proses belajar mengajar mencapai hasil yang
sesuai tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam
mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mengembangkan
faktor situasi, kondisi belajar peserta didik (Cece Wijaya, 1994: 189).
Proses pendidikan dapat berlangsung dalam wadah Lembaga
Pendidikan islam maupun Lembaga Pendidikan Umum. Madrasah sebagai
lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari tradisi pendidikan
agama dalam masyarakat, memiliki arti penting sehingga keberadaannya
terus diperjuangkan. Madrasah merupakan sekolah umum yang bercirikan
islam yang pada umumnya berada di bawah naungan pesantren.

3
4

Dalam hal ini, peneliti mengamati salah satu madrasah yang ada di
Jombang yaitu Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah. Madin Al Makkiyyah
ad-Diniyyah yang berada di bawah naungan yayasan Pesantren Al
Makkiyyah Darussalam yang berada di kecamatan Mojowarno, tepatnya di
dusun Tegalsari, Desa Wringinpitu. Saat ini siswa di MADIN Al Makkiyyah
Darussalam sudah mencapai 50 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah, penulis melihat
aktivitas mengaji dilaksanakan dengan tenang dan tertib, sebagian besar
santrinya pun terlihat aktif serta antusias saat mengikuti pelajaran. Hasil
wawancara dengan salah satu guru di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah
mengatakan bahwa motivasi belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah ad-
Diniyyah sudah baik karena adanya upaya keras dari guru akhlak yang
mengajar di madin tersebut selain itu guru tersebut menambahkan bahwa
segala yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar santri, akan
dilaporkan ke guru akhlak terlebih dahulu sebelum ke kepala madin.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah dengan
judul “Peran Guru Akhlak Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Santri di
Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah Mojowarno Jombang”.
B. Identifikasi Masalah
1. Tingginya peran guru akhlak dalam proses peningkatan motivasi belajar
santri di Madin tersebut
2. Motivasi belajar santri di Madin tersebut tinggi
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berfokus pada peran
guru akhlak dalam peningkatan motivasi belajar kelas II.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka penulis merumuskan


permasalahan yang ingin dicari jawabannya adalah :
1. Bagaimana motivasi belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah ad-
Diniyyah Mojowarno Jombang ?
4
5

2. Bagaimana peran guru akhlak dalam peningkatan motivasi belajar santri


di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah Mojowarno Jombang?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat guru akhlak dalam peningkatan
motivasi belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah
Mojowarno Jombang?

D. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi


tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kondisi motivasi belajar santri di Madrasah Al
Makkiyyah ad-Diniyyah Mojowarno Jombang
2. Mendeskripsikan Peran Guru Akhlak dalam Peningkatan Motivasi
Belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah Mojowarno
Jombang.
3. Mendeskripsikan Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Akhlak
dalam Peningkatan Motivasi Belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah
ad-Diniyyah Mojowarno Jombang.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan untuk memberikan manfaat bagi peneliti


baik secara teoritis maupun secara praktis diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Secara Teoritis
Dapat memberikan informasi yang mendalam dan memperluas
wawasan tentang khasanah keilmuan dalam peningkatan motivasi
belajar siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Sebagai masukan bagi siswa tentang pentingnya meningkatkan
motivasi belajar khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.

5
6

b. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
guru dalam peningkatan motivasi belajar siswa.
c. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
lembaga dan dapat memberikan sumbangan referensi bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya di lembaga tersebut.
d. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan, wawasan dan


pengalaman sehingga dapat menjadi penerus yang baik dalam
dunia pendidikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
7

A. Peran Guru Akhlak


1. Pengertian Guru Akhlak

Menurut Undang – Undang nomor 20 tahun 200 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umur butir 6, pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
guru adalah pendidik.

Menurut KBBI (2008: 509), guru adalah orang yang pekerjaannya


(mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan menurut Abdul
Hamid (2017: 275) Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang
serta mempunyai tanggung jawab untuk memimbing serta membina murid.
Selain itu, Hamid (2017: 277) menambahkan mengenai pengertian guru
yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan


kepada anak didik di sekolah ( Djamarah, 2002: 65). Abdul Majid dan
Muhaimin (1993: 34) menambahkan bahwa guru adalah orang dewasa yang
bertanggungjawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri
sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu
sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup
yang mandiri. Guru yang baik, ialah yang menganggap semua muridnya
sebagai anak – anaknya sendiri, yang setiap hari akan mendapat curahan
kasih sayangnya (Fathurrohman, 2014: 32).

7
8

Dalam dunia pendidikan, guru sering disebut dengan istilah


“pendidik”, kedua istilah tersebut memiliki persesuaian dalam
pengertiannya bedanya adalah istilah guru sering dipakai di lingkungan
pendidikan formal, sedang pendidik di lingkungan formal, informal maupun
non formal (Abu Ahmadi, 2003 : 65). Dalam pendidikan islam seorang guru
atau pendidik bisa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabby, mursyid,
mudarris dan mu’addib (Muhaimin, 2007: 44)

Akhlak ialah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul pada


manusia ketika menjalankan perbuatan – perbuatan yang tidak dibuat – buat
dan dipaksa – paksakan (Masy'ari, 1990: 24). Selain itu, Ahmad Susanto
(Susanto, 2018: 13) menambahkan bahwa Akhlak adalah suatu keadaaan
bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan – tindakan dari keadaan
itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi menjadi
dua ada yang berasal dari tabiat aslinya, adapula diperoleh dari kebiasaan
yang berulang – ulang.

Jadi yang dimaksud guru akhlak adalah orang dewasa yang


bertanggungjawab memberi pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
sampai pengetahuannya tersimpan di jiwa anak didik kemudian timbul
ketika menjalankan perbuatan – perbuatan secara spontanitas, tidak dibuat
– buat dan tanpa adanya paksaan.

2. Peran Guru
Guru adalah pemeran utama dalam proses pembelajaran yang
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan pribadi yang
berpengaruh besar dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
bisa membawa peserta didik ke tujuan yang ingin dicapai serta seorang guru
harus memiliki wawasan yang luas dan mempunyai wibawa. Hal ini juga
dikemukakan oleh Cece Wijaya, dkk, (1992: 76) guru harus berpandangan
luas dan kriteria sebagai seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan.

8
9

Dari semua prses pembelajaran mulai perencanaan hingga evaluasi


pembelajaran profesi guru memiliki banyak peran.
Sardiman (2011: 143 – 144) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
pendapat yang menjelaskan mengenai peran – peran yang dimiliki guru,
antara lain adalah :
a. Prey Katz yang menggambarkan peranan guru sebagai komunikator,
sahabat yang dapat memberikan nasihat – nasihat, motivator sebagai
pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan
sikap dan tingkah laku serta nilai – nilai, dan sebagai orang yang
menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai
pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap
atasannya, sebagai kolega dalam hubungan dengan teman sejawat,
sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai
pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
c. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antar
lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan
dan mempersiapkan pelajaran sehari – hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.
d. Federasi dan Organisasi Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peranan
guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga
berperan sebagai transformer dan katalisator nilai dan sikap.

Peran (role) adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan


guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Secara umum guru
memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Hal ini
tidak dapat disangkal lagi terutama pada saat-saat permulaan taraf
pendidikan dimana titik berat kebijaksanaan titik pertanggungjawaban
terletak pada tangan seorang guru atau pendidik. Para pendidik dapat
memilih kearah mana tujuan pendidikan, dasar-dasar apa yang akan dipakai,
alat-alat apa yang yang akan dipergunakan. Disamping itu, guru adalah

9
10

tauladan bagi para siswa. Guru merupakan peranan utama dalam proses
belajar-mengajar. Peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dalam berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi
tujuannya (Tohirin, 2005 : 165).

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai peranan guru yang


sudah dikemukakan, Sardiman (2011: 144-146) merincikan peranan guru
tersebut menjadi 9 peran guru. 9 peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar tersebut yaitu:
a. Informator
Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator
Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran
dan lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus
diatur oleh guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam
belajar pada diri guru maupun siswa.
c. Motivator
Peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Guru harus mampu memberikan rangsangan, dorongan serta
reinforcement untuk mengembangkan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi
dinamika dalam proses belajar.
d. Pengarah atau Director
Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator

10
11

Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang


dicetuskan hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh
anak didik.
f. Transmitter
Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator
Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan
pembelajaran yang kondusif, seerasi dengan perkembangan siswa,
sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung efektif dan optimal.
h. Mediator
Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan
belajar siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar
atau solusi ketika diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga
dapat diartikan sebagai penyedia media pembelajaran, guru menentukan
media pembelajaran mana yang tepat digunakan dalam pembelajaran.
i. Evaluator
Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan
prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam
menilai peserta didik, namun demikian evaluasi tetap harus
dilaksanakan dengan objektif. Evaluasi yang dilakukan guru harus
dilakukan dengan metode dan prosedur tertentu yang telah
direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Oemar Hamalik (2013: 169) dalam bukunya juga mengungkapkan


tentang peran guru yaitu antara lain :
a. Guru sebagai pengajar
b. Guru Sebagai Pembimbing
c. Guru sebagai pemimpin
d. Guru sebagai ilmuwan
e. Guru sebagai pribadi
11
12

f. Guru sebagai penghubung


g. Guru sebagai pembaharu
h. Guru sebagai pembangunan
Untuk dapat melaksankan tugas ini dengan baik, guru terlebih
dahulu mengerti, memahami dan mengamalkan ajaran islam, bertakwa
kepada Allah dan berakhlak mulia. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia juga
harus dapat menarik simpati sehingga ia menjadi idola para peserta
didiknya. Sedangkan di bidang kemasyarakatan guru mempunyai tugas
mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang bermoral Pancasila (Usman, 2000: 7)
Guru merupakan contoh atau model bagi peserta didik. Sedangkan
peserta didik juga merupakan cerminan seorang guru. Dimana penampilan,
tingkah laku, cara berbicara, cara bersikap, cara mengajar akan menjadi
contoh bagi peserta didik. Sering kali guru hanya datang dan memberi tugas
kemudian kembali ke ruang guru atau melakukan kegiatan diluar tugas guru.
Jika hal ini terus dilakukan dapat dilihat kualitas pendidikan akan seperti
apa yang akan terjadi 5 atau 10 tahun kemudian. Bahkan mungkin guru
hanya bisa memaki peserta didik yang tidak mengerti materi atau peserta
dididk yang mendapat nilai dibawah standart. Banyak sekali masalah
pendidikan diantaranya adalah peran guru sebagai pembelajar tidak
berfungsi secara baik dan berkesinambungan (Sundari, 2017: 66).

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi secara etimologis berasal dari kata motif atau dalam
bahasa inggris motive berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif berkaitan erat dengan gerakan,
yakni gerakan manusia untuk melakukan perbuatan atau tingkah laku
tertentu (Uno, 2006 : 3).

12
13

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk


menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Jadi motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu sendiri tumbuh di dalam
diri seseorang (Sardiman, 2012: 75).
Sedangkan secara psikologi motivasi merupakan usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau suatu kelompok tertentu, tergerak hatinya
untuk melakukan sesuatu karena ingin mendapatkan kepuasan dengan apa
yang di lakukannya. Motivasi memegang peranan penting dalam pencapaian
keberhasilan suatu hal. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu (Subini, 2012: 89).
Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang efektif dan efisien, guru
dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
terbentuk perilaku belajar peserta didik yang efektif. Menurut Sardiman
(Sardiman, 2012: 44) dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :
a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan mmotivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada
organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) atau afeksi
seseorang. Dalam hal ini relevan dengan kejiwaan, afeksi, dan emosi
yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini
merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan
Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan
terlaksananya fungsi-fungsi tersebut, diantaranya memenuhi kebutuhan
murid, meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman,
kebutuhan utnuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan
13
14

kebutuhan untuk merealisasikan diri. Hubungan manusiawi guru dan siswa


dalam pembelajaran ditandai oleh tindakan guru yang penuh kasih sayang
dan bimbingan yang menciptakan suasana kelas menyenangkan, menghargai
dan menggirahkan belajar siswa. Dalam jangka panjang suasana tersebut
akan menghasilkan dampak pengiring yang menyehatkan mental dan
mengoptimalkan perkembangan siswa, terutama di sisi kesehatan emosi
(Prawitasari, 2012: 69).
Pentingnya motivasi belajar tidak dapat dipungkiri, karena proses
pembelajaran dengan motivasi yang kuat, siswa atau peserta didik tidak
akan merasa lelah dan tidak cepat bosan oleh karena itu, guru atau pendidik
perlu memelihara motivasi belajar peserta didik, seperti kebutuhan dan
keinginan dan lain – lain. Motivasi belajar adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang, dan perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran
(Djamaludin, 2013: 33).
Berbagai pandangan tentang definisi motivasi belajar di atas,
sehingga dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang
mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu kegiatan atau
aktifitas dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2. Macam – Macam Motivasi Belajar


Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
(Sardiman, 2011: 25), yaitu :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari motif bawaan
dan motif yang dipelajari. Motivasi bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, jadi motivasi tersebut ada tanpa dipelajari. Misalnya,
dorongan untuk makan, minum, bekerja, beristirahat, dan seksual.
Motif yang dipelajari adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Misalnya, dorongan untuk mempelajari satu cabang ilmu pengetahuan,
dorongan untuk mengajar sesuatu dimasyarakat.

14
15

b. Sardiman (2011: 58) mengklasifikasikan motivasi menjadi motivasi


jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah
seperti misalnya: refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang
termasuk rohaniah adalah kemauan.
c. Motivasi diklasifikasikan berdasarkan jalarannya menjadi motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud
motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di
dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik
yaitu: adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri,
adanya kebutuhan dan adanya cita-cita (Uno, 2006: 54).
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besok pagi nya akan ujian dengan harapan
mendaatkan nilai baik, sehingga akan di puji oleh orang tuanya,
atau temannya. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu
besok pagi nya akan ujian dengan harapan mendaatkan nilai baik,
sehingga akan di puji oleh orang tuanya, atau temannya. Jadi yang
penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin
mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah.
Maka, jika di lihat dari segi tujuan kegiatan yang di lakukanya,
tidak secara langsung bergantung pada esensi yang dilakukanya.
Oleh karena itu motivasi ekstrinsik juga dapat diartikan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar secara tidak mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.
15
16

3. Fungsi Motivasi Belajar


Di dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak bisa berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu bermacammacam, mungkin ia
tidaksenang, mungkin ngantuk, ada problem pribadi dan lain-lain. Dalam
hal ini berarti bahwa pada diri anak, tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki
tujuan atau kebutuhanbelajar.Oleh karena itu, pemberian motivasi di sini
sangat penting untuk mendorong siswa melakukan pekerjaan yang
seharusnya dilakukan, yakni belajar.Pemberian motivasi merupakan hal
yang sangat penting dalam belajar (Rusyan, 1989: 90), yaitu:
a. Motivasi merupakan suatu kegiatan pemilih dari tipe kegiatan di mana
seseorangberkeinginan untuk melakukannya.
b. Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam
kegiatanbelajarnya.
c. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku
Fungsi motivasi belajar menurut Oemar Hamalik (2013: 175) adalah:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan. Tanpa motivasi,
tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
c. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi, akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan
Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih,
tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan
prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu di kelas, sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar
(Ahmadi, 2013: 83).
16
17

Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun
dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa
serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan
belajr. Menurut Sardiman (2011: 85) fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatanperbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
meyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat


lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar, dan tidak akan menghabiskan
waktunya bermain play station atau membaca komik, sebab tidak serasi
dengan tujuan yang akan dicapainya. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi
lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, bahwa dengan adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, intensitas motivasi
seorang siswa, akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya (Sardiman, 2011: 75).

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting


dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar. Tanpa motivasi dalam diri pelajar maka akan sulit
mencapai tujuan. Maka dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan

17
18

suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang
bersangkutan dapat mencapai hasil yang optimal.

4. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar


Berikut ini beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam
rangka mengarahkan belajar peserta didik di kelas antara lain sebagai
berikut (Djamarah, 2002: 23) :
a. Memberi Angka
Angka merupakan nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik.
Angka yang diberikan kepada setiap peserta didik biasanya bervariasi,
sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian
guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka merupakan alat motivasi
yang cukup memberikan rangsangan kepada peserta didik untuk
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar
mereka di masa mendatang.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu epada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang – kenangan / cinderamata. Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari
keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang
dicapai oleh seseorang.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong peserta didik agar mereka bergairah belajar.
Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan
dalam pendidikan.
d. Ego- Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai slah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
18
19

dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan


menjaga harga dirinya.
e. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Peserta didik
biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh – jauh hari untuk
menghadapi ulangan.
f. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil, peserta didik terdorong untuk untuk
belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan,
peserta didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan
meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar
melebihi prestasi sebelumnya.
g. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan
sebagai alat otivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif
dan sekaligusmerupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan
pujian untuk memuji keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan
pekerjaan di sekolah.
h. Hukuman
Meski hukuman sebagai reforcement negatif, tetapi bila dilakukan
dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan
efektif.
i. Hasrat untuk Belajar
Hasrat akan belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala
kegiatan tanpa maksud.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap
suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang.
19
20

5. Indikator Peserta didik termotivasi


Diantara indikator yang bisa dijadikan patokan peserta didik
termotivasi (Djiwono, 2006: 73) adalah:
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.
d. Peserta didik bergairah belajar.
e. Kemandirian belajar
Adapun ciri-ciri peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar
termotivasi (Tafsir, 1993: 146):
a. Mencari dan memberikan informasi.
b. Bertanya pada guru atau peserta didik lain
c. Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau peserta didik
lain.
d. Diskusi atau memecahkan masalah.
e. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
f. Memanfaatkan sumber belajar yang ada.
g. Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaannya.
h. Membuat kesimpulan sendiri tentangpelajaran yang diterimanya.
i. Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dengan tepat saat
pelajaran berlangsung.
j. Memberikan contoh dengan benar.
k. Dapat memecahkan masalah secara tepat.
l. Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan.
m. Senang bila diberi tugas
n. Bekerjasama dengan berhubungan dengan peserta didiklain.
o. Dapat menjawab pertanyaan diakhir pelajaran.
20
21

Sardiman (2011: 83) memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang


termotivasi diantaranya :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang belajar mandiri.
e. Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).
f. Sering mencari dan memecahkan soal-soal.
g. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.
h. Dapat mempertahankan pendapatnya

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri di atas berarti dia telah


memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar..
C. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelusuran pustaka yang berupa hasil
penelitian, karya ilmiah, ataupun sumber lain yang digunakan peneliti sebagai
perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam proposal skripsi ini,
penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang ada relevansinya
dengan judul penulis antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah, yang berjudul “ Peran
Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelajaran IPA Kelas IV di SDN 2
Purwodadi di Masa Pandemi Covid-19 Tahun Pelajaran 2020/2021” .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi guru
Pendidikan Agama Islam memberikan motivasi belajar kepada siswa
dengan cara yang lebih variatif misalnya Video call, guru datang ke rumah
siswa dan lain lain.
Persamaan penilitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama – sama
membahas tentang peningkatan motivasi belajar siswa. Sedangkan
perbedaannya ialah peneliti terdahulu meneliti tentang peran guru umum
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan peneliti meneliti
peran guru akhlak dalam peningkatan motivasi belajar.
21
22

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hendra, yang berjudul “ Peran Guru


Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Sosiologi Kelas IX di SMA Laboratorium Malang Tahun Pelajaran
2017/2018” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru di sekolah
tersebut melakukan berbagai upaya agar motivasi belajar siswa meningkat
khususnya di pelajaran sosiologi.
Persamaan penilitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama – sama
membahas tentang peningkatan motivasi belajar siswa. Sedangkan
perbedaannya ialah peneliti terdahulu melakukan peelitian dengan latar
belakang kasus yang negatif yaitu adanya siswa yang tidak termotivasi
belajarnya, sedangkan peneliti melakukan penelitian dengan latar belakang
kasus positif, yaitu motivasi belajar di sekolah sudah baik kemudian
muncul keingintahuan tentang bagaimana peran guru di sekolah tersebut.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Astari Setia Ningsih, yang berjudul “
Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Daring Kelas IV SDN 17 Katon Tahun Pelajaran
2020/2021” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa walau tanpa
pembelajaran tatap muka seperti membuat video pembelajaran, memulai
pembelajaran lewat Zoom, dan lain lain.
Persamaan penilitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama – sama
membahas tentang peningkatan motivasi belajar siswa. Sedangkan
perbedaannya ialah peneliti terdahulu melakukan penelitian peran guru
pada pembelajaran daring, sedangkan peneliti melakukan penelitian peran
guru pada pembelajaran tatap muka.

22
1

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang diterapkan dalam
penelitian guna mencari suatu data yang valid. Sugiyono (2017: 12)
mengemukakan bahwa, penelitian berdasar jenis metode penelitian terbagi
menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Peneliti memilih metode
penelitian kualitatif yang merupakan penelitian lapangan (field research)
karena data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari obyek
dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan multi strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi
langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen, teknik-
teknik pelengkap, seperti foto, rekaman dan lain-lain
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai
tahap penyusunan laporan (Moleong, 2014: 5). Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di objek penelitian. Deskriptif kualitatif
digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi
mendalam mengenai suatu penelitian (Burhan, 2010: 68). Jadi penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif
kualitatif untuk memberi gambaran tentang peran guru akhlak dalam
peningkatan motivasi belajar siswa di madin Al Makkiyyah Darussalam.
Menurut Ahmad Tanzeh, pengertian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya pengeamatannya (Tanzeh
1
2

A. , 2009: 13). Sedangkan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk kata, kalimat dan gambar (Sugiyono, 2018: 25). Ini ditunjukan untuk
memahami kegiatan-kegiatan yang ada untuk dikaji.
B. Situasi Sosial dan Partisipan Penelitian
1. Situasi Penelitian
Situasi sosial adalah istilah dalam penelitian kualitatif yang posisinya
sama dengan populasi dalam penelitian kuantitatif. Seperti yang
diungkapkan Spradley (Sugiyono, 2018: 247), bahwa dalam penelitian
kualitatif menggunakan istilah situasi social yang terdiri atas tiga elemen,
yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Dalam hal ini, situasi sosial penelitian ini yaitu:
a. Tempat (place)
Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan penelitian di Madrasah
Al Makkiyyah ad-Diniyyah
b. Pelaku (actors)
Penelitian di sini yang menjadi subjek adalah peneliti sendiri, proses
pembentukan karakter Islami siswa terjadi saat keberlangsungan siswa
saat berada di sekolah maupun diluar jam formal yaitu setiap kegiatan
yang berlangsung di Sekolah dimana para siswa beraktivitas dalam
kesehariannya.
c. Aktifitas (activity)
Aktifitas yang menjadi objek penelitian adalah 2 Peran guru dalam
peningkatan motivasi belajar di Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah.

2. Partisipan Penelitian
Partisipan adalah semua orang atau manusia yang berpartisipasi atau
ikut serta dalam suatu kegiatan (Setiawan, 2010: 27). Untuk mendapatkan
informasi tentang peran Pedidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlakul
karimah siswa, peneliti melibatkan beberapa partisipan yaitu:
1. Wali Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah
2. Guru Akhlak Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah.
3. Siswa Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad – Diniyyah
3

C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah menemukan dan
mengidentifikasi data-data yang terkait dengan fokus penelitian dengan
menggunakan metode observasi sehingga peneliti merupakan pengamat
sebagai partisipan pasif, karena kehadiran peneliti disadari oleh partisipan lain
tetapi peneliti tidak aktif dan tidak ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan yang
diteliti (Sugiyono, 2018: 299). Dengan demikian kehadiran peneliti diketahui
oleh subyek/informan. Kehadiran peneliti ini telah disetujui dan diperbolehkan
serta dilayani oleh informan dengan baik.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, yang berfungsi menetapkan rumusan masalah, fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas penemuannya. Dalam
penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah memasuki obyek penelitian (Sugiyono, 2018: 306)
Menurut Sugiyono validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan
validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman
terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2018:
305).
4

Didalam penelitian ini peneliti menggunakan dua golongan insrtumen,


diantaranya:
1. Instrument Primer
Instrument primer disini adalah peneliti sendiri, yang mana peneliti
sebagai pengamat parsitipatif.
2. Instrument Sekunder
Instrument sekunder yang peneliti gunakan adalah lembar pedoman
wawancara, lembar pengamatan atau observasi, dan lembar dokumentasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2017: 308) merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Agar diperoleh data yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti, maka diperlukan cara-cara pengumpulan data
lapangan yang akurat. Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui tahap –
tahap sebagai berikut:
a. Pengamatan/Observasi
Menurut Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2018: 310) menyatakan
bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam
kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.
Observasi juga dapat dilakukan bila belum banyak keterangan yang
dimiliki tentang masalah yang selidiki. Observasi diperlukan untuk
menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin
petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkanya. Dengan observasi sebagai
alat pengumpul data dimaksud observasi yang dilakukan secara sistematis
(Nasution, 2011: 43).
5

Dari segi pelaksanaan, observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu


observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini
menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat
langsung dalam melakukan pengamatan untuk memperoleh gambaran
bentuk dari penanaman dan menggali informasi dari pengamatan tersebut.
Dalam hal ini peneliti akan mengamati langsung terkait peran guru akhlak
dalam peningkatan motivasi belajar, proses pembinaan motivasi belajar
siswa kelas III di Madin Al Makkiyyah Darussalam Mojowarno Jombang,
dan Motivasi belajar siswa.
b. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2018: 319)
mendefinisikan wawancara (interview) merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan
peneliti sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan hasil dari
penelitian tersebut. Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara
terstruktur. Pedoman terstruktur adalah pedoman wawancara yang sudah
memuat semua yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
ditanyakan jadi pertanyaan yang ditanyakan tidak akan terlepas dari pokok
permasalahan yang akan ditanyakan. Dimana dalam melalukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatf jawabannya pun telah
disiapkan (Sugiyono, 2018: 21)
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2017: 329). Metode dokumentasi digunakan
6

untuk mengetahui data terhadap benda-benda tertulis yang ada di lembaga


seperti : buku-buku, dokumen, notulen rapat, agenda, catatan-catatan siswa
dan sebagainya yang bisa dijadikan sebagai bahan pelengkap data
(Koentjaraningrat, 2004: 173).
Data yang akan diperoleh melalui dokumentasi meliputi data-data
yang memiliki hubungannya dengan pelaksanaan peran Guru Pendidikan
Akhlak dalam peningkatan motivasi belajar siswa, penilaian sikap serta
data-data lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam peneliti ini ditentukan dengan menggunakan
uji kredibilitas (derajat kepercayaan). Uji kredibilitas data dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan
yang ada dalam konteks penelitian (Sugiyono, 2017: 55). Keabsahan data
dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar
merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh.
Dalam menguji keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
tahap, diantaranya:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti
hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab (tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling memercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk
raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran
peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari (Sugiyono, 2018:
365).
Berapa lama perpanjangan pengamatan dilakukan, akan sangat
tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian. Dalam perpanjangan
pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apakah data
7

yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak,
berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan, dan datanya
sudah benar, berarti data tersebut kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2018: 366).
2. Meningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Peningkatan ketekunan sangat diperlukan, karena untuk mengecek kembali
data yang di temukan itu salah atau benar, sehingga data yang nantinya akan
disajikan itu adalah data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati (Sugiyono, 2018: 367).
Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dengan cara mengamati
dan menanyakan ke pihak yang melaksanakan terkait peran guru mulok
madin dalam pembinaan akhlakul karimah siswa serta membaca berbagai
referensi berbagai buku maupun hasil penelitian yang terkait. Karena
dengan membaca dan mengamati, wawasan peneliti terkait dengan masalah
tersebut akan lebih tajam dan semakin luas, sehingga data yang peneliti
temukan itu benar dan dapat dipercaya.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber ini berfungsi untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
8

b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ini berfungsi untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
c. Triangulasi Waktu
Dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,2018: 274).
4. Diskusi teman
Dalam hal ini peneliti akan melakukan diskusi dengan dosen
pembimbing tentang hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh untuk
memperoleh saran, kritik dan masukan dari dosen pembimbing dalam
rangka menyempurnakan hasil penelitian ini.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif ini, miles dan huberman (1984) dalam
(Sugiyono, 2018: 334), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif secara interktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktififitas dalam analisi data antara lain dat
reducation, data display, verification/coclusing drawing.
1. Data Reduction

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian,


penyederhanaan, pengobservasian dan transformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertutup di lapangan.
2. Data Display

Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks


ke dalam bentuk sistematis sehingga menjadi bentuk yang sederhana serta
dapat dipehami maknanya. Disini peneliti berusaha menyusun pertanyaan
9

dari tingkat yang kompleks ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan
sistematis.
3. Verification

Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir yang dilakukan peneliti


dalam menganalisa data secara terus-menerus baik saat pengumpulan data
atau setelah pengumpulan data.Pengambilan kesimpulan dimulai dari
pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat
umum.

DAFTAR PUSTAKA
10

Anwar, R. (2008). Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia

Tim Penyusun. (2008). KAMUS BAHASA INDONESIA. Jakarta: Pusat Bahasa.


Susanto, A. (2018). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.

Tohirin. (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT


Grafindo Persada.

Usman, U. (2003). Menjadi Guru Profesional. Keke T.: Aritonang.

Sundari, F. (2017, April 8). Peran Guru Sebagai Pembelajar Dalam Memotivasi
Peserta Didik Usia SD. Prosiding diskusi Panel Pendidikan, p. 66.

Djiwono, S. E. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana


Indonesia

Setiawan, E. (2010). KBBI Offline Versi 1.1. KBBI Offline Versi 1.1. Retrieved
from http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

Nasution. (2011). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Rosda karya.

Hidayatulloh M. F. (2009). Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter Kuat dan


Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

J.Moelong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Rohman, A. (2020). Upaya Mudabbir (Pembina Asrama) dalam Meningkatkan


Motivasi Belajar Santri. An – Nuha, 232.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Zarnuji, A. (t.thn). Ta’lim Al Muta’allim.

Ahmadi, A. (2013). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta


11

Cece Wijaya, D. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan


Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Djamaludin, A. (2013). Strategi Belajar dan Mengajar. Makassar : Gunadarma


Ilmu.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamid, A. (2017). Guru Profesional. Al Falah, 275.

Masy’ari, A. (1990). Akhlak Al – Qur’an. Surabaya : PT Bina Ilmu.

Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung


: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin, A. M. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : Trigenda


Karya.

Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin Ilmu

Pupuh Fathurrohman, M. S. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT


Refika Aditama.

Rusyan, T. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :


Remaja Rosda Karya.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali


Pers.

Sardiman. (2012). Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali


Pers.

Subini, N. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Mentari Pustaka

Tafsir. (1993). Metodologi Pengajaran Pendidikan islam. bandung: Rosdakarya.


Uno, H. B. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo : Bumi Aksara.

Tanzeh A. (2009). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta : Teras.

Anda mungkin juga menyukai