Anda di halaman 1dari 12

MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

STUDI NASKAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu : Farid Wajdi, M.Pd.


Kelas : MPI 2D

Di susun oleh :
~ M. Sisan /203190093

Kelompok 7 :
1. M. Sisan
2. Miftah hurohmah
3. Sindy dwi husnaini
4 .Yudi agung franata

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum.wr.wb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum.wr.wb

Penulis, Jambi 22 April 2020


DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar………………………………………………………………………….i
2. Daftar Isi………………………………………………………………………………..ii
BAB 1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1. Latar belakang masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN…………………………………………………………………...…2
1. Pengertian Motivasi Dan Motivasi Belajar
2. Masa belajar
3. Syarat-syarat Mencari Ilmu
4. Mencari Teman
5. Metode Cari Ilmu

BAB 3 PENUTUP
3. Kesimpulan………………………………………………………………………….10
4. Daftar Pustaka……………………...………………………………………………..11
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Saat guru berdiri dalam kelas dan memulai bercerita kepada murid-murid tentang mata pelajaran,
tentunya guru berharap murid antusias dengan pelajaran yang diterangkannya. Guru menatap mata siswa
satu persatu dan memperkirakan kemampuan mereka dalam menangkap bahan pelajaran yang diberikan.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu pemberian motivasi kepada siswanya.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat
memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul
dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak
dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi
belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas
belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan
siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Semua pihak yang
tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa, petugas lainnya maupun orang tua
siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar
yang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa
menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar.

2. PERUMUSAN MASALAH

1. Adakah pengaruh motivassi belajar terhadap hasil belajar.


2. Seberapa besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.

3. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.
2. Untuk mengetahui besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Motivasi Dan Motivasi Belajar

Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederick J.Mc.Donald dalam H
Nashar, 2004:39). Tetapi menurut Clayton Aldelfer dalam H.Nashar (20004:42) motivasi belajar
adalah kecenderungan siswa dalam melakuka kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk
mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara
optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow
alam H.Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang
menyebabkan seseorang atau individu untuk bertindak atau mencapai tujuan, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.
Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar secara
sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh
konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karangan Syekh al-Zarnuji menjelaskan kepada peserta didik
tentang etika menuntut ilmu (belajar), agar ilmu yang diperoleh peserta didik memberikan keberkahan
yang tentunya diawali dengan motivasi (niat) yang lurus sebagaimana diungkapkan al-Zarnuji “Dan
sepatutnya peserta didik diwaktu belajar berniat untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat,
menghilangkan kebodohan pada dirinya dan juga terhadap orang bodoh, menghidupkan agama dan
mengekal ajaran Islam…berniat mensyukuri nikmat akal dan kesehatan”. (al-Zarnuji, tt; 10).

2. Masa Belajar (Saat – saat belajar)

‫ يبت عل الفر ا ش أ ر بعني‬. ‫ ومل‬, ‫ دخل حسن بن ز اي د يف التفقه و هو ابن مثا نني سنة‬.‫للحد‬١ ‫همد إل‬١ ‫لتءمل من‬۱ ‫ ۏ ڦٿ‬: ‫ڥیڷ‬
‫سنة فأ فىت بعد ذ كل أ ر بعني سنة ة‬

Ada dikatakan : “ masa belajar itu sejak berada di buaian hingga masuk keliang kubur. “ Hasan
bin Ziyad waktu sudah berumur 80 tahun baru mulai belajae fiqh, 40 tahun berjalan tidak pernah
tidur di ranjangnya, lalu 40 tahun berikutnya menjadi mufti1.

Mudzakarah Munadharah Dan Mutharah

‫ و يتحر ز ءن‬,‫ فينبغى أ ن يکو ن لک مهنا اب إلإ نصا ف و ا لتأ نىى و ا لتأ مل‬,‫ و ا ملطا ر حة‬,‫و ل بد لطا لب العمل من املذ ا کر ة‬
‫الشغب‬
[ ‫]و ا لغضب‬, ‫ و املشا و ر ة إ منا تکو ن ل ستخر ا ج ا لصوا ب و ذ كل إ منا حيصل اب لتأ‬,‫فإ ن املنا ظر ة و ا ملذ ا کر ة مشا و ر ة‬
‫ والشغب‬.‫ و ل حيصل اب لغضب‬,‫مل وا لتأ ىن وا لء نصا ف‬
Seorang pelajar seharusnya melakukan mudzakarah (forum saling mengingatkan), munadharah
(forum saling mengadu pandangan) dan mutharahah (diskusi). Hal ini dilakukan atas dasar
keinsyafan, kalem dan prnghayatan serta menyingkiri hal – hal yang berakibat negative.
Munadharah dan muzakarah adalah cara dalam melakukan musyawarah, sedang permusywaratan
itu sendiri dimaksudkan guna mencari kebenaran. Karena itu, harus dilakukan dengan
penghayatan, kalem dan penuh keinsyafan. Dan tidak akan berhasil, bila dilaksanakan dengan
cara kekerasan dan berlatar belakang yang tidak baik.

3. Syarat – syarat mencari ilmu

1) Niat yang Ikhlas semata-mata mengharapkan keridhaanAllah


Niat merupakan penggerak utama untuk meraih tujuan yang dikehendaki, yang juga sekaligus
sebagai pendorong yang diaktualisasikan berupa perbuatan ataupun amal, sejalan dengan itu al-Zarnuji
menggaris bawahi bahwa, hendaknya peserta didik selama menuntut ilmu mesti dilandasi untuk
mencari keridhaan Allah SWT, pendapatnya ini dilandasi hadits Muhammad Rasulullah SAW yang
mengatakan “Sesungguhnya sah atau tidak sesuatu amal tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi
seseorang akan memperoleh apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya karena Allah SWT dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang
hendak dicapai atau wanita yang hendak dinikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang dia niatkan”.
(Zakiyudin Jilid I, 1986; 56- 57).
Hadits tersebut, menjelaskan bahwa sebelum melakukan aktivitas mestilah diawali dengan niat
yang baik dan lurus, dikarenakan niat akan mempengaruhi proses, hasil yang akan dicapai. Bahkan
segala aktivitas yang dilakukan seseorang tergantung apa yang dia niatkan, sebagaimana dirumuskan
dalam qaidah fiqhiyah “Segala pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkannya. (Hamid, tt; 52).
Jelas dalam hal ini, bahwa Islam memandang niat itu sedemikian pentingnya, sehingga dalam segala
aktivitas yang akan dilakukan mesti disertai dengan niat, terlebih-lebih dalam menuntut ilmu. Di
samping itu pula, niat mempengaruhi dan menentukan amal perbuatan yang dilakukan oleh seseorang,
apakah bernilai ibadah atau tidak. Hal ini tergambar dari pernyataan Muhammad Rasulullah SAW
“Berapa banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat dikarenakan
bagus niatnya, dan sebaliknya banyak juga amal akhirat yang dikarenakan buruk niatnya maka ianya
menjadi amaldunia”.
Apa yang telah diperingatkan Muhammad Rasulullah SAW, boleh jadi perkara dunia bisa bernilai
sebuah ibadah jika disertai dengan niat yang baik dan benar, seperti makan jika diniatkan untuk
menggiatkan belajar dan menguatkan dalam beribadah, maka itu dinilai sebagai sebuah ibadah. Akan
tetapi sebaliknya perkara akhirat bisa berakibat buruk dan hanya menghasilkan kesia-siaan jika disertai
dengan niat yang sudah menyimpang seperti niat riya’ dalam mendirikan shalat misalnya yang
dikerjakan bukan karena Allah SWT, akan tetapi karena didorong hendak dipuji orang lain, dipandang
sebagai orang yang rajin ibadahnya dan lain-lain.
Apabila sikap riya’ ini timbul dalam diri peserta didik akan sangat merugikan karena kebaikan dan
keta’atan yang dilakukannya tidak bernilai ibadah disisi Allah SWT “Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan
agama dengan lurus”. (QS al-Bayyinah ayat 5). Dilain ayat dinyatakan “Hai orang-orang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian…” (QS al- Baqarah ayat 264). Orang-orang seperti itu
diakhirat dikategorikan Allah SWT sebagai pendusta. Muhammad Rasulullah SAW pernah mengatakan
“Ada yang mengaku berjuang di jalan Allah hingga mati syahid, padahal hanya ingin dikenal sebagai
pemberani. Ada yang mengaku mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membaca al-Qur’an
karena Allah, padahal ia hanya ingin dikenal sebagai orang alim dan qari’. Ada yang mengaku
mendermakan harta untuk mencari ridha Allah, padahal ia hanya ingin disebut dermawan. Amalan
semua orang itu ditolak Allah dan mereka dimasukkan ke dalam neraka. (HR.Muslim)
Mempedomani apa yang telah dikatakan Allah SWT dan Rasul-Nya tadi, maka diperlukan
konsistensi dan keistiqomahan dalam belajar yaitu dengan nawaitu ikhlas mencari ridha Allah SWT,
serta menghindari dari berbagai pengaruh yang dapat merusak motivasi dalam belajar, seperti ingin
mengejar ketenaran, kemashuran nama, mendapatkan kesenangan materi.

2) Kebahagian akhirat

Al-Zarnuji menegaskan, selayaknya seorang peserta didik dalam belajar belajar dilandasi motivasi untuk
mencari kebahagiaan jangka panjang yaitu kebahagiaan akhirat. Perlu adanya penekanan akhirat,
setidaknya akan membawa dampak psikologis yang sangat besar pada diri seseorang, karena boleh jadi
peserta didik yang bersusah payah sekian tahun lamanya menuntut ilmu, dan setelah selesai dalam
menempuh jenjang pendidikan ternyata tidak berhasil meraih apa yang dicita-citakannya selama ini
seperti mendapatkan kehidupan yang layak, kenyataan yang demikian itu akan membawanya pada
prustasi, hilang harapan dan hilang semangat hidup.
Adannya motivasi belajar yang orientasinya untuk mencapai kebahagiaan akhirat, akan
mengeliminir dan menepis prustasi itu, dikarenakan harapannya masih ada yakni menuju kehidupan
yang bahagia di akhirat yang kekal abadi, dengan demikian seorang peserta didik nantinya tidak akan
putus harapan dan bersikap pesimistis dan lain sebagainya, akan tetapi mensikapi realita kehidupan
yang dilaluinya dengan penuh ketabahan, kesabaran. Sebab dia berkeyakinan usaha jerih payah yang
dilakukannya selama ini, termasuk dalam belajar adalah bukan sebuah kesia-siaan dan akan mendapat
ujrah (imbalan) dari Allah SWT jika tidak di dunia ini, nantinya di akhirat pasti akan dibalas, sebagaimana
yang dijanjikan Allah SWT “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscayadia
akan melihat balasannya pula”. (QS al-Zalzalah ayat7-8).

3) Menghilangkan kebodohan

Salah satu motivasi bagi setiap peserta didik dalam belajar menurutu al- Zarnuji adalah untuk
menghilangkan kebodohan yang ada pada diri sendiri. Merujuk dari pendapatnya tersebut,
konsekwensinya adalah setiap manusia tanpa terkecualia mesti belajar dan terus belajar, hal ini
dikarenakan manusia lahir kealam dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana
dikatakan “Belajarlah kamu karena tidak seorangpun manusia lahir dalam keadaan berilmu. Tidaklah
sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh”. (Kholiq, tt; 9).
Melalui proses belajar seseorang dapat memperoleh dan memiliki ilmu pengetahuan dan juga
sekaligus dapat menutupi sisi-sisi kelemahan yang ada pada dirinya, sedangkan kelemahan itu adalah
akibat dari ketidaktahuannya ataupun kebodohannya. Kebodohan itu akan membawa kepada
keterbelakangan dari berbagai aspek kehidupan,
Orang yang memiliki ilmu pengetahuanlah yang dapat mengemban tugasnya sebagai hamba
Allah dan sekaligus khalifah Allah di muka bumi dengan baik dan benar, dan Allah SWT sendiri melarang
manusia berbuat tanpa dilandasi dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana difirmankan Allah SWT “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (QS al-Isra’
ayat34).
Al-Zarnuji menyadari betapa besar bahaya yang ditimbulkan pada diri seseorang yang bodoh
maupun bagi orang lain, bahaya yang ditimbulkan pada dirinya misalnya amalan yang dilakukannya
hanyalah membawa suatu kesia- siaan, karena dia tidak mengetahui apakah amalan yang dilakukannya
itu benar atau tidak. Sebagaimana dialog Muhammad Rasulullah SAW dengan Iblis “Dihikayatkan
bahwa Rasulullah SAW datang ke masjid, dan melihat Iblis berada dipintu masjid, seraya Rasulullah
SAW menyapa syetan itu apa yang kamu lakukan disini wahai Iblis? Lalu Iblis menjawab saya ingin
masuk masjid dan merusak shalat orang yang sedang mendirikan shalat, akan tetapi aku takut terhadap
orang yang tidur. Rasulullah SAW heran mengapa kamu tidak takut terhadap orang yang mendirikan
shalat yang sedang bermunjat kepada Allah SWT, dan kamu bahkan takut terhadap orang yang tidur itu
sedang orang tidur dalam keadaan lalai, lalu syetan itu menjawab orang yang shalat itu bodoh,
sehingga mudah bagiku untuk merusak dari ibadah yang dilakukannya, dan apabila orang tidur itu
bangun dari tidurnya maka ia akan segera memperbaikinya”. (Usman, tt;15).
Untuk menghilangkan kebodohan yang ada pada diri seseorang, tidak ada cara lain kuncinya
adalah belajar (menuntut ilmu). Bahkan kalau seseorang sudah berilmu menurut al-Zarnuji, ilmunya
tersebut diamalkan serta transperkan kepada yang lain dalam rangka memberantas kebodohan.
Jadi tugas seorang ilmuan selain belajar juga berkewajiban menyebarkan ilmu yang dimilikinya
kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan hadits Muhammad Rasulullah SAW “Diriwayatkan dari Abi
Umamah RA beliau mengatakan saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: empat orang yang mengalir
terus menerus pahala kepada mereka sesudah matinya, yaitu: 1-lelaki yang gugur dimedan juang
membela agama; 2-lelaki yang mengajarkan ilmunya, maka ia akan diberi ganjaran pahala atas ilmu
yang diamalkan orang; 3-lelaki yang bersedekah dan pahalanya terus menerus mengalir padanya; 4-
lelaki yang meninggalkan anak yang shaleh yang senantias mendoakannya”. (al-Hasyimy, tt; 19). Di
samping itu juga Muhammad Rasulullah SAW mengecam bagi mereka yang tidak mengembangkan ilmu
atau menyembunyikannya “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu dia menyembunyikannya,
nanti dihari kiamat dia akan dikekang dengan api neraka”. (Zakiyuddin, 1986;121).
Ada pula hadits Muhammad Rasulullah SAW yang menunjukkan bahwa ilmu merupakan
kebutuhan pokok manusia “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku diutus Allah untuk
membawanya laksana air hujan yang sangat lebat menyirami bumi, di antara tanah (bumi) itu terdapat
tanah yang layak menerima air, kemudian menumbuhkan pepohonan, dan rerumputan yang banyak.
Ada pula tanah yang keras, sehingga dapat menampung air, sehingga tanah semacam ini memberi
manfa’at kepada manusia, mereka dapat minum, mandi, atau mengairi serta mengembala di atasnya.
Hujan itu menyirami pula bagian bumi lain, hanya saja bagian ini berupa tanah yang berpasir yang tak
dapat menampung air dan menumbuhkan rerumputan. Itulah perumpamaan orang yang belajar
dienullah, bermanfa’at baginya apa yang telah Allah utus aku membawanya, maka ia mempelajari ilmu
dan mengerjakannya, dan perumpamaan orang yang tidak dapat mengambil manfa’at ilmu tersebut,
serta tidak menerima petunjuk Allah yang telah diutus-Nya aku untuk membawanya”. (An-Nabahani,
1350H; 133) paparan hadits-hadits ini setidaknya, mengisyaratkan Islam tidak mengajarkan bahwa ilmu
yang telah diperoleh tersebut digunakan untuk kepentingan diri sendiri semata-mata, akan tetapi ilmu
tersebut mesti dimanfa’atkan untuk kemaslahatan orang banyak danagama.
Selain itu juga ditegaskan oleh al-Zarnuji didalam kitab Ta’limnya bahwa tidak sah takwa dan
zuhud itu apabila disertai dengan ketidaktahuan (kebodohan). Untuk menguatkan dari argumentasinya
tersebut dengan menukil salah satu gubahan syair gurunya yaitu Syekh Imam Burhanuddin yang
berbunyi “‫ ”ﺟﺎھلﻣﻧﮫواﻛﺑرﻣﺗﮭكﻋﺎﻟمﻛﺑﯾرﻓﺳﺎد‬artinya suatu kerusakan yang besar bagi seroang ilmuan yang
perbuatannya menyalahi ajaran agama dan jauh lebih rusak, jika sibodoh beribadah tanpa didasari ilmu
pengetahuan. (Al- Zarnuji, tt;10).

4) Menghidupkan Dan Mengekalkan Ajaran Agama

Motivasi dalam belajar di dalam kitab Ta’lim adalah dilandasi dengan spirit (semangat)
melestarikan ajaran Islam. Yakni dengan cara mencari ilmu pengetahuan, sebab dengan mencari,
mempelajari, memiliki serta menguasai ilmu pengetahuan akan memacu menghidupkan ajaran agama.
Hal ini sudah dialami dan terbukti pada Masa kekuasaan Abbasiyah adalah zaman keemasan peradaban
(pendidikan) Islam yang berpusat di Bagdad yang berlangsung selama kurang lebih lima abad (750-1258
M),dengan berkembang pesatnya pengetahuan di dunia Islam telah menjadikannya sebagai pemimpin
dunia, hal ini ditunjukan masyarakat yang sangat antusias dalam mencari ilmu, penghargaan yang tinggi
bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat-tempat menuntut ilmu, banyaknya perpustakaan-
perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah yang
disponsori oleh khalifah pada waktu yang membantu dalam menciptakan iklim akademik yang
kondusif. Akan tetapi tatkala pemeluknya kurang ambil peduli terhadap dunia ilmu pengetahuan, maka
disa’at itu pula ummat Islam mengalami kemunduran, bahkan menjadi ummat yang terkebelakang
yang menjadi jajahan bangsa barat dan sampai sa’at inipun masih dirasakan ummat Islam akibat dari
penjajahantersebut.
Berdasarkan konsep yang telah ditawarkan al-Zarnuji di dalam kitab Ta’lim, maka tidak ada cara
lain untuk mengejar ketertinggalan dan segera lepas dari keterpurukan serta memajukan Islam kecuali
dengan menguasai ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itu hanya dapat diperoleh melalui
prosesbelajar.

5) Mengsyukuri Nikmat Akal Dan Kesehatan

Motivasi terakhir yang mesti dipunyai oleh setiap peserta didik menurut al-Zarnuji di dalam kitab
Ta’lim adalah sebagai wujud dari tanda syukur atas dikaruniainya akal dan kesehatan yang diberikan
Allah SWT kepada makhluk- Nya yang bernama manusia, dan inilah yang menjadikan manusia itu
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan mahluk ciptaan-Nya yang lain.
Nikmat akal dan kesehatan tersebut, manusia dapat melakukan berbagai aktivitasnya, termasuk
didalamnya mencari, memperoleh, dan memiliki ilmu pengetahuan. Sehingga kehidupan manusia
senantiasa dinamis tidak seperti mahluk Allah SWT lainnya yang hidup statis. Kedinamisan hidup
manusia itu tergambar dari perjalanan hidup manusia itu sendiri, misalnya sewaktu kecil dia tidak
mengetahui apa-apa sama sekali, akan tetapi dengan dikarunianya akal manusia dapat
mengembangkan potensinya dengan semaksimal mungkin sehingga dapat menguasai bumi ini. Firman
Allah SWT “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia (Allah) memberikan kepadamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur”. (QS Al-Nahl ayat 78). Menurut Wahbah al-Zuhaily (1415; 276) ayat ini setidaknya
menunjukkan kekuasaan Allah SWT, yang telah mengeluarkan seorang anak dari rahim ibunya yang
dalam kondisi tidak tahu apa-apa sama sekali, lalu dijadikannya suatu alat untuk memperoleh
pengetahuan yaitu berupa pendengaran, penglihatan dan akal serta hati agar kamu beriman kepada
Allah dengan penuh keyakinan dan pengetahuan yang sempurnya, dan bersyukur kepada-Nya atas
segala nikmat- Nya dengan menggunakan segala anggota badan yang diciptakan-Nya itu kearah
yangbaik.
Ini juga menandakan bahwa syukur itu bukan hanya cukup dengan lisan, akan tetapi mesti disertai
dengan perbuatan. Syukur dengan perbuatan ini dengan cara bekerja untuk menggunakan nikmat yang
diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaannya ataupun penganugerahnnya. Hal ini juga berarti
setiap nikmat yang diterima oleh manusia nantinya akan dituntut kepada sipenerimanya agar
merenungkan tujuan dianugerhakannya nikmat tersebut.

4. Mencari teman

‫ فلک قرين اب ملقا رن يقتدي‬# ‫غن املرء ل تسأ ل و سل ءن قرينة‬


‫ فإن اک ن ذا خري فقا ر نه هتتدي‬# ‫فإن اک ن ذا رش جفنبة رس عة‬

Artinya : Janganlah engkau bertanya tentang kepribadian orang lain lihat saja temannya,karena
seseorang akan mengikuti apa yang dilakukan teman – temannya, bila temannya tidak baik
maka jauhilah dia secepatnya, dan bila temannya baik maka temanilah dia kamu akan
mendapatkan petunjuk.
Dalam mencari ilmu peran teman dan lingkungan sangat berpengaruh dalm keberhasilan dan
kegagalan manusia dalam menggapai cita – cita. Tidak sedikit manusia berpotensi namun gagal
hanya karena salah pergaulan.teman yang baik bukan teman yang selalu menuruti keinginan tapi
teman yang baik adalah teman yang mau menunjukkan jalan benar ketika kamu salah,
mendukung kamu ketika benar, bersama kamu ketika kamu dalam kesulitan merasa gembira
ketika kamu senang. Jika teman pergaulan mu baik temanilah dia dan sebaliknya bila teman
pergaulan mu tidak baik maka jauhi dia secepatnya.

5. Metode cari ilmu

‫ من العمل وا سبح ىف حبور الفواءد‬# ‫وکن مستفدا لک يو م ز اي دة‬

Artinya : mengajilah setiap hari untuk menambahi ilmu yang kau miliki, lalu berenanglah
dilautan fa’edah – fa’edahnya.

Ilmu bagai hewan liar, bila tidak dijaga baik maka akan kabur melarikan diri, dan bila dijaga
dengan baik dengan pemeliharaan yang baik pula maka lambat laun akan jadi jinak, dan bila
sudah jinak maka dia akan datang kapanpun kau mau ia datang, jadi ilmu yang telah kita
dapatkan wajib kita jaga dengan memperbanyak muthola’ah, mencatat dan muroja’ah, setelah itu
jangan kita puas dengan ilmu yang telah kita dapatkan, kita harus menambahkannya setiap hari
karena ilmu yang kita dapatkan seberapa tinggipun pasti lebih banyak ilmu yang belum kita
dapatkan, perlu di ingat kita wajib menambahkan ilmu baru itu setelah ilmu yang kita benar –
benar sudah terjaga, jangan sampai hari ini kita mempelajari bab khobar tapi bab I’rob yang
dipelajari kemarin kabur, tahun ini menghafalkan alfiyah tapi hafalan imriti tahun kemarin
hilang.

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Terdapat kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas: pertama, kitab Ta’lim salah satu
referensi yang dapat dijadikan acuan oleh peserta didik dalam menuntut ilmu, karena isi kitab ini
membicarakan nilai- nilai etis dalam menuntut ilmu; kedua, motivasi yang ditanamkan oleh setiap
individu-individu dalam belajar adalah rasa ikhlas, kebahagiaan akhirat, mengikis kebodohan,
memajukan agama, tasyakur atas nikmat pemberian AllahSWT.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua
dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan
timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka
anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut.
Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang
malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa.Berdasarkan definisi-definisi para
ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar
dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar
mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua
kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana
terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang
guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak
didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan
motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan
sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Daftar Pustaka
Kartubi. Motivasi Belajar Dalam Tinjauan Kitab Ta’lim Al-Muta’allim. 2006
http://mooza-alkaz.blogspot.com/2014/03/makalah-motivasi-belajar.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai