BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
tabah, sabar, wara’ (menahan diri dari perbuatan yang terlarang) dan tawakal
yaitu menyerahkan segala perkara kepada Allah.
Salah satu prasyarat utama belajar dalam Islam adalah berangkat dari
motivasi (niat) yang lurus sebagaimana diungkapkan al-Zarnuji, karena hal
itu merupakan etika menuntut ilmu (belajar) dalam islam. Di dalam kitab
Ta’lim Muta’lim, Al-Zarnuji menjelaskan betapa pentingnya dalam mencari
ilmu yang harus disertai dengan motivasi (Zarnuji, 2002: 25).
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau dirinya ada keinginan
untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran. Keinginan belajar inilah yang disebut dengan motivasi.
Motivasi dalam hal ini ada dua hal, yaitu: pertama, mengetahui apa yang
akan dipelajari. Kedua, memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.
Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan
yang baik untuk belajar (Sardiman, 2012: 12).
Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk menemukan
belajar yang bermaknsa dan berharga sehingga mereka merasakan
keuntungan dari aktivitas belajar tersebut (Djamarah, 2002).
Guru sebagai pendidik atau pengajar meru pakan salah satu penentu
kesuksesan dalam pendidikan.oleh karena itu guru dituntut untuk
mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar. Guru kreatif
selalu mencari cara bagaimana proses belajar mengajar mencapai hasil yang
sesuai tujuan, serta berupaya menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam
mengajar dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mengembangkan
faktor situasi, kondisi belajar peserta didik (Cece Wijaya, 1994: 189).
Proses pendidikan dapat berlangsung dalam wadah Lembaga
Pendidikan islam maupun Lembaga Pendidikan Umum. Madrasah sebagai
lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari tradisi pendidikan
agama dalam masyarakat, memiliki arti penting sehingga keberadaannya
terus diperjuangkan. Madrasah merupakan sekolah umum yang bercirikan
islam yang pada umumnya berada di bawah naungan pesantren.
3
4
Dalam hal ini, peneliti mengamati salah satu madrasah yang ada di
Jombang yaitu Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah. Madin Al Makkiyyah
ad-Diniyyah yang berada di bawah naungan yayasan Pesantren Al
Makkiyyah Darussalam yang berada di kecamatan Mojowarno, tepatnya di
dusun Tegalsari, Desa Wringinpitu. Saat ini siswa di MADIN Al Makkiyyah
Darussalam sudah mencapai 50 siswa. Berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah, penulis melihat
aktivitas mengaji dilaksanakan dengan tenang dan tertib, sebagian besar
santrinya pun terlihat aktif serta antusias saat mengikuti pelajaran. Hasil
wawancara dengan salah satu guru di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah
mengatakan bahwa motivasi belajar santri di Madrasah Al Makkiyyah ad-
Diniyyah sudah baik karena adanya upaya keras dari guru akhlak yang
mengajar di madin tersebut selain itu guru tersebut menambahkan bahwa
segala yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar santri, akan
dilaporkan ke guru akhlak terlebih dahulu sebelum ke kepala madin.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian di Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah dengan
judul “Peran Guru Akhlak Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Santri di
Madrasah Al Makkiyyah ad-Diniyyah Mojowarno Jombang”.
B. Identifikasi Masalah
1. Tingginya peran guru akhlak dalam proses peningkatan motivasi belajar
santri di Madin tersebut
2. Motivasi belajar santri di Madin tersebut tinggi
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berfokus pada peran
guru akhlak dalam peningkatan motivasi belajar kelas II.
D. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
5
6
b. Bagi Guru
Sebagai sarana untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
guru dalam peningkatan motivasi belajar siswa.
c. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
lembaga dan dapat memberikan sumbangan referensi bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya di lembaga tersebut.
d. Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
7
8
2. Peran Guru
Guru adalah pemeran utama dalam proses pembelajaran yang
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan pribadi yang
berpengaruh besar dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
bisa membawa peserta didik ke tujuan yang ingin dicapai serta seorang guru
harus memiliki wawasan yang luas dan mempunyai wibawa. Hal ini juga
dikemukakan oleh Cece Wijaya, dkk, (1992: 76) guru harus berpandangan
luas dan kriteria sebagai seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan.
8
9
9
10
tauladan bagi para siswa. Guru merupakan peranan utama dalam proses
belajar-mengajar. Peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling
berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dalam berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi
tujuannya (Tohirin, 2005 : 165).
e. Inisiator
10
11
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi secara etimologis berasal dari kata motif atau dalam
bahasa inggris motive berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif berkaitan erat dengan gerakan,
yakni gerakan manusia untuk melakukan perbuatan atau tingkah laku
tertentu (Uno, 2006 : 3).
12
13
14
15
Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun
dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa
serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan
belajr. Menurut Sardiman (2011: 85) fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatanperbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
meyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
17
18
suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang
bersangkutan dapat mencapai hasil yang optimal.
22
1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. , 2009: 13). Sedangkan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk kata, kalimat dan gambar (Sugiyono, 2018: 25). Ini ditunjukan untuk
memahami kegiatan-kegiatan yang ada untuk dikaji.
B. Situasi Sosial dan Partisipan Penelitian
1. Situasi Penelitian
Situasi sosial adalah istilah dalam penelitian kualitatif yang posisinya
sama dengan populasi dalam penelitian kuantitatif. Seperti yang
diungkapkan Spradley (Sugiyono, 2018: 247), bahwa dalam penelitian
kualitatif menggunakan istilah situasi social yang terdiri atas tiga elemen,
yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Dalam hal ini, situasi sosial penelitian ini yaitu:
a. Tempat (place)
Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan penelitian di Madrasah
Al Makkiyyah ad-Diniyyah
b. Pelaku (actors)
Penelitian di sini yang menjadi subjek adalah peneliti sendiri, proses
pembentukan karakter Islami siswa terjadi saat keberlangsungan siswa
saat berada di sekolah maupun diluar jam formal yaitu setiap kegiatan
yang berlangsung di Sekolah dimana para siswa beraktivitas dalam
kesehariannya.
c. Aktifitas (activity)
Aktifitas yang menjadi objek penelitian adalah 2 Peran guru dalam
peningkatan motivasi belajar di Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah.
2. Partisipan Penelitian
Partisipan adalah semua orang atau manusia yang berpartisipasi atau
ikut serta dalam suatu kegiatan (Setiawan, 2010: 27). Untuk mendapatkan
informasi tentang peran Pedidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlakul
karimah siswa, peneliti melibatkan beberapa partisipan yaitu:
1. Wali Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah
2. Guru Akhlak Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad - Diniyyah.
3. Siswa Kelas II Madrasah Al Makkiyyah ad – Diniyyah
3
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah menemukan dan
mengidentifikasi data-data yang terkait dengan fokus penelitian dengan
menggunakan metode observasi sehingga peneliti merupakan pengamat
sebagai partisipan pasif, karena kehadiran peneliti disadari oleh partisipan lain
tetapi peneliti tidak aktif dan tidak ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan yang
diteliti (Sugiyono, 2018: 299). Dengan demikian kehadiran peneliti diketahui
oleh subyek/informan. Kehadiran peneliti ini telah disetujui dan diperbolehkan
serta dilayani oleh informan dengan baik.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, yang berfungsi menetapkan rumusan masalah, fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas penemuannya. Dalam
penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian
belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan
semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah memasuki obyek penelitian (Sugiyono, 2018: 306)
Menurut Sugiyono validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi
validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan
validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman
terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2018:
305).
4
yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak,
berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan, dan datanya
sudah benar, berarti data tersebut kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2018: 366).
2. Meningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Peningkatan ketekunan sangat diperlukan, karena untuk mengecek kembali
data yang di temukan itu salah atau benar, sehingga data yang nantinya akan
disajikan itu adalah data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati (Sugiyono, 2018: 367).
Peneliti melakukan peningkatan ketekunan dengan cara mengamati
dan menanyakan ke pihak yang melaksanakan terkait peran guru mulok
madin dalam pembinaan akhlakul karimah siswa serta membaca berbagai
referensi berbagai buku maupun hasil penelitian yang terkait. Karena
dengan membaca dan mengamati, wawasan peneliti terkait dengan masalah
tersebut akan lebih tajam dan semakin luas, sehingga data yang peneliti
temukan itu benar dan dapat dipercaya.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
triangulasi waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber ini berfungsi untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
8
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ini berfungsi untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
c. Triangulasi Waktu
Dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,2018: 274).
4. Diskusi teman
Dalam hal ini peneliti akan melakukan diskusi dengan dosen
pembimbing tentang hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh untuk
memperoleh saran, kritik dan masukan dari dosen pembimbing dalam
rangka menyempurnakan hasil penelitian ini.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif ini, miles dan huberman (1984) dalam
(Sugiyono, 2018: 334), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif secara interktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktififitas dalam analisi data antara lain dat
reducation, data display, verification/coclusing drawing.
1. Data Reduction
dari tingkat yang kompleks ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan
sistematis.
3. Verification
DAFTAR PUSTAKA
10
Sundari, F. (2017, April 8). Peran Guru Sebagai Pembelajar Dalam Memotivasi
Peserta Didik Usia SD. Prosiding diskusi Panel Pendidikan, p. 66.
Setiawan, E. (2010). KBBI Offline Versi 1.1. KBBI Offline Versi 1.1. Retrieved
from http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/