Disusun oleh:
Kelompok 5
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita semua.
Sehingga kita dapat bersama – sama berkumpul dalam rangka menuntut ilmu di
kampus yang kita cintai dan insyaa Allah di berkahi ini aamiin.
Akhir kata, terimakasih banyak atas perhatian dan kesempatan ini, selamat
membaca dan semoga mendapatkan manfaat dari tulisan ini.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah SAW merupakan pribadi yang luar biasa sepanjang sejarah
kehidupan serta peradaban manusia. Rasulullah SAW memiliki keistimewaan
yang langsung diberikan Allah SWT kepadanya. Beliau sangat peduli dengan
sains dan pengajaran, salah satu aspek terpenting dari proses pendidikan yang
benar dengan mengajarkan kepada anak-anak pengetahuan yang akan berguna
bagi kehidupan mereka di masa depan. Menurut tuntunan Nabi Muhammad SAW,
bentuk disiplin ilmu yang harus diajarkan kepada setiap anak adalah mengajarkan
perilaku yang baik, mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah, serta
membaca Alquran.
Ibadah menjadi hal yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia, terlebih
untuk membentuk pribadi yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. Konsistensi
dalam beribadah secara timbal balik berimplikasi terhadap penguatan keimanan,
dan juga pembiasaan nilai-nilai ketaqwaan. Ibadah dalam pendidikan Islam
memiliki dua fokus utama, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Shalat merupakan bagian dari ibadah mahdhah yang memiliki ketentuan
sebagaimana Rasulullah Saw. mengajarkan kepada para sahabat. Ibadah ini
menjadi faktor kunci seseorang dianggap sebagai orang berislam dan beriman,
atau sebaliknya. Bahkan diikrarkan yaitu shalat merupakan tiang agama, bagi
yang melaksanakannya maka ia membangun agama, bagi yang tidak
melaksanakannya berpotensi untuk merusak agama. Oleh karena itu, setiap orang
beriman memiliki kewajiban untuk mengerjakan shalat.
Pengajaran shalat juga merupakan bagian dari tuntunan Rasulullah SAW dalam
upaya memberikan pendidikan kepada anak, yang mana dalam pendidikan Islam
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) penanaman tauhid dan akidah yang benar
pada anak. Tauhid dan akidah yang benar akan menghindarkan anak dari
perbuatan-perbuatan syirik. (2) pengajaran ibadah kepada anak, seperti shalat,
3
puasa, cara bersuci, dan lain sebagainya. (3) mengajarkan Alquran, Hadits, doa
dan dzikir yang ringan kepada anak, seperti membaca Alquran dan Hadits, doa
sehari-hari; doa mau makan, setelah makan, berpakaian, keluar dan masuk rumah,
dan sebagainya. (4) mendidik adab dan akhlaq yang mulia, seperti jujur, sopan,
menghormati, sabar, dan sebagainya. (5) mencegah dan melarang anak dari
perbuatan haram, seperti mencuri, durhaka kepada orang tua, menyakiti orang
lain, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode pengajaran ibadah?
2. Bagaimana langkah – langkah dalam pengajaran ibadah?
3. Apa saja metode pengajaran pendidikan agama islam?
4. Apa saja metode pengajaran untuk ibadah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian metode pengajaran ibadah.
2. Untuk mengetahui Langkah – Langkah dalam mengajar ibadah.
3. Untuk mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan dalam pengajaran
Pendidikan agama islam.
4. Untuk mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan dalam
pembelajaran ibadah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zakiah Nur Harahap, “ Motivasi, Pengajaran dan Pembelajaran”, Journal on Education, Vol. 5,
No. 3, 2021
2
Al- Qur’an dan Terjemahnya
5
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang pengajaran segala suatu bentuk
ibadah dan tata cara pelaksanaannya, yang bertujuan agar siswa mampu
melaksanakan ibadag dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan
memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. Ibadah dalam pendidikan Islam
memiliki dua fokus utama, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah dijelaskan ketentuan, syarat, dan
rukunnya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Adapun Ibadah ghairu
mahdhah merupakan ibadah yang memberikan kesempatan untuk berijtihad
dengan ketentuan tidak bertentangan dengan isi al-Qur’an dan Sunnah.3
Ibadah jika ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ada lima macam, yaitu :
a. Ibadah dalam bentuk kata atau lisan (ucapan ibadah), seperti : berdzikir,
berdoa, tahmid, membaca Al-Qur'an.
b. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
menolong orang lain, berjihad, mengurus jenazah.
c. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya,
seperti shalat, zakat, dan haji.
d. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri, seperti
puasa, I'tikaf, dan ihram.
e. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang
telah melakukan kesalahan terhadap dirinya sendiri dan membebaskan
seseorang yang berhutang kepadanya.
Tujuan dari pengajaran ibadah yang dilakukan oleh guru, orang tua, ustadz
maupun kyai sebenarnya sama, yaitu agar murid atau peserta didik dapat:
a. Mengetahui teori (aspek kognitif) tentang ibadah yang
diajarkannya. Misalnya, guru mengajarkan materi thaharah kepada murid,
tentunya pengajaran yang disampaikannya harus mempunyai tujuan yang
jelas. Contoh : agar murid mengetahui dasar-dasar pelaksanaan wudlu, dan
3
Lilif Mualifatul Khorida Filasofa,”Pendidikan Ibadah Shalat Anak pada Era Modern”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 1, 2021, Hal – 80
6
sebagainya. Begitu juga dengan solat, zakat, puasa, dan haji, semuanya
dimaksudkan agar peserta didik mempunyai pengetahuan dasar tentang
materi ibadah yang diajarkan.
b. Pengetahuan (aspek kogninif) ini penting, dan merupakan dasar pijakan
bagi langkah-langkah selanjutnya. Namun yang perlu dicatat adalah : jika
anak atau peserta didik belum mengetahui tentang shalat misalnya, bukan
berarti ia tidak boleh melaksanakan ibadah tersebut. Sholat tetap bisa
dipraktikkan, tetapi tugas guru atau pendidik adalah memberikan
pengetahuan-pengetahuan misalnya bacaan-bacaan solat yang belum
diketahuinya, jadi untuk mempraktikkan solat tidak harus menunggu
semua bacaan solat harus hafal dulu. Justru jika guru hanya melulu
mendasarkan pola pengajaran pada teori, misalnya bacaan-bacaan solat
tanpa pernah mempraktekkannya, maka pelajaran yang diterima murid
akan mudah lupa, tidak bisa membekas dalam ingatannya.
c. Mengamalkan (aspek psikomotorik-skill) : keterampilan menjalannkan
ibadah yang diajarkan. Setelah mengetahui suatu teori, lebih-lebih
pengetahuan tentang ibadah, diharapkan peserta didik mengamalkan
dengan baik. Bentuk pengamalan ibadah ini misalnya, ditandai dengan
terampil dan hafal dalam melafadzkan bacaan-bacaan solat, gerakan-
gerakan dalam solat sudah benar, mendirikan solat secara rutin, solat
berjamaah, dan lain-lain. Bentuk pengalaman ibadah ini juga merupakan
indikator keberhasilan atau kebenaran suatu teori yang mengatakan bahwa
ada korelasi positif antara peserta pengetahuan yang didorong oleh
perubahan perilaku.
d. Apresiatif terhadap ibadah (aspek afektif) : pada tahapan ini, diharapkan
peserta didik mempunyai sikap apresiatif (menghargai) dan senang serta
merasa bahwa solat merupakan kebutuhan rohani-spiritualnya, bukan
semata-mata merupakan suatu perbuatan yang hanya menjadi beban atau
menggugurkan kewajiban. Pada tahapan ini diharapkan peserta didik
mampu menjalankan ibadah sebagai integral dari hidup dan kehidupannya,
ada kristalisasi dan internalisasi nilai-nilai solat dalam dirinya, serta solat
7
yang dilakukan mampu menjiwai perilakunya, menyempurnakan dirinya
dengan amalan soleh, mencegah dari bentuk kemungkaran, dan
sebagainya.
4
Nur’ aini, “ Metode Pengajaran Agama Islam”, Bandung : Widina Bhakti Persada, 2021, Hal – 124
8
takbiratul ihram, atau jika waktunya terbatas, bisa secara acak yaitu tidak
semua anak disuruh, tetapi hanya beberapa sampel saja sebagai keberhasilan
proses belajar mengajar.
9
4.
10
C. Metode – Metode Pengajaran Pendidikan Islam
Secara garis besar metode yang sering digunakan dalam pembelajaran
pendidikan agama islam antara lain:
1. Ceramah dan Tanya jawab.
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Metode ceramah
adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakansebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat
tersebut bisa disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan metode yang
sudah sejak lama digunakan dalam kegiatan pembelajaran,khususnya pada
kegiatan pembelajaran yang bersifat konvesional atau pembelajaran yang
berpusat pada guru (teachercentered). Metode ceramah pada umumnya
digunakan karena sudah menjadi kebiasaan dalam suaan pembalajaran
tidak melakukan ceramah.Demikian juga dengan siswa, mereka akan
belajar manakalaada guru yang memberikan materi pelajaran melalui
ceramah
2. Metode Diskusi.
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran
denganpenyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisissistem
produk teknologi yangpemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusidinilai
menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota
diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.Jika metode ini
dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini
sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan
diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas danmenarik,peserta
diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa
tekanan.Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatanpembelajaran
seperti yang diungkapkan Killen adalah ” tujuan utama metode ini
adalahuntuk memecahakan suatau permasalahan, menjawab pertanyaan,
11
menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan.
12
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,situasi,
benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yangsedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang
sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan
lisan.
7. Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh
gurukepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.
Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan
TeknologiDasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya padasaat
siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
8. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan
metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu
permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan dimulai dari
mencari data sampai pada kesimpulan.5
5
Nur Ahyat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Edusiana: Jurnal Manajemen dan
Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, 2017, Hal 27 – 29,
13